Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 7101 | 26 Nov 2024
Klinis : Pasien pria, usia 69 tahun dengan diagnosa medis Sindrom Uremikum (UR 234). memiliki riwayat gagal ginjal st V dan tidak rutin hemodialisa. mengeluh lemas dan mual muntah, serta adanya BAB darah dan kehitaman sebanyak 3 kali
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat, serta standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan sindrom uremikum.
Penjelasan Singkat:
Pasien mengalami sindrom uremikum dengan riwayat gagal ginjal stadium V dan tidak rutin menjalani hemodialisis. Hal ini dapat menyebabkan tubuh kesulitan untuk membuang sisa metabolisme, sehingga terjadi penumpukan zat-zat toksik yang dapat mempengaruhi proses penyerapan dan pemanfaatan nutrisi dalam tubuh. Akibatnya, pasien mengalami gejala seperti lemas, mual, muntah, serta adanya BAB darah dan kehitaman.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Diagnosis: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Definisi: Asupan nutrisi tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran: Keseimbangan Nutrisi
Definisi: Keadaan dimana zat-zat gizi dalam tubuh berada dalam jumlah yang seimbang untuk memenuhi kebutuhan metabolik
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi: Manajemen Nutrisi
Definisi: Serangkaian kegiatan untuk mempertahankan dan meningkatkan asupan nutrisi pasien sesuai dengan kebutuhan -
Article No. 7102 | 26 Nov 2024
Klinis : Ny. X, seorang perempuan berusia 29 tahun, bekerja sebagai seorang musisi dan belum menikah. Ia didiagnosis diabetes melitus tipe 1 sejak usia 15 tahun dan selama 14 tahun terakhir mengandalkan terapi insulin intensif. Pada usia 27 tahun, ia di diagnosis dengan Chronic Kidney Disease (CKD) stadium 3, yang kemudian berkembang menjadi stadium 4 dalam waktu kurang dari 2 tahun. Perburukan ini dipicu oleh kontrol glikemik yang buruk serta efek samping konsumsi obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) yang digunakan untuk nyeri neuropatik kronis. Saat ini, Ny.X menjalani hemodialisis 3 kali seminggu. Riwayat medis menunjukkan pasien tidak patuh pada pengobatan dan sering mengabaikan diet diabetes yang disarankan. Ia juga memiliki kebiasaan merokok selama 8 tahun terakhir dengan konsumsi rata-rata 5 batang per hari Pasien datang dengan keluhan lemas, nafsu makan menurun, edema pada kaki, sesak nafas, dan mual. Secara emosional, ia merasa cemas dan sedih memikirkan ketergantungannya pada dialisis dan kesulitannya dalam menjalani pengobatan karena dirinya tidak memiliki keluarga yang mendampinginya. Tanda-tanda vital menunjukkan suhu tubuh 36,8 °C, tekanan darah 160/95 mmHg, nadi 98 kali/menit, pernapasan 26 kali/menit, dan saturasi oksigen 94% (RA). Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan Hb 8,5 g/dL (anemia berat), GFR 12 mL/menit/1,73m² (stadium 5 CKD), kreatinin serum 7,8 mg/dL, ureum 98 mg/dL, albumin serum 2,9 g/dL (hipoalbuminemia), dan kalium 5,9 mmol/L (hiperkalemia). Pemeriksaan EKG menunjukkan gelombang T tinggi dan runcing, tanda hiperkalemia berat. Rontgen thorax mengindikasikan edema paru dengan efusi pleura ringan, sementara USG abdomen menunjukkan ginjal mengecil dengan echogenicity meningkat, khas untuk gagal ginjal kronis.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan memperhatikan kondisi yang dijelaskan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
1. Diagnosa Keperawatan: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
- SDKI: Ketidakseimbangan Nutrisi
- Definisi: Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Penyebab: Anoreksia, mual, lemas, edema, dan hipoalbuminemia.
2. Diagnosa Keperawatan: Intoleransi aktivitas
- SDKI: Intoleransi Aktivitas
- Definisi: Keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik yang diinginkan atau dibutuhkan.
- Penyebab: Kelelahan, sesak nafas, dan penurunan kekuatan otot akibat CKD dan komplikasi terkait.
3. Diagnosa Keperawatan: Ansietas
- SDKI: Ansietas
- Definisi: Perasaan khawatir, gelisah, atau takut yang tidak jelas dan tidak menyenangkan.
- Penyebab: Ketergantungan pada dialisis, kesulitan mengikuti pengobatan, dan kurangnya dukungan keluarga.
4. Diagnosa Keperawatan: Ketidakpatuhan
- SDKI: Ketidakpatuhan
- Definisi: Perilaku individu yang tidak sesuai dengan rencana terapeutik yang disepakati bersama tenaga kesehatan.
- Penyebab: Riwayat tidak patuh pada pengobatan dan diet diabetes, serta kebiasaan merokok.
5. Diagnosa Keperawatan: Hipervolemia
- SDKI: Hipervolemia
- Definisi: Kelebihan cairan dalam kompartemen intravaskular, interstisial, atau keduanya.
- Penyebab: Gagal ginjal kronik, edema, dan efusi pleura.
Penerapan standar SLKI dan SIKI dapat dilakukan untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi intervensi keperawatan yang sesuai dengan diagnosa keperawatan yang teridentifikasi. -
Article No. 7103 | 26 Nov 2024
Klinis : Ny. X, seorang perempuan berusia 29 tahun, bekerja sebagai seorang musisi dan belum menikah. Ia didiagnosis diabetes melitus tipe 1 sejak usia 15 tahun dan selama 14 tahun terakhir mengandalkan terapi insulin intensif. Pada usia 27 tahun, ia di diagnosis dengan Chronic Kidney Disease (CKD) stadium 3, yang kemudian berkembang menjadi stadium 4 dalam waktu kurang dari 2 tahun. Perburukan ini dipicu oleh kontrol glikemik yang buruk serta efek samping konsumsi obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) yang digunakan untuk nyeri neuropatik kronis. Saat ini, Ny.X menjalani hemodialisis 3 kali seminggu. Riwayat medis menunjukkan pasien tidak patuh pada pengobatan dan sering mengabaikan diet diabetes yang disarankan. Ia juga memiliki kebiasaan merokok selama 8 tahun terakhir dengan konsumsi rata-rata 5 batang per hari Pasien datang dengan keluhan lemas, nafsu makan menurun, edema pada kaki, sesak nafas, dan mual. Secara emosional, ia merasa cemas dan sedih memikirkan ketergantungannya pada dialisis dan kesulitannya dalam menjalani pengobatan karena dirinya tidak memiliki keluarga yang mendampinginya. Tanda-tanda vital menunjukkan suhu tubuh 36,8 °C, tekanan darah 160/95 mmHg, nadi 98 kali/menit, pernapasan 26 kali/menit, dan saturasi oksigen 94% (RA). Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan Hb 8,5 g/dL (anemia berat), GFR 12 mL/menit/1,73m² (stadium 5 CKD), kreatinin serum 7,8 mg/dL, ureum 98 mg/dL, albumin serum 2,9 g/dL (hipoalbuminemia), dan kalium 5,9 mmol/L (hiperkalemia). Pemeriksaan EKG menunjukkan gelombang T tinggi dan runcing, tanda hiperkalemia berat. Rontgen thorax mengindikasikan edema paru dengan efusi pleura ringan, sementara USG abdomen menunjukkan ginjal mengecil dengan echogenicity meningkat, khas untuk gagal ginjal kronis.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan untuk Ny. X, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengacu pada standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
b. Intoleransi Aktivitas
c. Ansietas
d. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Ginjal
2. Penjelasan Singkat:
a. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- SDKI: Keadaan di mana asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- SLKI: Asupan nutrisi meningkat, status gizi membaik.
- SIKI: Pemberian nutrisi oral/enteral/parenteral sesuai kebutuhan, pemantauan status gizi.
b. Intoleransi Aktivitas
- SDKI: Keterbatasan kemampuan untuk melakukan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan akibat perasaan tidak mampu.
- SLKI: Peningkatan toleransi aktivitas.
- SIKI: Manajemen energi, edukasi manajemen kelelahan.
c. Ansietas
- SDKI: Perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disebabkan oleh antisipasi bahaya yang tidak jelas atau tidak diketahui.
- SLKI: Penurunan tingkat ansietas.
- SIKI: Terapi relaksasi, konseling, manajemen stres.
d. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Ginjal
- SDKI: Penurunan sirkulasi darah ke ginjal yang dapat membahayakan kesehatan.
- SLKI: Peningkatan perfusi jaringan ginjal.
- SIKI: Manajemen cairan, terapi dialisis, pemantauan fungsi ginjal.
Dengan pendekatan holistik, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk mengatasi berbagai masalah kesehatan yang dialami Ny. X. -
Article No. 7104 | 26 Nov 2024
Klinis : Pasien pria, usia 69 tahun dengan diagnosa medis Sindrom Uremikum (UR 234). memiliki riwayat gagal ginjal st V dan tidak rutin hemodialisa. mengeluh lemas dan mual muntah, serta adanya BAB darah dan kehitaman sebanyak 3 kali. Pasien tidak bisa bangun dari duduk dan tidur sendiri
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Ginjal berhubungan dengan Gagal Ginjal Kronik.
Penjelasan: Pasien dengan sindrom uremikum memiliki penurunan fungsi ginjal yang menyebabkan terjadinya kegagalan ginjal kronik. Hal ini dapat memengaruhi perfusi dan fungsi jaringan ginjal secara keseluruhan.
2. Mual dan Muntah berhubungan dengan Sindrom Uremikum.
Penjelasan: Pasien mengeluh mual dan muntah, yang merupakan salah satu gejala dari sindrom uremikum akibat gagal ginjal kronis.
3. Diare berhubungan dengan Sindrom Uremikum.
Penjelasan: Pasien mengalami BAB darah dan kehitaman, yang dapat disebabkan oleh komplikasi lanjut dari sindrom uremikum.
4. Aktivitas Perawatan Diri Defisit berhubungan dengan Kelemahan.
Penjelasan: Pasien tidak dapat bangun dari duduk dan tidur sendiri, menunjukkan adanya kelemahan yang berdampak pada aktivitas perawatan diri.
Berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat di atas dapat diterapkan untuk menangani kondisi pasien pria usia 69 tahun dengan sindrom uremikum. -
Article No. 7105 | 26 Nov 2024
Klinis : Pasien pria usia 31 tahun, mengeluh demam lebih dari 3 hari disertai muntah yang terus menerus. pasien mengeluhkan lemas dan tidak bertenaga. suhu tubuh pasein 38. dengan adanya tanda dehidrasi ringan dan sulit untuk berkomunikasi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dideskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat, serta standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit terkait dengan muntah yang terus-menerus.
Penjelasan Singkat:
- Pasien mengalami kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebihan akibat muntah yang terus-menerus.
- Hal ini dapat menyebabkan dehidrasi dan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
- Demam yang berkepanjangan juga dapat meningkatkan risiko ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Kode: 00028
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan volume cairan dan elektrolit dalam kisaran normal.
- Penyebab: Kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebihan melalui muntah.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Kode: 00601
- Definisi: Keadaan seimbang antara intake dan output cairan dan elektrolit.
- Kriteria Hasil: Pasien menunjukkan tanda-tanda hidrasi yang adekuat, nilai elektrolit dalam batas normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Kode: 00011
- Definisi: Tindakan untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
- Kegiatan: Pantau intake dan output cairan, monitor elektrolit, berikan terapi rehidrasi jika diperlukan.
Tone: Akademis
Persona: Pakar/Perawat -
Article No. 7106 | 26 Nov 2024
Klinis : Px merasa semua orang yang ada dilingkungannya membuatnya menjadi seperti ini (gangguan jiwa)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan tone akademis dan persona sebagai seorang pakar keperawatan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi yang Anda kemukakan:
Diagnosa Keperawatan:
Waham (00623)
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Waham adalah keyakinan yang tidak berdasar pada kenyataan dan tidak dapat diubah meskipun ada bukti yang jelas dan meyakinkan. Waham dapat muncul pada berbagai kondisi kesehatan mental, termasuk skizofrenia, gangguan bipolar, atau gangguan delusional.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan waham adalah pasien dapat mengenali wahamnya, dapat menjelaskan penyebab waham, dan dapat menunjukkan perilaku yang sesuai dengan realitas.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk menangani waham meliputi:
a. Terapi realitas: membantu pasien untuk mengenali waham dan memahami realitas yang sebenarnya.
b. Terapi kognitif: membantu pasien untuk mengganti pikiran irasional dengan pikiran yang lebih rasional.
c. Terapi kelompok: memberikan dukungan dan pembelajaran dari sesama pasien untuk mengatasi waham.
d. Pemberian obat antipsikotik: untuk membantu menstabilkan kondisi mental pasien.
Dalam kasus ini, pasien merasa bahwa semua orang di lingkungannya membuatnya menjadi seperti ini (mengalami gangguan jiwa). Hal ini menunjukkan adanya waham, yaitu keyakinan yang tidak berdasar pada kenyataan. Intervensi keperawatan yang dapat diberikan adalah terapi realitas, terapi kognitif, terapi kelompok, dan pemberian obat antipsikotik untuk membantu pasien mengenali dan mengatasi wahamnya. -
Article No. 7107 | 26 Nov 2024
Klinis : Px gatal dibagian kaki, kulit terlihat bekas garukan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Px gatal dibagian kaki, kulit terlihat bekas garukan.
Diagnosa Keperawatan:
Pruritus (Gatal)
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Pruritus adalah sensasi gatal yang tidak nyaman pada kulit yang mendorong keinginan untuk menggaruk.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Sensasi gatal berkurang
2. Kulit tidak ada luka akibat garukan
3. Pasien dapat mengendalikan dorongan untuk menggaruk
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Identifikasi penyebab pruritus (misalnya alergi, infeksi, kondisi kulit)
2. Anjurkan pasien untuk menghindari faktor pencetus gatal
3. Berikan obat topikal atau oral sesuai indikasi
4. Ajarkan teknik mengurangi gatal (misalnya kompres dingin, pengalihan perhatian)
5. Monitor tanda-tanda infeksi sekunder akibat garukan
Dengan pendekatan akademis dan sebagai pakar keperawatan, saya harap penjelasan singkat ini dapat membantu Anda memahami Diagnosa Keperawatan dan standar SDKI-SLKI-SIKI terkait kondisi gatal pada pasien. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, silakan tanyakan. -
Article No. 7108 | 26 Nov 2024
Klinis : Pasien tampak mulut dan tangannya bergerak sendiri tanpa disengaja
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat sesuai dengan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
Gerakan Involunter
Penjelasan Singkat:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gerakan Involunter adalah ketidakmampuan untuk mengontrol atau menghentikan gerakan tubuh atau anggota tubuh yang tidak disengaja.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
a. Luaran Utama: Kontrol Gerak Volunter
b. Luaran Khusus: Kontrol Gerakan
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
a. Intervensi Utama: Manajemen Gerakan Involunter
b. Intervensi Khusus:
- Identifikasi Penyebab Gerakan Involunter
- Monitoring Gerakan Involunter
- Pemberian Terapi untuk Mengurangi Gerakan Involunter
Penjelasan singkat:
Gerakan involunter adalah kondisi di mana pasien mengalami gerakan atau pergerakan anggota tubuh yang tidak disengaja dan tidak dapat dikontrol. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti gangguan neurologis, efek samping obat, atau kondisi medis lainnya. Perawatan yang diberikan akan fokus pada identifikasi penyebab, pemantauan gerakan, dan penerapan terapi yang sesuai untuk mengurangi atau mengendalikan gerakan involunter tersebut. -
Article No. 7109 | 26 Nov 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan rincian diagnosa, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien dengan dugaan tuberkulosis paru yang Anda jelaskan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membesihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
- Penyebab: Sekresi kental, batuk tidak efektif, kelemahan otot pernapasan.
- Tanda dan gejala: Suara napas bronkial, sesak napas, batuk produktif, demam.
2. Intoleransi Aktivitas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk bertoleransi atau menyelesaikan aktivitas rutin akibat ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
- Penyebab: Penyakit pernapasan, kelemahan otot.
- Tanda dan gejala: Sesak napas, kelelahan, penurunan nafsu makan.
3. Risiko Infeksi
- Definisi: Rentan terhadap invasi dan perbanyakan organisme patogen yang dapat menimbulkan kerusakan sel.
- Penyebab: Penurunan sistem pertahanan tubuh.
- Tanda dan gejala: Demam, batuk produktif.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas Efektif
- Definisi: Kemampuan untuk membesihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
- Kriteria hasil: Pasien dapat mengeluarkan sekret dengan batuk efektif, tidak ada suara napas bronkial, dan pasien dapat bernapas dengan mudah.
2. Toleransi Aktivitas Meningkat
- Definisi: Kemampuan untuk melakukan aktivitas rutin tanpa kelelahan yang berlebihan.
- Kriteria hasil: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan mudah, tidak mengalami sesak napas, dan menunjukkan peningkatan nafsu makan.
3. Bebas Infeksi
- Definisi: Tidak terdapat tanda-tanda infeksi.
- Kriteria hasil: Pasien tidak mengalami demam, batuk produktif berkurang, dan hasil pemeriksaan penunjang menunjukkan perbaikan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif:
- Auskultasi suara napas
- Monitor pola napas
- Berikan posisi semi fowler
- Berikan nebulizer untuk mencairkan sekret
- Latih teknik batuk efektif
- Kolaborasi pemberian obat bronkodilator dan mukolitik
2. Intoleransi Aktivitas:
- Monitor tanda-tanda vital saat aktivitas
- Identifikasi aktivitas yang dapat ditoleransi
- Rencanakan aktivitas bertahap
- Anjurkan istirahat yang cukup
- Kolaborasi konsultasi ahli gizi untuk perbaikan nutrisi
3. Risiko Infeksi:
- Monitor tanda-tanda infeksi
- Identifikasi faktor risiko infeksi
- Berikan perawatan higiene yang adekuat
- Berikan edukasi tentang pencegahan infeksi
- Kolaborasi pemberian terapi antibiotik sesuai indikasi
Penjelasan di atas mencakup diagnosis keperawatan, luaran/output yang diharapkan, serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mengatasi kondisi pasien dengan dugaan tuberkulosis paru. Saya harap penjelasan ini dapat membantu Anda. Jika ada pertanyaan lain, jangan ragu untuk menanyakannya. -
Article No. 7110 | 26 Nov 2024
Klinis : Oedema kaki, angina pectoris,
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi yang Anda sebutkan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Edema Kaki
- SDKI: Edema Perifer
- SLKI: Pengelolaan Edema Perifer
- SIKI: Manajemen Cairan
Penjelasan:
Edema kaki merupakan akumulasi cairan di jaringan di bawah kulit, biasanya di tungkai bawah. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai kondisi seperti gagal jantung, kerusakan ginjal, atau malnutrisi. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Edema Perifer, yang berfokus pada pengelolaan dan pemantauan edema. Intervensi keperawatan yang sesuai mencakup manajemen cairan, peningkatan mobilitas, dan pemberian edukasi kepada pasien.
2. Angina Pektoris
- SDKI: Intoleransi Aktivitas
- SLKI: Manajemen Aktivitas
- SIKI: Manajemen Nyeri Akut
Penjelasan:
Angina pektoris adalah rasa nyeri atau ketidaknyamanan di dada yang terjadi saat jantung membutuhkan lebih banyak oksigen, biasanya dipicu oleh aktivitas fisik atau stres emosional. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Intoleransi Aktivitas, yang berfokus pada pemantauan dan pengelolaan aktivitas pasien. Intervensi keperawatan yang sesuai mencakup manajemen aktivitas, edukasi pasien, dan penatalaksanaan nyeri akut.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus mengacu pada standar praktik keperawatan yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), yaitu SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia). Dengan menggunakan standar ini, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berkualitas.