Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 7171 | 27 Nov 2024
Klinis : Keluhan utama: Demam terus-menerus, sakit kepala terasa berat, nyeri otot, nyeri pada ulu hati, dan mual. Onset gejala: Demam sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit Pemeriksaan Fisik Tanda-tanda vital: suhu tubuh 38,1°C. (frekuensi napas, denyut nadi, tekanan darah tidak disebutkan pada kasus) Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan Darah Rutin White Blood Cell 2.57 x 10³/µL menunjukkan leukopenia (di bawah normal, WBC normal 3,8 - 10,6 x 10³/µL) Trombosit 24.5 x 10³/µL menunjukkan trombositopenia berat Limfosit 17.6% menunjukkan limfositopenia
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan keluhan utama, tanda-tanda vital, dan hasil pemeriksaan penunjang yang diberikan, maka dapat disusun Diagnosa Keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI sebagai berikut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Hipertermia r/t infeksi, ditandai dengan demam terus-menerus.
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas 37,2°C (99°F) yang disebabkan oleh gangguan pengaturan suhu.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Suhu tubuh dalam batas normal
2. Tidak terjadi komplikasi akibat hipertermia
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Monitor tanda-tanda vital secara berkala
2. Berikan cairan dan nutrisi yang cukup
3. Berikan obat penurun demam sesuai indikasi
4. Lakukan upaya menurunkan suhu tubuh (kompres hangat, kipas angin)
5. Edukasi pasien dan keluarga tentang hipertermia dan penatalaksanaannya
2. Nyeri akut r/t infeksi, ditandai dengan sakit kepala terasa berat, nyeri otot, dan nyeri pada ulu hati.
Penjelasan:
SDKI: Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial.
SLKI:
1. Tingkat nyeri menurun
2. Kemampuan pasien dalam mengontrol nyeri meningkat
3. Tidak terjadi komplikasi akibat nyeri
SIKI:
1. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif
2. Berikan analgetik sesuai indikasi
3. Ajarkan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri
4. Monitor efektivitas tindakan pengurangan nyeri
5. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan nyeri
3. Risiko hipovolemia r/t penurunan masukan cairan, ditandai dengan mual.
Penjelasan:
SDKI: Risiko hipovolemia adalah keadaan di mana individu memiliki risiko mengalami penurunan volume cairan tubuh.
SLKI:
1. Cairan tubuh dalam batas normal
2. Tidak terjadi komplikasi akibat hipovolemia
SIKI:
1. Monitor tanda-tanda hipovolemia
2. Berikan cairan IV sesuai kebutuhan
3. Pantau asupan dan pengeluaran cairan
4. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan hipovolemia
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda. Jika ada pertanyaan lain, jangan ragu untuk menanyakannya. -
Article No. 7172 | 27 Nov 2024
Klinis : Askep head injury Skenario kasus : Seorang laki-laki Tn.A berumur 35 tahun, saat dikaji istri Tn A mengatakan suaminya kecelakaan saat mengendarai sepeda motor. Saat dibawa ke IGD Tn.A sudah tidak sadarkan diri dengan GCS (E:2, M: 3, V: 2) terdapat hematoma di wajah dan kepala serta ada krepitasi pada paha kanan 1/3 medial dextra, keluar darah dari mulut dan hidung, dan saat dipindah ke bangsal bedah hasil pemeriksaan tanda vital: TD: 110/70 mmHg, Frequensi Pernafasan 28 kali/menit nadi 102 kali/menit, Suhu 37,8°C. Pemeriksaan fisik akral hangat, GCS GCS (E:2, M: 4, V: 3, CRT > 3 detik, blue eyes dikedua belah mata. Hasil Lab: Hb:9,4 gr/dl, Ht: 33%, Leukosit: 21.000 mm3, Trombosit: 198.000mm³, Hasil CT Scan terdapat edema serebral pada bagian kepala. Pasien terpasang foley kateter, NGT, terapi obat IFVD RL 25 tetes/mnt, dexametason 3x1, citicolin 3x1, asamtransamin 3x1, vit K 3x1, dan cefotaxime 2x1.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan skenario kasus yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan serta penjelasan singkat terkait standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Perfusi Jaringan Serebral berhubungan dengan edema serebral dan peningkatan tekanan intrakranial.
2. Risiko Perdarahan berhubungan dengan cedera trauma.
3. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan cedera trauma pada ekstremitas.
4. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan penurunan kesadaran dan kondisi klinis.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. Gangguan Perfusi Jaringan Serebral:
- SDKI: Definisi, faktor yang berhubungan, karakteristik klinis, intervensi, dan hasil yang diharapkan.
- SLKI: Hasil yang diharapkan mengenai pemulihan fungsi serebral, penurunan tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial, dan status kesadaran.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang berfokus pada pemantauan tanda-tanda vital, peningkatan suplai oksigen, manajemen suhu, dan pengaturan lingkungan yang kondusif untuk pemulihan.
2. Risiko Perdarahan:
- SDKI: Definisi, faktor risiko, tanda dan gejala, dan intervensi pencegahan perdarahan.
- SLKI: Hasil yang diharapkan meliputi stabilitas hemodinamik, pemulihan fungsi organ, dan tidak terjadi komplikasi perdarahan.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang berfokus pada pemantauan tanda-tanda vital, pengendalian perdarahan, manajemen cairan dan elektrolit, serta kolaborasi dengan tim medis.
3. Gangguan Mobilitas Fisik:
- SDKI: Definisi, faktor yang berhubungan, karakteristik klinis, intervensi, dan hasil yang diharapkan.
- SLKI: Hasil yang diharapkan mencakup peningkatan kemampuan gerak, pemulihan fungsi anggota tubuh, dan peningkatan kemandirian dalam aktivitas sehari-hari.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang berfokus pada pengkajian status muskuloskeletal, manajemen nyeri, mobilisasi dini, dan kolaborasi dengan fisioterapi.
4. Intoleransi Aktivitas:
- SDKI: Definisi, faktor yang berhubungan, karakteristik klinis, intervensi, dan hasil yang diharapkan.
- SLKI: Hasil yang diharapkan berupa peningkatan toleransi aktivitas, perbaikan status fisiologis, dan peningkatan kemandirian dalam aktivitas sehari-hari.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang berfokus pada pemantauan tanda-tanda vital, manajemen energi, perencanaan aktivitas bertahap, dan edukasi kepada pasien dan keluarga.
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan cedera kepala, perawat dapat mengacu pada standar SDKI, SLKI, dan SIKI untuk memastikan intervensi dan hasil keperawatan yang terstandarisasi dan efektif. -
Article No. 7173 | 27 Nov 2024
Klinis : Pasien perempuan berumur 25 tahun masuk RS dengan keluhan sesak napas hebat. TD: 120/80 mmHg, RR: 48 x/mnt, HR: 100x/mnt, S: 39 C. hasil pengkajian : batuk berdahak, suara bunyi wheezing, terdapat retraksi dinding dada, sianosis. Pasien mengatakan 1 hari yang lalu menyapu kamar tidur penuh debu dan seketika bersin-bersin. Hasil laboraturium Ig E meningkat, pasien di rencana kan menjalani pemeriksaan spirometri. Dokter memberikan advis kepada perawat, pasien segera dilakukan nebulizer dengan ventolin dan nacl 0.5% agar sesak napas dan dahak berkurang
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait kondisi pasien yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan kondisi pasien yang dideskripsikan, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
Penyebab: Obstruksi jalan napas, produksi sekret yang berlebihan.
Gejala dan tanda mayor: Wheezing, sesak napas, retraksi dinding dada, sianosis.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas
Kriteria Hasil:
- Pasien dapat batuk dan mengeluarkan sekret dengan efektif.
- Pasien tidak mengalami sesak napas.
- Tidak ada tanda-tanda retraksi otot napas.
- Tidak ada tanda-tanda sianosis.
- Suara napas bersih, tidak ada bunyi tambahan.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas
- Lakukan suction untuk membersihkan jalan napas jika diperlukan.
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan.
- Lakukan postural drainage dan perkusi dada untuk membantu pengeluaran sekret.
- Berikan bronkodilator melalui nebulizer sesuai instruksi dokter.
- Anjurkan pasien untuk melakukan latihan pernapasan (misalnya pursed-lip breathing).
2. Manajemen Nyeri
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif.
- Berikan analgesik sesuai instruksi dokter.
- Ajarkan teknik-teknik manajemen nyeri non-farmakologis (misalnya relaksasi, distraksi).
3. Manajemen Demam
- Lakukan pengkajian tanda-tanda vital secara berkala.
- Berikan antipiretik sesuai instruksi dokter.
- Pertahankan suhu tubuh dalam rentang normal dengan kompres hangat/dingin.
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif dipilih karena pasien mengalami sesak napas hebat, retraksi dinding dada, sianosis, dan suara napas wheezing yang menunjukkan adanya obstruksi jalan napas dan produksi sekret yang berlebihan. Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat mempertahankan bersihan jalan napas yang efektif, ditandai dengan kemampuan batuk dan mengeluarkan sekret, tidak ada sesak napas, retraksi otot napas, atau sianosis. Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi manajemen jalan napas, manajemen nyeri, dan manajemen demam untuk mengatasi masalah pernapasan pasien. -
Article No. 7174 | 27 Nov 2024
Klinis : Pasien perempuan berumur 25 tahun masuk RS dengan keluhan sesak napas hebat. TD: 120/80 mmHg, RR: 48 x/mnt, HR: 100x/mnt, S: 39 C. hasil pengkajian : batuk berdahak, suara bunyi wheezing, terdapat retraksi dinding dada, sianosis. Pasien mengatakan 1 hari yang lalu menyapu kamar tidur penuh debu dan seketika bersin-bersin. Hasil laboraturium Ig E meningkat, pasien di rencana kan menjalani pemeriksaan spirometri. Dokter memberikan advis kepada perawat, pasien segera dilakukan nebulizer dengan ventolin dan nacl 0.5% agar sesak napas dan dahak berkurang
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Terima kasih atas pertanyaan Anda. Berdasarkan informasi yang Anda berikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Pola Napas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk menginspirasi dan/atau mengekspirasi secara adekuat.
- Faktor Terkait: Obstruksi saluran napas, infeksi saluran napas, alergi.
- Gejala dan Tanda: Sesak napas, napas cepat, penggunaan otot bantu napas, sianosis.
Luaran Keperawatan (SLKI):
1. Pola Napas
- Kriteria Hasil: Pasien menunjukkan pola napas yang efektif, dengan frekuensi napas dalam rentang normal, irama dan kedalaman napas yang memadai.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas
- Tujuan: Mempertahankan dan memfasilitasi jalan napas yang paten.
- Aktivitas: Observasi status pernapasan, berikan oksigen, lakukan tindakan nebulizer, kolaborasi dengan dokter untuk pemberian bronkodilator.
2. Manajemen Nyeri
- Tujuan: Mengurangi nyeri yang dialami pasien.
- Aktivitas: Identifikasi penyebab nyeri, berikan analgesik sesuai indikasi, kolaborasi dengan dokter.
Penjelasan:
Pasien perempuan berusia 25 tahun mengalami sesak napas hebat. Hasil pengkajian menunjukkan adanya tanda-tanda pola napas tidak efektif, seperti batuk berdahak, suara wheezing, retraksi dinding dada, dan sianosis. Pasien juga menyampaikan riwayat alergi setelah membersihkan kamar tidur. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan peningkatan Ig E, dan pasien direncanakan untuk menjalani pemeriksaan spirometri.
Diagnosa keperawatan utama adalah Pola Napas Tidak Efektif, yang disebabkan oleh obstruksi saluran napas akibat infeksi atau alergi. Tujuan keperawatan adalah pasien menunjukkan pola napas yang efektif. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah Manajemen Jalan Napas, seperti pemberian oksigen, nebulizer, dan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian bronkodilator, serta Manajemen Nyeri untuk mengurangi ketidaknyamanan yang dialami pasien. -
Article No. 7175 | 27 Nov 2024
Klinis : Tn. A berumur 56 tahun, dengan berat badan 90 kg dengan tinggi 160 cm datang ke RS den ga n k el u ha n s emi n g g u t er a k h ir i n i ia men g a la mi s a k it ya n g h eb a t d i t en g ku k k ep a la . Hasil pemeriksaan laboratorium adalah tekanan darah adalah 180/130 mmHg, kreatinin serum 2,8mg/dl, K serum 4,5 mEq/L (3,4 – 5,2) dan kadar kolestrol 230mg/dL. Tn. A adalah me n g k o n s u ms i s ea f o o d. Tn. A sering merasa kesemutan pada jari jari tangan, penglihatan buram dan sering muntah bila sakit kepala melanda. Perawat selalu memberikan penkes terhadap pasien tentang pencegahan penyakit yang di derita nya.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan membantu memberikan diagnosa keperawatan, luaran keperawatan, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi Tn. A.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kelebihan Berat Badan
- Berhubungan dengan asupan kalori yang melebihi kebutuhan metabolik tubuh, ditandai dengan berat badan 90 kg dengan tinggi 160 cm (IMT 35,16 kg/m2).
2. Hipertensi
- Berhubungan dengan peningkatan tekanan darah, ditandai dengan tekanan darah 180/130 mmHg.
3. Gangguan Fungsi Ginjal
- Berhubungan dengan peningkatan kadar kreatinin serum 2,8 mg/dL.
4. Nyeri Kepala
- Berhubungan dengan peningkatan tekanan darah dan kadar kolesterol, ditandai dengan keluhan sakit kepala yang hebat.
5. Perubahan Persepsi Sensori: Penglihatan Terganggu
- Berhubungan dengan peningkatan tekanan darah dan kadar kolesterol, ditandai dengan keluhan penglihatan buram.
6. Risiko Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
- Berhubungan dengan asupan tinggi seafood, peningkatan tekanan darah, dan mual/muntah, ditandai dengan kadar kalium serum 4,5 mEq/L.
Luaran Keperawatan (SLKI):
1. Berat Badan: Tujuan Berat Badan Optimal
- Pasien dapat mempertahankan berat badan dalam rentang normal sesuai tinggi badan.
2. Tekanan Darah: Tekanan Darah Terkontrol
- Pasien dapat mempertahankan tekanan darah dalam batas normal.
3. Fungsi Ginjal: Fungsi Ginjal Membaik
- Pasien dapat mempertahankan fungsi ginjal dalam batas normal.
4. Kontrol Nyeri
- Pasien dapat melaporkan nyeri kepala berkurang.
5. Penglihatan: Penglihatan Membaik
- Pasien dapat melaporkan penglihatan tidak buram.
6. Keseimbangan Cairan: Keseimbangan Cairan Terjaga
- Pasien dapat mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit dalam batas normal.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Berat Badan
- Asesmen status gizi dan berat badan
- Konseling diet dengan asupan kalori sesuai kebutuhan
- Edukasi tentang pola makan sehat dan aktivitas fisik
2. Manajemen Hipertensi
- Asesmen tanda-tanda vital
- Pemberian obat antihipertensi sesuai resep
- Edukasi tentang manajemen hipertensi (diet rendah garam, aktivitas fisik, dll.)
3. Manajemen Gangguan Fungsi Ginjal
- Asesmen fungsi ginjal (pemeriksaan laboratorium)
- Pemberian obat sesuai resep
- Edukasi tentang manajemen fungsi ginjal (diet rendah protein, cairan, dan elektrolit)
4. Manajemen Nyeri
- Asesmen nyeri kepala
- Pemberian analgesik sesuai resep
- Teknik nonfarmakologis (kompres hangat, relaksasi, dsb.)
5. Manajemen Perubahan Persepsi Sensori
- Asesmen penglihatan
- Pemberian obat sesuai resep
- Edukasi tentang manajemen perubahan penglihatan
6. Manajemen Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
- Asesmen intake dan output cairan
- Pemberian cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan
- Edukasi tentang manajemen intake cairan dan elektrolit
Penjelasan yang lebih rinci dan terperinci dapat diberikan untuk setiap poin di atas. Saya berharap informasi ini bermanfaat bagi Anda sebagai perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk Tn. A. -
Article No. 7176 | 27 Nov 2024
Klinis : pasien mengalami pendarahan melalui hidung dan telinga terdapat close fraktur di clavikula sinistra
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah pembahasan yang rinci untuk kondisi yang Anda berikan:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Perdarahan
- Definisi: Keadaan ketika terjadi kehilangan darah dari pembuluh darah yang melebihi kemampuan tubuh untuk mengatasinya.
- Penyebab: Fraktur tulang, trauma pada kepala/muka, gangguan pembekuan darah.
- Tanda & Gejala: Perdarahan aktif dari hidung, telinga, atau lokasi lain, pucat, takikardi, hipotensi.
2. Gangguan Integritas Kulit
- Definisi: Kerusakan pada epidermis dan/atau dermis.
- Penyebab: Trauma, fraktur tulang.
- Tanda & Gejala: Kulit terbuka, perdarahan, nyeri.
Luaran/Output SLKI:
1. Perdarahan Terkendali
- Definisi: Kondisi ketika perdarahan telah berhenti dan hemodinamik stabil.
- Kriteria: Perdarahan berhenti, tanda vital dalam batas normal, tidak ada tanda-tanda syok.
2. Integritas Kulit Membaik
- Definisi: Kondisi ketika kulit kembali utuh dan normal.
- Kriteria: Luka menutup, tidak ada tanda infeksi, nyeri berkurang.
Intervensi Keperawatan SIKI:
1. Manajemen Perdarahan
- Observasi tanda-tanda perdarahan aktif
- Lakukan kompresi langsung pada sumber perdarahan
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Pantau tanda-tanda vital
- Berikan cairan IV untuk mempertahankan volume darah
- Konsultasi dokter untuk penanganan lebih lanjut (penjahitan, pemberian obat, dll)
2. Perawatan Luka
- Observasi kondisi luka, tanda infeksi
- Bersihkan luka dengan teknik aseptik
- Aplikasikan balutan steril
- Berikan analgesik untuk mengurangi nyeri
- Edukasi pasien dan keluarga tentang perawatan luka
- Kolaborasi dengan dokter untuk penanganan lanjutan (penjahitan, pembedahan, dll)
Penjelasan rinci di atas mencakup diagnosis keperawatan, luaran/output yang diharapkan, serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk menangani kondisi perdarahan dan fraktur pada pasien. Pendekatan ini dilakukan secara komprehensif untuk mencapai hasil perawatan yang optimal. -
Article No. 7177 | 27 Nov 2024
Klinis : pasien mengalami pendarahan melalui hidung dan telinga terdapat close fraktur di clavikula sinistra
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan tone akademis dan persona sebagai pakar, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien dengan pendarahan melalui hidung dan telinga, serta close fraktur di klavikula sinistra:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko perdarahan (Kode diagnosa: 00206)
2. Gangguan integritas jaringan (Kode diagnosa: 00044)
3. Risiko cedera (Kode diagnosa: 00035)
Penjelasan Singkat:
1. Risiko Perdarahan (Kode diagnosa: 00206)
- SDKI: Keadaan di mana individu berisiko mengalami kehilangan darah yang berlebihan dari sistem vaskuler.
- SLKI: Tindakan untuk memantau, mencegah, dan mengendalikan perdarahan.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan, seperti pemantauan tanda-tanda vital, penekanan pada titik perdarahan, dan pemberian obat-obatan untuk menghentikan perdarahan.
2. Gangguan Integritas Jaringan (Kode diagnosa: 00044)
- SDKI: Keadaan di mana individu mengalami kerusakan pada membran, kulit, dan/atau jaringan dasar.
- SLKI: Tindakan untuk mempromosikan penyembuhan luka dan mencegah komplikasi.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan, seperti pembersihan luka, perawatan luka, dan pemberian terapi untuk membantu penyembuhan.
3. Risiko Cedera (Kode diagnosa: 00035)
- SDKI: Keadaan di mana individu berisiko mengalami luka fisik atau kerusakan akibat interaksi dengan lingkungan atau sumber lain.
- SLKI: Tindakan untuk mencegah, mengendalikan, dan mengatasi cedera.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan, seperti stabilisasi fraktur, pemberian analgesia, dan pemantauan tanda-tanda vital untuk mengidentifikasi komplikasi.
Dalam penerapannya, perawat akan menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI untuk mengidentifikasi masalah kesehatan pasien, merencanakan dan melaksanakan tindakan keperawatan yang tepat, serta mengevaluasi hasil asuhan keperawatan yang diberikan. -
Article No. 7178 | 27 Nov 2024
Klinis : pasien mengalami pendarahan melalui hidung dan telinga terdapat close fraktur di clavikula sinistra
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien:
a. Perdarahan akut (Acute Bleeding)
Definisi: Keluarnya darah secara tiba-tiba dan tidak terkendali melalui hidung dan telinga, yang dapat mengancam keselamatan jiwa pasien.
b. Kerusakan integritas jaringan (Impaired Tissue Integrity)
Definisi: Kerusakan pada struktur kulit atau jaringan lain akibat fraktur clavicula sinistra.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Perdarahan Akut
- Tanda-tanda vital stabil
- Perdarahan dapat dikendalikan
- Tidak terjadi komplikasi perdarahan lebih lanjut
b. Kerusakan Integritas Jaringan
- Tidak terjadi perburukan atau komplikasi pada luka fraktur
- Proses penyembuhan luka berjalan dengan baik
- Pasien dapat mempertahankan mobilitas dan fungsi tangan dengan optimal
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Perdarahan Akut
- Lakukan pengkajian tanda-tanda vital secara berkala
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Lakukan kompresi pada area perdarahan
- Berikan obat-obatan untuk mengendalikan perdarahan jika diperlukan
- Pantau jumlah dan karakteristik perdarahan
- Siapkan alat dan bahan untuk intervensi lebih lanjut jika perdarahan tidak terkendali
b. Kerusakan Integritas Jaringan
- Lakukan pengkajian luka fraktur secara menyeluruh
- Berikan perawatan luka sesuai prinsip aseptik
- Immobilisasi ekstremitas dengan alat bantu (misalnya sling) untuk mencegah pergerakan dan mempercepat penyembuhan
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian analgetik dan antibiotik jika diperlukan
- Anjurkan pasien untuk melakukan latihan gerak sesuai toleransi
- Edukasi pasien dan keluarga tentang perawatan luka, imobilisasi, dan mobilisasi yang aman
Penjelasan secara rinci dan terperinci di atas diharapkan dapat membantu Anda dalam memahami dan menerapkan langkah-langkah asuhan keperawatan yang tepat untuk menangani kasus pasien dengan perdarahan akut dan kerusakan integritas jaringan akibat fraktur clavicula sinistra. Jangan ragu untuk menanyakan lebih lanjut jika ada hal yang kurang jelas. -
Article No. 7179 | 27 Nov 2024
Klinis : Klien mengatakan sempat berpikir ingin mengakhiri hidupnya dikarenakan pasien idak mampu melakukan apapun tanpa kehadiran suaminya .
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa Keperawatan yang sesuai untuk kondisi tersebut adalah Risiko Bunuh Diri. Pasien menunjukkan tanda-tanda berupa adanya keinginan untuk mengakhiri hidupnya, yang merupakan indikator utama dari Risiko Bunuh Diri.
Risiko Bunuh Diri didefinisikan sebagai "Keadaan di mana individu memiliki intensi dan/atau niat untuk membunuh diri sendiri dan/atau melakukan tindakan yang dapat menyebabkan kematian" (SDKI, 2017). Kondisi ini terjadi akibat adanya stressor yang dapat memicu pasien untuk berpikir dan berniat melakukan bunuh diri.
Dalam kasus ini, stressor yang memicu pasien berpikir untuk mengakhiri hidupnya adalah ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari-hari tanpa adanya suami. Hal ini dapat menyebabkan pasien merasa tidak berdaya, putus asa, dan kehilangan harapan, sehingga memunculkan pemikiran untuk mengakhiri hidup.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan Asuhan Keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai Luaran/Output sebagai berikut:
a. Kontrol Impuls: Pasien mampu mengendalikan dorongan atau keinginan untuk melakukan bunuh diri.
b. Kemampuan Mengatasi: Pasien mampu mengembangkan strategi untuk mengatasi pikiran dan keinginan untuk bunuh diri.
c. Kesejahteraan Psikologis: Pasien menunjukkan peningkatan dalam kesejahteraan psikologis, seperti perasaan tenang, optimis, dan memiliki harapan untuk masa depan.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai Luaran/Output yang diharapkan, diperlukan Intervensi Keperawatan sebagai berikut:
a. Manajemen Risiko Bunuh Diri
- Melakukan pengkajian yang komprehensif terhadap faktor risiko bunuh diri, seperti riwayat percobaan bunuh diri, gangguan psikologis, dan dukungan sosial yang kurang.
- Memantau tanda-tanda dan gejala yang menunjukkan risiko bunuh diri, seperti adanya keinginan untuk mati, membuat rencana bunuh diri, dan menyiapkan sarana untuk melakukannya.
- Melibatkan keluarga dan significant others dalam perencanaan dan implementasi intervensi.
- Menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung untuk mengurangi risiko bunuh diri.
b. Dukungan Emosional
- Memberikan empati, acceptance, dan validasi terhadap perasaan dan pengalaman pasien.
- Mendorong pasien untuk mengekspresikan perasaan dan pemikirannya secara terbuka dan aman.
- Membantu pasien mengidentifikasi sumber-sumber dukungan sosial yang ada.
- Memberikan motivasi dan harapan kepada pasien untuk meningkatkan kemampuan mengatasi masalah.
c. Manajemen Stres
- Mengidentifikasi dan membantu pasien mengelola stressor yang memicu keinginan untuk bunuh diri.
- Mengajarkan teknik-teknik manajemen stres, seperti relaksasi, deep breathing, dan meditasi.
- Membantu pasien mengembangkan strategi koping yang adaptif untuk mengatasi masalah.
- Melibatkan keluarga dan significant others dalam proses pengelolaan stres pasien.
Dengan penerapan Intervensi Keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai Luaran/Output yang diharapkan, yaitu mampu mengendalikan dorongan untuk bunuh diri, mengembangkan strategi koping yang efektif, dan meningkatkan kesejahteraan psikologisnya. -
Article No. 7180 | 27 Nov 2024
Klinis : Klien mengatakan sempat berpikir ingin mengakhiri hidupnya dikarenakan pasien idak mampu melakukan apapun tanpa kehadiran suaminya .
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berdasarkan informasi yang diberikan, kondisi klien dapat didiagnosis dengan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R45.851
- Deskripsi: Keinginan untuk bunuh diri
Penjelasan:
Kode ICD-10 R45.851 digunakan untuk mengkodekan kondisi klien yang mengungkapkan pemikiran untuk mengakhiri hidupnya. Kode ini mengindikasikan adanya keinginan untuk bunuh diri, yang merupakan salah satu gejala penting dalam penilaian risiko bunuh diri.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ada kode ICD-9-CM prosedur yang sesuai.
- Deskripsi: Tidak ada tindakan medis yang tercatat dalam informasi yang diberikan.
Penjelasan:
Berdasarkan informasi yang diberikan, tidak ada tindakan medis atau prosedur yang disebutkan. Oleh karena itu, tidak terdapat kode ICD-9-CM prosedur yang sesuai untuk kondisi klien ini.
Secara keseluruhan, klien menunjukkan adanya pemikiran untuk mengakhiri hidup yang disebabkan oleh ketidakmampuannya untuk melakukan aktivitas tanpa kehadiran suaminya. Hal ini perlu ditangani dengan segera untuk mencegah risiko bunuh diri dan memberikan intervensi yang sesuai.