Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 9073 | 16 Dec 2024
Klinis : ABSES PADA JARI KAKI
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Sebagai dokter dan perekam medis, saya akan memberikan informasi kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang sesuai dengan kondisi "ABSES PADA JARI KAKI" sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: L03.01
- Deskripsi: Selulitis dan abses jari kaki
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 86.04
- Deskripsi: Insisi dan drainase abses kulit dan subkutan jari kaki
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 L03.01 (Selulitis dan abses jari kaki) adalah kode yang sesuai untuk kondisi "ABSES PADA JARI KAKI". Kode ini mencakup infeksi dan pembengkakan pada jaringan kulit dan subkutan di area jari kaki.
2. Kode ICD-9-CM 86.04 (Insisi dan drainase abses kulit dan subkutan jari kaki) merupakan kode prosedur atau tindakan medis yang dapat dilakukan untuk menangani kondisi abses pada jari kaki. Prosedur ini melibatkan pembedahan untuk menginsisi dan mengeluarkan cairan atau material infeksi dari abses di area jari kaki.
Dalam praktik klinis, diagnosis dan kode ICD-10 serta prosedur atau tindakan medis yang sesuai dengan kode ICD-9-CM akan digunakan oleh dokter dan perekam medis untuk mendokumentasikan dan melaporkan kondisi dan penanganan pasien secara akurat. -
Article No. 9074 | 16 Dec 2024
Klinis : Ds: Pasien mengatakan mudah lelah, dan sering pusing serta nyeri tulang di area punggung dan tungkai dengan skala nyeri 4(0-10), Pasien juga mengatakan demam ringan yang berulang tanpa penyebab yang jelas, serta adanya luka pada gusi yang sulit sembuh, disertai pembengkakan dan kemerahan. Do: • Tekanan Darah :130/90 mmHg • Nadi : 110x/menit • RR : 27x/menit • Suhu Tubuh : 37,5̊ C • Pasien tampak lemas • Pasien tampak meringis kesakitan • Konjungtiva anemis • Kulit pasien tampak pucat • Adanya pembesaran limpa teraba 4cm dibawah lengkung iga kiri (splenomegali) • Hemoglobin : 7,5 g/dl • Leukosit : 120.000/mm³ • Trombosit : 55.000/mm³ • Hasil aspirasi sumsum tulang menunjukan proliferasi sel blast yang tidak normal • Pemeriksaan PCT : Terdapat gen BCR-ABL 1 • Pemeriksaan sitogenik : 98% ditemukan kromosom Philadelphia gua bingung sm diagnosa nya
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan gejala dan tanda-tanda yang dijelaskan, pasien ini kemungkinan mengalami kondisi yang berkaitan dengan Leukemia Mieloid Kronis (LMK) atau Chronic Myelogenous Leukemia (CML). Berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasannya menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan kelemahan fisik akibat LMK.
2. Nyeri kronis berhubungan dengan infiltrasi sel blast pada tulang dan jaringan.
3. Risiko Perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.
4. Risiko Infeksi berhubungan dengan neutropenia.
Penjelasan:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan kelemahan fisik akibat LMK.
- SDKI: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan karena adanya persepsi kekurangan energi fisik, mental, dan/atau psikososial.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk memfasilitasi peningkatan toleransi aktivitas pasien.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk mempertahankan dan meningkatkan kemampuan individu dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
2. Nyeri Kronis berhubungan dengan infiltrasi sel blast pada tulang dan jaringan.
- SDKI: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial yang berlangsung lebih dari 3 bulan.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk mengurangi atau menghilangkan pengalaman nyeri yang berkelanjutan.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk meminimalkan atau menghilangkan rasa nyeri.
3. Risiko Perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.
- SDKI: Rentan mengalami penurunan volume darah yang dapat mengancam jiwa akibat mekanisme hemostasis yang tidak adekuat.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk mencegah atau mengurangi risiko perdarahan.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk mempertahankan integritas vaskuler dan mencegah perdarahan.
4. Risiko Infeksi berhubungan dengan neutropenia.
- SDKI: Rentan mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat mengancam kesehatan.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk mencegah atau mengurangi risiko infeksi.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk mempertahankan pertahanan tubuh dan mencegah infeksi.
Dalam kondisi ini, pasien memerlukan perawatan yang komprehensif, termasuk pengobatan medis untuk LMK, serta intervensi keperawatan yang sesuai untuk mengelola gejala dan komplikasi yang mungkin terjadi. -
Article No. 9075 | 16 Dec 2024
Klinis : Tn.U berusia 58 tahun menderita Dispnea PPOK. Saat perawat melakukan asesmen keperawatan didapatkan data bahwa Tn.U mengatakan sesak nafas, batuk berdahak, dan sakit pada perut bagian atas seperti tertarik saat batuk. Kemaren badan klien merasa panas dingin. Klien mengatakan akibat batuk sesak nafas yang terjadi hingga membuatnya terasa harus mengangkat dada untuk bisa bernafas. Hasil pemeriksaan TTV: Nadi 80x/menit, RR 28 x/menit, TD 130/80 mmHg, Suhu 39°c. TB 160 cm, BB 52 Kg. Hasil pemeriksaan fisik thoraks di dapatkan ada suara tambahan, wheezing (+), konjunctiva tampak anemis dan sclera tidak ikterik. Klien terpasang nasal cannula O2 sebanyak 3-4 liter/menit.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis dan tindakan medis yang sesuai adalah sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: J44.1
- Deskripsi: Penyakit Paru Obstruktif Kronik dengan Eksaserbasi Akut
2. Kode ICD-9-CM Procedure:
- Kode: 93.90
- Deskripsi: Pemberian oksigen, tidak spesifik
Penjelasan:
Pasien Tn. U, berusia 58 tahun, memiliki gejala-gejala yang mengarah pada diagnosis Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) dengan eksaserbasi akut, yang ditandai dengan sesak napas, batuk berdahak, dan rasa sakit pada perut bagian atas saat batuk. Selain itu, pasien juga mengalami demam dan peningkatan laju pernapasan. Pemeriksaan fisik menunjukkan adanya suara tambahan (wheezing) dan konjungtiva yang tampak anemis.
Kode ICD-10 J44.1 (Penyakit Paru Obstruktif Kronik dengan Eksaserbasi Akut) sesuai dengan kondisi pasien, yang mengalami eksaserbasi akut dari PPOK yang dideritanya.
Terkait dengan tindakan medis, pasien diberikan oksigen melalui nasal kanula sebanyak 3-4 liter per menit. Kode ICD-9-CM 93.90 (Pemberian Oksigen, tidak spesifik) sesuai dengan prosedur yang dilakukan pada pasien. -
Article No. 9076 | 16 Dec 2024
Klinis : Tn.U berusia 58 tahun menderita Dispnea PPOK. Saat perawat melakukan asesmen keperawatan didapatkan data bahwa Tn.U mengatakan sesak nafas, batuk berdahak, dan sakit pada perut bagian atas seperti tertarik saat batuk. Kemaren badan klien merasa panas dingin. Klien mengatakan akibat batuk sesak nafas yang terjadi hingga membuatnya terasa harus mengangkat dada untuk bisa bernafas. Hasil pemeriksaan TTV: Nadi 80x/menit, RR 28 x/menit, TD 130/80 mmHg, Suhu 39°c. TB 160 cm, BB 52 Kg. Hasil pemeriksaan fisik thoraks di dapatkan ada suara tambahan, wheezing (+), konjunctiva tampak anemis dan sclera tidak ikterik. Klien terpasang nasal cannula O2 sebanyak 3-4 liter/menit.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data klinik yang diberikan, Tn. U (58 tahun) menderita Dispnea PPOK dengan kondisi saat ini yaitu:
Diagnosa Keperawatan:
1. Pola Napas Tidak Efektif (00032) berhubungan dengan peningkatan produksi sekret dan obstruksi saluran napas akibat PPOK.
Penjelasan singkat (SDKI - SLKI - SIKI):
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Pola napas tidak efektif adalah ventilasi yang tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida.
- Faktor yang berhubungan: peningkatan produksi sekret, obstruksi saluran napas, kelelahan otot pernapasan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien menunjukkan pola napas yang efektif, dengan frekuensi napas 12-20x/menit, irama teratur, dan tidak ada tanda-tanda distress pernapasan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan: Manajemen jalan napas, Manajemen oksigen, Manajemen pernapasan, Monitoring tanda-tanda vital.
Berdasarkan Persatuan Perawat Nasional Indonesia, diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi yang sesuai untuk kondisi Tn. U adalah Pola Napas Tidak Efektif yang berhubungan dengan peningkatan produksi sekret dan obstruksi saluran napas akibat PPOK. -
Article No. 9077 | 16 Dec 2024
Klinis : Ds: Pasien mengatakan mudah lelah, dan sering pusing serta nyeri tulang di area punggung dan tungkai dengan skala nyeri 4(0-10), Pasien juga mengatakan demam ringan yang berulang tanpa penyebab yang jelas, serta adanya luka pada gusi yang sulit sembuh, disertai pembengkakan dan kemerahan. Do: • Tekanan Darah :130/90 mmHg • Nadi : 110x/menit • RR : 27x/menit • Suhu Tubuh : 37,5̊ C • Pasien tampak lemas • Pasien tampak meringis kesakitan • Konjungtiva anemis • Kulit pasien tampak pucat •
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan mempertimbangkan gejala yang Anda sampaikan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Kelelahan Kronis (SDKI)
2. Nyeri Kronik (SDKI)
3. Risiko Infeksi (SDKI)
Penjelasan singkat:
1. Kelelahan Kronis (SDKI)
- Definisi: Pengalaman subyektif berkepanjangan dan tidak menyenangkan yang berkaitan dengan penurunan kapasitas dan ketahanan untuk melakukan aktivitas.
- Penyebab: Anemia, malnutrisi, penyakit kronis, stres, dan aktivitas berlebihan.
- Gejala: Mudah lelah, tidak berdaya, penurunan konsentrasi, dan penurunan motivasi.
- Intervensi Keperawatan (SLKI): Manajemen Energi, Istirahat, dan Terapi Aktivitas.
2. Nyeri Kronik (SDKI)
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang nyata atau potensial yang berlangsung lebih dari 3 bulan.
- Penyebab: Penyakit degeneratif, gangguan muskuloskeletal, dan cedera.
- Gejala: Nyeri tulang di area punggung dan tungkai dengan skala 4 (0-10).
- Intervensi Keperawatan (SLKI): Manajemen Nyeri, Perawatan Luka, dan Terapi Modalitas.
3. Risiko Infeksi (SDKI)
- Definisi: Kerentanan untuk mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogen, yang dapat membahayakan kesehatan.
- Faktor Risiko: Penurunan sistem imun, malnutrisi, dan luka yang sulit sembuh.
- Gejala: Demam ringan yang berulang, luka pada gusi yang sulit sembuh, serta pembengkakan dan kemerahan.
- Intervensi Keperawatan (SLKI): Manajemen Infeksi, Perawatan Luka, dan Edukasi Kesehatan.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat akan mengacu pada Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). -
Article No. 9078 | 16 Dec 2024
Klinis : Ds: Pasien mengatakan mudah lelah, dan sering pusing serta nyeri tulang di area punggung dan tungkai dengan skala nyeri 4(0-10), Pasien juga mengatakan demam ringan yang berulang tanpa penyebab yang jelas, serta adanya luka pada gusi yang sulit sembuh, disertai pembengkakan dan kemerahan. Do: • Tekanan Darah :130/90 mmHg • Nadi : 110x/menit • RR : 27x/menit • Suhu Tubuh : 37,5̊ C • Pasien tampak lemas • Pasien tampak meringis kesakitan • Konjungtiva anemis • Kulit pasien tampak pucat •
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Selamat siang, sebagai perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan, serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik yang ditandai dengan mudah lelah, pusing, dan nyeri tulang.
2. Nyeri kronis berhubungan dengan kondisi patologis yang ditandai dengan nyeri pada punggung dan tungkai dengan skala 4.
3. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit yang ditandai dengan demam berulang tanpa penyebab yang jelas.
4. Risiko Infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh yang ditandai dengan luka pada gusi yang sulit sembuh, disertai pembengkakan dan kemerahan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Intoleransi Aktivitas
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan energi yang cukup.
- Pasien dapat mengelola kelelahan dengan baik.
- Pasien tidak lagi mengeluhkan pusing dan nyeri tulang.
2. Nyeri Kronis
- Pasien dapat mengendalikan rasa nyeri dengan menggunakan manajemen nyeri yang efektif.
- Pasien dapat meningkatkan aktivitas sesuai toleransi tanpa peningkatan nyeri.
- Pasien dapat beristirahat untuk memulihkan energi.
3. Hipertermia
- Suhu tubuh pasien kembali normal.
- Pasien tidak lagi mengalami demam berulang.
- Pasien dapat mengenali tanda-tanda peningkatan suhu tubuh.
4. Risiko Infeksi
- Luka pada gusi sembuh dengan baik.
- Tidak terjadi infeksi baru pada gusi atau bagian tubuh lainnya.
- Pasien dapat menjaga kebersihan mulut dan gigi dengan baik.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Intoleransi Aktivitas
- Lakukan pengkajian toleransi aktivitas pasien.
- Kaji faktor-faktor yang memengaruhi intoleransi aktivitas.
- Berikan edukasi tentang manajemen energi dan aktivitas.
- Bantu pasien merencanakan aktivitas sesuai kapasitas.
- Dorong pasien untuk beristirahat secukupnya.
2. Nyeri Kronis
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif.
- Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi nyeri.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pengelolaan nyeri.
- Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis.
- Berikan analgesik sesuai indikasi medis.
3. Hipertermia
- Lakukan pengukuran suhu tubuh secara teratur.
- Identifikasi penyebab peningkatan suhu tubuh.
- Berikan intervensi penurun demam sesuai indikasi.
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang tanda-tanda peningkatan suhu tubuh.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengatasi penyebab demam.
4. Risiko Infeksi
- Kaji faktor risiko infeksi pada pasien.
- Berikan perawatan luka pada gusi secara teratur dan tepat.
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang kebersihan mulut dan gigi.
- Kolaborasi dengan dokter gigi untuk penanganan luka gusi.
- Pantau tanda-tanda infeksi dan segera laporkan jika ditemukan.
Saya harap penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif bagi pasien. Jika ada pertanyaan atau hal yang perlu klarifikasi, jangan ragu untuk menghubungi saya kembali. -
Article No. 9079 | 16 Dec 2024
Klinis : Ds: Pasien mengatakan mudah lelah, dan sering pusing serta nyeri tulang di area punggung dan tungkai dengan skala nyeri 4(0-10), Pasien juga mengatakan demam ringan yang berulang tanpa penyebab yang jelas, serta adanya luka pada gusi yang sulit sembuh, disertai pembengkakan dan kemerahan. Do: • Tekanan Darah :130/90 mmHg • Nadi : 110x/menit • RR : 27x/menit • Suhu Tubuh : 37,5̊ C • Pasien tampak lemas • Pasien tampak meringis kesakitan • Konjungtiva anemis • Kulit pasien tampak pucat •
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan gejala yang dialami pasien, berikut adalah diagnosa keperawatan yang sesuai dengan SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan: Kelelahan
- Definisi: Pengalaman subjektif dari kekurangan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari
- Faktor yang Berhubungan: Aktivitas berlebihan, malnutrisi, anemia
- Gejala dan Tanda: Pasien mengeluh mudah lelah, tampak lemas
2. Diagnosa Keperawatan: Nyeri Kronik
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial yang berlangsung lebih dari 3 bulan
- Faktor yang Berhubungan: Patologis (seperti gout, osteoarthritis)
- Gejala dan Tanda: Pasien mengeluh nyeri tulang di area punggung dan tungkai dengan skala nyeri 4 (0-10), tampak meringis kesakitan
3. Diagnosa Keperawatan: Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- Definisi: Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik
- Faktor yang Berhubungan: Ketidakmampuan menyerap nutrisi, kehilangan nafsu makan
- Gejala dan Tanda: Pasien mengeluh demam berulang, luka pada gusi sulit sembuh, konjungtiva anemis, kulit pucat
Penjelasan Singkat:
- SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia): Memberikan panduan standar untuk menentukan diagnosa keperawatan berdasarkan gejala dan tanda yang dialami pasien.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Memberikan panduan standar untuk menentukan hasil atau luaran yang diharapkan dari asuhan keperawatan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Memberikan panduan standar untuk menentukan tindakan keperawatan yang perlu dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
- Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) adalah organisasi profesi perawat di Indonesia yang bertanggung jawab untuk mengembangkan dan menetapkan standar praktik keperawatan. -
Article No. 9080 | 16 Dec 2024
Klinis : Ds: Pasien mengatakan mudah lelah, dan sering pusing serta nyeri tulang di area punggung dan tungkai dengan skala nyeri 4(0-10), Pasien juga mengatakan demam ringan yang berulang tanpa penyebab yang jelas, serta adanya luka pada gusi yang sulit sembuh, disertai pembengkakan dan kemerahan. Do: • Tekanan Darah :130/90 mmHg • Nadi : 110x/menit • RR : 27x/menit • Suhu Tubuh : 37,5̊ C • Pasien tampak lemas • Pasien tampak meringis kesakitan • Konjungtiva anemis • Kulit pasien tampak pucat •
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Kelelahan/Fatigue berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan energi, ditandai dengan pasien mengatakan mudah lelah.
2. Nyeri kronis berhubungan dengan penyakit kronis, ditandai dengan pasien mengeluhkan nyeri tulang di area punggung dan tungkai dengan skala nyeri 4 (0-10).
3. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi, ditandai dengan adanya demam ringan yang berulang tanpa penyebab yang jelas.
4. Perdarahan gusi berhubungan dengan proses infeksi, ditandai dengan adanya luka pada gusi yang sulit sembuh, disertai pembengkakan dan kemerahan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat meningkatkan toleransi aktivitas dan menunjukkan peningkatan energi.
2. Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat melaporkan berkurangnya nyeri pada tulang di area punggung dan tungkai.
3. Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal.
4. Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat menunjukkan penyembuhan luka pada gusi.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Kelelahan/Fatigue berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan energi:
a. Identifikasi faktor-faktor yang menyebabkan kelelahan.
b. Bantu pasien dalam merencanakan aktivitas sesuai dengan kemampuan.
c. Ajarkan teknik manajemen energi, seperti mengatur istirahat dan aktivitas.
d. Kolaborasi dengan tim medis untuk mengevaluasi dan mengatasi penyebab kelelahan.
2. Nyeri kronis berhubungan dengan penyakit kronis:
a. Kaji karakteristik nyeri (lokasi, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas).
b. Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi nyeri.
c. Berikan analgesik sesuai dengan rekomendasi tim medis.
d. Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis, seperti relaksasi, distraksi, dan terapi panas/dingin.
e. Kolaborasi dengan tim medis untuk mengevaluasi dan mengatasi penyebab nyeri.
3. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi:
a. Pantau tanda-tanda vital secara teratur.
b. Berikan cairan dan nutrisi yang adekuat.
c. Pertahankan suhu tubuh dalam rentang normal dengan pemberian antipiretik sesuai rekomendasi tim medis.
d. Identifikasi dan atasi penyebab infeksi melalui kolaborasi dengan tim medis.
4. Perdarahan gusi berhubungan dengan proses infeksi:
a. Kaji kondisi gusi (warna, pembengkakan, perdarahan).
b. Ajarkan dan bantu pasien dalam melakukan perawatan gigi dan mulut yang tepat.
c. Berikan obat kumur antiseptik sesuai rekomendasi tim medis.
d. Kolaborasi dengan dokter gigi untuk mengevaluasi dan mengatasi kondisi gusi.
Semoga informasi ini bermanfaat. Jangan ragu untuk menanyakan hal lebih lanjut jika diperlukan. -
Article No. 9081 | 16 Dec 2024
Klinis : Seorang laki-laki berusia 57 tahun post stroke di rawat di bangsal penyakit dalam. Keluarga mengatakan pasien hanya bisa terbaring di tempat tidur dan sudah lama tidak keramas dan badan pasien bau. Keluarga pasien hanya menyeka dengan handuk basah. Setelah perawat mengkaji pasien didapatkan mulut pasien kering, bau, dan gigi terlihat kotor.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, saya dapat mengidentifikasi beberapa diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien, beserta penjelasan singkat terkait SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
1. Diagnosa Keperawatan: Gangguan Kebersihan Mulut
- SDKI: Keadaan di mana individu mengalami ketidakmampuan untuk mempertahankan kebersihan rongga mulut.
- SLKI: Pemulihan status kebersihan mulut yang optimal.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah perawatan mulut, pembersihan gigi, penggunaan obat kumur, dan edukasi tentang pentingnya perawatan mulut.
2. Diagnosa Keperawatan: Defisit Perawatan Diri: Mandi
- SDKI: Keadaan di mana individu mengalami ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas mandi secara mandiri.
- SLKI: Pemulihan kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas mandi.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah bantuan mandi, perawatan kulit, dan edukasi tentang pentingnya perawatan diri.
3. Diagnosa Keperawatan: Bau Badan
- SDKI: Keadaan di mana individu mengalami kondisi tubuh yang mengeluarkan bau yang tidak menyenangkan.
- SLKI: Pemulihan kondisi tubuh agar tidak mengeluarkan bau yang tidak menyenangkan.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah perawatan diri (mandi, ganti pakaian), penggunaan deodoran, dan edukasi tentang perawatan kebersihan diri.
Dalam penanganan kondisi pasien ini, perawat perlu melakukan kolaborasi dengan keluarga untuk membantu memenuhi kebutuhan perawatan diri pasien, seperti mandi, perawatan mulut, dan menjaga kebersihan tubuh pasien. Edukasi kepada keluarga juga penting untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang pentingnya perawatan diri yang optimal bagi pasien. -
Article No. 9082 | 16 Dec 2024
Klinis : hypervolemi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosis keperawatan dan penjelasan singkat terkait standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi hipervolemia.
Diagnosis Keperawatan:
Kelebihan Volume Cairan
Penjelasan Singkat:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Hipervolemia didefinisikan sebagai kondisi di mana terdapat kelebihan cairan dalam kompartemen intravaskuler atau interstisial. Ini dapat disebabkan oleh asupan cairan yang berlebihan, retensi cairan, atau gangguan mekanisme regulasi cairan.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan hipervolemia adalah pasien dapat mempertahankan keseimbangan cairan yang adekuat, menunjukkan penurunan tanda-tanda kelebihan volume cairan, dan tidak mengalami komplikasi akibat hipervolemia.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk menangani hipervolemia antara lain:
a. Pemantauan status cairan dan elektrolit secara teratur
b. Pembatasan asupan cairan sesuai kebutuhan
c. Pemberian diuretik sesuai indikasi
d. Kolaborasi dengan tim medis untuk pengaturan pengobatan
e. Edukasi pasien dan keluarga terkait manajemen cairan
Secara akademis, sebagai seorang perawat, saya memahami bahwa hipervolemia merupakan kondisi yang memerlukan penanganan yang tepat untuk mencegah terjadinya komplikasi. Pemahaman akan standar SDKI, SLKI, dan SIKI menjadi acuan penting dalam memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas dan sesuai dengan standar praktik keperawatan di Indonesia.