Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 6744 | 22 Nov 2024
Klinis : Anak Z berusia 3 tahun 8 bulan datang melalui poli pada tanggal 09/05/2023 pukul 10.24 wib untuk rencana operasi hipospadia yang kedua yaitu uretroplasty. operasi hipospadia yang pertama dilakukan pada tanggal 28/09/2022 dan operasi hipospadia yang kedua dilakukan pada tanggal 10/05/2023. Ibu mengatakan Anak Z memiliki kelainan hipospadia sejak lahir dan dokter anak pada saat itu menyarankan tindakan operasi dilakukan pada saat Anak Z sudah berusia 3 tahun. Ibu mengatakan pada saat hamil Anak Z berusia 37 tahun dan ibu mengatakan tidak ada riwayat penyakit hipospadia sebelumnya. Ibu mengatakan keadaan umum Anak Z normal seperti anak seusianya, hanya saja pada saat Anak Z berkemih, urine tidak keluar dari lubang penis seperti pada umumnya. . Berdasarkan hasil pengkajian, An. Z post operasi uretroplasty hari ke 2, lukan tampak dibalut kassa, tampak kateter di ujung penis, urin berwarna kuning dan sedikit kemerahan. An. Z tamopak Meringis dan sesekali menangis krn luka operaasi. (face Scale : 8), Nadi 108x/mnt, RR : 24 x/mnt, suhu : 37 C,. An. Z tampak kotor, rambut tampak kusut, Ibu mengatakan An Z setelah operasi belum mandi dan belum ganti baju karena ibu khawatir dengan lukan operasi. An. Z tidak mau makan, hanya 4-5 suap, karena tidak nafsu makan, hanya ingin makanan yang dibuat dirumah. BB 15 Kg TB 100 cm data yang didapat dari rekam medis, terapi intravena yang diberikan pada Anak Z yaitu ; gentamicin 2 x 20 mg. keterolac 3x15 mg dan IVFD RL 500 ml 20 tpm
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Anak Z:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan prosedur pembedahan (uretroplasty)
2. Risiko Infeksi berhubungan dengan prosedur pembedahan (uretroplasty)
3. Gangguan Integritas Kulit berhubungan dengan prosedur pembedahan (uretroplasty)
4. Penurunan Intake Nutrisi berhubungan dengan anoreksia pascaoperasi
Penjelasan Singkat:
1. Nyeri Akut Berhubungan Dengan Prosedur Pembedahan (Uretroplasty)
- SDKI: Nyeri Akut
- SLKI: Pengelolaan Nyeri
- SIKI: Manajemen Nyeri
2. Risiko Infeksi Berhubungan Dengan Prosedur Pembedahan (Uretroplasty)
- SDKI: Risiko Infeksi
- SLKI: Pencegahan Infeksi
- SIKI: Pencegahan Infeksi
3. Gangguan Integritas Kulit Berhubungan Dengan Prosedur Pembedahan (Uretroplasty)
- SDKI: Gangguan Integritas Kulit
- SLKI: Perawatan Luka
- SIKI: Perawatan Luka Operasi
4. Penurunan Intake Nutrisi Berhubungan Dengan Anoreksia Pascaoperasi
- SDKI: Penurunan Intake Nutrisi
- SLKI: Peningkatan Intake Nutrisi
- SIKI: Manajemen Anoreksia Pascaoperasi
Standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia digunakan sebagai acuan dalam menentukan diagnosa keperawatan dan intervensi yang sesuai untuk mengatasi masalah kesehatan Anak Z pasca operasi uretroplasty. -
Article No. 6745 | 22 Nov 2024
Klinis : DS : Pasien mengatakan nyeri di kepala cekot-cekot , skala 8, nyerinya terus menerus, habis jatuh dilantai DO: Pasien tampak berbarinng TD: 141/85mmHg N: 64 x/menitS: 37,8 GCS15 hasil head ct scan : ich di lobus frontalis dextra dengan vol 30,8cc RR: 20x/menit SpO2 98%.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Nurse. Berdasarkan data subjektif dan objektif yang Anda berikan, saya dapat memberikan rekomendasi terkait diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Nyeri Akut (00132) berhubungan dengan Cedera Intrakranial (Intracerebral Hemorrhage/ICH) di Lobus Frontalis Dextra.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pasien akan melaporkan penurunan skala nyeri dalam rentang yang dapat ditoleransi (Outcomes: Pain Level, Pain Control).
2. Pasien akan menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil (Outcomes: Vital Sign Status).
3. Pasien akan menunjukkan peningkatan Skor GCS (Outcomes: Neurological Status).
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (Karakteristik, Lokasi, Kualitas, Durasi, Frekuensi, Skala Nyeri) (Nursing Intervention: Pain Management).
2. Berikan analgesik sesuai dengan resep dokter untuk mengurangi nyeri (Nursing Intervention: Medication Management).
3. Pertahankan posisi pasien yang nyaman, seperti semi-fowler atau posisi lainnya yang dapat mengurangi nyeri (Nursing Intervention: Positioning).
4. Lakukan manajemen nyeri nonfarmakologis, seperti kompres dingin, distraksi, dan relaksasi (Nursing Intervention: Pain Management).
5. Pantau tanda-tanda vital secara berkala untuk mendeteksi adanya perubahan yang signifikan (Nursing Intervention: Vital Signs Monitoring).
6. Lakukan pengkajian neurologis secara teratur untuk memantau perkembangan kondisi pasien (Nursing Intervention: Neurological Monitoring).
7. Koordinasikan perawatan dengan tim kesehatan lainnya, seperti dokter, fisioterapis, dan ahli gizi untuk mengelola kondisi pasien secara komprehensif (Nursing Intervention: Interprofessional Coordination).
Penjelasan rinci:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI "Nyeri Akut (00132)" dipilih karena pasien mengeluhkan nyeri kepala yang cekot-cekot dengan skala 8 dan terus-menerus. Hal ini berhubungan dengan Cedera Intrakranial (Intracerebral Hemorrhage/ICH) di Lobus Frontalis Dextra yang terlihat dari hasil CT Scan kepala.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI) meliputi penurunan skala nyeri, stabilitas tanda-tanda vital, dan peningkatan skor GCS. Hal ini bertujuan untuk memonitor dan memastikan kondisi pasien membaik selama masa perawatan.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan (SIKI) mencakup pengkajian nyeri, pemberian analgesik, manajemen posisi, manajemen nyeri nonfarmakologis, pemantauan tanda-tanda vital, pemantauan neurologis, serta koordinasi perawatan dengan tim kesehatan lainnya. Tujuannya adalah untuk mengelola nyeri, mempertahankan stabilitas kondisi pasien, dan memonitor perkembangan kondisi pasien secara komprehensif.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memberikan asuhan keperawatan yang tepat bagi pasien. Jika ada pertanyaan lain, jangan ragu untuk menanyakannya.
Wassalamualaikum. -
Article No. 6746 | 22 Nov 2024
Klinis : DS : Pasien mengatakan nyeri di kepala cekot-cekot , skala 8, nyerinya terus menerus, habis jatuh dilantai DO: Pasien tampak berbarinng TD: 141/85mmHg N: 64 x/menitS: 37,8 GCS15 hasil head ct scan : ich di lobus frontalis dextra dengan vol 30,8cc RR: 20x/menit SpO2 98%.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data subjektif (DS) dan data objektif (DO) yang Anda berikan, dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami kondisi sebagai berikut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan cedera kepala ditandai dengan keluhan nyeri di kepala cekot-cekot, skala 8, nyeri terus-menerus, setelah jatuh di lantai.
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau dijelaskan dalam istilah tersebut (International Association for the Study of Pain).
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Setelah dilakukan intervensi keperawatan, diharapkan pasien dapat mengendalikan nyeri, tidak ada tanda-tanda infeksi, dan tidak ada komplikasi lanjut.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Manajemen nyeri: Mengkaji nyeri secara komprehensif, memberikan analgesik sesuai indikasi, mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri.
2. Perawatan cedera: Memantau tanda-tanda vital, melakukan pemeriksaan neurologis, memberikan bantuan mobilisasi, dan mencegah komplikasi.
3. Edukasi: Memberikan informasi tentang penyebab, pencegahan, dan penanganan nyeri akibat cedera kepala. -
Article No. 6747 | 22 Nov 2024
Klinis : Luka bakar
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosis keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, SIKI untuk kondisi luka bakar, dengan tone akademis dan persona sebagai perawat ahli:
Diagnosis Keperawatan:
1. Risiko Infeksi (SDKI)
Definisi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen, yang dapat mengompromikan kesehatan.
2. Gangguan Integritas Kulit (SDKI)
Definisi: Kerusakan pada epidermis dan/atau dermis.
3. Nyeri Akut (SDKI)
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pencegahan Infeksi
Luaran: Tidak terjadi infeksi pada luka bakar.
2. Penyembuhan Luka
Luaran: Luka bakar membaik secara bertahap.
3. Manajemen Nyeri
Luaran: Pasien melaporkan nyeri terkontrol.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Perawatan Luka
Intervensi: Melakukan perawatan luka bakar sesuai prosedur untuk mencegah infeksi dan mempercepat penyembuhan.
2. Manajemen Nyeri
Intervensi: Memberikan analgesi sesuai indikasi dan memantau efektivitasnya untuk mengurangi nyeri.
3. Edukasi Pasien
Intervensi: Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang perawatan luka bakar, pencegahan infeksi, dan manajemen nyeri.
Kesimpulan:
Luka bakar merupakan kondisi yang memerlukan perawatan yang komprehensif, mencakup pencegahan infeksi, penyembuhan luka, manajemen nyeri, dan edukasi pasien. Standar asuhan keperawatan yang terintegrasi dari SDKI, SLKI, dan SIKI diharapkan dapat memberikan panduan yang jelas bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas pada pasien dengan luka bakar. -
Article No. 6748 | 22 Nov 2024
Klinis : pasien mual, muntah, Tekanan darah 141/85, ich 30cc
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, dengan format yang terstruktur.
1. Kode ICD-10:
- Kode: R11.2
- Deskripsi: Mual dan muntah, tidak diklasifikasikan di tempat lain.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.29
- Deskripsi: Injeksi atau infus intragastrik atau intrajejunal lainnya.
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 R11.2 (Mual dan muntah, tidak diklasifikasikan di tempat lain) adalah kode yang paling sesuai untuk menggambarkan kondisi pasien yang mengalami mual dan muntah. Kode ini digunakan untuk menggambarkan gejala mual dan muntah yang tidak terkait dengan kondisi lain yang spesifik.
2. Kode ICD-9-CM 99.29 (Injeksi atau infus intragastrik atau intrajejunal lainnya) adalah kode yang dapat digunakan untuk prosedur pemberian cairan atau obat-obatan melalui jalur intragastrik atau intrajejunal. Dalam kasus ini, dengan informasi yang diberikan mengenai pemberian 30cc, kode ini dapat digunakan untuk menggambarkan tindakan medis yang dilakukan.
Mohon diperhatikan bahwa diagnosis dan tindakan medis harus ditentukan oleh tenaga kesehatan profesional sesuai dengan kondisi pasien yang sebenarnya. Informasi yang diberikan di atas hanya merupakan contoh penggunaan kode ICD-10 dan ICD-9-CM berdasarkan informasi yang disediakan. -
Article No. 6749 | 22 Nov 2024
Klinis : pasien mual, muntah, Tekanan darah 141/85, ich 30cc
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda berikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Mual
2. Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Penjelasan Singkat:
1. Mual
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Mual adalah perasaan tidak nyaman di epigastrium yang dapat menyebabkan keinginan untuk muntah.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Pasien dapat mengontrol mual dan mengurangi frekuensi muntah.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang dapat dilakukan antara lain pemberian antiemetik, manajemen diet, pemberian cairan, dan teknik relaksasi.
2. Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
- SDKI: Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit adalah ketidakseimbangan antara asupan dan pengeluaran cairan dan elektrolit yang dapat menyebabkan perubahan volume cairan tubuh, konsentrasi elektrolit, dan homeostasis.
- SLKI: Pasien dapat mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit yang adekuat.
- SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan antara lain pemantauan cairan dan elektrolit, pemberian cairan intravenous, pengaturan diet, dan edukasi.
Dengan kondisi pasien yang mengalami mual, muntah, dengan tekanan darah 141/85 mmHg, dan intake cairan 30 cc, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah Mual dan Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah pemberian antiemetik, manajemen diet, pemberian cairan, pemantauan tanda-tanda vital, dan edukasi pada pasien. -
Article No. 6750 | 22 Nov 2024
Klinis : pasien mual, muntah, post jatuh dilantai, hematom. Tekanan darah 141/85, ich 30cc
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan kondisi pasien yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Cidera Jatuh
2. Mual
3. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Penjelasan Singkat:
1. Risiko Cidera Jatuh
- SDKI: Risiko Cidera Jatuh
- SLKI: Perubahan Kemampuan Fisik
- SIKI: Manajemen Risiko Jatuh
Pasien memiliki risiko cidera jatuh setelah mengalami jatuh di lantai, disertai dengan hematom yang menunjukkan adanya trauma.
2. Mual
- SDKI: Mual
- SLKI: Perubahan Sensasi Gastrointestinal
- SIKI: Manajemen Mual
Pasien mengalami mual dan muntah, yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti penyebab medis atau efek samping pengobatan.
3. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- SDKI: Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- SLKI: Perubahan Status Nutrisi
- SIKI: Manajemen Nutrisi
Pasien mengalami penurunan intake nutrisi akibat mual dan muntah, yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan nutrisi dan risiko malnutrisi.
Dalam kondisi ini, perawat harus melakukan penilaian komprehensif, intervensi keperawatan yang tepat, serta pemantauan yang cermat untuk memastikan pemulihan pasien dan mencegah komplikasi lebih lanjut. -
Article No. 6751 | 22 Nov 2024
Klinis : pasien sesak seajk 2 hari ada wheezing dan ronci
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang mengalami sesak nafas sejak 2 hari dengan adanya wheezing dan ronki, maka diagnosis keperawatan yang sesuai berdasarkan SDKI (Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia) adalah:
Diagnosis Keperawatan SDKI:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
Penyebab: Peningkatan produksi sekresi, obstruksi jalan napas, kelemahan otot pernapasan.
Gejala dan Tanda: Adanya wheezing, ronki, sputum berlebih, kesulitan bernapas, dan irama napas tidak teratur.
Luaran/Outcome yang Diharapkan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas Membaik
Indikator:
- Pasien dapat mengeluarkan sputum dengan efektif
- Pasien tidak mengalami wheezing atau ronki
- Frekuensi napas dalam rentang normal
- Oksigenasi darah adekuat
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas
- Identifikasi sumber dan tipe obstruksi jalan napas
- Lakukan tindakan untuk mempertahankan jalan napas terbuka (mis., pengisapan, terapi oksigen, nebulizer)
- Latih teknik batuk efektif dan napas dalam
- Pertahankan posisi yang memaksimalkan fungsi pernafasan
2. Monitoring Respirasi
- Pantau frekuensi, irama, dan kedalaman napas
- Pantau bunyi napas tambahan (mis., wheezing, ronki)
- Pantau saturasi oksigen
3. Manajemen Ventilasi
- Berikan terapi oksigen sesuai kebutuhan
- Lakukan nebulizer atau terapi inhalasi sesuai resep
- Dorong latihan pernapasan dan relaksasi
Penjelasan:
1. Diagnosis Keperawatan SDKI "Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif" dipilih karena pasien mengalami gejala seperti wheezing, ronki, yang menunjukkan adanya obstruksi jalan napas dan ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi dengan efektif.
2. Luaran/Outcome yang diharapkan adalah "Bersihan Jalan Napas Membaik", yang ditandai dengan pasien dapat mengeluarkan sputum secara efektif, tidak ada lagi wheezing atau ronki, frekuensi napas dalam rentang normal, dan oksigenasi darah yang adekuat.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan meliputi Manajemen Jalan Napas untuk mempertahankan jalan napas terbuka, Monitoring Respirasi untuk memantau status pernapasan, dan Manajemen Ventilasi untuk memberikan terapi oksigen dan nebulizer sesuai kebutuhan pasien. Tujuannya adalah untuk membantu pasien mempertahankan bersihan jalan napas yang efektif. -
Article No. 6752 | 22 Nov 2024
Klinis : pasien laki laki dengan gagal ginjal kronik dan riwayat penyakit diabetes dan sedang melakukan hemodialisa lalu setiap dilakukan hd pasien mengalami pusing pasien juga mengatakan sering menggigil serta dengan hasil lab - ureum tinggi -86 - creatin tinggi - 5,3 - hb rendah - 8,2 - hematokrit rendah - 26
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan kondisi pasien yang Anda deskripsikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI berdasarkan Standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan:
- Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan gagal ginjal kronik, diabetes, dan proses hemodialisis.
2. Penjelasan singkat SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Ketidakseimbangan antara intake dan output cairan, serta antara kadar elektrolit dalam cairan tubuh.
- Faktor yang berhubungan: Gangguan fungsi ginjal, diabetes, proses hemodialisis.
- Karakteristik mayor: Perubahan status cairan (edema, dehydrasi), perubahan kadar elektrolit (hiperkalemia, hiponatremia), gejala pusing, menggigil.
3. Penjelasan singkat SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Keseimbangan cairan dan elektrolit yang membaik, tidak ada tanda-tanda overload atau dehydrasi, tidak ada gejala pusing atau menggigil.
- Kriteria hasil: Intake dan output cairan seimbang, kadar elektrolit dalam batas normal, tidak ada tanda-tanda overload atau dehydrasi, tidak ada gejala pusing atau menggigil.
4. Penjelasan singkat SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan: Pemantauan cairan dan elektrolit, manajemen hemodialisis, pemberian diet dan suplemen sesuai kebutuhan, edukasi pasien dan keluarga.
- Rasional: Untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, mencegah komplikasi akibat gagal ginjal kronik dan proses hemodialisis, serta meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat perlu melakukan pengkajian yang komprehensif, merumuskan diagnosa keperawatan yang tepat, serta menyusun rencana asuhan keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien. Perawat juga perlu berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya untuk memberikan perawatan yang optimal bagi pasien. -
Article No. 6753 | 22 Nov 2024
Klinis : pasien laki laki dengan gagal ginjal kronik dan riwayat penyakit diabetes dan sedang melakukan hemodialisa lalu setiap dilakukan hd pasien mengalami pusing pasien juga mengatakan sering menggigil serta dengan hasil lab - ureum tinggi -86 - creatin tinggi - 5,3 - hb rendah - 8,2 - hematokrit rendah - 26 carikan 3 diagnosa keperawatannya
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan anemia, gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat gagal ginjal kronik.
2. Ketidakefektifan Perfusi Ginjal berhubungan dengan gagal ginjal kronik.
3. Kelelahan berhubungan dengan anemia dan gangguan kesimbangan cairan dan elektrolit akibat gagal ginjal kronik.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Intoleransi Aktivitas:
- Pasien dapat melakukan aktivitas tanpa mengalami pusing atau gejala lelah.
- Pasien dapat mempertahankan toleransi aktivitas pada tingkat yang diinginkan.
- Pasien dapat mengelola kelelahan yang terjadi.
2. Ketidakefektifan Perfusi Ginjal:
- Fungsi ginjal pasien dapat ditingkatkan atau dipertahankan pada level yang optimal.
- Tanda-tanda ketidakefektifan perfusi ginjal dapat diminimalkan.
- Pasien dapat mempertahankan fungsi ginjal yang tersisa.
3. Kelelahan:
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan.
- Pasien dapat mengenali tanda-tanda kelelahan dan melakukan strategi untuk mengelolanya.
- Pasien dapat mempertahankan tingkat energi yang adekuat.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Intoleransi Aktivitas:
- Monitor tanda-tanda vital pasien selama dan setelah aktivitas.
- Atur jadwal aktivitas dan istirahat sesuai toleransi pasien.
- Anjurkan pasien untuk melakukan aktivitas ringan secara bertahap.
- Ajarkan teknik manajemen energi dan konservasi energi.
- Berikan dukungan emosional dan edukasi terkait intoleransi aktivitas.
2. Ketidakefektifan Perfusi Ginjal:
- Monitor fungsi ginjal melalui pemeriksaan laboratorium.
- Atur asupan cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan pasien.
- Berikan obat-obatan yang dapat mempertahankan fungsi ginjal.
- Kolaborasi dengan dokter dalam manajemen perawatan gagal ginjal.
- Edukasi pasien dan keluarga terkait pentingnya menjaga fungsi ginjal.
3. Kelelahan:
- Identifikasi penyebab kelelahan dan lakukan intervensi yang sesuai.
- Atur jadwal aktivitas dan istirahat untuk mencegah kelelahan berlebihan.
- Anjurkan pasien untuk melakukan aktivitas fisik ringan secara teratur.
- Berikan nutrisi yang adekuat dan seimbang untuk meningkatkan energi.
- Ajarkan teknik manajemen stres dan relaksasi untuk mengurangi kelelahan.
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan yang dipilih sesuai dengan kondisi pasien dengan gagal ginjal kronik, anemia, dan gejala klinik yang dialami. Luaran yang diharapkan mencakup peningkatan toleransi aktivitas, perbaikan perfusi ginjal, dan pengurangan kelelahan. Intervensi keperawatan yang diberikan bertujuan untuk mencapai luaran tersebut melalui pemantauan, pengaturan aktivitas dan istirahat, edukasi, serta kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya.