Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 7309 | 29 Nov 2024
Klinis : buatkan data objektif intra operasi berikan contohnya
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi dengan data objektif intraoperatif.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Perdarahan Perioperatif
Penjelasan:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Risiko Perdarahan Perioperatif adalah kondisi di mana individu berisiko mengalami kehilangan darah yang melebihi jumlah normal selama periode perawatan pembedahan.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah pasien tidak mengalami perdarahan yang melebihi jumlah normal selama periode perioperatif.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi risiko perdarahan perioperatif adalah pemantauan tanda-tanda vital, pemantauan jumlah dan karakteristik perdarahan, pemberian cairan dan komponen darah sesuai kebutuhan, serta kolaborasi dengan tim bedah untuk mengatasi penyebab perdarahan.
Contoh Data Objektif Intraoperatif:
- Tanda-tanda vital: Tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 90 x/menit, respirasi 18 x/menit, suhu 36,5°C.
- Jumlah perdarahan selama tindakan bedah: 300 mL.
- Warna darah yang keluar: Merah cerah.
- Karakteristik perdarahan: Bersifat terus-menerus dan sulit untuk dihentikan.
- Hasil pemeriksaan laboratorium: Hb 10 g/dL, Ht 30%, Trombosit 150.000/mm³.
Sebagai seorang perawat, saya akan memantau tanda-tanda vital pasien, jumlah dan karakteristik perdarahan, serta melakukan kolaborasi dengan tim bedah untuk mengatasi penyebab perdarahan dan mencegah terjadinya komplikasi. -
Article No. 7310 | 29 Nov 2024
Klinis : Hipertermia
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Hipertermia, dengan tone akademis dan persona pakar/perawat:
Diagnosa Keperawatan:
Hipertermia
Definisi (SDKI):
Peningkatan suhu tubuh di atas rentang normal, biasanya melebihi 37,5°C (99,5°F).
Faktor Risiko (SDKI):
1. Lingkungan yang panas
2. Aktivitas fisik yang berlebihan
3. Dehidrasi
4. Gangguan sistem pengaturan suhu
5. Proses inflamasi
Gejala dan Tanda (SDKI):
1. Suhu tubuh meningkat melebihi 37,5°C
2. Kulit kemerahan
3. Berkeringat
4. Frekuensi nadi meningkat
5. Pernapasan cepat
Intervensi Keperawatan (SLKI):
1. Monitor suhu tubuh secara berkala
2. Pertahankan lingkungan yang sejuk
3. Berikan cairan yang cukup
4. Berikan kompres dingin pada area tubuh
5. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian terapi yang tepat
Luaran Keperawatan (SIKI):
1. Suhu tubuh kembali normal
2. Tanda-tanda vital dalam rentang normal
3. Klien menunjukkan tanda-tanda pemulihan
4. Klien menunjukkan tidak ada komplikasi
Dalam pendekatan akademis, diagnosa keperawatan Hipertermia perlu dipahami secara komprehensif dengan mempertimbangkan definisi, faktor risiko, gejala dan tanda, intervensi keperawatan yang sesuai, serta luaran yang diharapkan berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Sebagai seorang pakar/perawat, pemahaman yang mendalam terhadap kondisi hipertermia dan manajemen keperawatannya sangat penting untuk memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas. -
Article No. 7311 | 29 Nov 2024
Klinis : Perawatan Tirah Baring (I.14572) merupakan intervensi dari diagnosa keperawatan apa?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan penjelasan standar diagnosa keperawatan, intervensi, dan hasil yang sesuai dengan Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Diagnosa Keperawatan:
Diagnosa keperawatan yang sesuai dengan intervensi "Perawatan Tirah Baring (I.14572)" adalah "Mobilitas Fisik Terganggu" (D.0105). Mobilitas Fisik Terganggu didefinisikan sebagai keterbatasan dalam pergerakan fisik yang disebabkan oleh penyakit, cedera, atau hambatan lingkungan yang mengakibatkan gangguan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Definisi SDKI:
D.0105 Mobilitas Fisik Terganggu: Keterbatasan dalam pergerakan fisik yang disebabkan oleh penyakit, cedera, atau hambatan lingkungan yang mengakibatkan gangguan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Definisi SLKI:
L.0105 Mobilitas Fisik: Kemampuan individu untuk bergerak secara mandiri dan efektif.
Definisi SIKI:
I.14572 Perawatan Tirah Baring: Tindakan keperawatan untuk memfasilitasi pemulihan dan mencegah komplikasi selama individu berbaring di tempat tidur.
Dengan demikian, intervensi "Perawatan Tirah Baring (I.14572)" merupakan salah satu intervensi keperawatan yang sesuai untuk menangani diagnosa keperawatan "Mobilitas Fisik Terganggu (D.0105)". Intervensi ini bertujuan untuk memfasilitasi pemulihan dan mencegah komplikasi selama individu berbaring di tempat tidur, yang disebabkan oleh keterbatasan dalam pergerakan fisik. -
Article No. 7312 | 29 Nov 2024
Klinis : Perawatan Tirah Baring (I.14572) merupakan intervensi dari diagnosa keperawatan apa?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai pakar keperawatan, saya akan menjelaskan diagnosa keperawatan dan standar SDKI - SLKI - SIKI yang terkait dengan intervensi Perawatan Tirah Baring (I.14572).
Diagnosa Keperawatan:
Intervensi Perawatan Tirah Baring (I.14572) merupakan intervensi yang terkait dengan diagnosa keperawatan Risiko Kerusakan Integritas Kulit (00046). Diagnosa ini menggambarkan adanya risiko kerusakan pada kulit dan jaringan yang disebabkan oleh imobilisasi atau tirah baring yang berkepanjangan.
Standar SDKI - SLKI - SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Risiko Kerusakan Integritas Kulit adalah kerentanan terhadap kerusakan atau perubahan pada kulit dan/atau membran mukosa.
- Faktor Risiko: Imobilisasi, malnutrisi, inkontinensia, penuaan, dan gangguan sirkulasi.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang terkait: Integritas Kulit (0203), Perfusi Jaringan Perifer (0402).
- Kriteria Hasil: Tidak terjadi kerusakan pada kulit, tidak terjadi perubahan warna kulit, tidak terjadi luka tekan, dll.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi yang terkait: Perawatan Tirah Baring (I.14572), Manajemen Risiko (I.08025), Manajemen Luka (I.09003), dll.
- Aktivitas Keperawatan: Memposisikan pasien, menjaga kebersihan dan kelembapan kulit, menghindari penekanan langsung pada tulang, memonitor tanda-tanda kerusakan kulit, dll.
Kesimpulannya, Perawatan Tirah Baring (I.14572) merupakan salah satu intervensi keperawatan yang dapat diterapkan untuk mengelola risiko kerusakan integritas kulit pada pasien yang mengalami imobilisasi atau tirah baring yang berkepanjangan. -
Article No. 7313 | 29 Nov 2024
Klinis : Klien tidak dapat membersihkan diri sendiri dan harus dibantu ke kamar mandi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Ketidakmampuan Perawatan Diri (self-care deficit)
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Ketidakmampuan Perawatan Diri (self-care deficit) adalah kondisi di mana individu mengalami penurunan atau keterbatasan dalam melakukan aktivitas perawatan diri yang mandiri, seperti mandi, berpakaian, berhias, toileting, dan makan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari kondisi ini adalah klien dapat melakukan perawatan diri secara mandiri sesuai dengan kemampuannya. Hal ini dapat dicapai melalui intervensi keperawatan yang tepat, seperti membantu klien dalam aktivitas perawatan diri, memberikan bimbingan dan pelatihan, serta memfasilitasi penggunaan alat bantu yang sesuai.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat diberikan untuk mengatasi kondisi ini antara lain: Perawatan Diri, Bantuan Perawatan Diri, Pelatihan Perawatan Diri, Pengaturan Lingkungan, serta Dukungan Emosional. Perawat akan berperan dalam membantu klien untuk mencapai kemandirian dalam perawatan diri sesuai dengan kemampuan dan tingkat ketergantungannya. -
Article No. 7314 | 29 Nov 2024
Klinis : Resiko perfusi Perifer tidak efektif
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi "Risiko Perfusi Perifer Tidak Efektif" dengan nada akademis dan persona sebagai seorang pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Perfusi Perifer Tidak Efektif
Definisi:
Risiko terjadinya penurunan sirkulasi darah ke ekstremitas yang dapat mengancam kesehatan dan kelangsungan hidup.
Faktor Risiko:
1. Gangguan kardiovaskular
2. Diabetes Melitus
3. Hipovolemia
4. Merokok
5. Hiperkoagulabilitas
6. Hipertensi
7. Usia lanjut
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Perfusi Perifer: Tingkat sirkulasi darah yang adekuat di ekstremitas.
2. Integritas Kulit: Kondisi utuh dan sehat dari lapisan luar tubuh.
3. Bebas Nyeri: Kondisi bebas dari rasa sakit atau tidak nyaman.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Pemantauan Perfusi Perifer: Observasi dan pengukuran parameter perfusi perifer.
2. Manajemen Nyeri: Intervensi untuk mengatasi rasa nyeri yang dirasakan.
3. Perawatan Luka: Tindakan untuk mempertahankan integritas kulit yang terluka.
4. Terapi Oksigen: Pemberian oksigen untuk meningkatkan oksigenasi jaringan.
5. Edukasi Gaya Hidup Sehat: Informasi dan bimbingan untuk mengadopsi perilaku hidup sehat.
Sebagai seorang pakar perawat, saya berharap penjelasan ini dapat memberikan gambaran komprehensif mengenai diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi yang dapat diterapkan untuk menangani risiko perfusi perifer tidak efektif. Jangan ragu untuk bertanya lebih lanjut jika Anda membutuhkan informasi tambahan. -
Article No. 7315 | 29 Nov 2024
Klinis : Batuk berdahak, bunyi napas tambahan, sesak napas, RR: 23x/menit, menggunakan NRBM 14 lpm, terdiagnosis CKD dan efusi pleura
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan produksi sekret, efusi pleura, dan penyakit ginjal kronis (CKD).
Penjelasan Singkat:
Berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), diagnosa keperawatan ini didasarkan pada gejala batuk berdahak, bunyi napas tambahan, dan sesak napas yang dikarenakan peningkatan produksi sekret, efusi pleura, serta penyakit ginjal kronis (CKD) yang diderita pasien.
Menurut SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), luaran yang diharapkan adalah pasien dapat menunjukkan jalan napas yang bersih, tidak ada bunyi napas tambahan, dan napas yang efektif.
Sesuai SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia), intervensi yang dapat dilakukan antara lain pengisapan lendir, fisioterapi dada, pemberian oksigen, dan manajemen efusi pleura. -
Article No. 7316 | 29 Nov 2024
Klinis : Panas dingi 2 hari , mual, pusing
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Hipertermia
Penjelasan Singkat:
Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, yaitu panas-dingin selama 2 hari, disertai mual dan pusing, maka dapat didiagnosis Hipertermia.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas rentang normal, disebabkan oleh peningkatan produksi panas atau penurunan kehilangan panas.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan Hipertermia adalah Suhu Tubuh Dalam Rentang Normal, yang dapat diukur melalui indikator seperti Suhu Tubuh, Frekuensi Nadi, dan Frekuensi Napas.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan untuk menangani Hipertermia dapat meliputi Manajemen Demam, Manajemen Cairan, Manajemen Lingkungan, dan Monitoring Tanda-tanda Vital.
Dengan tone akademis dan persona pakar/perawat, penjelasan singkat di atas memberikan gambaran umum mengenai Diagnosa Keperawatan, SDKI, SLKI, dan SIKI terkait kondisi panas-dingin, mual, dan pusing yang Anda sampaikan. -
Article No. 7317 | 29 Nov 2024
Klinis : Panas dingin 2 hari , mual, pusing
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan tone akademis dan persona pakar, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Panas dingin 2 hari, mual, pusing:
Diagnosa Keperawatan:
1. Hipertermia (SDKI)
Definisi: Peningkatan suhu tubuh di atas normal.
Penyebab: Infeksi, dehidrasi, gangguan sistem termoregulasi.
Gejala: Peningkatan suhu tubuh, menggigil, muka merah.
2. Mual (SDKI)
Definisi: Perasaan tidak nyaman di perut yang dapat menimbulkan keinginan untuk muntah.
Penyebab: Infeksi, obat-obatan, stres, gangguan gastrointestinal.
Gejala: Perasaan tidak nyaman di perut, ingin muntah.
3. Pusing (SDKI)
Definisi: Perasaan tidak stabil, tidak nyaman, atau tidak seimbang yang dapat menyebabkan rasa ingin jatuh atau berputar-putar.
Penyebab: Gangguan sistem saraf pusat, perubahan tekanan darah, dehidrasi, infeksi.
Gejala: Rasa berputar-putar, kehilangan keseimbangan, mual.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan atau respons individu, keluarga, atau masyarakat terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan hasil yang diharapkan dari asuhan keperawatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) adalah organisasi profesi yang menetapkan dan mengembangkan standar-standar tersebut di Indonesia. -
Article No. 7318 | 29 Nov 2024
Klinis : Panas dingin 2 hari , mual, pusing Suhu tubuh 37.2
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, yaitu panas dingin selama 2 hari, mual, pusing, dan suhu tubuh 37,2°C, maka diagnosis keperawatan yang dapat ditetapkan adalah:
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Hipertermia (SDKI)
b. Gangguan Rasa Nyaman: Nyeri (SDKI)
c. Mual (SDKI)
2. Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
a. Hipertermia (SDKI)
- Definisi: Peningkatan suhu tubuh di atas normal, biasanya disebabkan oleh proses patologis.
- Faktor yang Berhubungan: Proses infeksi, penyakit, atau kondisi tubuh yang menyebabkan peningkatan suhu tubuh.
- Kriteria Hasil (SLKI): Suhu tubuh dalam batas normal, Tidak ada tanda-tanda infeksi.
- Intervensi Keperawatan (SIKI): Pemantauan suhu tubuh, Pemberian antipiretik, Manajemen cairan dan elektrolit, Identifikasi penyebab hipertermia.
b. Gangguan Rasa Nyaman: Nyeri (SDKI)
- Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
- Faktor yang Berhubungan: Proses penyakit, Infeksi.
- Kriteria Hasil (SLKI): Manajemen nyeri efektif, Pelaporan nyeri berkurang.
- Intervensi Keperawatan (SIKI): Pengkajian nyeri, Pemberian analgesik, Manajemen lingkungan, Teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri.
c. Mual (SDKI)
- Definisi: Sensasi tidak menyenangkan di dalam perut yang dapat mengarah pada keinginan untuk muntah.
- Faktor yang Berhubungan: Efek samping obat, Infeksi.
- Kriteria Hasil (SLKI): Tidak ada mual, Tidak ada muntah.
- Intervensi Keperawatan (SIKI): Manajemen mual, Pemberian antiemetik, Terapi komplementer untuk mengurangi mual.
Tone = akademis, persona = pakar, nurse
Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, diagnosis keperawatan yang dapat ditetapkan adalah hipertermia, gangguan rasa nyaman: nyeri, dan mual. Setiap diagnosis keperawatan tersebut memiliki definisi, faktor yang berhubungan, kriteria hasil, dan intervensi keperawatan yang dapat dilakukan sesuai dengan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia.