Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 7238 | 28 Nov 2024
Klinis : diare
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Sebagai seorang dokter/perekam medik, saya akan memberikan informasi kode ICD-10 untuk diagnosis diare, serta kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang terkait.
1. Kode ICD-10:
- Kode: A09
- Deskripsi: Diare dan gastroenteritis dari penyebab infeksi yang tidak ditentukan
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 45.23
- Deskripsi: Kolonoskopi
Penjelasan detail:
1. Kode ICD-10 A09 (Diare dan gastroenteritis dari penyebab infeksi yang tidak ditentukan):
- Kode ini mencakup diare akut dari penyebab infeksi yang tidak dapat ditentukan secara spesifik.
- Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai patogen, seperti virus, bakteri, atau parasit.
- Gejala yang umum terjadi adalah diare, mual, muntah, dan kram perut.
2. Kode ICD-9-CM 45.23 (Kolonoskopi):
- Prosedur ini melibatkan pemeriksaan visual dari dalam kolon menggunakan sebuah kolonoskop.
- Kolonoskopi dapat digunakan untuk menyelidiki penyebab diare, seperti mendeteksi peradangan, polip, atau lesi di dalam kolon.
- Selain diagnosis, kolonoskopi juga dapat digunakan untuk melakukan tindakan terapeutik, seperti pengambilan sampel jaringan (biopsi) atau penyingkiran polip.
Kode ICD-10 dan ICD-9-CM yang diberikan di atas merupakan informasi yang relevan untuk diagnosis diare dan tindakan medis yang mungkin dilakukan dalam penanganan kondisi tersebut. -
Article No. 7239 | 28 Nov 2024
Klinis : ispa
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Sebagai dokter/perekam medis, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis untuk kondisi ISPA:
1. Kode ICD-10:
- Kode: J06.9
- Deskripsi: Infeksi saluran pernapasan atas, tidak spesifik
Penjelasan:
- Kode J06.9 dalam ICD-10 digunakan untuk mengkodekan infeksi saluran pernapasan atas yang tidak dapat diklasifikasikan secara lebih spesifik.
- Infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) adalah istilah umum yang mencakup berbagai kondisi seperti rhinitis, sinusitis, faringitis, laringitis, dan trakeitis yang melibatkan bagian atas saluran pernapasan.
- Kode ini digunakan saat gejala atau tanda-tanda ISPA tidak dapat dengan jelas diklasifikasikan ke dalam kategori yang lebih spesifik.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ada kode spesifik untuk ISPA
- Deskripsi: Tidak ada kode prosedur/tindakan medis yang spesifik untuk ISPA. Penanganan ISPA biasanya meliputi terapi simptomatik, pemberian obat-obatan, dan tindakan suportif lainnya yang tidak dikodekan secara spesifik.
Penjelasan:
- Pada ICD-9-CM, tidak ada kode prosedur/tindakan medis yang secara khusus dikaitkan dengan ISPA.
- Penanganan ISPA umumnya tidak memerlukan prosedur medis yang dikodekan secara spesifik, tetapi lebih berfokus pada pemberian terapi simptomatik, obat-obatan, dan tindakan suportif lainnya.
- Kode prosedur/tindakan medis yang mungkin digunakan terkait dengan ISPA dapat mencakup kode untuk penggunaan obat-obatan, pemberian cairan intravena, atau tindakan lain yang dilakukan untuk mengatasi gejala dan komplikasi yang mungkin timbul. -
Article No. 7240 | 28 Nov 2024
Klinis : pneumonia
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Sebagai dokter dan perekam medis, saya akan memberikan informasi kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang terkait dengan kondisi pneumonia.
1. Kode ICD-10:
- Kode: J15.9
- Deskripsi: Pneumonia, tidak diklasifikasikan di tempat lain.
Penjelasan:
- Kode J15.9 dalam Klasifikasi Statistik Internasional Penyakit dan Masalah Kesehatan Terkait (ICD-10) digunakan untuk mengidentifikasi pneumonia yang tidak diklasifikasikan di tempat lain. Ini mencakup kondisi-kondisi seperti pneumonia bakterial, pneumonia viralis, dan pneumonia organisme lainnya.
- Kode ini digunakan ketika penyebab spesifik pneumonia tidak dapat ditentukan atau tidak diklasifikasikan di bawah kategori lain dalam ICD-10.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.94
- Deskripsi: Ventilasi mekanik untuk pernapasan.
Penjelasan:
- Kode 93.94 dalam Modifikasi Klinis Klasifikasi Internasional Penyakit, Edisi Kesembilan (ICD-9-CM) digunakan untuk tindakan ventilasi mekanik untuk membantu pernapasan pasien dengan pneumonia.
- Prosedur ini dapat dilakukan jika pasien mengalami kesulitan bernapas atau membutuhkan bantuan pernapasan yang lebih intensif akibat komplikasi pneumonia.
Dengan demikian, kode ICD-10 untuk diagnosis pneumonia adalah J15.9, dan kode ICD-9-CM untuk prosedur ventilasi mekanik adalah 93.94, jika dibutuhkan untuk menangani komplikasi pernapasan dari kondisi pneumonia. -
Article No. 7241 | 28 Nov 2024
Klinis : bronchopneumonia
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut kode ICD-10 untuk diagnosis bronchopneumonia dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis terkait:
1. Kode ICD-10:
- Kode: J15.9
- Deskripsi: Pneumonia bakteri, tidak diklasifikasikan di tempat lain
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.94
- Deskripsi: Pemberian oksigen terapeutik.
Penjelasan:
Bronchopneumonia merupakan jenis pneumonia yang menyebabkan infeksi di bronkus dan jaringan paru-paru. Kode ICD-10 J15.9 digunakan untuk mengklasifikasikan kondisi ini sebagai pneumonia bakteri yang tidak diklasifikasikan di tempat lain. Prosedur pengobatan yang umum dilakukan adalah pemberian oksigen terapeutik, yang tercatat dengan kode ICD-9-CM 93.94. Pemberian oksigen dapat membantu meningkatkan oksigenasi darah dan mendukung fungsi pernafasan pasien dengan bronchopneumonia. -
Article No. 7242 | 28 Nov 2024
Klinis : Klien mengeluh sesak nafas dan ada riwayat asma
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan keluhan klien yaitu sesak nafas dan riwayat asma, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas (00031)
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan nafas yang terbuka.
Penyebab: Faktor biologis, seperti penyakit pernapasan (asma).
Gejala dan Tanda: Sesak nafas, penggunaan otot bantu pernapasan, suara napas yang tidak normal.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Nafas Efektif (0410)
Definisi: Kemampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan dan mempertahankan jalan nafas yang terbuka.
Kriteria Hasil:
a. Tidak ada suara napas tambahan
b. Irama napas teratur
c. Tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan
d. Oksigenasi adekuat
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan (SIKI):
1. Manajemen Jalan Nafas (3140)
Tujuan: Mempertahankan atau meningkatkan jalan nafas yang terbuka.
Aktivitas:
a. Pantau pola napas, irama, dan suara napas
b. Berikan oksigen sesuai kebutuhan
c. Ajarkan teknik batuk efektif dan latihan pernapasan
d. Anjurkan posisi yang memfasilitasi ventilasi
e. Pertimbangkan penggunaan bronkodilator sesuai indikasi
2. Manajemen Bronkospasme (3230)
Tujuan: Mencegah dan mengurangi bronkospasme.
Aktivitas:
a. Monitor tanda-tanda vital dan gejala bronkospasme
b. Berikan obat bronkodilator sesuai resep
c. Anjurkan teknik pernapasan untuk meredakan bronkospasme
d. Kolaborasi dengan tenaga medis untuk penanganan lanjut
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan "Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas" dipilih karena klien mengeluhkan sesak nafas, yang merupakan salah satu gejala utama dari kondisi ini. Riwayat asma juga menjadi penyebab potensial terjadinya masalah ini.
Luaran/output yang diharapkan adalah "Bersihan Jalan Nafas Efektif", yang menggambarkan kemampuan klien untuk mempertahankan jalan nafas yang terbuka dan oksigenasi yang adekuat.
Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup Manajemen Jalan Nafas dan Manajemen Bronkospasme. Tujuannya adalah untuk memantau dan mempertahankan jalan nafas yang terbuka, serta mencegah dan mengurangi bronkospasme yang dapat menyebabkan sesak nafas pada klien dengan riwayat asma.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan klien dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu bersihan jalan nafas yang efektif, sehingga masalah sesak nafas dapat teratasi. -
Article No. 7243 | 28 Nov 2024
Klinis : Klien mengeluh sesak nafas dan ada riwayat asma
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Pola Napas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk memulai atau mempertahankan pola napas yang efektif, yang dapat mengakibatkan ketidakadekuatan ventilasi.
- Penyebab: Adanya penyakit pernapasan seperti asma, yang menyebabkan hambatan pada saluran napas.
Penjelasan SDKI, SLKI, dan SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- SDKI merupakan standar diagnosis keperawatan yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
- Untuk diagnosis "Pola Napas Tidak Efektif", SDKI mencakup definisi, faktor yang berhubungan, karakteristik definisi, dan intervensi keperawatan yang diperlukan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- SLKI merupakan standar luaran keperawatan yang ditetapkan oleh PPNI.
- Untuk diagnosis "Pola Napas Tidak Efektif", SLKI mencakup luaran keperawatan yang diharapkan, seperti keefektifan pola napas, frekuensi napas dalam batas normal, dan tidak ada tanda-tanda distres pernapasan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- SIKI merupakan standar intervensi keperawatan yang ditetapkan oleh PPNI.
- Untuk diagnosis "Pola Napas Tidak Efektif", SIKI mencakup intervensi keperawatan yang dapat dilakukan, seperti memantau pola napas, mengatur posisi untuk memaksimalkan ventilasi, dan memberikan oksigen sesuai kebutuhan.
Dalam konteks klien yang mengeluh sesak napas dan memiliki riwayat asma, perawat dapat menggunakan SDKI, SLKI, dan SIKI sebagai panduan dalam melakukan penilaian, merumuskan diagnosis keperawatan, menetapkan luaran yang diharapkan, dan merencanakan intervensi keperawatan yang sesuai untuk mengatasi masalah pernapasan pada klien. -
Article No. 7244 | 28 Nov 2024
Klinis : Klien mengeluh sesak nafas dan ada riwayat asma
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi klien yang mengeluh sesak nafas dengan riwayat asma.
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan patensi jalan napas.
- Penyebab: Reaksi bronkospasme, produksi sekret yang berlebihan, penurunan kemampuan batuk.
Rencana Keperawatan (SLKI):
1. Manajemen Jalan Napas
- Tujuan: Klien dapat mempertahankan patensi jalan napas yang efektif.
- Intervensi:
- Monitor pola napas dan kedalaman napas
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Jelaskan cara penggunaan alat bantu pernapasan (nebulizer, inhaler)
- Latih teknik batuk efektif
Implementasi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas
- Aktivitas:
- Monitor frekuensi, irama, dan kedalaman napas klien
- Atur posisi semi fowler untuk memudahkan ekspansi paru
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan klien
- Ajarkan teknik pernapasan dalam dan batuk efektif
- Kolaborasi dengan tim kesehatan untuk penggunaan alat bantu pernapasan
Penjelasan singkat:
Diagnosa keperawatan "Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif" dipilih karena klien mengeluhkan sesak napas, yang merupakan tanda dari tidak efektifnya bersihan jalan napas. Hal ini dapat disebabkan oleh reaksi bronkospasme akibat riwayat asma, produksi sekret yang berlebihan, atau penurunan kemampuan batuk.
Rencana keperawatan yang direkomendasikan adalah Manajemen Jalan Napas, yang bertujuan untuk mempertahankan patensi jalan napas yang efektif. Intervensi-intervensi yang dapat dilakukan mencakup pemantauan pola napas, pemberian oksigen, edukasi penggunaan alat bantu pernapasan, serta latihan teknik batuk efektif.
Implementasi keperawatan berfokus pada aktivitas-aktivitas seperti pemantauan parameter pernapasan, pengaturan posisi, pemberian oksigen, dan pelatihan teknik pernapasan dalam serta batuk efektif. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain juga diperlukan, terutama untuk penggunaan alat bantu pernapasan. -
Article No. 7245 | 28 Nov 2024
Klinis : Klien mengeluh sesak nafas dan asma
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan tone akademis dan persona pakar perawat, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi klien yang mengeluh sesak nafas dan asma:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Pola Napas Tidak Efektif
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gangguan pola napas tidak efektif adalah ketidakmampuan untuk bernapas dengan irama dan kedalaman yang dapat memenuhi kebutuhan oksigenasi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah klien dapat menunjukkan pola napas yang efektif, dapat mempertahankan nilai saturasi oksigen dalam batas normal, dan tidak mengalami sesak napas.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan antara lain:
- Monitor pola napas dan saturasi oksigen
- Berikan oksigen sesuai indikasi
- Ajarkan teknik napas dalam dan relaksasi
- Berikan bronkodilator sesuai resep
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan asma
Penjelasan Singkat:
Gangguan pola napas tidak efektif pada klien dengan keluhan sesak nafas dan asma dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti penyempitan saluran napas, peradangan, atau ketidakseimbangan elektrolit. Tujuan utama penanganannya adalah untuk mempertahankan ventilasi yang adekuat, mengurangi gejala sesak napas, dan mencegah komplikasi. Intervensi keperawatan berfokus pada pemantauan, pemberian terapi oksigen, latihan pernapasan, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan asma. -
Article No. 7246 | 28 Nov 2024
Klinis : Seorang ibu melahirkan spontan pervaginam 2 hari yang lalu. P1A0. Mengatakan kepada perawat, belum tahu bagaimana cara melakukan perawatan pada bayi baru lahir. Dari hasil pengkajian didapatkan : ASI keluar dengan lancar, bayi tampak menyusu dengan sebagian areola tampak masuk kedalam mulut bayi. Frekuensi miksi bayi >8x/hari, tali pusat dibiarkan terbuka, kondisi tidak ada kemerahan, tidak berbau, tidak ada Cairan yang keluar, tali pusat tampak basah.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan kondisi yang diberikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan, penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Kurang Pengetahuan Berhubungan dengan Keterbatasan Informasi tentang Perawatan Bayi Baru Lahir
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kurang Pengetahuan adalah keterbatasan informasi kognitif yang dimiliki individu untuk melakukan sesuatu.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan adalah Peningkatan Pengetahuan, yaitu bertambahnya informasi kognitif yang dimiliki individu.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan adalah Edukasi Perawatan Bayi Baru Lahir, yaitu pemberian informasi dan instruksi terkait praktik perawatan bayi baru lahir yang benar, meliputi cara menyusui, perawatan tali pusat, dan hygiene bayi.
Penjelasan Singkat:
Ibu baru melahirkan dan belum memiliki pengetahuan yang cukup tentang cara melakukan perawatan pada bayi baru lahir. Perawat perlu memberikan edukasi dan informasi yang tepat agar ibu dapat memahami dan melakukan perawatan bayi baru lahir dengan benar, seperti teknik menyusui yang efektif, perawatan tali pusat, dan hygiene bayi. -
Article No. 7247 | 28 Nov 2024
Klinis : Seorang Perempuan (Ny.N), usia 46 tahun dirawat di Unit Perawatan Umum RS AA dengan kondisi umum tampak lemah, pucat dan seluruh badan pasien terdapat banyak hematoma terutama daerah lipatan tubuh. Pasien 1 bulan yang lalu sempat dirawat di RS XX dengan diagnose Dengue Syok Syndrome (DSS). Akan tetapi, karena kondisi pasien tidak mengalami perbaikan lalu di rujuk ke RS AA. Saat dilakukan pemeriksaan secara mendalam pasien didiagnosa Acute Myeloid Leukemia (AML). Saat dikaji pasien mengeluh nyeri hebat pada seluruh tubuh pasien terutama pada daerah tulang. Pasien juga mengeluh sempat mimisan tanpa sebab. Pengukuran tanda-tanda vital didapatkan Tekanan darah 107/76 mmHg, nadi 79 x/mnt, nafas 20 x/mnt, suhu 37°C, CRT >2 detik. Berdasarkan tanda dan gejala ini pasien direncanakan untuk Tindakan kemoterapi. Akan tetapi, dari instruksi dokter untuk dapat memperbaiki kondisi umum pasien terlebih dahulu dengan meningkatkan kadar Hb dan eritrosit pasien.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Penurunan Volume Cairan Darah Berhubungan Dengan Perdarahan Aktif
2. Nyeri Akut Berhubungan Dengan Proses Penyakit Dasar (Acute Myeloid Leukemia)
3. Risiko Infeksi Berhubungan Dengan Penurunan Sistem Imun
Penjelasan Singkat:
1. Penurunan Volume Cairan Darah Berhubungan Dengan Perdarahan Aktif
- SDKI: Penurunan Volume Cairan Darah
- SLKI: Stabilitas Hemodinamik
- SIKI: Manajemen Hemoragik
Pasien mengalami penurunan volume cairan darah akibat perdarahan aktif, ditandai dengan hematoma di seluruh tubuh dan riwayat mimisan tanpa sebab. Perawatan yang dibutuhkan adalah pemantauan tanda-tanda vital, manajemen cairan dan elektrolit, serta intervensi untuk menghentikan perdarahan.
2. Nyeri Akut Berhubungan Dengan Proses Penyakit Dasar (Acute Myeloid Leukemia)
- SDKI: Nyeri Akut
- SLKI: Kontrol Nyeri
- SIKI: Manajemen Nyeri
Pasien mengalami nyeri hebat di seluruh tubuh, terutama pada daerah tulang, terkait dengan penyakit Acute Myeloid Leukemia. Intervensi keperawatan yang dibutuhkan meliputi pengkajian nyeri, pemberian analgetik, serta tindakan non-farmakologis untuk mengurangi nyeri.
3. Risiko Infeksi Berhubungan Dengan Penurunan Sistem Imun
- SDKI: Risiko Infeksi
- SLKI: Kontrol Infeksi
- SIKI: Manajemen Infeksi
Pasien memiliki risiko tinggi infeksi akibat penurunan sistem imun terkait Acute Myeloid Leukemia. Perawatan yang diperlukan adalah pemantauan tanda-tanda infeksi, pemberian terapi antibiotik, serta tindakan pencegahan infeksi.
Secara umum, perawatan pasien ini berfokus pada stabilisasi hemodinamik, manajemen nyeri, dan pencegahan infeksi, sebagai bagian dari persiapan untuk menjalani terapi kemoterapi selanjutnya.