Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 6830 | 24 Nov 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan kondisi pasien pria usia 45 tahun yang datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan, disertai pemeriksaan fisik yang menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas dan hasil rontgen yang menunjukkan adanya lesi di paru, maka diagnosis awal yang dapat diberikan adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: A15.0
- Deskripsi: Tuberkulosis paru dengan pemeriksaan bakteriologis atau histologis positif
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 87.44
- Deskripsi: Biopsie jaringan paru, transtoraksik
Penjelasan:
- Kode ICD-10 A15.0 digunakan untuk diagnosis tuberkulosis paru dengan pemeriksaan bakteriologis atau histologis positif. Kondisi pasien ini sesuai dengan kriteria ini, dengan gejala batuk berdahak, demam, sesak napas, dan lesi di paru yang terlihat pada pemeriksaan radiologi.
- Kode ICD-9-CM 87.44 untuk biopsie jaringan paru secara transtoraksik dapat digunakan jika perlu dilakukan prosedur diagnostik tambahan untuk konfirmasi diagnosis tuberkulosis paru. -
Article No. 6831 | 24 Nov 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi berikut:
Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
a. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan patensi jalan napas.
Karakteristik Definisi: Batuk tidak efektif, bunyi napas tambahan, perubahan frekuensi napas, sputum berlebih.
b. Intoleransi Aktivitas
Definisi: Keterbatasan pada toleransi untuk melakukan aktivitas rutin.
Karakteristik Definisi: Kelelahan, kelemahan, sesak napas saat aktivitas.
c. Perubahan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Definisi: Asupan nutrisi tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Karakteristik Definisi: Kehilangan nafsu makan, penurunan berat badan.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI)
a. Bersihan Jalan Napas Efektif
Definisi: Kemampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan patensi jalan napas.
Indikator:
- Batuk dan bersin efektif
- Tidak ada suara napas tambahan
- Frekuensi napas dalam rentang normal
- Jumlah sputum dalam batas normal
b. Toleransi Aktivitas Membaik
Definisi: Kemampuan untuk melakukan aktivitas rutin tanpa keterbatasan yang signifikan.
Indikator:
- Tidak ada sesak napas saat beraktivitas
- Tidak ada rasa lelah yang berlebihan
- Tidak ada penurunan kekuatan otot
c. Status Nutrisi Membaik
Definisi: Asupan nutrisi yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Indikator:
- Nafsu makan kembali membaik
- Berat badan meningkat atau stabil
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI)
a. Intervensi untuk Bersihan Jalan Napas Efektif:
- Monitor status pernapasan (frekuensi, irama, kedalaman)
- Auskultasi suara napas
- Fasilitasi batuk efektif
- Berikan bronkodilator dan mukolitik sesuai resep
- Posisikan pasien untuk memfasilitasi drainase sekresi
- Berikan hidrasi yang adekuat
- Berikan oksigen sesuai indikasi
b. Intervensi untuk Toleransi Aktivitas Membaik:
- Monitor tanda-tanda vital sebelum, selama, dan setelah aktivitas
- Manajemen aktivitas (atur jadwal dan batasi aktivitas sesuai toleransi)
- Berikan latihan fisik secara bertahap
- Ajarkan teknik konservasi energi
- Berikan dukungan psikologis
c. Intervensi untuk Status Nutrisi Membaik:
- Lakukan asesmen nutrisi komprehensif
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menetapkan kebutuhan nutrisi
- Berikan makanan yang tinggi kalori dan protein
- Monitor asupan dan output cairan
- Berikan edukasi terkait kebutuhan nutrisi
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk intervensi tambahan (sonde, parenteral) jika perlu
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus mempertimbangkan kondisi klinis pasien secara holistik, melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lain, serta melibatkan pasien dan keluarga dalam proses perawatan untuk mencapai hasil yang optimal. -
Article No. 6832 | 24 Nov 2024
Klinis : Pasien mangatakan BAB 1 minggu 2 kali
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) berdasarkan kondisi yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan:
Konstipasi
Penjelasan Singkat:
SDKI:
Konstipasi adalah keadaan sulit, tidak teratur, atau tidak efektif dalam defekasi.
SLKI:
1. Pengeluaran feses yang lancar
2. Rasa nyaman pada abdomen
3. Peningkatan frekuensi BAB
SIKI:
1. Manajemen Konstipasi
2. Terapi Nutrisi
3. Manajemen Cairan
4. Edukasi Kesehatan
Sebagai perawat, saya akan melakukan penilaian komprehensif terhadap pasien, mencakup riwayat kesehatan, pola eliminasi, dan faktor-faktor yang memengaruhi kondisi konstipasi. Selanjutnya, saya akan menyusun rencana asuhan keperawatan yang berfokus pada intervensi untuk mengatasi konstipasi, seperti memberikan asupan cairan dan serat yang cukup, mengatur pola eliminasi, serta memberikan edukasi kepada pasien mengenai manajemen konstipasi. Tujuan utamanya adalah membantu pasien mencapai pengeluaran feses yang lancar dan rasa nyaman pada abdomen.
Saya sebagai perawat akan bekerja sama dengan tim kesehatan lainnya untuk memastikan penanganan konstipasi pada pasien berjalan efektif dan sesuai dengan standar praktik keperawatan yang berlaku. -
Article No. 6833 | 24 Nov 2024
Klinis : Pasien mangatakan BAB 1 minggu 2 kali
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, yaitu pasien mengatakan BAB 1 minggu 2 kali, maka diagnosis keperawatan yang sesuai adalah:
Diagnosis Keperawatan:
Konstipasi
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Konstipasi adalah kondisi di mana terjadi penurunan frekuensi, kesulitan, atau ketidakmampuan untuk buang air besar.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Sesuai dengan SLKI, luaran yang diharapkan dari penanganan konstipasi adalah:
1. Frekuensi dan konsistensi BAB yang normal
2. Kenyamanan abdomen
3. Pengetahuan pasien tentang manajemen konstipasi
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi konstipasi antara lain:
1. Edukasi tentang konstipasi dan manajemennya
2. Pemberian makanan dan cairan yang cukup serat
3. Aktivitas fisik yang teratur
4. Penggunaan laksatif atau supositoria (jika diperlukan)
5. Monitoring pola BAB dan evaluasi efektivitas intervensi
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus mempertimbangkan kondisi pasien secara holistik, melibatkan pasien dalam perencanaan asuhan, dan mengevaluasi efektivitas intervensi yang diberikan. -
Article No. 6834 | 24 Nov 2024
Klinis : Pasien mangatakan BAB 1 minggu 2 kali
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat profesional, saya akan memberikan rekomendasi yang rinci dan terperinci untuk kondisi pasien yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa keperawatan yang paling sesuai dengan kondisi pasien yang mengeluhkan BAB 1 minggu 2 kali adalah Konstipasi. Konstipasi didefinisikan sebagai perubahan pola eliminasi usus yang ditandai dengan defekasi yang sulit, tidak teratur, atau tidak dapat terjadi secara spontan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Peningkatan Eliminasi Usus
- Pasien dapat melakukan defekasi secara teratur dengan frekuensi 1 kali sehari.
- Pasien dapat mengeluarkan feses dengan konsistensi yang normal (lembut dan mudah keluar).
- Pasien tidak lagi merasakan rasa tidak nyaman atau nyeri saat defekasi.
2. Pengetahuan Perawatan Diri
- Pasien memahami faktor-faktor yang dapat menyebabkan konstipasi dan dapat menjelaskannya dengan baik.
- Pasien dapat menerapkan strategi untuk mencegah dan mengatasi konstipasi, seperti peningkatan asupan serat, cairan, dan aktivitas fisik.
- Pasien dapat mengelola konstipasi secara mandiri dengan menggunakan intervensi yang sesuai.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Konstipasi
- Melakukan pengkajian komprehensif terkait pola eliminasi usus pasien, termasuk frekuensi, konsistensi, dan rasa tidak nyaman saat defekasi.
- Mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan konstipasi, seperti asupan cairan dan serat yang kurang, aktivitas fisik yang terbatas, penggunaan obat-obatan tertentu, dan kondisi medis lainnya.
- Menyusun rencana intervensi yang meliputi:
- Peningkatan asupan cairan hingga 2 liter per hari.
- Peningkatan asupan serat melalui makanan tinggi serat atau suplemen serat.
- Peningkatan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuan pasien.
- Pemberian laksatif atau supositoria, jika diperlukan, sesuai dengan resep dokter.
- Edukasi pasien dan keluarga tentang strategi pencegahan dan penanganan konstipasi.
2. Bimbingan Perawatan Diri
- Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang faktor-faktor yang menyebabkan konstipasi dan cara mengatasinya.
- Mengajarkan pasien teknik-teknik untuk memfasilitasi eliminasi usus, seperti teknik mengejan yang benar.
- Mendorong pasien untuk melakukan pencatatan pola eliminasi usus secara teratur.
- Membantu pasien menyusun rencana perawatan diri untuk mencegah dan mengatasi konstipasi.
- Memantau kemajuan pasien dan memberikan umpan balik yang konstruktif.
Penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan berfokus pada peningkatan eliminasi usus serta edukasi perawatan diri diharapkan dapat membantu pasien mencapai luaran yang diharapkan, yaitu peningkatan eliminasi usus dan peningkatan pengetahuan perawatan diri terkait konstipasi. -
Article No. 6835 | 24 Nov 2024
Klinis : Sejak tadi malam os demam (+) diare lendir darah (+) muntah (+) batuk (-) sesak nafas (-) kejang (-) makan minum sedikit-sedikit, Bak terakhir 1 jam yang lalu
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Dehidrasi Berhubungan dengan Diare dan Muntah
- Penjelasan: Pasien mengalami diare dengan lendir darah dan muntah, yang dapat menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan, sehingga berisiko mengalami dehidrasi.
2. Hipertermia Berhubungan dengan Proses Infeksi
- Penjelasan: Pasien mengalami demam, yang menunjukkan adanya proses infeksi dalam tubuh.
3. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh Berhubungan dengan Penurunan Intake Makanan dan Minuman
- Penjelasan: Pasien mengalami penurunan intake makanan dan minuman, yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan nutrisi tubuh.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Risiko Dehidrasi: Kondisi yang menunjukkan adanya potensi kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan.
- Hipertermia: Kondisi peningkatan suhu tubuh di atas rentang normal.
- Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh: Kondisi kekurangan asupan nutrisi dan energi untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
SLKI (Standar Label Keperawatan Indonesia):
- Hidrasi
- Termoregulasi
- Nutrisi
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Cairan
- Manajemen Demam
- Manajemen Nutrisi
Kesimpulan:
Berdasarkan kondisi pasien yang disajikan, tiga diagnosa keperawatan utama yang dapat ditegakkan adalah risiko dehidrasi, hipertermia, dan ketidakseimbangan nutrisi. Masing-masing diagnosa memiliki penjelasan dan kaitannya dengan standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia. -
Article No. 6836 | 24 Nov 2024
Klinis : Kecelakaan, bengkak pada pelipis dan kaki, pusing
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat dari standar SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Mobilitas Fisik Terbatas
2. Nyeri Akut
3. Risiko Cidera
Penjelasan singkat:
1. Gangguan Mobilitas Fisik Terbatas
- SDKI: Keterbatasan dalam melakukan gerakan tubuh atau anggota gerak secara mandiri dan terkoordinasi.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk memfasilitasi pemulihan atau peningkatan kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas fisik secara mandiri.
- SIKI: Tindakan keperawatan yang dilakukan untuk memfasilitasi pasien dalam melakukan aktivitas fisik dan mencegah komplikasi akibat imobilisasi.
2. Nyeri Akut
- SDKI: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk mengatasi nyeri akut yang dirasakan pasien.
- SIKI: Tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri yang dialami pasien.
3. Risiko Cidera
- SDKI: Kerentanan terhadap cedera fisik yang dapat mengganggu integritas tubuh.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk mencegah terjadinya cedera fisik pada pasien.
- SIKI: Tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mencegah dan meminimalkan risiko terjadinya cedera pada pasien.
Dalam kondisi kecelakaan dengan bengkak pada pelipis dan kaki, serta pusing, pasien memiliki risiko tinggi untuk mengalami gangguan mobilitas fisik, nyeri akut, dan cedera. Perawat perlu melakukan assessment yang komprehensif, memberikan intervensi yang sesuai, serta melakukan pemantauan yang ketat untuk memastikan pemulihan pasien. -
Article No. 6837 | 24 Nov 2024
Klinis : Kecelakaan, bengkak pada pelipis dan kaki, pusing, tekanan darah 203/122
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer berhubungan dengan trauma/cedera akibat kecelakaan, ditandai dengan bengkak pada pelipis dan kaki, serta tekanan darah 203/122.
Penjelasan:
- Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer adalah kondisi di mana ada gangguan sirkulasi darah ke jaringan perifer, yang dapat disebabkan oleh trauma atau cedera akibat kecelakaan.
- Gejala yang muncul adalah bengkak pada area yang terkena trauma, seperti pelipis dan kaki, serta tekanan darah yang meningkat (203/122).
2. Nyeri Akut berhubungan dengan trauma/cedera akibat kecelakaan, ditandai dengan adanya keluhan pusing.
Penjelasan:
- Nyeri Akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat adanya kerusakan jaringan aktual atau potensial.
- Gejala yang muncul adalah pusing, yang dapat merupakan manifestasi dari nyeri akut akibat trauma atau cedera.
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) merupakan tiga standar yang dikembangkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk menjamin kualitas dan keseragaman praktik keperawatan di Indonesia. -
Article No. 6838 | 24 Nov 2024
Klinis : Pasien mengeluh Sesek pusing mual, Ada rasa kebas² di kaki rasa kek ditusuk², Apa diagnosa dari data di atas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan nada akademis dan perspektif seorang perawat profesional, berikut adalah analisis saya:
Diagnosa Keperawatan:
Berdasarkan gejala yang dipaparkan, yaitu sesak napas, pusing, mual, rasa kebas dan tertusuk-tusuk di kaki, kemungkinan besar pasien mengalami Ketidakefektifan Pola Napas yang Berhubungan dengan Disfungsi Neuromuskular Terkait Neuropati Perifer.
Penjelasan Singkat:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Ketidakefektifan Pola Napas didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk bernafas dengan mudah dan lancar.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Luaran yang diharapkan adalah Pola Napas Efektif, yang ditandai dengan frekuensi napas dalam rentang normal, irama napas teratur, dan tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan yang berlebihan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang dapat dilakukan meliputi Manajemen Jalan Napas, Manajemen Oksigenasi, serta Manajemen Nyeri terkait Neuropati Perifer.
Evaluasi dan perawatan lanjutan perlu dilakukan oleh petugas kesehatan untuk mengidentifikasi penyebab mendasar kondisi pasien dan memberikan penatalaksanaan yang komprehensif. -
Article No. 6839 | 24 Nov 2024
Klinis : Pasien datang gila
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi "Pasien datang gila":
Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah "Resiko Perilaku Kekerasan" berdasarkan Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI). Resiko Perilaku Kekerasan didefinisikan sebagai "Kemungkinan memperlihatkan atau bertindak dengan cara yang membahayakan diri sendiri, orang lain, dan lingkungan". Pasien yang datang dengan kondisi "gila" menunjukkan adanya risiko perilaku kekerasan yang perlu segera ditangani oleh perawat.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, luaran yang diharapkan adalah "Perilaku Kekerasan Terkendali" berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI). Kriteria hasil yang diharapkan meliputi:
1. Pasien dapat mengendalikan dorongan/impuls untuk berperilaku agresif.
2. Pasien dapat menggunakan strategi koping yang efektif untuk mengatasi perilaku kekerasan.
3. Pasien dapat berinteraksi dengan orang lain secara aman dan terkontrol.
4. Pasien dapat mempertahankan keselamatan diri dan orang lain.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran "Perilaku Kekerasan Terkendali", beberapa intervensi keperawatan yang diperlukan berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) antara lain:
1. Manajemen Perilaku: Mengidentifikasi pemicu perilaku kekerasan, mengajarkan teknik manajemen diri, dan melakukan pengawasan yang ketat.
2. Stabilisasi Emosi: Memberikan dukungan emosional, mengajarkan teknik relaksasi, dan memfasilitasi pengungkapan emosi pasien.
3. Psikoterapi: Melakukan terapi kognitif-perilaku untuk membantu pasien mengubah pola pikir dan perilakunya.
4. Psikofarmakoterapi: Berkolaborasi dengan dokter untuk memberikan terapi obat-obatan yang dapat membantu menstabilkan kondisi pasien.
5. Pencegahan Bunuh Diri: Melakukan evaluasi risiko bunuh diri, memberikan intervensi untuk mencegah bunuh diri, dan memantau kondisi pasien secara ketat.
6. Pencegahan Kekerasan: Menciptakan lingkungan yang aman, meminimalkan pemicu perilaku kekerasan, dan melakukan intervensi de-eskalasi jika diperlukan.
Penerapan intervensi-intervensi tersebut secara komprehensif akan membantu pasien untuk mengendalikan perilaku kekerasan dan mencapai luaran yang diharapkan.