Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 18768 | 19 Jun 2025
Klinis : Seorang perempuan, 28 tahun primigravida usia kehamilan 38 minggu datang ke IGD dengan keluhan sejak kemarin sore merasakan mulas seperti ingin BAB. hasil pemeriksaan TD 120/80 mmHg. N: 98x menit, RR: 20x/menit dan suhu 36,8 C, VT :3 CM, DJJ: +, pasien tampak khawatir karena ini adalah pengalaman pertama pasien
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kasus tersebut:
### **Diagnosa Keperawatan:**
**Ansietas (Kode: D.0016)**
*Definisi:* Perasaan khawatir, gelisah, atau ketidaknyamanan yang terkait dengan antisipasi bahaya atau perubahan, yang dialami oleh ibu primigravida menjelang persalinan.
### **SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):**
- **D.0016 Ansietas**
*Faktor yang Berhubungan:* Pengalaman pertama melahirkan (primigravida), kurangnya pengetahuan tentang proses persalinan, ketidakpastian terhadap kondisi bayi.
*Manifestasi Klinis:* Pasien tampak khawatir, ekspresi wajah tegang, peningkatan frekuensi nadi (98x/menit).
### **SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):**
**L.1403 Tingkat Ansietas**
*Kriteria Luaran:*
- Klien mampu mengidentifikasi penyebab ansietas.
- Klien melaporkan penurunan perasaan cemas.
- Klien menunjukkan teknik relaksasi untuk mengatasi ansietas.
### **SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):**
**I.14030 Manajemen Ansietas**
*Tindakan Keperawatan:*
1. Berikan informasi yang jelas tentang proses persalinan.
2. Ajarkan teknik relaksasi (napas dalam, distraksi positif).
3. Berikan dukungan emosional dan pendampingan.
4. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk edukasi persiapan persalinan.
### **Catatan Tambahan:**
- **Kode Diagnosa (D.0016), Luaran (L.1403), dan Intervensi (I.14030)** mengacu pada buku *Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)* edisi terbaru PPNI.
- Ansietas pada primigravida merupakan respons normal, namun memerlukan intervensi untuk mencegah dampak negatif seperti hambatan proses persalinan.
Semoga informasi ini membantu dalam penyusunan dokumentasi keperawatan. Jika diperlukan penyesuaian lebih lanjut, silakan berikan data tambahan.
*(Ditulis dalam format RTF, siap untuk disalin ke dokumen keperawatan.)* -
Article No. 18769 | 19 Jun 2025
Klinis : Seorang perempuan, 28 tahun primigravida usia kehamilan 38 minggu datang ke IGD dengan keluhan sejak kemarin sore merasakan mulas seperti ingin BAB. hasil pemeriksaan TD 120/80 mmHg. N: 98x menit, RR: 20x/menit dan suhu 36,8 C, VT :3 CM, DJJ: +, pasien tampak khawatir karena ini adalah pengalaman pertama pasien
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah **Diagnosa Keperawatan** beserta penjelasan singkat **SDKI, SLKI, dan SIKI** sesuai standar **Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)** untuk kasus tersebut:
---
### **Diagnosa Keperawatan**
**Ansietas (SDKI Code: D.0026)**
*Definisi:* Perasaan khawatir atau ketidaknyamanan yang terkait dengan antisipasi bahaya, disertai respons somatik (misalnya, peningkatan frekuensi nadi).
*Etiologi pada kasus:* Pengalaman pertama persalinan (primigravida) dan ketidaktahuan tentang proses persalinan.
#### **SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)**
**Ansietas Terkontrol (SLKI Code: L.14001)**
*Kriteria Luaran:*
- Pasien mampu mengidentifikasi penyebab ansietas.
- Menunjukkan teknik relaksasi untuk mengurangi ansietas.
- Frekuensi nadi dalam rentang normal (60–100x/menit).
#### **SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)**
**Manajemen Ansietas (SIKI Code: I.11001)**
*Intervensi:*
1. **Edukasi tentang proses persalinan** untuk mengurangi ketidakpastian.
2. **Ajarkan teknik relaksasi** (napas dalam, distraksi positif).
3. **Dampingi pasien** untuk memberikan dukungan emosional.
4. **Kolaborasi dengan bidan/dokter** untuk memastikan keamanan proses persalinan.
---
### **Catatan Tambahan**
- **Kode SDKI/SLKI/SIKI** mengacu pada buku *Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)* edisi terbaru PPNI.
- **Tone akademis dan persona pakar** dipertahankan dengan penggunaan terminologi klinis dan struktur sistematis.
Jika diperlukan penyesuaian atau penambahan intervensi terkait kondisi spesifik pasien, informasikan data lebih detail.
**Format RTF** dapat disesuaikan dengan kebutuhan dokumentasi keperawatan di fasilitas kesehatan. -
Article No. 18770 | 19 Jun 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis awal untuk pasien pria berusia 45 tahun dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan, serta pemeriksaan yang menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas dan lesi di paru, adalah sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: A15.0
- Deskripsi: Tuberkulosis paru dengan pemeriksaan mikrobiologi atau histologi positif
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 87.44
- Deskripsi: Pemeriksaan bakteriologis dan mikrobiologis untuk diagnosis penyakit menular, termasuk tuberkulosis.
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 A15.0 (Tuberkulosis paru dengan pemeriksaan mikrobiologi atau histologi positif) dipilih karena pasien menunjukkan gejala-gejala yang khas untuk tuberkulosis paru, seperti batuk berdahak, demam, sesak napas, dan hasil pemeriksaan fisik serta radiologis mendukung diagnosis tersebut.
2. Kode ICD-9-CM 87.44 (Pemeriksaan bakteriologis dan mikrobiologis untuk diagnosis penyakit menular, termasuk tuberkulosis) dapat digunakan jika dokter melakukan pemeriksaan laboratorium untuk memastikan diagnosis tuberkulosis, seperti pemeriksaan sputum atau kultur.
Dalam praktik klinis, diagnosis tuberkulosis paru biasanya memerlukan pemeriksaan tambahan, seperti tes tuberculin, pemeriksaan mikroskopis sputum, atau pemeriksaan molekuler (GeneXpert) untuk mengkonfirmasi diagnosis. Pengobatan tuberkulosis juga harus dilakukan sesuai dengan panduan pengobatan tuberkulosis yang berlaku. -
Article No. 18771 | 19 Jun 2025
Klinis : anak laki-laki 5 tahun, minum obat ipilepsi teratur, meminta rujukan ke spesialis anak untuk pembacaan hasil eeg
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda berikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI beserta kodenya dan definisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Resiko Cedera (00155)
- Definisi: Rentan mengalami luka fisik akibat interaksi dengan lingkungan yang dapat menyebabkan kerusakan fisiologis.
2. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
a. Risiko Cedera (10020)
- Definisi: Rentan mengalami luka fisik akibat interaksi dengan lingkungan yang dapat menyebabkan kerusakan fisiologis.
3. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
a. Tidak Terjadi Cedera (10020)
- Definisi: Individu bebas dari luka fisik akibat interaksi dengan lingkungan.
4. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
a. Manajemen Keamanan (10020)
- Definisi: Identifikasi dan minimalisasi potensi bahaya untuk mempertahankan lingkungan yang aman.
b. Monitoring Tanda-Tanda Vital (10020)
- Definisi: Pemantauan dan pencatatan parameter fisiologis yang menggambarkan kondisi fungsi tubuh.
c. Manajemen Medikasi (10020)
- Definisi: Pengaturan dan pemberian obat sesuai dengan rencana pengobatan.
Penjelasan singkat:
Anak laki-laki 5 tahun yang minum obat epilepsi secara teratur dan meminta rujukan ke spesialis anak untuk pembacaan hasil EEG memiliki risiko cedera yang perlu dikelola. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi manajemen keamanan, pemantauan tanda-tanda vital, dan manajemen medikasi untuk mempertahankan lingkungan yang aman dan meminimalkan risiko cedera. -
Article No. 18772 | 19 Jun 2025
Klinis : anak laki-laki 5 tahun, minum obat ipilepsi teratur, meminta rujukan ke spesialis anak untuk pembacaan hasil eeg
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **Diagnosa Keperawatan dan Penjelasan SDKI-SLKI-SIKI untuk Pasien Anak dengan Epilepsi**
**1. Diagnosa Keperawatan:**
**Gangguan Persepsi Sensori: Neurologis (SDKI Code: 00116)**
**Definisi:** Perubahan dalam jumlah atau pola stimulasi yang datang disertai dengan distorsi, kurangnya perhatian, atau perubahan respons terhadap stimulasi.
**Faktor yang Berhubungan:**
- Gangguan aktivitas listrik otak (epilepsi)
- Efek samping obat antiepilepsi (misalnya: sedasi, gangguan konsentrasi)
**2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):**
**Kemampuan Kognitif Meningkat (SLKI Code: 1303)**
**Indikator:**
- Anak mampu mengenali dan merespons stimulasi lingkungan dengan tepat.
- Anak menunjukkan peningkatan rentang perhatian selama interaksi.
- Anak mampu mengikuti instruksi sederhana sesuai usia.
**3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):**
**Manajemen Kejang (SIKI Code: 3520)**
**Intervensi:**
- Pantau frekuensi dan karakteristik kejang.
- Kolaborasi dengan dokter/spesialis anak untuk evaluasi hasil EEG dan penyesuaian terapi.
- Edukasi keluarga tentang pemberian obat antiepilepsi secara teratur dan tanda bahaya yang perlu dilaporkan.
---
**Penjelasan Akademik:**
- **SDKI 00116** dipilih karena epilepsi dapat memengaruhi persepsi sensori akibat aktivitas listrik abnormal di otak. Obat antiepilepsi juga berpotensi menimbulkan efek samping neurologis seperti penurunan kewaspadaan.
- **SLKI 1303** menjadi target luaran untuk memastikan anak mencapai perkembangan kognitif optimal meski dengan kondisi kronis.
- **SIKI 3520** mencakup intervensi holistik, termasuk kolaborasi multidisiplin (rujukan ke spesialis anak) dan edukasi keluarga sebagai bagian dari *continuity of care*.
**Rekomendasi:**
- Rujukan ke spesialis anak untuk interpretasi EEG dan penyesuaian regimen terapi.
- Pemantauan berkala terhadap efek samping obat dan perkembangan neurologis anak.
*(Sesuai dengan standar PPNI dan bukti klinis terkini)*
---
**Catatan:** Kode dan terminologi mengacu pada **PPNI (2023)**. Penyesuaian intervensi harus mempertimbangkan konteks individu pasien dan kebijakan fasilitas kesehatan. -
Article No. 18773 | 19 Jun 2025
Klinis : Pasien wanita, usia 60 tahun, mengalami nyeri dada yang hebat, menjalar ke lengan kiri, disertai dengan sesak napas, mual, dan keringat dingin. EKG menunjukkan infark miokard akut. Pasien memiliki riwayat hipertensi dan diabetes melitus tipe 2.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan analisis dan rekomendasi yang rinci berdasarkan kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Nyeri akut (00132) berhubungan dengan penyakit jantung koroner, infark miokard akut, sebagaimana ditunjukkan oleh keluhan nyeri dada hebat yang menjalar ke lengan kiri.
2. Gangguan pola napas (00030) berhubungan dengan infark miokard akut dan riwayat penyakit penyerta, seperti ditunjukkan oleh keluhan sesak napas.
3. Ketidakseimbangan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh (00002) berhubungan dengan mual, sebagai akibat dari infark miokard akut.
4. Intoleransi aktivitas (00092) berhubungan dengan penurunan curah jantung akibat infark miokard akut.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pasien melaporkan nyeri terkontrol (1605) dengan skor nyeri ? 3 dalam skala 0-10.
2. Pasien menunjukkan pola napas efektif (0415) dengan frekuensi napas 12-20 kali/menit dan tidak ada tanda-tanda distres pernapasan.
3. Pasien menunjukkan status nutrisi yang membaik (1004) dengan asupan nutrisi adekuat dan tidak ada tanda-tanda malnutrisi.
4. Pasien menunjukkan toleransi aktivitas yang meningkat (0005) dengan peningkatan kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen nyeri (1400):
- Lakukan penilaian nyeri secara komprehensif, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, keparahan, dan faktor pencetus.
- Berikan analgesik sesuai dengan resep dokter.
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti relaksasi, distraksi, dan kompres hangat.
- Monitor efektivitas manajemen nyeri dan lakukan evaluasi secara berkala.
2. Manajemen jalan napas (3140):
- Pantau tanda-tanda vital, terutama frekuensi napas dan oksigenasi.
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan untuk mempertahankan saturasi oksigen dalam batas normal.
- Ajarkan teknik pernapasan dalam dan batuk efektif.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk mengatasi penyebab gangguan pola napas.
3. Manajemen nutrisi (1100):
- Lakukan penilaian status nutrisi, termasuk pengukuran antropometri dan intake nutrisi.
- Berikan diet yang sesuai dengan kondisi pasien, seperti diet rendah lemak dan karbohidrat.
- Pantau tanda-tanda malnutrisi dan berikan suplemen nutrisi jika diperlukan.
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya nutrisi yang adekuat.
4. Manajemen aktivitas (0200):
- Lakukan penilaian toleransi aktivitas, termasuk kemampuan fungsional dan penggunaan bantuan.
- Berikan latihan fisik yang sesuai dengan kondisi pasien, seperti latihan ringan dan progresif.
- Ajarkan teknik konservasi energi dan manajemen kelelahan.
- Kolaborasi dengan fisioterapis untuk program rehabilitasi jantung.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan terpadu, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan, sehingga dapat meningkatkan status kesehatannya dan kualitas hidupnya. -
Article No. 18774 | 19 Jun 2025
Klinis : anak laki-laki 5 tahun, minum obat ipilepsi teratur, meminta rujukan ke spesialis anak untuk pembacaan hasil eeg
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa Keperawatan yang sesuai untuk kondisi anak laki-laki 5 tahun yang minum obat epilepsi teratur dan memerlukan rujukan ke spesialis anak untuk pembacaan hasil EEG adalah "Risiko Komplikasi Akibat Pengobatan". Diagnosis ini menggambarkan adanya potensi masalah kesehatan yang dapat terjadi akibat penggunaan obat epilepsi dalam jangka panjang dan perlunya pemantauan lebih lanjut oleh spesialis anak.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pengaturan Pengobatan: Anak dapat meminum obat epilepsi dengan dosis dan jadwal yang tepat tanpa efek samping yang membahayakan.
2. Pemantauan Gejala: Anak dapat menunjukkan gejala epilepsi yang terkontrol dan tidak mengalami komplikasi akibat pengobatan.
3. Pemahaman tentang Pengobatan: Anak dan keluarga dapat menunjukkan pemahaman yang baik tentang pengobatan epilepsi, termasuk cara penggunaan, efek samping, dan pentingnya kepatuhan.
4. Kesiapan untuk Pemeriksaan Lanjutan: Anak dan keluarga dapat menunjukkan kesiapan untuk mengikuti pemeriksaan EEG dan konsultasi dengan spesialis anak.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan (SIKI):
1. Manajemen Obat:
- Memantau penggunaan obat epilepsi sesuai dengan dosis dan jadwal yang ditetapkan.
- Mengidentifikasi dan memantau efek samping obat, serta mengambil tindakan yang tepat jika terjadi.
- Memberikan edukasi kepada anak dan keluarga tentang pentingnya kepatuhan dalam penggunaan obat.
2. Pemantauan Gejala Epilepsi:
- Melakukan pengkajian secara berkala untuk mengidentifikasi tanda-tanda dan gejala epilepsi.
- Mengajarkan anak dan keluarga tentang cara mengenali gejala epilepsi dan melaporkan segera jika terjadi.
- Berkoordinasi dengan dokter spesialis untuk memantau kondisi anak dan melakukan penyesuaian pengobatan jika diperlukan.
3. Edukasi tentang Pengobatan Epilepsi:
- Memberikan informasi yang komprehensif kepada anak dan keluarga tentang pengobatan epilepsi, termasuk mekanisme kerja obat, efek samping, dan pentingnya kepatuhan.
- Membantu anak dan keluarga dalam memahami dan menerapkan strategi manajemen diri yang tepat.
- Mendorong anak dan keluarga untuk aktif terlibat dalam perawatan dan pengambilan keputusan.
4. Koordinasi Pemeriksaan Lanjutan:
- Memfasilitasi pengaturan jadwal dan persiapan anak untuk pemeriksaan EEG dan konsultasi dengan spesialis anak.
- Memastikan ketersediaan informasi medis yang diperlukan untuk mendukung pemeriksaan dan konsultasi.
- Memberikan dukungan emosional kepada anak dan keluarga selama proses pemeriksaan dan konsultasi.
Penjelasan rinci:
Diagnosa Keperawatan "Risiko Komplikasi Akibat Pengobatan" dipilih karena anak laki-laki 5 tahun ini memerlukan pengobatan epilepsi jangka panjang, yang berpotensi menimbulkan efek samping atau komplikasi yang perlu dipantau secara cermat. Luaran yang diharapkan mencakup pengaturan pengobatan yang tepat, pemantauan gejala epilepsi, pemahaman yang baik tentang pengobatan, serta kesiapan untuk pemeriksaan lanjutan. Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi manajemen obat, pemantauan gejala epilepsi, edukasi tentang pengobatan, dan koordinasi pemeriksaan lanjutan. Tujuannya adalah memastikan anak menerima perawatan yang optimal, mencegah komplikasi, dan mendukung peran aktif anak serta keluarga dalam proses pengobatan. -
Article No. 18775 | 19 Jun 2025
Klinis : ansietas b.d khawatiran mengalami kegagalan (D.0080)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan mempertimbangkan kondisi yang diberikan, yaitu ansietas berhubungan dengan khawatiran mengalami kegagalan (D.0080), berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI beserta kodenya dan definisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
Ansietas (00146)
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Ansietas (D.0080)
Definisi: Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya atau kegagalan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kontrol Ansietas (L.0056)
Definisi: Kemampuan individu untuk mengendalikan rasa khawatir, tegang, atau cemas.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Manajemen Ansietas (I.0140)
Definisi: Mencegah, mengurangi, atau menghilangkan perasaan cemas, tegang, atau khawatir yang dapat mengganggu kesejahteraan fisik dan mental individu.
Kode-kode di atas merupakan standar yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk membantu perawat dalam melakukan praktik keperawatan yang terstandar dan terukur. -
Article No. 18776 | 19 Jun 2025
Klinis : Ny. A, seorang perempuan berusia 25 tahun, dirawat di ruang Cendana kelas 1 pada hari kedua pasca operasi sectio caesarea untuk kelahiran anak pertamanya. Persalinan dilakukan secara elektif karena alasan medis, tanpa komplikasi intraoperatif. Ini merupakan pengalaman pertama Ny. A menjalani kehamilan dan persalinan. Secara fisik, kondisi umum pasien baik, sadar compos mentis dengan GCS E4M5V6. Tanda-tanda vital dalam batas normal: TD 140/80 mmHg, nadi 78x/menit, suhu 36,5°C. Namun, pasien mengeluhkan nyeri pada luka bekas operasi SC dengan skala nyeri 6 dari 10. Terapi yang diberikan berupa infus RL dengan Oxyla 10 IU dan medikamentosa antara lain asam traneksamat, mefenamic acid, cefotaxime, dan antibiotik oral. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan hemoglobin 10 g/dL (rendah-normal), dengan leukosit, trombosit, dan albumin dalam batas normal. Pasien tampak lemas dan kurang bersemangat saat diajak bicara, menunjukkan respons yang lambat. Dari sisi psikologis, Ny. A menunjukkan gejala depresi berat. Pasien mengungkapkan rasa cemas berlebihan, sering merasa takut tanpa alasan yang jelas, serta menunjukkan sikap menarik diri. Ia mengatakan merasa tertekan dengan kehadiran bayi yang belum diharapkannya, karena merasa belum siap menjalani peran sebagai ibu. Hal ini diiringi penolakan untuk menyusui dan merawat bayinya. Pasien sering termenung, menangis, bahkan kadang berteriak tanpa alasan yang jelas. Ia juga mengungkapkan secara langsung keinginan untuk mengakhiri hidupnya. Hasil pengkajian menggunakan Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS) menunjukkan skor ?13, yang menandakan adanya depresi postpartum berat dengan risiko bunuh diri. Pasien tampak tidak menunjukkan minat pada bayinya, jarang berinteraksi atau memeluk, dan tidak merespons dukungan emosional dari orang terdekat. Dari aspek sosial, diketahui bahwa Ny. A tinggal bersama orang tuanya karena suaminya bekerja sebagai pelaut dan hanya pulang setiap tiga bulan sekali. Absennya peran suami selama masa kehamilan dan pascapersalinan diduga menjadi salah satu faktor yang memperberat kondisi emosional pasien. Ibunya berusaha memberikan dukungan emosional selama perawatan di rumah sakit, namun belum mendapatkan respons positif dari Ny. A. Pasien juga menyatakan menolak dijenguk oleh teman-temannya karena merasa tidak ingin merepotkan orang lain. Tidak terdapat riwayat gangguan jiwa sebelumnya pada pasien maupun keluarganya. Namun, perubahan mendadak dalam peran dan kondisi sosial yang dialami pasca persalinan kemungkinan menjadi pencetus utama depresi postpartum pada Ny. A
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda paparkan, terdapat beberapa diagnosa keperawatan yang dapat ditetapkan untuk Ny. A dengan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI beserta kodenya:
1. Diagnosa Keperawatan: Nyeri Akut
- SDKI: Nyeri Akut (10030)
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
- SLKI: Manajemen Nyeri (M 0001)
Definisi: Tindakan dalam mengenali, menilai, dan mengelola nyeri untuk memaksimalkan kenyamanan pasien.
- SIKI: Manajemen Nyeri (M 0001)
Definisi: Intervensi untuk mengidentifikasi dan mengendalikan faktor-faktor yang menyebabkan atau memperberat nyeri.
2. Diagnosa Keperawatan: Risiko Bunuh Diri
- SDKI: Risiko Bunuh Diri (10041)
Definisi: Keadaan di mana individu menunjukkan niat atau tindakan untuk melukai diri sendiri secara sengaja.
- SLKI: Manajemen Risiko Bunuh Diri (M 0037)
Definisi: Tindakan untuk mengidentifikasi, menilai, dan mengelola faktor-faktor yang mempengaruhi risiko bunuh diri.
- SIKI: Manajemen Risiko Bunuh Diri (M 0037)
Definisi: Intervensi untuk mengidentifikasi, menilai, dan mengelola faktor-faktor yang mempengaruhi risiko bunuh diri.
3. Diagnosa Keperawatan: Gangguan Interaksi Sosial
- SDKI: Gangguan Interaksi Sosial (10023)
Definisi: Perubahan dalam kuantitas dan kualitas interaksi sosial.
- SLKI: Fasilitasi Interaksi Sosial (M 0026)
Definisi: Tindakan untuk memfasilitasi interaksi dan hubungan sosial individu.
- SIKI: Fasilitasi Interaksi Sosial (M 0026)
Definisi: Intervensi untuk memfasilitasi interaksi dan hubungan sosial individu.
4. Diagnosa Keperawatan: Gangguan Citra Tubuh
- SDKI: Gangguan Citra Tubuh (10022)
Definisi: Perubahan persepsi dan perasaan tentang tubuh sendiri.
- SLKI: Peningkatan Citra Tubuh (M 0015)
Definisi: Tindakan untuk memfasilitasi penerimaan dan kepuasan individu terhadap citra tubuhnya.
- SIKI: Peningkatan Citra Tubuh (M 0015)
Definisi: Intervensi untuk memfasilitasi penerimaan dan kepuasan individu terhadap citra tubuhnya.
Catatan:
- SDKI: Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
- SLKI: Standar Luaran Keperawatan Indonesia
- SIKI: Standar Intervensi Keperawatan Indonesia -
Article No. 18777 | 19 Jun 2025
Klinis : DS: • Pasien mengatakan belum siap menjadi ibu dan masih ingin menjalani hidup bebas • Menolak dijenguk oleh teman dan tidak ingin merepotkan orang lain • Ibu menyampaikan adanya penolakan atau penyesalan terhadap kehamilan atau peran barunya. DO: • Menolak menyusui dan tidak menunjukkan ikatan dengan bayi • Dukungan ibu belum direspons positif • Ibu tampak menarik diri dari lingkungan sosial dan keluarga. • Ibu kurang aktif dalam merawat bayi, seperti jarang menggendong, menyusui, atau berbicara dengan bayi.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data subjektif dan objektif yang diberikan, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Diagnosa Keperawatan:
Kode: 00139 - Penolakan Peran Orang Tua
Definisi: Kesulitan dalam menampilkan peran orang tua yang tepat atau keinginan untuk tidak menampilkan peran tersebut.
Penjelasan Singkat:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Penolakan Peran Orang Tua
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Penerimaan Peran Orang Tua
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Fasilitasi Penerimaan Peran Orang Tua
2. Kode dan Definisi berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI:
a. SDKI:
- Kode: 00139
- Definisi: Kesulitan dalam menampilkan peran orang tua yang tepat atau keinginan untuk tidak menampilkan peran tersebut.
b. SLKI:
- Kode: 1410
- Definisi: Kemampuan mengadopsi dan menampilkan peran sebagai orang tua.
c. SIKI:
- Kode: 6450
- Definisi: Tindakan untuk membantu individu/keluarga dalam mengadopsi dan menampilkan peran sebagai orang tua.
Dalam kasus ini, pasien menunjukkan penolakan terhadap peran barunya sebagai ibu, sehingga diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Penolakan Peran Orang Tua. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah Fasilitasi Penerimaan Peran Orang Tua, dengan tujuan membantu pasien dalam mengadopsi dan menampilkan peran sebagai orang tua.