Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 6911 | 24 Nov 2024
Klinis : Seorang perempuan berusia 28 tahun (G1P0A0) datang ke RSIA Sitti Khadijah dengan keluhan nyeri perut bawah yang berlangsung selama 4 hari, semakin berat sehari sebelum masuk rumah sakit. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit kronis, operasi sebelumnya, atau penggunaan kontrasepsi. Pemeriksaan fisik menunjukkan nyeri tekan suprapubik, dan pada pemeriksaan ultrasonografi ditemukan kantung gestasi di luar uterus (kehamilan ektopik). Pasien didiagnosis dengan kehamilan ektopik terganggu (KET) disertai anemia sedang.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan rinci terkait diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan untuk kondisi pasien yang Anda paparkan:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Nyeri akut berhubungan dengan kehamilan ektopik terganggu, ditandai dengan pasien mengeluhkan nyeri perut bawah yang berlangsung selama 4 hari, semakin berat sehari sebelum masuk rumah sakit, dan ditemukan nyeri tekan suprapubik pada pemeriksaan fisik.
2. Risiko perdarahan berhubungan dengan kehamilan ektopik terganggu, ditandai dengan ditemukan kantung gestasi di luar uterus pada pemeriksaan ultrasonografi dan pasien didiagnosis dengan kehamilan ektopik terganggu.
3. Anemia sedang berhubungan dengan kehilangan darah akibat kehamilan ektopik terganggu, ditandai dengan pemeriksaan fisik menunjukkan pasien memiliki anemia sedang.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Nyeri terkontrol: Pasien melaporkan nyeri berkurang dan mampu mengendalikan nyeri yang dirasakan.
2. Tidak terjadi perdarahan: Pasien tidak mengalami perdarahan selama masa perawatan.
3. Kadar hemoglobin dalam batas normal: Pemeriksaan laboratorium menunjukkan kadar hemoglobin pasien dalam batas normal.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nyeri:
a. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, keparahan, dan faktor pencetus nyeri.
b. Berikan analgesik sesuai instruksi medis untuk mengurangi nyeri.
c. Ajari pasien teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti relaksasi, distraksi, dan terapi dingin/hangat.
d. Berikan kenyamanan fisik dan lingkungan yang kondusif untuk mengurangi nyeri.
e. Evaluasi efektivitas intervensi dan lakukan penyesuaian jika diperlukan.
2. Manajemen Perdarahan:
a. Lakukan pemantauan tanda-tanda vital dan tanda-tanda perdarahan secara ketat.
b. Siapkan peralatan dan bahan untuk tindakan medis dalam penanganan perdarahan.
c. Berikan dukungan emosional dan edukasi kepada pasien terkait prosedur yang akan dilakukan.
d. Kolaborasi dengan tim medis untuk penanganan perdarahan sesuai rencana tindakan.
e. Evaluasi efektivitas penanganan perdarahan dan lakukan tindakan lanjutan jika diperlukan.
3. Manajemen Anemia:
a. Lakukan pemantauan kadar hemoglobin dan hematokrit secara berkala.
b. Berikan asupan nutrisi yang kaya zat besi dan vitamin C sesuai kebutuhan pasien.
c. Berikan suplemen besi dan vitamin sesuai instruksi medis.
d. Edukasi pasien terkait pentingnya asupan nutrisi dan suplemen untuk mengatasi anemia.
e. Evaluasi efektivitas intervensi dan lakukan penyesuaian jika diperlukan.
Kesimpulan, asuhan keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif dengan tim medis sangat diperlukan untuk mengatasi masalah kesehatan yang dialami oleh pasien dengan kehamilan ektopik terganggu disertai anemia sedang. Dengan intervensi yang tepat, diharapkan pasien dapat memperoleh hasil yang optimal. -
Article No. 6777 | 23 Nov 2024
Klinis : diagnosis medis nyeri akut apa sajaa
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait Diagnosa Keperawatan SDKI, Luaran/Output Asuhan Keperawatan (SLKI), dan Intervensi Keperawatan (SIKI) yang sesuai untuk kondisi nyeri akut.
Diagnosa Keperawatan SDKI untuk Nyeri Akut:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi nyeri akut berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah:
1. Nyeri Akut: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau yang dijelaskan dalam istilah kerusakan tersebut (International Association for the Study of Pain). Nyeri biasanya bersifat mendadak, intensitas bervariasi, dan berlangsung dalam waktu singkat.
Luaran/Output Asuhan Keperawatan (SLKI) untuk Nyeri Akut:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, pasien diharapkan dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Kontrol Nyeri: Kemampuan individu untuk mengendalikan rasa nyeri yang dialami.
2. Toleransi Nyeri: Kemampuan individu untuk bertahan atau menerima rasa nyeri yang dialami.
3. Status Fungsional: Kemampuan individu untuk melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan kapasitasnya.
4. Kenyamanan: Keadaan individu yang bebas dari rasa tidak nyaman secara fisik, psikologis, sosial, dan spiritual.
Intervensi Keperawatan (SIKI) untuk Nyeri Akut:
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Manajemen Nyeri:
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, meliputi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, keparahan, dan faktor presipitasi.
b. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian analgesik sesuai dengan kondisi pasien.
c. Ajarkan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti relaksasi, distraksi, terapi panas/dingin, dan teknik relaksasi.
d. Pantau efektivitas intervensi dalam mengurangi nyeri.
2. Manajemen Aktivitas:
a. Bantu pasien beristirahat dan mengatur aktivitas sesuai dengan toleransi.
b. Ajarkan teknik pengaturan aktivitas untuk mencegah peningkatan nyeri.
c. Kolaborasi dengan tim terkait untuk membantu pasien mencapai mobilitas dan kemandirian yang optimal.
3. Dukungan Emosional:
a. Berikan empati dan dukungan emosional kepada pasien dan keluarga.
b. Bantu pasien mengidentifikasi dan mengekspresikan perasaannya terkait nyeri.
c. Libatkan keluarga dalam memberikan dukungan psikologis kepada pasien.
Penerapan intervensi keperawatan tersebut secara komprehensif diharapkan dapat membantu pasien mencapai luaran/output yang diinginkan, yaitu mampu mengendalikan nyeri, meningkatkan toleransi nyeri, mempertahankan status fungsional, dan mencapai kenyamanan secara holistik. -
Article No. 6778 | 23 Nov 2024
Klinis : Ny.R umur 35 tahun dengan Diagnose Medis Post Sectio Caesaria 12 jam (P2A0) atas indikasi letak sungsang. Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 04 Februari 2020 pukul 10.00 WIB, klien mengeluh nyeri pada luka bekas operasi dengan panjang luka +l0cm didaerah abdomen bagian bawah dengan skala nyeri 6, nyeri seperti di tusuk- tusuk, dan tidak menentu waktunya, klien kampak meringis saat bergerak, klien mengatakan nyeri lebih terasa saat bergerak. Klien meminimalisir pergerakan untuk mengurangi nyeri (protektif). Klien mengatakan sulit tidur saat nyeri, Klien mengatakan tidak nyaman dengan luka di daeruh perut dan pemasangan kateter dan khawatir saat bergerak, ASI (air susu ibu) belum keluar, terdapat pemasangan infus dilengan kiri.TTV TD :120/80 N:80x/mnt S:36 RR :20x/menit
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI untuk kondisi Ny. R:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut
2. Ketidaknyamanan Perubahan Integritas Kulit
3. Risiko Perdarahan
Penjelasan Singkat:
1. Nyeri Akut
- SDKI: Nyeri Akut
- SLKI: Manajemen Nyeri
- SIKI: Manajemen Nyeri
Penjelasan: Klien mengalami nyeri akut pada luka bekas operasi sectio caesarea dengan karakteristik nyeri seperti tertusuk-tusuk, tidak menentu, skala 6, dan lebih terasa saat bergerak. Hal ini mengganggu aktivitas dan tidur klien.
2. Ketidaknyamanan Perubahan Integritas Kulit
- SDKI: Ketidaknyamanan Perubahan Integritas Kulit
- SLKI: Perawatan Luka
- SIKI: Perawatan Luka
Penjelasan: Klien merasa tidak nyaman dengan luka bekas operasi sectio caesarea dan pemasangan kateter di daerah abdomen. Hal ini dapat memengaruhi pemulihan klien.
3. Risiko Perdarahan
- SDKI: Risiko Perdarahan
- SLKI: Manajemen Perdarahan
- SIKI: Manajemen Perdarahan
Penjelasan: Klien baru saja menjalani operasi sectio caesarea, sehingga berisiko mengalami perdarahan, terutama jika terjadi komplikasi.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus menggunakan standar asuhan keperawatan yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), yaitu SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) untuk memastikan kualitas dan keselamatan pasien. -
Article No. 6779 | 23 Nov 2024
Klinis : Ny.R umur 35 tahun dengan Diagnose Medis Post Sectio Caesaria 12 jam (P2A0) atas indikasi letak sungsang. Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 04 Februari 2020 pukul 10.00 WIB, klien mengeluh nyeri pada luka bekas operasi dengan panjang luka +l0cm didaerah abdomen bagian bawah dengan skala nyeri 6, nyeri seperti di tusuk- tusuk, dan tidak menentu waktunya, klien kampak meringis saat bergerak, klien mengatakan nyeri lebih terasa saat bergerak. Klien meminimalisir pergerakan untuk mengurangi nyeri (protektif). Klien mengatakan sulit tidur saat nyeri, Klien mengatakan tidak nyaman dengan luka di daeruh perut dan pemasangan kateter dan khawatir saat bergerak, ASI (air susu ibu) belum keluar, terdapat pemasangan infus dilengan kiri.TTV TD :120/80 N:80x/mnt S:36 RR :20x/menit
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan mempertimbangkan kondisi Ny. R yang baru menjalani operasi Sectio Caesaria 12 jam yang lalu, maka diagnosa keperawatan yang sesuai berdasarkan SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia) adalah:
1. Nyeri Akut
- Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah-istilah tersebut (International Association for the Study of Pain).
- Penyebab: Agen cedera biologis (luka bekas operasi).
- Tanda dan Gejala: Klien mengeluh nyeri pada luka bekas operasi dengan panjang luka +10 cm di daerah abdomen bagian bawah dengan skala nyeri 6, nyeri seperti ditusuk-tusuk, tidak menentu waktunya, klien tampak meringis saat bergerak, klien mengatakan nyeri lebih terasa saat bergerak, klien meminimalisir pergerakan untuk mengurangi nyeri (perilaku protektif).
2. Gangguan Pola Tidur
- Definisi: Gangguan dalam jumlah dan kualitas tidur yang mengganggu fungsi sehari-hari.
- Penyebab: Nyeri.
- Tanda dan Gejala: Klien mengatakan sulit tidur saat nyeri.
3. Cemas
- Definisi: Respon emosional terhadap ancaman yang tidak jelas atau tidak diketahui.
- Penyebab: Kondisi tubuh yang berubah (luka bekas operasi, pemasangan kateter) dan ketidakpastian akan perkembangan kesehatan.
- Tanda dan Gejala: Klien mengatakan tidak nyaman dengan luka di daerah perut dan pemasangan kateter, serta khawatir saat bergerak.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Nyeri Akut:
- Klien melaporkan nyeri berkurang menjadi skala 2-3.
- Klien dapat beraktivitas dengan nyaman tanpa nyeri yang mengganggu.
- Klien dapat beristirahat dengan cukup.
2. Gangguan Pola Tidur:
- Klien dapat tidur dengan nyenyak selama 6-8 jam dalam sehari.
- Klien melaporkan tidak ada kesulitan untuk memulai dan mempertahankan tidur.
3. Cemas:
- Klien dapat mengungkapkan kecemasan dengan tenang.
- Klien menunjukkan tanda-tanda fisiologis cemas dalam batas normal.
- Klien mampu menggunakan strategi koping yang efektif untuk mengurangi kecemasan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Nyeri Akut:
- Manajemen nyeri: Berikan analgesik sesuai instruksi medis, lakukan teknik nonfarmakologis (distraksi, relaksasi, kompres hangat/dingin), monitor efektivitas intervensi.
- Mobilisasi dini: Dorong klien untuk melakukan pergerakan sesuai toleransi untuk mencegah komplikasi.
- Edukasi: Ajarkan klien dan keluarga tentang manajemen nyeri.
2. Gangguan Pola Tidur:
- Manajemen lingkungan: Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman untuk tidur.
- Terapi aktivitas: Anjurkan klien melakukan aktivitas yang dapat membantu tidur, seperti relaksasi.
- Edukasi: Ajarkan klien dan keluarga teknik-teknik untuk memfasilitasi tidur.
3. Cemas:
- Manajemen kecemasan: Lakukan teknik relaksasi, distraksi, dan latihan napas dalam untuk mengurangi kecemasan.
- Dukungan emosional: Berikan empati, validasi perasaan klien, dan dorong klien untuk mengekspresikan perasaannya.
- Edukasi: Berikan informasi yang jelas dan akurat tentang kondisi dan rencana perawatan untuk mengurangi kecemasan.
Dengan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan kondisi Ny. R dapat membaik dan mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 6780 | 23 Nov 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan sesak objektif kau sedang diet mldm HD lab Dr(+) gds 145 s/ c o. pulmo dari UGD s/hd S / transfusi TC 2 bag s/ punksi s/hd s/cek analisa cairan pleura h+ S / lengkap H(+), s/codr tihar HD
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi Aktivitas
- Penjelasan: Kondisi di mana pasien mengalami ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari akibat dari adanya keterbatasan fisik, psikologis, atau lingkungan.
2. Kelebihan Volume Cairan
- Penjelasan: Kondisi di mana pasien mengalami peningkatan cairan di dalam tubuh, yang dapat menyebabkan sesak napas, edema, dan perubahan elektrolit.
3. Risiko Infeksi
- Penjelasan: Kondisi di mana pasien berisiko mengalami infeksi akibat paparan terhadap agen patogen, penurunan mekanisme pertahanan tubuh, atau prosedur invasif.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
- SDKI adalah acuan resmi yang digunakan oleh perawat di Indonesia untuk menentukan diagnosa keperawatan.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
- SLKI adalah acuan resmi yang digunakan oleh perawat di Indonesia untuk menentukan luaran atau hasil yang diharapkan dari asuhan keperawatan.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
- SIKI adalah acuan resmi yang digunakan oleh perawat di Indonesia untuk menentukan intervensi keperawatan yang sesuai dengan diagnosa keperawatan dan luaran yang diharapkan.
Tone: Akademis
Persona: Pakar, Perawat -
Article No. 6781 | 23 Nov 2024
Klinis : An. R usia 5 tahun dirawat diruang perawatan Anak dirawat dengan keluhan sesak setelah beraktivitas. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan bunyi jantung Murmur, nadi perifer teraba lemah, dan tekanan darah lemah. Anak Nampak gelisah dan rewel. Ibu An R mengatakan anaknya baru bisa berjalan pada usia 2 tahun. Anak Nampak kurus dan malas makan. Apakah diagnosis keperawatan yang ditegakkan dari kasus tersebut
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis keperawatan yang dapat ditegakkan untuk kasus An. R adalah:
Diagnosis Keperawatan: Intoleransi Aktivitas
Definisi: Keterbatasan dalam toleransi beraktivitas fisik yang diakibatkan oleh ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
Etiologi:
1. Penyakit jantung bawaan
2. Gangguan neuromuskular
3. Malnutrisi
Gejala dan Tanda:
1. Sesak napas setelah beraktivitas
2. Bunyi jantung murmur
3. Nadi perifer lemah
4. Tekanan darah lemah
5. Kecemasan dan kegelisahan
6. Toleransi aktivitas yang menurun
7. Malnutrisi
Sesuai dengan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi kondisi ini meliputi:
1. Pemantauan tanda-tanda vital secara berkala
2. Manajemen aktivitas untuk meningkatkan toleransi
3. Manajemen nutrisi untuk mencapai status gizi yang optimal
4. Terapi oksigen sesuai indikasi
5. Kolaborasi dengan tim medis untuk penatalaksanaan penyakit jantung bawaan atau gangguan neuromuskular yang mendasari
Dengan intervensi yang tepat, diharapkan dapat meningkatkan toleransi aktivitas, memulihkan status gizi, dan mencegah komplikasi lebih lanjut pada pasien. -
Article No. 6782 | 23 Nov 2024
Klinis : An. R usia 5 tahun dirawat diruang perawatan Anak dirawat dengan keluhan sesak setelah beraktivitas. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan bunyi jantung Murmur, nadi perifer teraba lemah, dan tekanan darah lemah. Anak Nampak gelisah dan rewel. Ibu An R mengatakan anaknya baru bisa berjalan pada usia 2 tahun. Anak Nampak kurus dan malas makan. Apakah diagnosis keperawatan yang ditegakkan dari kasus tersebut
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi An. R:
Diagnosa Keperawatan:
Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Kardiovaskular berhubungan dengan gangguan struktural jantung berdasarkan gejala nyeri dada, kelelahan, dan gangguan irama jantung.
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Kardiovaskular: Penurunan kemampuan sirkulasi darah ke jaringan untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Faktor yang berhubungan: Gangguan struktural jantung.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Perfusi Jaringan Kardiovaskular: Kemampuan sistem kardiovaskular untuk mendistribusikan oksigen dan nutrisi ke jaringan.
- Luaran yang diharapkan: Tanda-tanda vital dalam rentang normal, kekuatan nadi perifer adekuat, dan tidak ada tanda-tanda gangguan sirkulasi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Pemantauan Tanda-Tanda Vital: Mengukur dan memantau tanda-tanda vital secara berkala.
- Terapi Oksigen: Memberikan oksigen sesuai kebutuhan untuk mempertahankan saturasi oksigen.
- Manajemen Aktivitas: Mengatur aktivitas pasien untuk mencegah kelelahan.
Dengan diagnosa keperawatan ini, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk meningkatkan perfusi jaringan kardiovaskular pada An. R dan mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 6783 | 23 Nov 2024
Klinis : An. R usia 5 tahun dirawat diruang perawatan Anak dirawat dengan keluhan sesak setelah beraktivitas. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan bunyi jantung Murmur, nadi perifer teraba lemah, dan tekanan darah lemah. Anak Nampak gelisah dan rewel. Ibu An R mengatakan anaknya baru bisa berjalan pada usia 2 tahun. Anak Nampak kurus dan malas makan. Apakah diagnosis keperawatan yang ditegakkan dari kasus tersebut
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI untuk kondisi An. R yang Anda sampaikan.
Berdasarkan data yang diperoleh, diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan adalah:
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan jantung (SDKI)
Definisi: Penurunan suplai oksigen ke jaringan jantung yang dapat mengancam kesehatan.
Penyebab: Peningkatan kebutuhan oksigen, gangguan struktur jantung.
Gejala dan tanda: Bunyi jantung murmur, nadi perifer lemah, tekanan darah lemah, kelelahan.
2. Risiko keterlambatan perkembangan (SDKI)
Definisi: Risiko mengalami perkembangan yang lebih lambat dari yang diharapkan sesuai dengan usia dan tahapan perkembangan.
Penyebab: Kondisi medis, masalah nutrisi.
Gejala dan tanda: Berjalan baru pada usia 2 tahun, kurus, malas makan.
3. Kecemasan (SDKI)
Definisi: Perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya.
Penyebab: Perubahan status kesehatan, hospitalisasi.
Gejala dan tanda: Anak nampak gelisah dan rewel.
Sesuai dengan standar SLKI dan SIKI, intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
- Pemantauan tanda-tanda vital dan kondisi kardiovaskular
- Manajemen aktivitas dan istirahat
- Dukungan nutrisi
- Terapi bermain dan distraksi
- Manajemen kecemasan dan pendidikan kesehatan
Dengan penanganan komprehensif berdasarkan SDKI-SLKI-SIKI, diharapkan kondisi An. R dapat diperbaiki dan dicegah komplikasi lebih lanjut. -
Article No. 6784 | 23 Nov 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan sesak, dari data objektif : ku sedang, diet ml DM HD, lab Dr(+) gds : 145, s/ co. pulmo dari UGD, s/hd, S / transfusi TC 2 bag, s/punksi, s/hd, s/cek analisa cairan pleura h+, S / lab lengkap H(+), s/co dr tihar, s/ HD
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
Penjelasan:
- SDKI: Ketidakmampuan untuk mempertahankan kebersihan jalan napas yang efektif untuk memfasilitasi pertukaran gas.
- SLKI: Peningkatan kemampuan pasien dalam mempertahankan kebersihan jalan napas yang efektif.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk memfasilitasi kebersihan dan permeabilitas jalan napas.
Berdasarkan data yang diberikan, pasien datang dengan keluhan sesak napas, menunjukkan adanya masalah dalam mempertahankan kebersihan jalan napas yang efektif. Diagnosa ini sesuai dengan kondisi pasien.
2. Intoleransi Aktivitas
Penjelasan:
- SDKI: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang diinginkan.
- SLKI: Peningkatan kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari yang diinginkan.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk memfasilitasi peningkatan toleransi terhadap aktivitas.
Pasien memiliki kondisi medis yang kompleks, seperti DM, HD, transfusi, dan punksi, yang dapat menyebabkan intoleransi aktivitas. Diagnosa ini sesuai dengan kondisi pasien.
3. Resiko Infeksi
Penjelasan:
- SDKI: Rentan mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat membahayakan kesehatan.
- SLKI: Penurunan risiko infeksi pada pasien.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk mencegah dan mengendalikan infeksi.
Pasien menjalani beberapa prosedur medis, seperti HD, transfusi, dan punksi, yang dapat meningkatkan risiko infeksi. Diagnosa ini sesuai dengan kondisi pasien.
Tone: Akademis
Persona: Pakar, Perawat -
Article No. 6785 | 23 Nov 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan sesak, dari data objektif : ku sedang, diet ml DM HD, lab Dr(+) gds : 145, s/ co. pulmo dari UGD, s/hd, S / transfusi TC 2 bag, s/punksi, s/hd, s/cek analisa cairan pleura h+, S / lab lengkap H(+), s/co dr tihar, s/ HD
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah analisis komprehensif berdasarkan kondisi pasien yang Anda berikan:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Gangguan Pertukaran Gas
Pasien datang dengan keluhan utama sesak napas, yang mengindikasikan adanya gangguan dalam pertukaran gas. Hal ini didukung oleh data objektif seperti kunjungan dari UGD, pemeriksaan laboratorium, dan riwayat hemodialisis.
2. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
Kemungkinan terdapat sekret atau cairan yang menghambat jalan napas, seperti yang terlihat dari pemeriksaan cairan pleura dan riwayat pungsi.
3. Risiko Ketidakseimbangan Cairan
Pasien memiliki riwayat hemodialisis dan transfusi, menunjukkan adanya risiko ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Pertukaran Gas Membaik
Indikator: Frekuensi napas dalam rentang normal, kedalaman inspirasi adekuat, saturasi oksigen dalam batas normal.
2. Bersihan Jalan Napas Efektif
Indikator: Tidak ada sekret yang menghambat, tidak ada suara napas tambahan, pasien dapat batuk efektif.
3. Keseimbangan Cairan Terpelihara
Indikator: Intake dan output cairan seimbang, tidak ada tanda-tanda kelebihan atau kekurangan cairan, elektrolit dalam batas normal.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Oksigenasi
- Pantau status oksigenasi (saturasi oksigen, frekuensi napas)
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Atur posisi semi-fowler untuk memaksimalkan ventilasi
2. Manajemen Jalan Napas
- Lakukan fisioterapi dada untuk membantu pengeluaran sekret
- Ajarkan teknik batuk efektif
- Pertimbangkan pengisapan lendir jika diperlukan
3. Manajemen Cairan
- Pantau intake dan output cairan
- Timbang berat badan harian
- Batasi asupan cairan jika perlu
- Kolaborasi dengan tim medis untuk koreksi elektrolit
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan SDKI yang dipilih didasarkan pada gejala dan tanda-tanda yang ditunjukkan oleh pasien, serta data laboratorium dan riwayat medis. Luaran/output yang diharapkan mencakup perbaikan fungsi pernafasan, bersihan jalan nafas, dan keseimbangan cairan. Intervensi keperawatan yang direkomendasikan bertujuan untuk mencapai luaran tersebut melalui manajemen oksigenasi, manajemen jalan napas, dan manajemen cairan. Semua ini dilakukan dengan pendekatan holistik dan kolaborasi dengan tim medis untuk memastikan perawatan yang komprehensif bagi pasien.