Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 6876 | 24 Nov 2024
Klinis : Korban diketahui tiba di IGD RSUD SoE pada Jumat 5 April 2024 sekitar pukul 22.00 Wita. Kasus ini terjadi di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa Tenggara Timur, di mana seorang bayi berusia dua bulan mengalami luka-luka setelah mengikuti tradisi "panggang." Tradisi ini dilakukan oleh masyarakat setempat dengan tujuan memperkuat fisik bayi. Bayi tersebut diletakkan di atas daun kelapa dan didekatkan ke api selama beberapa waktu. Ibu bayi, Anisa, menjelaskan bahwa niatnya adalah untuk menjalani tradisi adat yang dipercaya mampu meningkatkan kesehatan anaknya. Namun, setelah mengikuti ritual, bayi tersebut mengalami luka bakar di beberapa bagian tubuhnya. Pihak keluarga langsung memberikan pertolongan pertama dan membawa bayi tersebut ke puskesmas terdekat. Dia menjelaskan FIE adalah anak kedua. "Dulu anak pertama tidak dipanggang karena lahir di Kupang. Waktu itu tidak ada luka-luka. Baru sekarang saja ada luka-luka di anak kedua," katanya. carikan diagnosa terkait budaya atau kategori perilaku serta kode sdkinya
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat, saya dapat memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait kasus bayi yang mengalami luka bakar akibat tradisi "panggang" di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa Tenggara Timur.
Diagnosa Keperawatan:
1. Resiko Kerusakan Integritas Kulit berhubungan dengan Tradisi Budaya
Kode SDKI: (00047) Resiko Kerusakan Integritas Kulit
Penjelasan singkat:
Bayi yang mengalami tradisi "panggang" berisiko mengalami kerusakan integritas kulit akibat terpaparan panas api secara langsung. Tradisi ini, yang dipercaya dapat meningkatkan kesehatan bayi, ternyata dapat menyebabkan luka bakar pada bayi. Perawat perlu mengidentifikasi dan mengelola risiko ini, serta memberikan edukasi kepada keluarga mengenai dampak negatif tradisi tersebut.
2. Ketidaksesuaian Praktik Budaya berhubungan dengan Keyakinan Budaya
Kode SDKI: (00231) Ketidaksesuaian Praktik Budaya
Penjelasan singkat:
Dalam kasus ini, terdapat perbedaan antara praktik budaya tradisi "panggang" yang dilakukan oleh keluarga dan praktik kesehatan yang seharusnya dilakukan. Perawat perlu memahami latar belakang budaya keluarga, menghargai kepercayaan mereka, namun juga memberikan edukasi mengenai risiko kesehatan yang dapat terjadi. Kolaborasi antara perawat dan keluarga diperlukan untuk mencapai praktik kesehatan yang sesuai.
Kode SIKI:
I0165 Praktik Budaya
I0167 Keyakinan Budaya
Kode SLKI:
L0082 Adaptasi Budaya
Sebagai perawat, saya akan berusaha memahami latar belakang budaya keluarga, menghargai kepercayaan mereka, namun juga memberikan edukasi yang sesuai mengenai risiko kesehatan. Tujuannya adalah untuk mencapai praktik kesehatan yang aman dan sesuai dengan kebutuhan bayi. -
Article No. 6877 | 24 Nov 2024
Klinis : Korban diketahui tiba di IGD RSUD SoE pada Jumat 5 April 2024 sekitar pukul 22.00 Wita. Kasus ini terjadi di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa Tenggara Timur, di mana seorang bayi berusia dua bulan mengalami luka-luka setelah mengikuti tradisi "panggang." Tradisi ini dilakukan oleh masyarakat setempat dengan tujuan memperkuat fisik bayi. Bayi tersebut diletakkan di atas daun kelapa dan didekatkan ke api selama beberapa waktu. Ibu bayi, Anisa, menjelaskan bahwa niatnya adalah untuk menjalani tradisi adat yang dipercaya mampu meningkatkan kesehatan anaknya. Namun, setelah mengikuti ritual, bayi tersebut mengalami luka bakar di beberapa bagian tubuhnya. Pihak keluarga langsung memberikan pertolongan pertama dan membawa bayi tersebut ke puskesmas terdekat. Dia menjelaskan FIE adalah anak kedua. "Dulu anak pertama tidak dipanggang karena lahir di Kupang. Waktu itu tidak ada luka-luka. Baru sekarang saja ada luka-luka di anak kedua," katanya. carikan diagnosa terkait budaya atau kategori perilaku serta kode sdkinya
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang sesuai dengan kondisi kasus yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko cedera terkait praktik budaya tradisional "panggang"
- Kode SDKI: Risiko Cedera (00035)
- Definisi: Kerentanan terhadap cidera fisik yang dapat mengakibatkan kerusakan jaringan tubuh.
- Faktor risiko: Praktik budaya tradisional "panggang" yang dapat menyebabkan luka bakar pada bayi.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
- SDKI adalah standar yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan, kebutuhan, dan potensi klien yang menjadi fokus asuhan keperawatan.
- Diagnosa Risiko Cedera (00035) mengacu pada kerentanan individu terhadap cidera fisik yang dapat mengakibatkan kerusakan jaringan tubuh.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
- SLKI adalah standar yang digunakan untuk menetapkan hasil yang diharapkan dari asuhan keperawatan.
- Luaran yang diharapkan untuk diagnosa Risiko Cedera (00035) mencakup peningkatan pengetahuan tentang pencegahan cedera, kemampuan menghindari bahaya, dan pemantauan tanda-tanda awal komplikasi.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
- SIKI adalah standar yang digunakan untuk menentukan tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk diagnosa Risiko Cedera (00035) meliputi edukasi tentang praktik budaya tradisional yang aman, pengawasan ketat selama praktik, dan perawatan luka bakar yang komprehensif.
Dalam kasus ini, perawat perlu mengidentifikasi risiko cedera terkait praktik budaya tradisional "panggang" dan mengembangkan rencana asuhan keperawatan yang komprehensif untuk mencegah komplikasi dan mempromosikan kesehatan bayi. -
Article No. 6878 | 24 Nov 2024
Klinis : Korban diketahui tiba di IGD RSUD SoE pada Jumat 5 April 2024 sekitar pukul 22.00 Wita. Kasus ini terjadi di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa Tenggara Timur, di mana seorang bayi berusia dua bulan mengalami luka-luka setelah mengikuti tradisi "panggang." Tradisi ini dilakukan oleh masyarakat setempat dengan tujuan memperkuat fisik bayi. Bayi tersebut diletakkan di atas daun kelapa dan didekatkan ke api selama beberapa waktu. Ibu bayi, Anisa, menjelaskan bahwa niatnya adalah untuk menjalani tradisi adat yang dipercaya mampu meningkatkan kesehatan anaknya. Namun, setelah mengikuti ritual, bayi tersebut mengalami luka bakar di beberapa bagian tubuhnya. Pihak keluarga langsung memberikan pertolongan pertama dan membawa bayi tersebut ke puskesmas terdekat. Dia menjelaskan FIE adalah anak kedua. "Dulu anak pertama tidak dipanggang karena lahir di Kupang. Waktu itu tidak ada luka-luka. Baru sekarang saja ada luka-luka di anak kedua," katanya. carikan diagnosa terkait budaya atau kategori perilaku serta kode sdkinya
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait dengan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Cedera Akut berhubungan dengan Praktik Tradisional Budaya
- Penjelasan: Bayi mengalami luka bakar setelah mengikuti tradisi "panggang" yang dilakukan oleh masyarakat setempat dengan tujuan memperkuat fisik bayi. Hal ini menimbulkan risiko cedera akut yang dapat menyebabkan komplikasi dan mempengaruhi kondisi kesehatan bayi.
SDKI:
Kode: 00035
Definisi: Kerentanan untuk mengalami cedera fisik yang dapat membahayakan kesehatan, yang dapat terjadi secara tiba-tiba dan tidak terduga.
SLKI:
Kode: 10001
Hasil yang Diharapkan: Tidak terjadi cedera pada bayi.
SIKI:
Kode: 7310
Intervensi: Edukasi Keselamatan Budaya
- Memberikan informasi dan pemahaman kepada keluarga tentang risiko dan dampak negatif dari tradisi "panggang" terhadap kesehatan bayi.
- Membantu keluarga untuk mencari alternatif tradisi yang lebih aman dan sesuai dengan kondisi bayi.
- Kolaborasi dengan pemuka adat atau tokoh masyarakat untuk mengkomunikasikan pentingnya menjaga keselamatan bayi dalam menjalankan tradisi budaya.
Dengan pendekatan yang sensitif budaya, diharapkan keluarga dapat memahami risiko dan mempertimbangkan alternatif tradisi yang lebih aman bagi kesehatan bayi. Perawat berperan penting dalam mengkomunikasikan informasi kesehatan dan memfasilitasi dialog yang konstruktif dengan keluarga serta pemuka adat setempat. -
Article No. 6879 | 24 Nov 2024
Klinis : Korban diketahui tiba di IGD RSUD SoE pada Jumat 5 April 2024 sekitar pukul 22.00 Wita. Kasus ini terjadi di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa Tenggara Timur, di mana seorang bayi berusia dua bulan mengalami luka-luka setelah mengikuti tradisi "panggang." Tradisi ini dilakukan oleh masyarakat setempat dengan tujuan memperkuat fisik bayi. Bayi tersebut diletakkan di atas daun kelapa dan didekatkan ke api selama beberapa waktu. Ibu bayi, Anisa, menjelaskan bahwa niatnya adalah untuk menjalani tradisi adat yang dipercaya mampu meningkatkan kesehatan anaknya. Namun, setelah mengikuti ritual, bayi tersebut mengalami luka bakar di beberapa bagian tubuhnya. Pihak keluarga langsung memberikan pertolongan pertama dan membawa bayi tersebut ke puskesmas terdekat. Dia menjelaskan FIE adalah anak kedua. "Dulu anak pertama tidak dipanggang karena lahir di Kupang. Waktu itu tidak ada luka-luka. Baru sekarang saja ada luka-luka di anak kedua," katanya. carikan diagnosa terkait kategori perilaku serta kode sdkinya
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat professional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) untuk kondisi bayi yang mengalami luka bakar akibat tradisi "panggang" di Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Cedera Terkait Tradisi Budaya
Kode SDKI: 00035
Definisi: Risiko mengalami kerusakan fisik yang disebabkan oleh paparan terhadap sumber eksternal.
Penjelasan: Bayi mengalami risiko cedera akibat terlibat dalam tradisi "panggang" yang dilakukan oleh masyarakat setempat. Tradisi ini melibatkan paparan bayi terhadap api yang dapat menyebabkan luka bakar.
2. Gangguan Integritas Kulit
Kode SDKI: 00046
Definisi: Kerusakan pada epidermis, dermis, atau jaringan di bawahnya.
Penjelasan: Bayi mengalami luka bakar di beberapa bagian tubuh akibat terlibat dalam tradisi "panggang", sehingga terjadi gangguan integritas kulit.
3. Risiko Infeksi
Kode SDKI: 00004
Definisi: Risiko terpapar oleh agen patogen.
Penjelasan: Dengan adanya luka bakar pada bayi, terdapat risiko infeksi yang perlu diperhatikan dan diantisipasi.
Standar Luaran Keperawatan (SLKI):
1. Integritas Kulit: Tujuan perawatan adalah mencegah komplikasi dan mempromosikan penyembuhan luka bakar.
2. Kontrol Infeksi: Tujuan perawatan adalah mempertahankan lingkungan yang bebas dari infeksi.
3. Adaptasi Budaya: Tujuan perawatan adalah membantu klien dan keluarga beradaptasi dengan tradisi budaya yang aman.
Standar Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Luka: Intervensi untuk mempertahankan integritas kulit dan mempromosikan penyembuhan luka bakar.
2. Pencegahan Infeksi: Intervensi untuk mencegah infeksi pada luka bakar.
3. Fasilitasi Adaptasi: Intervensi untuk membantu klien dan keluarga beradaptasi dengan tradisi budaya yang aman.
Sebagai seorang perawat, saya akan bekerja sama dengan keluarga dan tim kesehatan lainnya untuk memberikan perawatan yang komprehensif dan berorientasi pada keselamatan bayi. Pemahaman terhadap tradisi budaya masyarakat setempat juga penting untuk memfasilitasi adaptasi yang aman dan mendukung proses penyembuhan. -
Article No. 6880 | 24 Nov 2024
Klinis : Korban diketahui tiba di IGD RSUD SoE pada Jumat 5 April 2024 sekitar pukul 22.00 Wita. Kasus ini terjadi di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa Tenggara Timur, di mana seorang bayi berusia dua bulan mengalami luka-luka setelah mengikuti tradisi "panggang." Tradisi ini dilakukan oleh masyarakat setempat dengan tujuan memperkuat fisik bayi. Bayi tersebut diletakkan di atas daun kelapa dan didekatkan ke api selama beberapa waktu. Ibu bayi, Anisa, menjelaskan bahwa niatnya adalah untuk menjalani tradisi adat yang dipercaya mampu meningkatkan kesehatan anaknya. Namun, setelah mengikuti ritual, bayi tersebut mengalami luka bakar di beberapa bagian tubuhnya. Pihak keluarga langsung memberikan pertolongan pertama dan membawa bayi tersebut ke puskesmas terdekat. Dia menjelaskan FIE adalah anak kedua. "Dulu anak pertama tidak dipanggang karena lahir di Kupang. Waktu itu tidak ada luka-luka. Baru sekarang saja ada luka-luka di anak kedua," katanya. carikan diagnosa terkait kategori pada sdki perilaku serta kode sdkinya
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, saya adalah perawat yang akan membantu Anda dalam mengidentifikasi diagnosa keperawatan berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Berdasarkan informasi yang Anda berikan, kasus ini menunjukkan adanya luka bakar pada bayi dua bulan akibat ritual tradisional "panggang" yang dilakukan oleh masyarakat setempat. Dari perspektif SDKI, diagnosis keperawatan yang relevan adalah:
1. Diagnosa Keperawatan: Risiko Cedera Akibat Aktivitas Tradisional
Kode SDKI: 00035
Penjelasan: Bayi mengalami luka bakar akibat ritual tradisional "panggang" yang dilakukan oleh keluarga dengan tujuan meningkatkan kesehatan. Hal ini menunjukkan adanya risiko cedera yang terkait dengan aktivitas tradisional.
2. Diagnosa Keperawatan: Kesiapan Meningkatkan Pengetahuan
Kode SDKI: 00176
Penjelasan: Ibu bayi memiliki niat untuk menjalani tradisi adat dengan tujuan meningkatkan kesehatan anaknya. Namun, tradisi tersebut menimbulkan cedera. Ini menunjukkan adanya kesiapan untuk meningkatkan pengetahuan tentang praktik tradisional yang aman dan sesuai dengan standar kesehatan.
Selain itu, berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), beberapa intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah:
1. Manajemen Aktivitas Tradisional (Kode SIKI: 6330)
Intervensi ini bertujuan untuk membantu klien dan keluarga dalam mengelola aktivitas tradisional yang aman dan sesuai dengan standar kesehatan.
2. Edukasi Kesehatan (Kode SIKI: 6650)
Intervensi ini bertujuan untuk memberikan edukasi kepada klien dan keluarga tentang praktik tradisional yang aman dan dampaknya terhadap kesehatan, serta alternatif praktik yang lebih sesuai.
3. Dukungan Keluarga (Kode SIKI: 7110)
Intervensi ini bertujuan untuk melibatkan keluarga dalam proses perawatan dan pemulihan bayi, serta memberikan dukungan emosional dan informasi yang relevan.
Demikian diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI yang dapat saya sampaikan. Semoga informasi ini bermanfaat bagi Anda. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menanyakannya. -
Article No. 6881 | 24 Nov 2024
Klinis : kunjungan rumah ditemukan seorang lak-laki, berusia 20 tahun dengan kondisi kotor dan bandan berbau. Orang tua mengatakan, "Sudah hampir 1 bulan, anak saya tidak mandi." Hasil observasi: penampilan klien tidak rapi, tidak mampu berpakaian dengan benar, dan tercium bau yang tidak sedap dari tubuhnya. Apa masalah keperawatan pada kasus di atas? Select one: a. Ketidakberdayaan b. Defisit Perawatan Diri c. Keputusasaan d. Isolasi Sosial
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diberikan, diagnosis keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
a. Defisit Perawatan Diri
Defisit Perawatan Diri didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri yang diperlukan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kebersihan Diri: Kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas kebersihan diri secara mandiri.
2. Penampilan: Kemampuan untuk mempertahankan penampilan diri yang rapi dan bersih.
3. Bau Tubuh: Kemampuan untuk mempertahankan bau tubuh yang netral atau tidak mengganggu.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pendidikan Kesehatan: Memberikan edukasi kepada klien dan keluarga tentang pentingnya personal hygiene, frekuensi mandi, dan cara menjaga kebersihan diri yang benar.
2. Bantuan Perawatan Diri: Membantu klien melakukan aktivitas perawatan diri seperti mandi, berpakaian, dan menjaga kebersihan diri.
3. Pengaturan Lingkungan: Menyediakan fasilitas dan lingkungan yang mendukung untuk perawatan diri, seperti menyediakan air bersih, sabun, dan handuk.
4. Pemantauan: Melakukan pemantauan terhadap kebersihan, penampilan, dan bau tubuh klien secara berkala.
5. Dukungan Emosional: Memberikan dukungan emosional kepada klien dan keluarga untuk meningkatkan motivasi dalam melakukan perawatan diri.
Penjelasan rinci:
Diagnosis keperawatan Defisit Perawatan Diri dipilih karena klien menunjukkan ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri dasar, seperti mandi, berpakaian, dan menjaga kebersihan diri. Luaran yang diharapkan adalah agar klien dapat meningkatkan kemampuan dalam melakukan aktivitas perawatan diri, sehingga kebersihan, penampilan, dan bau tubuh dapat terjaga dengan baik. Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi pendidikan kesehatan, bantuan perawatan diri, pengaturan lingkungan, pemantauan, dan dukungan emosional, untuk membantu klien mencapai kemampuan perawatan diri yang optimal. -
Article No. 6882 | 24 Nov 2024
Klinis : Korban diketahui tiba di IGD RSUD SoE pada Jumat 5 April 2024 sekitar pukul 22.00 Wita. Kasus ini terjadi di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa Tenggara Timur, di mana seorang bayi berusia dua bulan mengalami luka-luka setelah mengikuti tradisi "panggang." Tradisi ini dilakukan oleh masyarakat setempat dengan tujuan memperkuat fisik bayi. Bayi tersebut diletakkan di atas daun kelapa dan didekatkan ke api selama beberapa waktu. Ibu bayi, Anisa, menjelaskan bahwa niatnya adalah untuk menjalani tradisi adat yang dipercaya mampu meningkatkan kesehatan anaknya. Namun, setelah mengikuti ritual, bayi tersebut mengalami luka bakar di beberapa bagian tubuhnya. Pihak keluarga langsung memberikan pertolongan pertama dan membawa bayi tersebut ke puskesmas terdekat. Dia menjelaskan FIE adalah anak kedua. "Dulu anak pertama tidak dipanggang karena lahir di Kupang. Waktu itu tidak ada luka-luka. Baru sekarang saja ada luka-luka di anak kedua," katanya. jika diagnosanya defisit kesehatan komunitas deskripsikan gejala dan tanda mayor minor nya
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan mempertimbangkan informasi yang diberikan, diagnosa keperawatan yang muncul untuk kasus ini adalah:
1. Defisit Kesehatan Komunitas
Definisi: Ketidakmampuan komunitas untuk mencapai, mempertahankan, atau memulihkan tingkat kesehatan yang optimal.
Gejala dan Tanda Mayor:
- Adanya praktik tradisional yang dapat membahayakan kesehatan masyarakat
- Kurangnya kesadaran masyarakat tentang risiko dan bahaya dari praktik tradisional tersebut
- Keterbatasan akses masyarakat terhadap layanan kesehatan yang memadai
Gejala dan Tanda Minor:
- Keyakinan dan kepercayaan masyarakat yang kuat terhadap praktik tradisional
- Kurangnya edukasi dan sosialisasi tentang praktik tradisional yang aman dan sesuai dengan standar kesehatan
- Keterbatasan sumber daya dan dukungan dari pemerintah setempat untuk mengatasi masalah kesehatan komunitas
Sebagai seorang pakar keperawatan, saya melihat bahwa kasus ini menunjukkan adanya defisit kesehatan komunitas di masyarakat Timor Tengah Selatan. Praktik tradisional "panggang" yang dilakukan dengan tujuan meningkatkan kesehatan bayi ternyata justru berdampak negatif dan menyebabkan luka bakar pada bayi. Hal ini mencerminkan kurangnya pemahaman masyarakat tentang risiko dan bahaya dari praktik tersebut, serta keterbatasan akses mereka terhadap layanan kesehatan yang memadai.
Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan upaya komprehensif dari pihak terkait, seperti petugas kesehatan, pemerintah setempat, dan pemuka adat, untuk melakukan edukasi dan sosialisasi yang efektif kepada masyarakat. Selain itu, perlu ada peningkatan akses masyarakat terhadap layanan kesehatan yang berkualitas, serta dukungan sumber daya yang memadai untuk mengatasi permasalahan kesehatan komunitas. -
Article No. 6883 | 24 Nov 2024
Klinis : Korban diketahui tiba di IGD RSUD SoE pada Jumat 5 April 2024 sekitar pukul 22.00 Wita. Kasus ini terjadi di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa Tenggara Timur, di mana seorang bayi berusia dua bulan mengalami luka-luka setelah mengikuti tradisi "panggang." Tradisi ini dilakukan oleh masyarakat setempat dengan tujuan memperkuat fisik bayi. Bayi tersebut diletakkan di atas daun kelapa dan didekatkan ke api selama beberapa waktu. Ibu bayi, Anisa, menjelaskan bahwa niatnya adalah untuk menjalani tradisi adat yang dipercaya mampu meningkatkan kesehatan anaknya. Namun, setelah mengikuti ritual, bayi tersebut mengalami luka bakar di beberapa bagian tubuhnya. Pihak keluarga langsung memberikan pertolongan pertama dan membawa bayi tersebut ke puskesmas terdekat. Dia menjelaskan FIE adalah anak kedua. "Dulu anak pertama tidak dipanggang karena lahir di Kupang. Waktu itu tidak ada luka-luka. Baru sekarang saja ada luka-luka di anak kedua," katanya. jika diagnosanya defisit kesehatan komunitas deskripsikan gejala dan tanda mayor minor nya dari kasus diatas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Defisit Kesehatan Komunitas
Penjelasan Singkat:
Berdasarkan kasus yang diberikan, dapat ditetapkan diagnosa keperawatan utama yaitu "Defisit Kesehatan Komunitas". Hal ini dikarenakan terdapat indikasi adanya praktik tradisi budaya masyarakat setempat yang berpotensi membahayakan kesehatan bayi, yang mengakibatkan terjadinya luka bakar pada bayi tersebut.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gejala dan Tanda Mayor:
1. Identifikasi praktik budaya atau keyakinan yang berpotensi membahayakan kesehatan anggota komunitas
2. Ketidakmampuan komunitas untuk mengakses sumber daya kesehatan yang memadai
3. Ketidakmampuan komunitas untuk mengenali masalah kesehatan yang muncul
4. Perilaku anggota komunitas yang tidak sesuai dengan praktik kesehatan yang sehat
Gejala dan Tanda Minor:
1. Rendahnya kesadaran komunitas tentang kesehatan
2. Kurangnya partisipasi aktif komunitas dalam upaya peningkatan kesehatan
3. Kurangnya dukungan dari pemimpin atau tokoh komunitas dalam upaya peningkatan kesehatan
4. Kurangnya akses komunitas terhadap informasi dan edukasi kesehatan
Sebagai seorang perawat dengan pendekatan akademis, saya memahami bahwa tradisi budaya masyarakat setempat dapat memiliki nilai-nilai positif, namun dalam kasus ini terdapat praktik yang berpotensi membahayakan kesehatan bayi. Diperlukan upaya kolaboratif antara tenaga kesehatan, pemimpin komunitas, dan anggota komunitas untuk mengidentifikasi masalah, mengembangkan strategi, serta meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat akan praktik kesehatan yang aman dan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan. -
Article No. 6884 | 24 Nov 2024
Klinis : Intervensi manajemen nutrisi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi
Penjelasan singkat berdasarkan SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi didefinisikan sebagai kondisi di mana individu berisiko mengalami perubahan dalam jumlah dan/atau jenis nutrisi yang dibutuhkan untuk mempertahankan kesehatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan untuk Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi adalah tercapainya keseimbangan nutrisi, yang ditandai dengan indikator seperti asupan nutrisi yang adekuat, parameter antropometri yang normal, dan tidak adanya tanda-tanda malnutrisi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi manajemen nutrisi yang dapat dilakukan mencakup:
1. Pengkajian status nutrisi: menilai asupan makanan, riwayat nutrisi, parameter antropometri, dan tanda-tanda malnutrisi.
2. Pemberian edukasi gizi: memberikan informasi terkait kebutuhan nutrisi, pemilihan makanan yang tepat, dan strategi untuk meningkatkan asupan.
3. Kolaborasi dengan ahli gizi: bekerja sama dengan ahli gizi untuk merencanakan dan mengevaluasi intervensi nutrisi yang sesuai.
4. Pemantauan asupan dan status nutrisi: memantau asupan makanan, perubahan berat badan, dan parameter laboratorium terkait nutrisi.
5. Pemberian dukungan nutrisi: memberikan suplemen atau nutrisi enteral/parenteral jika diperlukan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.
Dengan penerapan intervensi manajemen nutrisi yang komprehensif, diharapkan dapat membantu mencegah atau mengatasi risiko ketidakseimbangan nutrisi pada pasien. -
Article No. 6885 | 24 Nov 2024
Klinis : Pasien terpasang ngt
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat dengan pengalaman yang luas, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk kondisi pasien dengan terpasang NGT (Nasogastric Tube).
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
1. Risiko Ketidakefektifan Pola Napas Berhubungan dengan Penurunan Kekuatan Otot Pernapasan
- Penjelasan: Pasien dengan terpasang NGT berisiko mengalami ketidakefektifan pola napas karena adanya gangguan pada fungsi pernapasan. Pemasangan NGT dapat menyebabkan rasa tidak nyaman, sehingga dapat mempengaruhi kekuatan otot pernapasan.
2. Risiko Aspirasi Berhubungan dengan Penurunan Refleks Batuk/Gag
- Penjelasan: Pasien dengan terpasang NGT berisiko mengalami aspirasi karena adanya penurunan refleks batuk dan gag, yang dapat menyebabkan makanan atau cairan masuk ke saluran pernapasan.
3. Gangguan Integritas Kulit Berhubungan dengan Iritasi Kulit Akibat Pemasangan NGT
- Penjelasan: Pasien dengan terpasang NGT berisiko mengalami gangguan integritas kulit di area pemasangan NGT, seperti iritasi, luka, atau lecet, akibat gesekan atau tekanan yang terus-menerus.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pola Napas Efektif
- Pasien menunjukkan pola napas yang teratur dan tidak terdapat tanda-tanda distres pernapasan.
- Pasien mampu mempertahankan saturasi oksigen dalam batas normal.
2. Tidak Terjadi Aspirasi
- Pasien tidak mengalami episode aspirasi selama perawatan.
- Tidak terdapat tanda-tanda aspirasi, seperti batuk, suara napas wheezing, atau perubahan warna sputum.
3. Integritas Kulit Terjaga
- Tidak terdapat iritasi, luka, atau lecet pada area pemasangan NGT.
- Kulit di sekitar area pemasangan NGT tetap utuh dan sehat.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Intervensi untuk Risiko Ketidakefektifan Pola Napas:
- Pantau status pernapasan pasien secara berkala, termasuk frekuensi, irama, dan kedalaman napas.
- Berikan posisi semi-fowler atau fowler untuk memfasilitasi ekspansi dada.
- Latih teknik pernapasan dalam dan batuk efektif.
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan untuk menjaga saturasi oksigen dalam batas normal.
2. Intervensi untuk Risiko Aspirasi:
- Periksa posisi NGT dan pastikan posisinya tepat.
- Lakukan suction oral dan nasal jika diperlukan untuk menghilangkan sekret.
- Batasi pemberian makanan melalui NGT saat pasien sedang berbaring.
- Ajarkan pasien teknik menelan yang benar.
- Pantau tanda-tanda aspirasi, seperti batuk, suara napas wheezing, atau perubahan warna sputum.
3. Intervensi untuk Gangguan Integritas Kulit:
- Periksa kulit di area pemasangan NGT secara rutin untuk mendeteksi adanya iritasi, luka, atau lecet.
- Jaga kebersihan dan kelembapan kulit di area pemasangan NGT.
- Atur posisi NGT agar tidak menekan kulit secara berlebihan.
- Gunakan bahan perekat yang lembut dan tidak mengiritasi kulit.
- Berikan perawatan kulit yang sesuai untuk mencegah kerusakan lebih lanjut.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dengan terpasang NGT dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu pola napas efektif, tidak terjadi aspirasi, dan integritas kulit terjaga.