Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 6734 | 22 Nov 2024
Klinis : Nn, S , 28 tahun saat ini dirawat dengan keluhan lemas, mual, mata berkunang-kunang, mudah lelah meskipun hanya jalan dari kamar mandi dan tetap lesu meskipun sudah beristirahat. Keluhan lemas mulai dirasakan sejak 4 hari SMRS. Lemas dirasakan pada seluruh tubuh dan terjadi terus menerus sepanjang hari. Lemas tidak membaik dengan istirahat. Pasien tidak dapat melakukan aktivitas. Saat beraktivitas Nn.S berusaha menarik nafas yang panjang untuk mengurangi sesak yang dirasakannya. Saat ini Nn.S banyak berbaring dan duduk-duduk saja. sehingga hanya bisa berbaring dan dudukduduk saja. Disamping itu, Nn.s berusaha menarik nafas panjang untuk mengurangi sesak ketika beraktivitas. Berdasarkan hasil anamnesis diketahui sejak 4 bulan Nn. S yang lalu melakukan diet ketat dengan mengurangi semua jenis makanan. Selama menjalani diet ketat Nn.S mengatakan berhasil menurunkan BB hingga ± 15 kg. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan, keadaan umum tampak sedang, kesadaran komposmentis. BB pasien 42 kg, TB 163 cm. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital di dapatkan tekanan darah: 90/70 mmHg, frekuensi denyut nadi: 100 x/menit, capillary refill time (CRT) > 3 detik, pernapasan: 28x/menit, nafas pendek dan dangkal, saat ini pasien terpasang oksigen nasal canul 3 lpm dan suhu: 37,8°C. Konjungtiva mata anemis, sklera anikterik. Telinga dan hidung dalam batas normal. Pada mulut tampak gigi dan oral hygiene cukup. Pemeriksan leher dalam batas normal. Pemeriksaan jantung, dan paru dalam batas normal. Pemeriksaan abdomen dudapatkan distensi (-), bising usus normal, timpani (+), nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba. Ekstremitas superior dan inferior dalam batas normal, tidak sianosis, tidak oedem, dan akral hangat. Status neurologis: reflek fisiologis normal, reflek patologi (‐). Pada pemeriksaan darah lengkap ditemukan eritrosit sebanyak 2.50 x106 μL, Hemoglobin 9,2 g/dL, MCV 59.1 fL MCH 16,9 pg dan MCHC 28,6 g/dL. RDW-CV 19.4%. Leukosit dan trombosit dalam batas normal. Hasil pemeriksaan sediaan apus darah tepi ditemukan eritrosit mikrositik hipokrom. Pasien juga mengatakan selama sakit tidur hanya 4 jam/hari, waktu malam pasien mengatakan sulit tidur, mudah terbangun, tidak puas tidur, tampak lesu serta klien tampak mengantuk pada siang hari. Saat ini pasien terpasang infus Nacl 20 tetes permenit. Terapi pengobatan: Omeprazol2x20 mg Emibion 2x500 mg Asam folat 3x500 mg Curcuma 3x500 mg Paracetamol 1x500 m
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan informasi yang Anda berikan, berikut adalah diagnosis keperawatan, penjelasan singkat, serta standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang sesuai untuk kondisi Nn. S:
Diagnosis Keperawatan:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan dan kelelahan
Penjelasan Singkat:
Nn. S mengalami kelemahan dan kelelahan yang menyebabkan intoleransi aktivitas. Hal ini ditandai dengan keluhan lemas, mual, mata berkunang-kunang, mudah lelah, sulit untuk melakukan aktivitas, dan hanya bisa berbaring serta duduk-duduk saja.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 00092
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan, akibat kekurangan energi fisik.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 00006
Judul: Toleransi Aktivitas
Definisi: Kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari tanpa mengalami kelemahan atau kelelahan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 06230
Judul: Manajemen Energi
Definisi: Tindakan yang dilakukan untuk membantu pasien mengatur penggunaan energi secara efektif. -
Article No. 6735 | 22 Nov 2024
Klinis : Nn, S , 28 tahun saat ini dirawat dengan keluhan lemas, mual, mata berkunang-kunang, mudah lelah meskipun hanya jalan dari kamar mandi dan tetap lesu meskipun sudah beristirahat. Keluhan lemas mulai dirasakan sejak 4 hari SMRS. Lemas dirasakan pada seluruh tubuh dan terjadi terus menerus sepanjang hari. Lemas tidak membaik dengan istirahat. Pasien tidak dapat melakukan aktivitas. Saat beraktivitas Nn.S berusaha menarik nafas yang panjang untuk mengurangi sesak yang dirasakannya. Saat ini Nn.S banyak berbaring dan duduk-duduk saja. sehingga hanya bisa berbaring dan dudukduduk saja. Disamping itu, Nn.s berusaha menarik nafas panjang untuk mengurangi sesak ketika beraktivitas. Berdasarkan hasil anamnesis diketahui sejak 4 bulan Nn. S yang lalu melakukan diet ketat dengan mengurangi semua jenis makanan. Selama menjalani diet ketat Nn.S mengatakan berhasil menurunkan BB hingga ± 15 kg. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan, keadaan umum tampak sedang, kesadaran komposmentis. BB pasien 42 kg, TB 163 cm. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital di dapatkan tekanan darah: 90/70 mmHg, frekuensi denyut nadi: 100 x/menit, capillary refill time (CRT) > 3 detik, pernapasan: 28x/menit, nafas pendek dan dangkal, saat ini pasien terpasang oksigen nasal canul 3 lpm dan suhu: 37,8°C. Konjungtiva mata anemis, sklera anikterik. Telinga dan hidung dalam batas normal. Pada mulut tampak gigi dan oral hygiene cukup. Pemeriksan leher dalam batas normal. Pemeriksaan jantung, dan paru dalam batas normal. Pemeriksaan abdomen dudapatkan distensi (-), bising usus normal, timpani (+), nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba. Ekstremitas superior dan inferior dalam batas normal, tidak sianosis, tidak oedem, dan akral hangat. Status neurologis: reflek fisiologis normal, reflek patologi (‐). Pada pemeriksaan darah lengkap ditemukan eritrosit sebanyak 2.50 x106 μL, Hemoglobin 9,2 g/dL, MCV 59.1 fL MCH 16,9 pg dan MCHC 28,6 g/dL. RDW-CV 19.4%. Leukosit dan trombosit dalam batas normal. Hasil pemeriksaan sediaan apus darah tepi ditemukan eritrosit mikrositik hipokrom. Pasien juga mengatakan selama sakit tidur hanya 4 jam/hari, waktu malam pasien mengatakan sulit tidur, mudah terbangun, tidak puas tidur, tampak lesu serta klien tampak mengantuk pada siang hari. Saat ini pasien terpasang infus Nacl 20 tetes permenit. Terapi pengobatan: Omeprazol2x20 mg Emibion 2x500 mg Asam folat 3x500 mg Curcuma 3x500 mg Paracetamol 1x500 m
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, saya dapat menyimpulkan beberapa diagnosis keperawatan yang sesuai dengan kondisi Nn. S, serta penjelasan singkat menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Diagnosis Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
- SDKI: Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- SLKI: Pemantauan Status Nutrisi, Manajemen Nutrisi
- SIKI: Intervensi Keperawatan dalam hal Pemantauan Intake Nutrisi, Manajemen Diet, Edukasi Gizi
2. Kelelahan
- SDKI: Kelelahan
- SLKI: Manajemen Energi, Manajemen Aktivitas
- SIKI: Intervensi Keperawatan dalam hal Manajemen Energi, Manajemen Aktivitas, Edukasi Manajemen Kelelahan
3. Gangguan pola tidur
- SDKI: Gangguan Pola Tidur
- SLKI: Manajemen Tidur, Promosi Tidur
- SIKI: Intervensi Keperawatan dalam hal Manajemen Tidur, Promosi Tidur
Penjelasan singkat:
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh:
Nn. S menjalani diet ketat yang menyebabkan penurunan berat badan secara signifikan (±15 kg). Hal ini dapat menyebabkan defisiensi nutrisi yang mengarah pada malnutrisi. Intervensi keperawatan difokuskan pada pemantauan status nutrisi, manajemen diet yang tepat, serta edukasi gizi.
2. Kelelahan:
Nn. S mengalami gejala lemas, mudah lelah, dan tidak dapat melakukan aktivitas. Hal ini dapat disebabkan oleh anemia yang terlihat dari hasil pemeriksaan darah. Intervensi keperawatan diarahkan pada manajemen energi, manajemen aktivitas, dan edukasi manajemen kelelahan.
3. Gangguan pola tidur:
Nn. S mengeluhkan sulit tidur, mudah terbangun, dan tidak puas dengan kualitas tidurnya. Hal ini dapat memperburuk kondisi kesehatannya. Intervensi keperawatan berfokus pada manajemen tidur dan promosi tidur yang baik.
Penerapan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dalam proses keperawatan akan membantu perawat dalam melakukan pengkajian, merumuskan diagnosis, menyusun rencana tindakan, serta melakukan evaluasi yang terstruktur dan sesuai dengan praktik keperawatan yang baik. -
Article No. 6736 | 22 Nov 2024
Klinis : Nn, S , 28 tahun saat ini dirawat dengan keluhan lemas, mual, mata berkunang-kunang, mudah lelah meskipun hanya jalan dari kamar mandi dan tetap lesu meskipun sudah beristirahat. Keluhan lemas mulai dirasakan sejak 4 hari SMRS. Lemas dirasakan pada seluruh tubuh dan terjadi terus menerus sepanjang hari. Lemas tidak membaik dengan istirahat. Pasien tidak dapat melakukan aktivitas. Saat beraktivitas Nn.S berusaha menarik nafas yang panjang untuk mengurangi sesak yang dirasakannya. Saat ini Nn.S banyak berbaring dan duduk-duduk saja. sehingga hanya bisa berbaring dan dudukduduk saja. Disamping itu, Nn.s berusaha menarik nafas panjang untuk mengurangi sesak ketika beraktivitas. Berdasarkan hasil anamnesis diketahui sejak 4 bulan Nn. S yang lalu melakukan diet ketat dengan mengurangi semua jenis makanan. Selama menjalani diet ketat Nn.S mengatakan berhasil menurunkan BB hingga ± 15 kg. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan, keadaan umum tampak sedang, kesadaran komposmentis. BB pasien 42 kg, TB 163 cm. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital di dapatkan tekanan darah: 90/70 mmHg, frekuensi denyut nadi: 100 x/menit, capillary refill time (CRT) > 3 detik, pernapasan: 28x/menit, nafas pendek dan dangkal, saat ini pasien terpasang oksigen nasal canul 3 lpm dan suhu: 37,8°C. Konjungtiva mata anemis, sklera anikterik. Telinga dan hidung dalam batas normal. Pada mulut tampak gigi dan oral hygiene cukup. Pemeriksan leher dalam batas normal. Pemeriksaan jantung, dan paru dalam batas normal. Pemeriksaan abdomen dudapatkan distensi (-), bising usus normal, timpani (+), nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba. Ekstremitas superior dan inferior dalam batas normal, tidak sianosis, tidak oedem, dan akral hangat. Status neurologis: reflek fisiologis normal, reflek patologi (‐). Pada pemeriksaan darah lengkap ditemukan eritrosit sebanyak 2.50 x106 μL, Hemoglobin 9,2 g/dL, MCV 59.1 fL MCH 16,9 pg dan MCHC 28,6 g/dL. RDW-CV 19.4%. Leukosit dan trombosit dalam batas normal. Hasil pemeriksaan sediaan apus darah tepi ditemukan eritrosit mikrositik hipokrom. Pasien juga mengatakan selama sakit tidur hanya 4 jam/hari, waktu malam pasien mengatakan sulit tidur, mudah terbangun, tidak puas tidur, tampak lesu serta klien tampak mengantuk pada siang hari. Saat ini pasien terpasang infus Nacl 20 tetes permenit. Terapi pengobatan: Omeprazol2x20 mg Emibion 2x500 mg Asam folat 3x500 mg Curcuma 3x500 mg Paracetamol 1x500 m
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, saya dapat memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) sebagai berikut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
2. Intoleransi Aktivitas
3. Gangguan Pola Tidur
Penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI:
1. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- SDKI: Keadaan dimana asupan nutrisi tidak dapat memenuhi kebutuhan metabolik.
- SLKI: Peningkatan berat badan, peningkatan lingkar perut, peningkatan persen lemak tubuh.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk mengatasi ketidakseimbangan nutrisi, seperti pemantauan asupan nutrisi, konseling diet, dan pemberian suplemen nutrisi.
2. Intoleransi Aktivitas
- SDKI: Keterbatasan pada kemampuan melakukan aktivitas yang diinginkan atau dibutuhkan akibat gangguan fisiologis atau persepsi terhadap kemampuan.
- SLKI: Peningkatan toleransi aktivitas, peningkatan kekuatan, dan peningkatan mobilitas.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk mengatasi intoleransi aktivitas, seperti pemberian latihan aktivitas, manajemen energi, dan peningkatan toleransi aktivitas.
3. Gangguan Pola Tidur
- SDKI: Gangguan dalam jumlah dan kualitas tidur yang mengganggu fungsi normal.
- SLKI: Peningkatan kualitas tidur, peningkatan durasi tidur, dan penurunan waktu terbangun.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk mengatasi gangguan pola tidur, seperti edukasi tentang higiene tidur, manajemen stres, dan terapi relaksasi.
Berdasarkan kasus yang diberikan, Nn. S mengalami kondisi yang sesuai dengan diagnosa keperawatan tersebut. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain pemantauan asupan nutrisi, konseling diet, pemberian suplemen nutrisi, latihan aktivitas, manajemen energi, edukasi tentang higiene tidur, dan terapi relaksasi. -
Article No. 6737 | 22 Nov 2024
Klinis : resiko infeksi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Infeksi
Definisi:
Risiko Infeksi adalah kerentanan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat membahayakan kesehatan.
Faktor Risiko:
1. Prosedur invasif
2. Sistem imun yang menurun
3. Malnutrisi
4. Usia lanjut
5. Luka atau trauma
Tujuan Keperawatan (SLKI):
1. Infeksi tidak terjadi
2. Tanda dan gejala infeksi tidak muncul
3. Tidak ada komplikasi akibat infeksi
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Identifikasi faktor risiko infeksi
2. Edukasi pasien dan keluarga tentang pencegahan infeksi
3. Penerapan teknik aseptik pada prosedur invasif
4. Pemantauan tanda dan gejala infeksi
5. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain dalam penatalaksanaan infeksi
Evaluasi:
1. Tidak terjadi infeksi
2. Tidak ditemukan tanda dan gejala infeksi
3. Tidak ada komplikasi akibat infeksi
Kesimpulan:
Diagnosa keperawatan "Risiko Infeksi" merupakan kondisi di mana pasien rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat membahayakan kesehatan. Tujuan keperawatan adalah mencegah terjadinya infeksi, mengenali tanda dan gejala infeksi, serta mencegah komplikasi. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi identifikasi faktor risiko, edukasi pasien dan keluarga, penerapan teknik aseptik, pemantauan tanda dan gejala, serta kolaborasi dengan tim kesehatan lain. -
Article No. 6738 | 22 Nov 2024
Klinis : gangguan pendengaran
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi gangguan pendengaran dengan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Gangguan Komunikasi Verbal berhubungan dengan Gangguan Pendengaran
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Gangguan Komunikasi Verbal didefinisikan sebagai keadaan berisiko mengalami kesulitan dalam pengiriman atau penerimaan pesan verbal yang disebabkan oleh faktor internal atau eksternal.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah pasien dapat berkomunikasi secara efektif, baik verbal maupun non-verbal. Pasien dapat memahami dan menyampaikan pesan dengan jelas.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan antara lain:
- Identifikasi faktor penyebab gangguan komunikasi verbal, seperti gangguan pendengaran.
- Ajarkan teknik berkomunikasi yang efektif, seperti menggunakan bahasa sederhana, berbicara pelan-pelan, dan memastikan pasien memahami pesan yang disampaikan.
- Kolaborasi dengan terapis wicara atau ahli komunikasi untuk memberikan terapi yang sesuai.
- Fasilitasi penggunaan alat bantu komunikasi, seperti isyarat tangan, papan komunikasi, atau alat bantu dengar.
Dengan penanganan yang tepat, diharapkan pasien dengan gangguan pendengaran dapat mengatasi risiko gangguan komunikasi verbal dan dapat berinteraksi secara efektif dengan lingkungannya. -
Article No. 6739 | 22 Nov 2024
Klinis : meningitis
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi meningitis.
Diagnosa Keperawatan:
Berdasarkan kondisi meningitis, diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan adalah:
1. Risiko Infeksi Sistemik Berhubungan dengan Proses Penyakit Meningitis
2. Gangguan Pola Tidur Berhubungan dengan Gejala Meningitis
3. Nyeri Kepala Berhubungan dengan Inflamasi Meningeal
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
SDKI merupakan standar yang digunakan untuk menetapkan diagnosa keperawatan berdasarkan pola-pola respons manusia terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan. Dalam kasus meningitis, SDKI dapat digunakan untuk mengidentifikasi diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
SLKI merupakan standar yang digunakan untuk menetapkan luaran atau hasil yang diharapkan dari asuhan keperawatan. Dalam kasus meningitis, SLKI dapat digunakan untuk menetapkan tujuan atau hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan, seperti penurunan risiko infeksi, perbaikan pola tidur, dan pengurangan nyeri kepala.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
SIKI merupakan standar yang digunakan untuk menetapkan intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan. Dalam kasus meningitis, SIKI dapat digunakan untuk menentukan intervensi keperawatan yang sesuai, seperti pemantauan tanda-tanda vital, pemberian obat-obatan, manajemen nyeri, dan edukasi pasien serta keluarga.
Penggunaan SDKI, SLKI, dan SIKI dalam praktik keperawatan dapat membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, terstandar, dan sesuai dengan kebutuhan pasien. -
Article No. 6740 | 22 Nov 2024
Klinis : Diketahui Pasien mengalami Pembesaran Pada Buah Zakar, berikan solusi medisnya
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan rinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi pembesaran pada buah zakar:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi pembesaran pada buah zakar adalah "Gangguan Integritas Kulit". Kondisi ini dapat menyebabkan perubahan pada integritas kulit di area buah zakar akibat pembesaran yang terjadi. Gangguan Integritas Kulit didefinisikan sebagai "Kerusakan pada epidermis dan/atau dermis" yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya adalah masalah anatomi.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Pemulihan Integritas Kulit: Pasien menunjukkan perbaikan pada integritas kulit di area buah zakar dengan tidak adanya lesi, iritasi, atau kerusakan kulit lainnya.
2. Manajemen Rasa Nyeri: Pasien dapat mengelola rasa nyeri atau ketidaknyamanan di area buah zakar dengan penggunaan intervensi yang tepat.
3. Peningkatan Fungsi Seksual: Pasien dapat mempertahankan atau meningkatkan fungsi seksual sesuai dengan kondisinya.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan (SIKI):
1. Perawatan Luka:
- Lakukan penilaian luka pada area buah zakar untuk menentukan kondisi dan tingkat kerusakan.
- Bersihkan luka dengan cairan antiseptik dan ganti balutan secara teratur.
- Pertahankan kelembaban area luka untuk mempercepat penyembuhan.
2. Manajemen Nyeri:
- Identifikasi karakteristik nyeri yang dirasakan pasien, seperti lokasi, intensitas, frekuensi, dan faktor yang mempengaruhi.
- Berikan analgesik sesuai dengan resep dokter untuk mengurangi rasa nyeri.
- Ajarkan teknik nonfarmakologis, seperti relaksasi, distraksi, atau kompres hangat/dingin, untuk membantu mengelola nyeri.
3. Edukasi Kesehatan Seksual:
- Berikan informasi kepada pasien mengenai kondisi yang terjadi dan kemungkinan dampaknya terhadap fungsi seksual.
- Ajarkan teknik-teknik untuk mempertahankan atau meningkatkan fungsi seksual sesuai dengan kondisi pasien.
- Dorong pasien untuk terbuka dan berkonsultasi dengan tenaga kesehatan yang kompeten jika mengalami masalah terkait fungsi seksual.
Selain itu, kolaborasi dengan dokter spesialis untuk mendapatkan penanganan medis yang tepat, seperti pengobatan atau tindakan pembedahan, juga merupakan bagian penting dari intervensi keperawatan yang diperlukan.
Sebagai perawat, kita perlu memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien untuk membantu pemulihan dan meningkatkan kualitas hidup pasien dengan pembesaran pada buah zakar. -
Article No. 6741 | 22 Nov 2024
Klinis : mual muntah, napsu makan brkurang, lemas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi mual muntah, napsu makan berkurang, dan lemas.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Mual (NANDA-I)
Definisi: Pengalaman subyektif yang tidak menyenangkan tentang dorongan untuk muntah.
2. Penurunan Intake Nutrisi (NANDA-I)
Definisi: Asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
3. Kelelahan (NANDA-I)
Definisi: Pengalaman terus-menerus akan kekurangan energi dan kapasitas yang berkurang untuk melakukan aktivitas fisik dan mental yang biasa.
Penjelasan Singkat:
1. Gangguan Mual (SDKI)
- Penyebab: Dapat disebabkan oleh faktor fisiologis, psikologis, atau kombinasi keduanya.
- Gejala: Perasaan tidak nyaman di perut, dorongan untuk muntah, dan perubahan aktivitas gastrointestinal.
- Intervensi Keperawatan: Manajemen mual, seperti pemberian antiemetik, terapi relaksasi, distraksi, dan meminimalkan rangsangan yang dapat memicu mual.
2. Penurunan Intake Nutrisi (SLKI)
- Penyebab: Dapat disebabkan oleh faktor fisiologis (mual, muntah, anoreksia) atau psikologis (depresi, stres).
- Gejala: Penurunan berat badan, asupan nutrisi yang tidak adekuat, dan defisiensi nutrisi.
- Intervensi Keperawatan: Pengkajian status nutrisi, pemberian diet yang sesuai, konseling nutrisi, dan kolaborasi dengan ahli gizi jika diperlukan.
3. Kelelahan (SIKI)
- Penyebab: Dapat disebabkan oleh faktor fisiologis (penyakit, malnutrisi) atau psikologis (stres, depresi).
- Gejala: Perasaan keletihan yang berkepanjangan, penurunan kapasitas untuk melakukan aktivitas, dan perubahan mood.
- Intervensi Keperawatan: Manajemen kelelahan, seperti pemberian edukasi, teknik relaksasi, aktivitas fisik yang teratur, dan intervensi untuk mengatasi penyebab kelelahan.
Sebagai perawat, saya akan melakukan pengkajian komprehensif, merumuskan diagnosa keperawatan, dan mengembangkan rencana asuhan keperawatan yang berpusat pada pasien untuk membantu mengatasi masalah mual, penurunan nafsu makan, dan kelelahan yang dialami. -
Article No. 6742 | 22 Nov 2024
Klinis : mual muntah, napsu makan brkurang, lemas
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan jawaban yang rinci dan terperinci untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
1. Defisit nutrisi berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat, ditandai dengan mual muntah, nafsu makan berkurang, dan lemas.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Asupan nutrisi adekuat
2. Peningkatan berat badan
3. Peningkatan energi
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Monitor asupan dan output cairan
- Timbang berat badan secara teratur
- Catat jumlah dan frekuensi mual dan muntah
- Pantau intake nutrisi dan cairan per hari
2. Manajemen mual dan muntah
- Berikan antiemetik sesuai resep
- Anjurkan pasien untuk makan dalam porsi kecil tapi sering
- Berikan makanan yang mudah dicerna dan tidak menimbulkan rasa mual
3. Manajemen nutrisi
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan diet yang sesuai
- Berikan suplemen nutrisi sesuai kebutuhan
- Anjurkan pasien untuk makan makanan yang disukai
4. Manajemen kelelahan
- Atur waktu istirahat dan tidur yang cukup
- Anjurkan pasien untuk melakukan aktivitas ringan sesuai kemampuan
- Ajarkan teknik relaksasi untuk mengurangi kelelahan
Penjelasan:
1. Diagnosa keperawatan "Defisit nutrisi" dipilih karena tanda dan gejala yang ditunjukkan oleh pasien, yaitu mual muntah, nafsu makan berkurang, dan lemas, menunjukkan adanya gangguan dalam asupan nutrisi yang adekuat.
2. Luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah asupan nutrisi yang adekuat, peningkatan berat badan, dan peningkatan energi. Hal ini bertujuan untuk mengembalikan status nutrisi pasien ke kondisi yang optimal.
3. Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup tiga area utama, yaitu:
a. Pemantauan asupan dan output cairan, untuk mengetahui status nutrisi pasien saat ini.
b. Manajemen mual dan muntah, untuk mengatasi faktor yang menghambat asupan nutrisi yang adekuat.
c. Manajemen nutrisi, untuk memastikan pasien mendapatkan nutrisi yang sesuai dengan kebutuhannya.
d. Manajemen kelelahan, untuk membantu pasien meningkatkan energi dan kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari.
Dengan pendekatan komprehensif ini, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diinginkan, yaitu asupan nutrisi yang adekuat, peningkatan berat badan, dan peningkatan energi. -
Article No. 6743 | 22 Nov 2024
Klinis : Anak Z berusia 3 tahun 8 bulan datang melalui poli pada tanggal 09/05/2023 pukul 10.24 wib untuk rencana operasi hipospadia yang kedua yaitu uretroplasty. operasi hipospadia yang pertama dilakukan pada tanggal 28/09/2022 dan operasi hipospadia yang kedua dilakukan pada tanggal 10/05/2023. Ibu mengatakan Anak Z memiliki kelainan hipospadia sejak lahir dan dokter anak pada saat itu menyarankan tindakan operasi dilakukan pada saat Anak Z sudah berusia 3 tahun. Ibu mengatakan pada saat hamil Anak Z berusia 37 tahun dan ibu mengatakan tidak ada riwayat penyakit hipospadia sebelumnya. Ibu mengatakan keadaan umum Anak Z normal seperti anak seusianya, hanya saja pada saat Anak Z berkemih, urine tidak keluar dari lubang penis seperti pada umumnya. . Berdasarkan hasil pengkajian, An. Z post operasi uretroplasty hari ke 2, lukan tampak dibalut kassa, tampak kateter di ujung penis, urin berwarna kuning dan sedikit kemerahan. An. Z tamopak Meringis dan sesekali menangis krn luka operaasi. (face Scale : 8), Nadi 108x/mnt, RR : 24 x/mnt, suhu : 37 C,. An. Z tampak kotor, rambut tampak kusut, Ibu mengatakan An Z setelah operasi belum mandi dan belum ganti baju karena ibu khawatir dengan lukan operasi. An. Z tidak mau makan, hanya 4-5 suap, karena tidak nafsu makan, hanya ingin makanan yang dibuat dirumah. BB 15 Kg TB 100 cm data yang didapat dari rekam medis, terapi intravena yang diberikan pada Anak Z yaitu ; gentamicin 2 x 20 mg. keterolac 3x15 mg dan IVFD RL 500 ml 20 tpm
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan luka operasi uretroplasty.
2. Risiko infeksi berhubungan dengan luka operasi dan pemasangan kateter urin.
3. Gangguan kebutuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia pasca operasi.
4. Perubahan kebersihan diri berhubungan dengan keterbatasan untuk mandi pasca operasi.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Nyeri Akut: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
2. Risiko Infeksi: Kerentanan terhadap invasi dan proliferasi organisme patogen yang dapat mengancam kesehatan.
3. Defisit Nutrisi: Asupan nutrisi tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
4. Gangguan Kebersihan Diri: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas kebersihan diri secara mandiri.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Nyeri Terkontrol: Kemampuan individu untuk mengontrol pengalaman nyeri.
2. Bebas Infeksi: Tidak ada tanda-tanda infeksi pada luka operasi.
3. Nutrisi Adekuat: Kemampuan individu untuk mempertahankan berat badan dan status gizi yang sesuai.
4. Kebersihan Diri Terpelihara: Kemampuan individu untuk melakukan aktivitas kebersihan diri secara mandiri.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Nyeri: Tindakan untuk mengidentifikasi dan mengendalikan faktor-faktor yang berkontribusi pada nyeri.
2. Pencegahan Infeksi: Tindakan untuk mencegah atau meminimalkan risiko infeksi.
3. Manajemen Nutrisi: Tindakan untuk mempertahankan atau meningkatkan status nutrisi individu.
4. Perawatan Kebersihan Diri: Tindakan untuk membantu individu dalam melakukan aktivitas kebersihan diri.