Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 6881 | 24 Nov 2024
Klinis : kunjungan rumah ditemukan seorang lak-laki, berusia 20 tahun dengan kondisi kotor dan bandan berbau. Orang tua mengatakan, "Sudah hampir 1 bulan, anak saya tidak mandi." Hasil observasi: penampilan klien tidak rapi, tidak mampu berpakaian dengan benar, dan tercium bau yang tidak sedap dari tubuhnya. Apa masalah keperawatan pada kasus di atas? Select one: a. Ketidakberdayaan b. Defisit Perawatan Diri c. Keputusasaan d. Isolasi Sosial
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diberikan, diagnosis keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
a. Defisit Perawatan Diri
Defisit Perawatan Diri didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri yang diperlukan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kebersihan Diri: Kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas kebersihan diri secara mandiri.
2. Penampilan: Kemampuan untuk mempertahankan penampilan diri yang rapi dan bersih.
3. Bau Tubuh: Kemampuan untuk mempertahankan bau tubuh yang netral atau tidak mengganggu.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pendidikan Kesehatan: Memberikan edukasi kepada klien dan keluarga tentang pentingnya personal hygiene, frekuensi mandi, dan cara menjaga kebersihan diri yang benar.
2. Bantuan Perawatan Diri: Membantu klien melakukan aktivitas perawatan diri seperti mandi, berpakaian, dan menjaga kebersihan diri.
3. Pengaturan Lingkungan: Menyediakan fasilitas dan lingkungan yang mendukung untuk perawatan diri, seperti menyediakan air bersih, sabun, dan handuk.
4. Pemantauan: Melakukan pemantauan terhadap kebersihan, penampilan, dan bau tubuh klien secara berkala.
5. Dukungan Emosional: Memberikan dukungan emosional kepada klien dan keluarga untuk meningkatkan motivasi dalam melakukan perawatan diri.
Penjelasan rinci:
Diagnosis keperawatan Defisit Perawatan Diri dipilih karena klien menunjukkan ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri dasar, seperti mandi, berpakaian, dan menjaga kebersihan diri. Luaran yang diharapkan adalah agar klien dapat meningkatkan kemampuan dalam melakukan aktivitas perawatan diri, sehingga kebersihan, penampilan, dan bau tubuh dapat terjaga dengan baik. Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi pendidikan kesehatan, bantuan perawatan diri, pengaturan lingkungan, pemantauan, dan dukungan emosional, untuk membantu klien mencapai kemampuan perawatan diri yang optimal. -
Article No. 6882 | 24 Nov 2024
Klinis : Korban diketahui tiba di IGD RSUD SoE pada Jumat 5 April 2024 sekitar pukul 22.00 Wita. Kasus ini terjadi di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa Tenggara Timur, di mana seorang bayi berusia dua bulan mengalami luka-luka setelah mengikuti tradisi "panggang." Tradisi ini dilakukan oleh masyarakat setempat dengan tujuan memperkuat fisik bayi. Bayi tersebut diletakkan di atas daun kelapa dan didekatkan ke api selama beberapa waktu. Ibu bayi, Anisa, menjelaskan bahwa niatnya adalah untuk menjalani tradisi adat yang dipercaya mampu meningkatkan kesehatan anaknya. Namun, setelah mengikuti ritual, bayi tersebut mengalami luka bakar di beberapa bagian tubuhnya. Pihak keluarga langsung memberikan pertolongan pertama dan membawa bayi tersebut ke puskesmas terdekat. Dia menjelaskan FIE adalah anak kedua. "Dulu anak pertama tidak dipanggang karena lahir di Kupang. Waktu itu tidak ada luka-luka. Baru sekarang saja ada luka-luka di anak kedua," katanya. jika diagnosanya defisit kesehatan komunitas deskripsikan gejala dan tanda mayor minor nya
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan mempertimbangkan informasi yang diberikan, diagnosa keperawatan yang muncul untuk kasus ini adalah:
1. Defisit Kesehatan Komunitas
Definisi: Ketidakmampuan komunitas untuk mencapai, mempertahankan, atau memulihkan tingkat kesehatan yang optimal.
Gejala dan Tanda Mayor:
- Adanya praktik tradisional yang dapat membahayakan kesehatan masyarakat
- Kurangnya kesadaran masyarakat tentang risiko dan bahaya dari praktik tradisional tersebut
- Keterbatasan akses masyarakat terhadap layanan kesehatan yang memadai
Gejala dan Tanda Minor:
- Keyakinan dan kepercayaan masyarakat yang kuat terhadap praktik tradisional
- Kurangnya edukasi dan sosialisasi tentang praktik tradisional yang aman dan sesuai dengan standar kesehatan
- Keterbatasan sumber daya dan dukungan dari pemerintah setempat untuk mengatasi masalah kesehatan komunitas
Sebagai seorang pakar keperawatan, saya melihat bahwa kasus ini menunjukkan adanya defisit kesehatan komunitas di masyarakat Timor Tengah Selatan. Praktik tradisional "panggang" yang dilakukan dengan tujuan meningkatkan kesehatan bayi ternyata justru berdampak negatif dan menyebabkan luka bakar pada bayi. Hal ini mencerminkan kurangnya pemahaman masyarakat tentang risiko dan bahaya dari praktik tersebut, serta keterbatasan akses mereka terhadap layanan kesehatan yang memadai.
Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan upaya komprehensif dari pihak terkait, seperti petugas kesehatan, pemerintah setempat, dan pemuka adat, untuk melakukan edukasi dan sosialisasi yang efektif kepada masyarakat. Selain itu, perlu ada peningkatan akses masyarakat terhadap layanan kesehatan yang berkualitas, serta dukungan sumber daya yang memadai untuk mengatasi permasalahan kesehatan komunitas. -
Article No. 6883 | 24 Nov 2024
Klinis : Korban diketahui tiba di IGD RSUD SoE pada Jumat 5 April 2024 sekitar pukul 22.00 Wita. Kasus ini terjadi di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa Tenggara Timur, di mana seorang bayi berusia dua bulan mengalami luka-luka setelah mengikuti tradisi "panggang." Tradisi ini dilakukan oleh masyarakat setempat dengan tujuan memperkuat fisik bayi. Bayi tersebut diletakkan di atas daun kelapa dan didekatkan ke api selama beberapa waktu. Ibu bayi, Anisa, menjelaskan bahwa niatnya adalah untuk menjalani tradisi adat yang dipercaya mampu meningkatkan kesehatan anaknya. Namun, setelah mengikuti ritual, bayi tersebut mengalami luka bakar di beberapa bagian tubuhnya. Pihak keluarga langsung memberikan pertolongan pertama dan membawa bayi tersebut ke puskesmas terdekat. Dia menjelaskan FIE adalah anak kedua. "Dulu anak pertama tidak dipanggang karena lahir di Kupang. Waktu itu tidak ada luka-luka. Baru sekarang saja ada luka-luka di anak kedua," katanya. jika diagnosanya defisit kesehatan komunitas deskripsikan gejala dan tanda mayor minor nya dari kasus diatas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Defisit Kesehatan Komunitas
Penjelasan Singkat:
Berdasarkan kasus yang diberikan, dapat ditetapkan diagnosa keperawatan utama yaitu "Defisit Kesehatan Komunitas". Hal ini dikarenakan terdapat indikasi adanya praktik tradisi budaya masyarakat setempat yang berpotensi membahayakan kesehatan bayi, yang mengakibatkan terjadinya luka bakar pada bayi tersebut.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gejala dan Tanda Mayor:
1. Identifikasi praktik budaya atau keyakinan yang berpotensi membahayakan kesehatan anggota komunitas
2. Ketidakmampuan komunitas untuk mengakses sumber daya kesehatan yang memadai
3. Ketidakmampuan komunitas untuk mengenali masalah kesehatan yang muncul
4. Perilaku anggota komunitas yang tidak sesuai dengan praktik kesehatan yang sehat
Gejala dan Tanda Minor:
1. Rendahnya kesadaran komunitas tentang kesehatan
2. Kurangnya partisipasi aktif komunitas dalam upaya peningkatan kesehatan
3. Kurangnya dukungan dari pemimpin atau tokoh komunitas dalam upaya peningkatan kesehatan
4. Kurangnya akses komunitas terhadap informasi dan edukasi kesehatan
Sebagai seorang perawat dengan pendekatan akademis, saya memahami bahwa tradisi budaya masyarakat setempat dapat memiliki nilai-nilai positif, namun dalam kasus ini terdapat praktik yang berpotensi membahayakan kesehatan bayi. Diperlukan upaya kolaboratif antara tenaga kesehatan, pemimpin komunitas, dan anggota komunitas untuk mengidentifikasi masalah, mengembangkan strategi, serta meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat akan praktik kesehatan yang aman dan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan. -
Article No. 6884 | 24 Nov 2024
Klinis : Intervensi manajemen nutrisi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi
Penjelasan singkat berdasarkan SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi didefinisikan sebagai kondisi di mana individu berisiko mengalami perubahan dalam jumlah dan/atau jenis nutrisi yang dibutuhkan untuk mempertahankan kesehatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan untuk Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi adalah tercapainya keseimbangan nutrisi, yang ditandai dengan indikator seperti asupan nutrisi yang adekuat, parameter antropometri yang normal, dan tidak adanya tanda-tanda malnutrisi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi manajemen nutrisi yang dapat dilakukan mencakup:
1. Pengkajian status nutrisi: menilai asupan makanan, riwayat nutrisi, parameter antropometri, dan tanda-tanda malnutrisi.
2. Pemberian edukasi gizi: memberikan informasi terkait kebutuhan nutrisi, pemilihan makanan yang tepat, dan strategi untuk meningkatkan asupan.
3. Kolaborasi dengan ahli gizi: bekerja sama dengan ahli gizi untuk merencanakan dan mengevaluasi intervensi nutrisi yang sesuai.
4. Pemantauan asupan dan status nutrisi: memantau asupan makanan, perubahan berat badan, dan parameter laboratorium terkait nutrisi.
5. Pemberian dukungan nutrisi: memberikan suplemen atau nutrisi enteral/parenteral jika diperlukan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.
Dengan penerapan intervensi manajemen nutrisi yang komprehensif, diharapkan dapat membantu mencegah atau mengatasi risiko ketidakseimbangan nutrisi pada pasien. -
Article No. 6885 | 24 Nov 2024
Klinis : Pasien terpasang ngt
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat dengan pengalaman yang luas, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk kondisi pasien dengan terpasang NGT (Nasogastric Tube).
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
1. Risiko Ketidakefektifan Pola Napas Berhubungan dengan Penurunan Kekuatan Otot Pernapasan
- Penjelasan: Pasien dengan terpasang NGT berisiko mengalami ketidakefektifan pola napas karena adanya gangguan pada fungsi pernapasan. Pemasangan NGT dapat menyebabkan rasa tidak nyaman, sehingga dapat mempengaruhi kekuatan otot pernapasan.
2. Risiko Aspirasi Berhubungan dengan Penurunan Refleks Batuk/Gag
- Penjelasan: Pasien dengan terpasang NGT berisiko mengalami aspirasi karena adanya penurunan refleks batuk dan gag, yang dapat menyebabkan makanan atau cairan masuk ke saluran pernapasan.
3. Gangguan Integritas Kulit Berhubungan dengan Iritasi Kulit Akibat Pemasangan NGT
- Penjelasan: Pasien dengan terpasang NGT berisiko mengalami gangguan integritas kulit di area pemasangan NGT, seperti iritasi, luka, atau lecet, akibat gesekan atau tekanan yang terus-menerus.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pola Napas Efektif
- Pasien menunjukkan pola napas yang teratur dan tidak terdapat tanda-tanda distres pernapasan.
- Pasien mampu mempertahankan saturasi oksigen dalam batas normal.
2. Tidak Terjadi Aspirasi
- Pasien tidak mengalami episode aspirasi selama perawatan.
- Tidak terdapat tanda-tanda aspirasi, seperti batuk, suara napas wheezing, atau perubahan warna sputum.
3. Integritas Kulit Terjaga
- Tidak terdapat iritasi, luka, atau lecet pada area pemasangan NGT.
- Kulit di sekitar area pemasangan NGT tetap utuh dan sehat.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Intervensi untuk Risiko Ketidakefektifan Pola Napas:
- Pantau status pernapasan pasien secara berkala, termasuk frekuensi, irama, dan kedalaman napas.
- Berikan posisi semi-fowler atau fowler untuk memfasilitasi ekspansi dada.
- Latih teknik pernapasan dalam dan batuk efektif.
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan untuk menjaga saturasi oksigen dalam batas normal.
2. Intervensi untuk Risiko Aspirasi:
- Periksa posisi NGT dan pastikan posisinya tepat.
- Lakukan suction oral dan nasal jika diperlukan untuk menghilangkan sekret.
- Batasi pemberian makanan melalui NGT saat pasien sedang berbaring.
- Ajarkan pasien teknik menelan yang benar.
- Pantau tanda-tanda aspirasi, seperti batuk, suara napas wheezing, atau perubahan warna sputum.
3. Intervensi untuk Gangguan Integritas Kulit:
- Periksa kulit di area pemasangan NGT secara rutin untuk mendeteksi adanya iritasi, luka, atau lecet.
- Jaga kebersihan dan kelembapan kulit di area pemasangan NGT.
- Atur posisi NGT agar tidak menekan kulit secara berlebihan.
- Gunakan bahan perekat yang lembut dan tidak mengiritasi kulit.
- Berikan perawatan kulit yang sesuai untuk mencegah kerusakan lebih lanjut.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dengan terpasang NGT dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu pola napas efektif, tidak terjadi aspirasi, dan integritas kulit terjaga. -
Article No. 6886 | 24 Nov 2024
Klinis : Ibu post parfum trimester 3
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda berikan, yaitu Ibu post partum trimester 3 dengan tone akademis dan persona pakar/perawat, berikut adalah contoh Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Infeksi Terkait Prosedur Persalinan
Penjelasan:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Rentan terhadap invasi dan reproduksi organisme patogen, yang dapat menimbulkan peradangan dan kerusakan jaringan.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Tidak terjadi infeksi; Tanda-tanda infeksi menurun; Proses penyembuhan luka berjalan baik.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Pemantauan tanda-tanda infeksi, Perawatan luka, Edukasi pencegahan infeksi, Pemberian terapi antibiotik (jika diperlukan).
2. Nyeri Akut Terkait Prosedur Persalinan
Penjelasan:
- SDKI: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial.
- SLKI: Nyeri terkontrol; Kemampuan beradaptasi dengan nyeri meningkat; Kualitas hidup meningkat.
- SIKI: Manajemen nyeri (farmakologi dan nonfarmakologi), Terapi modalitas, Edukasi manajemen nyeri.
3. Ketidakefektifan Pola Tidur Terkait Perubahan Fisiologis
Penjelasan:
- SDKI: Perubahan kuantitas dan/atau kualitas tidur yang mengganggu fungsi sehari-hari.
- SLKI: Pola tidur efektif; Kemampuan beradaptasi dengan pola tidur meningkat; Kualitas hidup meningkat.
- SIKI: Pengkajian pola tidur, Manajemen lingkungan tidur, Terapi modalitas, Edukasi pola tidur yang sehat.
Catatan:
Diagnosa keperawatan dan intervensi yang diberikan merupakan contoh dan dapat disesuaikan dengan kondisi spesifik pasien. Penting untuk melakukan pengkajian komprehensif dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya dalam menentukan diagnosa dan rencana asuhan keperawatan yang tepat. -
Article No. 6887 | 24 Nov 2024
Klinis : Pasien mengeluh sesak napas, frekuensi napas menambah
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan untuk kondisi pasien dengan keluhan sesak napas dan peningkatan frekuensi napas.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi ini adalah "Pola Napas Tidak Efektif". Pola Napas Tidak Efektif didefinisikan sebagai "Perubahan dalam frekuensi, kedalaman, atau irama pernapasan yang memengaruhi efektivitas ventilasi". Dalam kasus ini, pasien mengeluh sesak napas dan frekuensi napas yang meningkat, yang menunjukkan adanya pola napas yang tidak efektif.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Pola Napas Efektif: Pasien dapat menunjukkan pernapasan yang efektif dengan frekuensi, kedalaman, dan irama yang normal.
2. Bebas dari Sesak Napas: Pasien dapat bebas dari keluhan sesak napas dan dapat bernapas dengan nyaman.
3. Peningkatan Kemampuan Bernapas: Pasien dapat meningkatkan kemampuan bernapas dan menunjukkan peningkatan kapasitas fungsional.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Pemantauan Tanda-Tanda Vital: Memantau tanda-tanda vital pasien seperti frekuensi napas, kedalaman napas, saturasi oksigen, dan laju jantung secara berkala.
2. Manajemen Oksigenasi: Memberikan oksigen sesuai kebutuhan pasien untuk memastikan oksigenasi yang adekuat.
3. Latihan Napas: Mengajarkan dan memfasilitasi latihan napas yang efektif, seperti latihan pernapasan diafragma dan latihan pursed-lip breathing.
4. Manajemen Kenyamanan: Mengatur posisi dan lingkungan pasien untuk meningkatkan kenyamanan saat bernapas, misalnya dengan menggunakan bantalan atau mengatur suhu ruangan.
5. Edukasi: Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai penyebab, gejala, dan manajemen pola napas tidak efektif.
6. Kolaborasi dengan Tenaga Kesehatan Lain: Berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter, fisioterapis, atau ahli gizi, untuk memastikan penanganan yang komprehensif.
Penerapan intervensi keperawatan yang tepat dan kolaborasi dengan tim kesehatan lain diharapkan dapat membantu pasien mencapai luaran/output yang diharapkan, yaitu pola napas yang efektif, bebas dari sesak napas, dan peningkatan kemampuan bernapas. -
Article No. 6888 | 24 Nov 2024
Klinis : Pasien wanita, usia 60 tahun, mengalami nyeri dada yang hebat, menjalar ke lengan kiri, disertai dengan sesak napas, mual, dan keringat dingin. EKG menunjukkan infark miokard akut. Pasien memiliki riwayat hipertensi dan diabetes melitus tipe 2.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
1. Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah seperti itu (International Association for the Study of Pain).
Faktor yang berhubungan: Agen pencedera biologis (infark miokard akut).
2. Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk menahan atau melakukan aktivitas fisik pada tingkat yang diinginkan atau yang dibutuhkan.
Faktor yang berhubungan: Disfungsi neuromuskular (nyeri dada), penurunan suplai oksigen (infark miokard akut).
3. Gangguan Perfusi Jaringan Kardiak
Definisi: Penurunan suplai oksigen dan nutrisi ke miokardium yang dapat mengakibatkan kerusakan jaringan.
Faktor yang berhubungan: Obstruksi aliran darah (infark miokard akut).
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pengurangan Nyeri
- Pasien dapat melaporkan penurunan tingkat nyeri.
- Pasien dapat mendemonstrasikan penggunaan teknik pengurangan nyeri secara efektif.
2. Peningkatan Toleransi Aktivitas
- Pasien dapat meningkatkan kemampuan untuk melakukan aktivitas tanpa kelelahan.
- Pasien dapat melaporkan peningkatan energi dan kemampuan untuk berpartisipasi dalam perawatan diri.
3. Perbaikan Perfusi Jaringan Kardiak
- Pasien dapat mendemonstrasikan tanda-tanda vital yang stabil.
- Pasien dapat melaporkan perbaikan gejala-gejala infark miokard akut.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nyeri
- Kaji karakteristik nyeri (lokasi, kualitas, durasi, frekuensi, intensitas).
- Berikan analgesik sesuai dengan resep/instruksi.
- Ajarkan teknik-teknik pengurangan nyeri (relaksasi, distraksi, pijat).
- Pantau efektivitas intervensi dalam mengurangi nyeri.
2. Manajemen Aktivitas
- Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas.
- Rencanakan dan terapkan program aktivitas yang bertahap dan disesuaikan dengan kondisi pasien.
- Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
- Kolaborasi dengan fisioterapis untuk membantu pasien meningkatkan toleransi aktivitas.
3. Manajemen Perfusi Jaringan
- Kaji tanda-tanda vital, irama jantung, dan oksigenasi.
- Berikan oksigen sesuai dengan kebutuhan.
- Pantau dan kontrol faktor-faktor risiko (hipertensi, diabetes).
- Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi farmakologis (misal: antiplatelet, antikoagulan, vasodilator).
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya manajemen faktor risiko.
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien adalah nyeri akut, intoleransi aktivitas, dan gangguan perfusi jaringan kardiak. Nyeri akut disebabkan oleh infark miokard akut yang menyebabkan kerusakan jaringan. Intoleransi aktivitas terjadi karena adanya disfungsi neuromuskular akibat nyeri dada, serta penurunan suplai oksigen ke miokardium. Gangguan perfusi jaringan kardiak disebabkan oleh obstruksi aliran darah karena infark miokard akut.
Luaran yang diharapkan adalah pengurangan nyeri, peningkatan toleransi aktivitas, dan perbaikan perfusi jaringan kardiak. Pasien diharapkan dapat melaporkan penurunan tingkat nyeri, meningkatkan kemampuan untuk beraktivitas, dan menunjukkan perbaikan tanda-tanda vital serta gejala-gejala infark miokard akut.
Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi manajemen nyeri (dengan analgesik, teknik relaksasi, dan pemantauan efektivitas), manajemen aktivitas (dengan program aktivitas bertahap dan bantuan dalam aktivitas sehari-hari), serta manajemen perfusi jaringan (dengan pemberian oksigen, kontrol faktor risiko, dan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi farmakologis). Edukasi pasien dan keluarga juga penting dalam mendukung manajemen faktor risiko. -
Article No. 6889 | 24 Nov 2024
Klinis : KAKI SEBELAH KIRI CANTENGAN, TERASA NYERI, DEMAM
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi kaki sebelah kiri yang cantengan, terasa nyeri, dan disertai demam.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut berhubungan dengan infeksi pada kaki sebelah kiri.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Nyeri Akut didefinisikan sebagai pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
- Pasien mengalami nyeri pada kaki sebelah kiri yang disebabkan oleh infeksi atau kerusakan jaringan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Tujuan utama adalah mengurangi nyeri yang dirasakan pasien.
- Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat melaporkan penurunan tingkat nyeri, memiliki toleransi yang meningkat terhadap nyeri, dan mampu beradaptasi dengan nyeri yang dirasakan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi yang dapat dilakukan adalah manajemen nyeri, termasuk pemberian analgetik, kompres hangat/dingin, dan teknik relaksasi.
- Selain itu, juga perlu dilakukan perawatan luka, pemberian antibiotik, dan pemantauan tanda-tanda infeksi.
Dengan melaksanakan standar asuhan keperawatan yang terdiri dari SDKI, SLKI, dan SIKI, diharapkan pasien dapat memperoleh perawatan yang komprehensif dan terarah untuk mengatasi masalah nyeri akut akibat infeksi pada kaki sebelah kiri. -
Article No. 6890 | 24 Nov 2024
Klinis : DEMAM, BATUK, PILEK, SAKIT TENGGOROKAN, PUSING, BADAN SAKIT-SAKIT
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Hipertermia Berhubungan Dengan Proses Infeksi
2. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif Berhubungan Dengan Sekresi Saluran Napas
3. Nyeri Akut Berhubungan Dengan Proses Infeksi
Penjelasan Singkat:
1. Hipertermia Berhubungan Dengan Proses Infeksi
- SDKI: Keadaan suhu tubuh di atas kisaran normal yang disebabkan oleh peningkatan produksi atau gangguan mekanisme pengaturan panas.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk mengembalikan suhu tubuh ke rentang normal dengan memantau tanda-tanda vital, memberikan kompres hangat/dingin, dan memastikan asupan cairan yang adekuat.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk mengatasi peningkatan suhu tubuh, seperti pemberian antipiretik, hidratasi, dan pengaturan suhu lingkungan.
2. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif Berhubungan Dengan Sekresi Saluran Napas
- SDKI: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan fungsi paru-paru yang optimal.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk membantu membersihkan jalan napas, seperti tindakan batuk efektif, fisioterapi dada, dan pengisapan lendir.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk mempertahankan jalan napas bersih, misalnya pemberian bronkodilator, humidifikasi, dan tindakan fisioterapi dada.
3. Nyeri Akut Berhubungan Dengan Proses Infeksi
- SDKI: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk mengurangi rasa nyeri, seperti pemberian analgesik, terapi dingin/hangat, dan teknik nonfarmakologis.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk mengatasi nyeri, misalnya pemberian obat pereda nyeri, kompres, dan teknik relaksasi.
Sebagai perawat, saya akan melakukan pengkajian yang komprehensif, merumuskan diagnosa keperawatan yang tepat, dan merencanakan intervensi keperawatan yang sesuai dengan standar SDKI, SLKI, dan SIKI untuk membantu mengatasi kondisi demam, batuk, pilek, sakit tenggorokan, pusing, dan badan sakit-sakit yang Anda alami.