Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 20814 | 17 Aug 2025
Klinis : BBLR, GULA DARAH SEWAKTU 21, SUHU 36,8
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk kondisi yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
1. Risiko Hipotermi
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) memiliki risiko tinggi mengalami hipotermi karena kemampuan mengatur suhu tubuh yang terbatas. Suhu tubuh 36,8°C masih dalam rentang normal, namun perlu diwaspadai karena suhu tubuh bayi dapat dengan cepat turun.
2. Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
Gula darah sewaktu 21 mg/dL mengindikasikan kondisi hipoglikemia, yang dapat berdampak buruk bagi perkembangan bayi. Bayi BBLR memiliki risiko tinggi mengalami gangguan keseimbangan kadar glukosa darah.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Risiko Hipotermi
- Suhu tubuh bayi dalam rentang normal (36,5-37,5°C)
- Tanda-tanda vital stabil (nadi, pernapasan, saturasi oksigen)
- Bayi tampak hangat dan nyaman
2. Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
- Kadar glukosa darah dalam rentang normal (60-100 mg/dL)
- Bayi tampak aktif, tidak letargis
- Tidak ditemukan tanda-tanda hipoglikemia (tremor, iritabilitas, penurunan kesadaran)
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Risiko Hipotermi
- Mempertahankan lingkungan hangat (inkubator, selimut, pakaian hangat)
- Melakukan kontak kulit-ke-kulit (metode kanguru) untuk menjaga suhu tubuh
- Memantau suhu tubuh secara berkala
- Memberikan asupan nutrisi yang adekuat
- Meminimalkan prosedur yang dapat menyebabkan penurunan suhu
2. Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
- Memantau kadar glukosa darah secara rutin
- Memberikan asupan nutrisi enteral/parenteral yang adekuat
- Mengatur pola pemberian makan sesuai kebutuhan bayi
- Memberikan penggantian glukosa secara intravena jika terjadi hipoglikemia
- Mengobservasi tanda-tanda hipoglikemia dan memberikan intervensi yang tepat
Penjelasan rinci:
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) memiliki risiko tinggi mengalami berbagai komplikasi kesehatan, termasuk hipotermi dan ketidakstabilan kadar glukosa darah. Penanganan yang tepat sangat penting untuk mencegah terjadinya komplikasi yang dapat membahayakan kesehatan dan perkembangan bayi.
Risiko hipotermi pada bayi BBLR disebabkan oleh kemampuan mengatur suhu tubuh yang terbatas, sehingga membutuhkan intervensi keperawatan untuk mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal. Sedangkan ketidakstabilan kadar glukosa darah dapat menyebabkan gangguan perkembangan dan harus segera diatasi melalui intervensi keperawatan yang tepat.
Luaran yang diharapkan adalah stabilnya kondisi bayi, baik dari segi suhu tubuh maupun kadar glukosa darah, sehingga dapat mendukung proses tumbuh kembang yang optimal. Intervensi keperawatan yang komprehensif dan terencana dengan baik akan membantu mencapai tujuan tersebut.
Sebagai perawat, saya berkomitmen untuk memberikan asuhan keperawatan yang holistik dan berpusat pada kebutuhan pasien, dalam hal ini bayi BBLR. Kerja sama yang erat dengan tim kesehatan lainnya juga sangat penting untuk memastikan perawatan yang optimal bagi bayi. -
Article No. 20815 | 17 Aug 2025
Klinis : pasien anak perempuan, usia 13 tahun. Datang ke igd dengan keluhan menstruasi terlalu lama bisa sampai 1 bulan, saat dilakukan pengkajian pasien memiliki keluhan nyeri perut, pusing, lemas, letih, nafsu makan menurun, berat badan turun 4 kg dari bb 63 menjadi 59kg,hasil laboratorium menunjukkan Hb rendah yaitu 6,4,Eritrosit, hasil: 3.60,Trombosit, hasil: 469,Leukosit, hasil: 8.72,Hematokrit, hasil: 23.9,hasil pemeriksaan menunjukkan kemungkinan anemia, sebutkan diagnosa utaman sdki edisi 1 cetakan 3, sertakan juga slki edisi 1 cetakan 3 dan siki edisi 1 cetakan 2 dan kodenya
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **Diagnosa Keperawatan dan Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI untuk Pasien Anemia**
**1. Diagnosa Keperawatan Utama (SDKI Edisi 1 Cetakan 3)**
**Kode: D.0016** – **Intoleransi Aktivitas**
*Penjelasan:* Pasien mengalami kelemahan, letih, dan penurunan berat badan akibat anemia (Hb 6,4 g/dL), yang mengganggu kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari.
**2. Standar Luaran Keperawatan (SLKI Edisi 1 Cetakan 3)**
**Kode: L.04004** – **Tingkat Energi Meningkat**
*Kriteria Evaluasi:*
- Pasien melaporkan penurunan kelelahan.
- Tanda vital stabil (nadi, tekanan darah dalam rentang normal).
- Peningkatan Hb (>10 g/dL) melalui terapi dan nutrisi.
**3. Standar Intervensi Keperawatan (SIKI Edisi 1 Cetakan 2)**
**Kode: I.09012** – **Manajemen Anemia**
*Tindakan:*
- **Monitor tanda vital dan gejala anemia** (pusing, lemas, pucat).
- **Kolaborasi pemberian transfusi PRC** (jika indikasi).
- **Edukasi nutrisi tinggi zat besi** (daging, sayuran hijau, suplemen Fe).
- **Anjurkan istirahat adekuat** dan batasi aktivitas berat.
**Kode Tambahan:**
- **I.04001** – **Manajemen Nyeri** (untuk nyeri perut).
- **I.18001** – **Edukasi Kesehatan** (pola menstruasi dan pencegahan anemia).
**Catatan Klinis:**
Diagnosa dan intervensi disusun berdasarkan data objektif (Hb rendah, gejala klinis) dan memprioritaskan stabilisasi kondisi pasien. Pemantauan laboratorium lanjutan diperlukan untuk menilai respons terapi.
*(Format RTF tersedia sesuai permintaan.)* -
Article No. 20816 | 17 Aug 2025
Klinis : BBLR, GULA DARAH SEWAKTU 21, SUHU 36,8
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **Diagnosa Keperawatan untuk Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dengan Gula Darah Sewaktu 21 mg/dL dan Suhu 36,8°C**
Berikut adalah diagnosa keperawatan berdasarkan **Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI)**, **Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)**, dan **Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)** yang ditetapkan oleh **Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)**:
---
### **1. Diagnosa Keperawatan: Risiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah (SDKI No. 00183)**
**Definisi:**
Risiko peningkatan atau penurunan kadar glukosa darah yang dapat mengganggu homeostasis tubuh.
**Faktor yang Mendukung:**
- Gula darah sewaktu **21 mg/dL** (hipoglikemia berat) pada BBLR.
- Bayi prematur/BBLR memiliki cadangan glikogen yang rendah.
**SLKI:**
- **Kadar glukosa darah dalam batas normal** (SLKI No. 1704).
**SIKI:**
- **Manajemen Hipoglikemia** (SIKI No. 4320):
- Pemantauan gula darah berkala.
- Pemberian ASI atau dextrosa intravena sesuai protokol.
- Observasi tanda-tanda hipoglikemia (letargi, hipotermia, kejang).
---
### **2. Diagnosa Keperawatan: Risiko Ketidakseimbangan Suhu Tubuh (SDKI No. 00007)**
**Definisi:**
Risiko ketidakmampuan mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal.
**Faktor yang Mendukung:**
- Suhu **36,8°C** (mendekati batas bawah normal untuk BBLR).
- BBLR memiliki rasio luas permukaan tubuh terhadap massa yang tinggi, meningkatkan risiko hipotermia.
**SLKI:**
- **Suhu tubuh stabil dalam rentang normal** (SLKI No. 1403).
**SIKI:**
- **Manajemen Termoregulasi** (SIKI No. 3530):
- Penggunaan inkubator atau radiant warmer.
- Pemantauan suhu setiap 1–2 jam.
- Hindari paparan lingkungan dingin.
---
### **3. Diagnosa Keperawatan: Risiko Gangguan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh (SDKI No. 00002)**
**Definisi:**
Risiko asupan nutrisi tidak mencukupi kebutuhan metabolik.
**Faktor yang Mendukung:**
- Hipoglikemia berat mengindikasikan ketidakcukupan energi.
- BBLR memiliki refleks isap yang lemah dan kapasitas lambung kecil.
**SLKI:**
- **Kebutuhan nutrisi terpenuhi** (SLKI No. 1302).
**SIKI:**
- **Manajemen Nutrisi** (SIKI No. 4120):
- Pemberian ASI/perah atau susu formula khusus BBLR.
- Pemantauan berat badan dan toleransi feeding.
---
### **4. Diagnosa Keperawatan: Risiko Infeksi (SDKI No. 00004)**
**Definisi:**
Risiko meningkatnya respons patogen akibat pertahanan tubuh yang tidak adekuat.
**Faktor yang Mendukung:**
- Imunitas BBLR belum matang.
- Hipoglikemia dan hipotermia memperburuk kerentanan infeksi.
**SLKI:**
- **Tidak ada tanda infeksi** (SLKI No. 1601).
**SIKI:**
- **Pencegahan Infeksi** (SIKI No. 6540):
- Cuci tangan sebelum kontak.
- Batasi pengunjung dan hindari paparan lingkungan terkontaminasi.
---
### **Kesimpulan**
Prioritas intervensi keperawatan pada kasus ini meliputi:
1. Stabilisasi glukosa darah (pemberian nutrisi/dextrosa).
2. Mempertahankan suhu tubuh optimal (termoregulasi).
3. Memastikan asupan nutrisi adekuat.
4. Pencegahan infeksi melalui tindakan aseptik.
**Referensi:**
- PPNI. (2017). *Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)*. Edisi Revisi.
*(Format RTF dapat disesuaikan dengan kebutuhan dokumen klinis)* -
Article No. 20817 | 17 Aug 2025
Klinis : pasien anak perempuan, usia 13 tahun. Datang ke igd dengan keluhan menstruasi terlalu lama bisa sampai 1 bulan, saat dilakukan pengkajian pasien memiliki keluhan nyeri perut, pusing, lemas, letih, nafsu makan menurun, berat badan turun 4 kg dari bb 63 menjadi 59kg, tinggi badan 156cm,hasil laboratorium menunjukkan Hb rendah yaitu 6,4,Eritrosit, hasil: 3.60,Trombosit, hasil: 469,Leukosit, hasil: 8.72,Hematokrit, hasil: 23.9,hasil pemeriksaan menunjukkan kemungkinan anemia, sebutkan diagnosa utaman sdki edisi 1 cetakan 3, sertakan juga slki edisi 1 cetakan 3 dan siki edisi 1 cetakan 2 dan kodenya
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **Diagnosa Keperawatan dan Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI untuk Pasien Anemia**
**Data Pasien:**
- Usia: 13 tahun (perempuan)
- Keluhan Utama: Menorrhagia (>1 bulan), nyeri perut, pusing, lemas, letih, penurunan nafsu makan, penurunan BB (4 kg dalam waktu singkat).
- Hasil Laboratorium:
- Hb: 6,4 g/dL (anemia berat)
- Eritrosit: 3,60 juta/µL
- Hematokrit: 23,9%
- Trombosit: 469.000/µL (normal)
- Leukosit: 8.720/µL (normal)
---
### **1. Diagnosa Keperawatan Utama (SDKI Edisi 1 Cetakan 3)**
**Kode: D.0026**
**Diagnosa:** **Gangguan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh**
**Definisi:** Asupan nutrisi tidak mencukupi kebutuhan metabolik akibat anoreksia, kelemahan, atau kehilangan darah kronis.
**Faktor Penyebab:**
- Penurunan nafsu makan (anoreksia sekunder akibat anemia).
- Kehilangan darah kronis (menorrhagia).
- Peningkatan kebutuhan nutrisi (remaja dalam masa pertumbuhan).
**Kode: D.0009**
**Diagnosa:** **Intoleransi Aktivitas**
**Definisi:** Ketidakmampuan melakukan aktivitas fisik akibat ketidakseimbangan antara suplai oksigen (Hb rendah) dan kebutuhan tubuh.
**Faktor Penyebab:**
- Anemia berat (Hb 6,4 g/dL).
- Kelemahan otot dan kelelahan.
**Kode: D.0014**
**Diagnosa:** **Nyeri Akut**
**Definisi:** Pengalaman sensori dan emosional tidak nyaman akibat dismenore atau hipoksia jaringan.
**Faktor Penyebab:**
- Kontraksi uterus berlebihan (dismenore sekunder menorrhagia).
- Hipoksia jaringan (anemia).
---
### **2. Luaran Keperawatan (SLKI Edisi 1 Cetakan 3)**
**Untuk D.0026 (Gangguan Nutrisi):**
- **Kode: L.14012** – **Kebutuhan Nutrisi Terpenuhi**
- Kriteria:
- Asupan kalori dan protein adekuat.
- Berat badan stabil/meningkat.
- Nilai Hb membaik.
**Untuk D.0009 (Intoleransi Aktivitas):**
- **Kode: L.03001** – **Toleransi Aktivitas Meningkat**
- Kriteria:
- Pasien mampu beraktivitas tanpa sesak/lemas.
- Tanda vital stabil saat aktivitas.
**Untuk D.0014 (Nyeri Akut):**
- **Kode: L.08001** – **Tingkat Nyeri Menurun**
- Kriteria:
- Skala nyeri ?3 (skala 0-10).
- Ekspresi wajah rileks.
---
### **3. Intervensi Keperawatan (SIKI Edisi 1 Cetakan 2)**
**Untuk D.0026 (Gangguan Nutrisi):**
- **Kode: I.11029** – **Manajemen Nutrisi**
- Tindakan:
- Kolaborasi pemberian suplemen Fe dan vitamin C.
- Edukasi diet tinggi zat besi (daging merah, sayuran hijau).
- Pemantauan berat badan harian.
**Untuk D.0009 (Intoleransi Aktivitas):**
- **Kode: I.09004** – **Manajemen Energi**
- Tindakan:
- Jadwalkan istirahat antaraktivitas.
- Bantu aktivitas ADL sesuai toleransi.
**Untuk D.0014 (Nyeri Akut):**
- **Kode: I.11011** – **Manajemen Nyeri**
- Tindakan:
- Kompres hangat pada abdomen.
- Kolaborasi pemberian analgesik (jika diperlukan).
---
### **Catatan Klinis:**
- Prioritas intervensi: Koreksi anemia (transfusi PRC jika Hb <7 g/dL) dan manajemen menorrhagia (konsul ginekologi).
- Pemantauan ketat tanda vital dan tanda syok hipovolemik (akibat perdarahan berkepanjangan).
**Referensi:**
- PPNI. (2017). *Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) Edisi 1 Cetakan 3*.
- PPNI. (2018). *Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) Edisi 1 Cetakan 3*.
- PPNI. (2019). *Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) Edisi 1 Cetakan 2*.
Format RTF terlampir. -
Article No. 20818 | 17 Aug 2025
Klinis : pasien anak perempuan, usia 13 tahun. Datang ke igd dengan keluhan menstruasi terlalu lama bisa sampai 1 bulan, saat dilakukan pengkajian pasien memiliki keluhan nyeri perut, pusing, lemas, letih, nafsu makan menurun, berat badan turun 4 kg dari bb 63 menjadi 59kg, tinggi badan 156cm,hasil laboratorium menunjukkan Hb rendah yaitu 6,4,Eritrosit, hasil: 3.60,Trombosit, hasil: 469,Leukosit, hasil: 8.72,Hematokrit, hasil: 23.9,hasil pemeriksaan menunjukkan kemungkinan anemia, sebutkan diagnosa utaman sdki edisi 1 cetakan 3 (revisi) , sertakan juga slki edisi 1 cetakan 3 dan siki edisi 1 cetakan 2 dan kodenya
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **Diagnosa Keperawatan dan Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI**
*(Berdasarkan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Edisi Terkait)*
### **1. Diagnosa Keperawatan Utama (SDKI Edisi 1 Cetakan 3 - Revisi)**
**Kode: D.0016**
**Diagnosa:** *Gangguan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh*
**Penjelasan:**
Pasien mengalami penurunan berat badan signifikan (4 kg), nafsu makan menurun, dan hasil laboratorium (Hb 6,4 g/dL, hematokrit 23,9%) menunjukkan anemia defisiensi besi sekunder akibat perdarahan menstruasi berkepanjangan. Kondisi ini memenuhi kriteria gangguan nutrisi karena ketidakseimbangan antara asupan dan kebutuhan metabolik.
---
### **2. Standar Luaran Keperawatan (SLKI Edisi 1 Cetakan 3 - Revisi)**
**Kode: L.04016**
**Luaran:** *Status Nutrisi Memadai*
**Kriteria Evaluasi:**
- Peningkatan kadar Hb (>10 g/dL) dan hematokrit (>30%).
- Kenaikan berat badan progresif menuju BB ideal (IMD normal).
- Pasien melaporkan peningkatan nafsu makan dan energi.
---
### **3. Standar Intervensi Keperawatan (SIKI Edisi 1 Cetakan 2)**
**Kode: I.11030**
**Intervensi:** *Manajemen Anemia*
**Tindakan:**
- **Pemberian suplemen zat besi** (oral/parenteral) sesuai protokol.
- **Edukasi gizi:** Makanan tinggi zat besi (daging merah, sayuran hijau) dan vitamin C untuk meningkatkan absorpsi.
- **Kolaborasi dengan dokter** untuk terapi hormonal jika diperlukan (misal: kontrasepsi oral untuk mengatur siklus menstruasi).
- **Pemantauan tanda vital dan tanda anemia** (pusing, lemas, pucat).
**Kode: I.04012**
**Intervensi:** *Manajemen Nyeri*
**Tindakan:**
- Kompres hangat pada abdomen untuk mengurangi nyeri menstruasi.
- Ajarkan teknik relaksasi napas dalam.
- Kolaborasi pemberian analgesik jika diperlukan.
---
### **Catatan Tambahan:**
- **Anemia pada kasus ini** termasuk *anemia defisiensi besi sekunder* akibat perdarahan kronis (menoragia).
- **Pemeriksaan lanjutan** seperti kadar feritin serum dan USG pelvis mungkin diperlukan untuk menyingkirkan penyebab organik (misal: fibroid atau gangguan koagulasi).
**Referensi:**
- *Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) Edisi 1 Cetakan 3 - Revisi*.
- *Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) Edisi 1 Cetakan 3 - Revisi*.
- *Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) Edisi 1 Cetakan 2*.
*(Format RTF dapat disesuaikan dengan kebutuhan dokumentasi klinis)* -
Article No. 20819 | 17 Aug 2025
Klinis : Katarak
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan untuk Katarak berdasarkan SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia adalah:
Diagnosa Keperawatan:
Kode: [D.0087] Penglihatan Terganggu
Definisi: Pengalaman berkurangnya ketajaman atau kejelasan penglihatan yang mengganggu aktivitas sehari-hari.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: [L.0113] Penglihatan Membaik
Definisi: Tercapainya peningkatan ketajaman atau kejelasan penglihatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: [I.0207] Perawatan Penglihatan
Definisi: Serangkaian tindakan untuk mempertahankan atau meningkatkan fungsi penglihatan.
Penjelasan Singkat:
Katarak adalah kondisi di mana lensa mata menjadi keruh, sehingga mengganggu penglihatan. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah "Penglihatan Terganggu", yang menggambarkan pengalaman pasien dengan berkurangnya ketajaman atau kejelasan penglihatan. Luaran yang diharapkan adalah "Penglihatan Membaik", di mana tercapai peningkatan ketajaman atau kejelasan penglihatan. Intervensi keperawatan yang dapat diberikan adalah "Perawatan Penglihatan", yang merupakan serangkaian tindakan untuk mempertahankan atau meningkatkan fungsi penglihatan. -
Article No. 20820 | 17 Aug 2025
Klinis : Katarak
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **Diagnosa Keperawatan untuk Pasien dengan Katarak**
Berikut adalah diagnosa keperawatan yang relevan untuk pasien dengan katarak, sesuai dengan **Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI)**, **Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)**, dan **Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)** yang ditetapkan oleh **Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)**.
---
### **1. Gangguan Persepsi Sensori: Penglihatan (SDKI Code: 00122)**
**Definisi:** Penurunan atau perubahan dalam penerimaan dan respons terhadap rangsangan penglihatan akibat gangguan pada mata (katarak).
**Luaran yang Diharapkan (SLKI Code: 1701 – Pemulihan Fungsi Penglihatan):**
- Pasien mampu mengenali objek dengan jelas.
- Pasien dapat beraktivitas dengan bantuan alat bantu penglihatan (jika diperlukan).
- Tidak mengalami cedera akibat gangguan penglihatan.
**Intervensi Keperawatan (SIKI Code: 4320 – Manajemen Gangguan Penglihatan):**
- Ajarkan pasien untuk menggunakan pencahayaan yang memadai.
- Bantu pasien dalam orientasi lingkungan.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk persiapan operasi katarak (jika diperlukan).
---
### **2. Risiko Cedera (SDKI Code: 00189)**
**Definisi:** Peningkatan kerentanan terhadap cedera fisik akibat penurunan ketajaman penglihatan.
**Luaran yang Diharapkan (SLKI Code: 1902 – Pencegahan Cedera):**
- Pasien terhindar dari jatuh atau trauma.
- Lingkungan pasien dimodifikasi untuk mengurangi bahaya.
**Intervensi Keperawatan (SIKI Code: 6480 – Pencegahan Jatuh):**
- Pastikan area sekitar pasien bebas dari bahaya (lantai tidak licin, tidak ada benda menghalangi).
- Anjurkan penggunaan alat bantu jalan jika diperlukan.
- Edukasi keluarga tentang pentingnya pengawasan.
---
### **3. Ansietas (SDKI Code: 00146)**
**Definisi:** Perasaan khawatir atau takut terkait dengan penurunan penglihatan dan prosedur medis (operasi katarak).
**Luaran yang Diharapkan (SLKI Code: 1403 – Pengurangan Ansietas):**
- Pasien dapat mengungkapkan perasaannya dengan tenang.
- Pasien menunjukkan pemahaman tentang kondisi dan penanganannya.
**Intervensi Keperawatan (SIKI Code: 5820 – Manajemen Ansietas):**
- Berikan edukasi tentang proses penyakit dan tindakan medis.
- Gunakan teknik relaksasi untuk mengurangi kecemasan.
- Libatkan keluarga dalam memberikan dukungan emosional.
---
### **4. Kurang Pengetahuan tentang Kondisi dan Penanganan Katarak (SDKI Code: 00126)**
**Definisi:** Ketidakcukupan informasi mengenai penyebab, gejala, dan penatalaksanaan katarak.
**Luaran yang Diharapkan (SLKI Code: 1803 – Peningkatan Pengetahuan Kesehatan):**
- Pasien dan keluarga memahami penyebab katarak.
- Pasien mengetahui langkah-langkah pencegahan komplikasi.
**Intervensi Keperawatan (SIKI Code: 5602 – Edukasi Kesehatan):**
- Jelaskan proses penyakit katarak dan pilihan terapi.
- Ajarkan perawatan pascaoperasi (jika dilakukan operasi).
- Berikan informasi tentang tanda-tanda komplikasi yang perlu diwaspadai.
---
**Kesimpulan:**
Diagnosa keperawatan untuk pasien katarak mencakup aspek **fisik (gangguan penglihatan, risiko cedera), psikologis (ansietas), dan edukasi (kurang pengetahuan)**. Pendekatan holistik diperlukan untuk memastikan pasien mendapatkan perawatan yang komprehensif sesuai standar PPNI.
**Referensi:**
- PPNI. (2017). *Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI)*.
- PPNI. (2018). *Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)*.
- PPNI. (2019). *Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)*.
Semoga informasi ini bermanfaat dalam praktik keperawatan klinis. -
Article No. 20821 | 17 Aug 2025
Klinis : Pasien wanita, usia 60 tahun, dengan tensi 150/100 mmHg
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis berdasarkan kondisi yang diberikan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: I10
- Deskripsi: Hipertensi esensial (primer)
Penjelasan:
Pasien wanita berusia 60 tahun dengan tekanan darah 150/100 mmHg memenuhi kriteria untuk diagnosis hipertensi esensial (primer). Hipertensi esensial adalah jenis hipertensi yang tidak disebabkan oleh kondisi medis lain, tetapi disebabkan oleh faktor-faktor seperti gaya hidup, genetik, dan penuaan.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.94
- Deskripsi: Pemantauan tekanan darah, yang tidak dijelaskan lebih lanjut
Penjelasan:
Untuk pasien dengan hipertensi, pemantauan tekanan darah merupakan tindakan medis yang umum dilakukan. Kode ICD-9-CM 93.94 digunakan untuk mencatat prosedur pemantauan tekanan darah, tanpa penjelasan lebih lanjut.
Perlu dicatat bahwa pengkodean ini berdasarkan informasi yang diberikan, dan diagnosis atau tindakan medis lain mungkin diperlukan tergantung pada evaluasi dan pemeriksaan lebih lanjut oleh profesional kesehatan yang berwenang. -
Article No. 20822 | 17 Aug 2025
Klinis : Pasien wanita, usia 60 tahun, dengan tensi 150/100 mmHg
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, yaitu pasien wanita berusia 60 tahun dengan tekanan darah 150/100 mmHg, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat, serta kode dan definisi dari SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Hipertensi (00011)
- SDKI: Peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan/atau tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg.
- SLKI: Tekanan darah dalam batas normal.
- SIKI: Manajemen Hipertensi (I0097)
Penjelasan Singkat:
Pasien mengalami hipertensi, yang ditandai dengan tekanan darah sistolik 150 mmHg dan diastolik 100 mmHg. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Hipertensi (00011). Tujuan perawatan adalah untuk menurunkan tekanan darah ke dalam batas normal, dan intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah Manajemen Hipertensi (I0097).
Kode dan Definisi:
1. Hipertensi (00011)
- SDKI: Peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan/atau tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg.
- SLKI: Tekanan darah dalam batas normal.
- SIKI: Manajemen Hipertensi (I0097)
- Definisi: Intervensi untuk mengontrol tekanan darah tinggi dengan menggunakan obat-obatan, perubahan gaya hidup, dan pemantauan yang ketat. -
Article No. 20823 | 17 Aug 2025
Klinis : sesak nafas pada bayi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI beserta kodenya untuk kondisi sesak nafas pada bayi:
Diagnosa Keperawatan:
Pola napas tidak efektif (00032)
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Pola napas tidak efektif (00032)
Definisi: Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Perbaikan pola napas (L01101)
Definisi: Pemulihan pola napas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Manajemen jalan napas (I01110)
Definisi: Tindakan untuk mempertahankan atau memperbaiki jalan napas pasien.
Penjelasan singkat:
Diagnosa keperawatan "Pola napas tidak efektif" menggambarkan kondisi bayi yang mengalami sesak nafas, di mana ventilasi udara tidak mencukupi kebutuhan oksigenasi. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah "Manajemen jalan napas" untuk mempertahankan atau memperbaiki jalan napas bayi agar pola napasnya dapat memenuhi kebutuhan oksigenasi, sehingga dapat mencapai luaran "Perbaikan pola napas".