Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 7422 | 30 Nov 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien:
Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien pria, usia 45 tahun, dengan keluhan batuk berdahak, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan adalah:
a. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan sekresi pernapasan dan kegagalan batuk efektif, yang ditandai dengan adanya suara napas bronkial di paru kanan atas dan lesi pada hasil rontgen paru.
b. Intoleransi Aktivitas
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan energi dan peningkatan kebutuhan metabolik, yang ditandai dengan keluhan sesak napas dan kehilangan nafsu makan.
c. Hipertermia
Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi, yang ditandai dengan keluhan demam.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Bersihan Jalan Napas Efektif
- Pasien mampu batuk efektif dan mengeluarkan sekret
- Suara napas bronkial di paru kanan atas berkurang
- Tidak ditemukan lesi pada hasil rontgen paru
b. Toleransi Aktivitas Meningkat
- Pasien tidak mengalami sesak napas saat beraktivitas
- Nafsu makan pasien meningkat
c. Suhu Tubuh Normal
- Suhu tubuh pasien berada dalam rentang normal
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Lakukan pengisapan lendir/suction jika diperlukan
- Ajarkan teknik batuk efektif
- Berikan humidifikasi oksigen
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian bronkodilator dan mukolitik
b. Intoleransi Aktivitas
- Evaluasi toleransi aktivitas pasien
- Atur aktivitas sesuai dengan kemampuan pasien
- Berikan nutrisi yang adekuat untuk meningkatkan energi
- Kolaborasi dengan tim gizi untuk pemberian dukungan nutrisi
c. Hipertermia
- Monitor suhu tubuh pasien secara rutin
- Berikan kompres hangat/dingin untuk mengontrol suhu
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian antipiretik jika diperlukan
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output yang diharapkan, yaitu bersihan jalan napas yang efektif, toleransi aktivitas yang meningkat, dan suhu tubuh yang normal. Hal ini akan mendukung pemulihan kondisi pasien dan mencegah komplikasi yang mungkin timbul. -
Article No. 7423 | 30 Nov 2024
Klinis : Ny.E, 35 tahun dirawat di rumah sakit fatmawati, sejak 1 minggu yang lalu dengan diagnosa medis thypoid. Dari hasil pengkajian didapatkan data kesadaran kompos mentis, TD=130/90mmHg, suhu 36,5 c˚, RR=20x/ menit. Klien mengeluh lemas seperti tidak bertenaga, pusing. Klien juga mengatakan belum mencuci rambut sejak di rawat. Mandi dilakukan setiap dua kali sehari dengan cara dilap tanpa menggunakan sabun dengan di bantu keluarga. Klien mempunyai pemahaman dan keyakinan bahwa selama sakit tidak boleh mandi dan cuci rambut. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan data rambut klien kotor, lengket dan berminyak, berketombe. Kebutuhan aktivitas sehari – hari dibantu seluruhnya oleh anggota keluarga dan perawat. Nafsu makan klien kurang baik dimana klien hanya mampu menghabiskan makanan 2-3 sendok makan setiap kali makan , makanan terasa pahit di lidah.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus Ny. E yang dideskripsikan, berikut adalah analisis diagnosa keperawatan, beserta penjelasan singkat terkait standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Defisit Perawatan Diri (Self-Care Deficit)
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri yang diperlukan.
- SDKI: Defisit Perawatan Diri
- SLKI: Perawatan Diri
- SIKI: Peningkatan Perawatan Diri
2. Gangguan Nutrisi: Intake Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- Definisi: Asupan nutrisi yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolisme.
- SDKI: Gangguan Nutrisi: Intake Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- SLKI: Nutrisi
- SIKI: Manajemen Nutrisi
3. Nyeri Akut
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
- SDKI: Nyeri Akut
- SLKI: Nyeri
- SIKI: Manajemen Nyeri
Penjelasan Singkat:
1. Defisit Perawatan Diri (Self-Care Deficit):
- Klien mengalami keterbatasan dalam melakukan perawatan diri seperti mandi dan mencuci rambut secara mandiri.
- Standar SDKI, SLKI, dan SIKI terkait dengan diagnosa ini adalah:
- SDKI: Defisit Perawatan Diri, sebagai standar diagnosis keperawatan.
- SLKI: Perawatan Diri, sebagai standar luaran keperawatan.
- SIKI: Peningkatan Perawatan Diri, sebagai standar intervensi keperawatan.
2. Gangguan Nutrisi: Intake Kurang dari Kebutuhan Tubuh:
- Klien mengalami penurunan nafsu makan dan hanya mampu menghabiskan sedikit makanan.
- Standar SDKI, SLKI, dan SIKI terkait dengan diagnosa ini adalah:
- SDKI: Gangguan Nutrisi: Intake Kurang dari Kebutuhan Tubuh, sebagai standar diagnosis keperawatan.
- SLKI: Nutrisi, sebagai standar luaran keperawatan.
- SIKI: Manajemen Nutrisi, sebagai standar intervensi keperawatan.
3. Nyeri Akut:
- Klien mengeluh lemas dan pusing, yang dapat dikaitkan dengan nyeri akut.
- Standar SDKI, SLKI, dan SIKI terkait dengan diagnosa ini adalah:
- SDKI: Nyeri Akut, sebagai standar diagnosis keperawatan.
- SLKI: Nyeri, sebagai standar luaran keperawatan.
- SIKI: Manajemen Nyeri, sebagai standar intervensi keperawatan. -
Article No. 7306 | 29 Nov 2024
Klinis : data objektif intraoperasi pasien batu buli
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat profesional, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi intraoperasi pasien batu buli:
Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Nyeri Akut yang berhubungan dengan agen pencedera fisik (batu buli) yang ditandai dengan data objektif intraoperasi berupa ekspresi wajah yang meringis, postur tubuh yang kaku, dan respon fisiologis seperti peningkatan tekanan darah, denyut nadi, dan respirasi.
Nyeri akut didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut. Nyeri akut ini biasanya terjadi secara tiba-tiba dan bersifat sementara, berlangsung kurang dari 3-6 bulan, dan umumnya berhubungan dengan trauma, penyakit, atau prosedur medis.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pasien melaporkan nyeri berkurang dari skala 8 menjadi skala 4 atau kurang.
2. Pasien menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal (tekanan darah, denyut nadi, dan respirasi).
3. Pasien menunjukkan ekspresi wajah yang lebih rileks dan postur tubuh yang lebih santai.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif (lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas, dan faktor pencetus).
2. Berikan analgesik sesuai instruksi medis untuk mengurangi nyeri.
3. Terapkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti relaksasi, distraksi, dan kompres hangat.
4. Pantau tanda-tanda vital secara berkala untuk mengevaluasi efektivitas intervensi.
5. Berikan dukungan emosional dan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai nyeri dan penanganannya.
6. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (dokter, fisioterapis, dan lain-lain) untuk mengelola nyeri secara komprehensif.
Penjelasan rinci:
1. Pengkajian nyeri komprehensif: Hal ini penting untuk mengetahui karakteristik nyeri pasien secara detail, sehingga intervensi yang diberikan dapat tepat sasaran.
2. Pemberian analgesik: Obat-obatan analgesik sesuai instruksi medis dapat membantu mengurangi nyeri secara efektif.
3. Teknik nonfarmakologis: Intervensi nonfarmakologis dapat membantu mengurangi nyeri tanpa efek samping obat-obatan, seperti relaksasi, distraksi, dan kompres hangat.
4. Pemantauan tanda-tanda vital: Pemantauan tanda-tanda vital dapat mengevaluasi efektivitas intervensi dalam mengendalikan nyeri.
5. Dukungan emosional dan edukasi: Memberikan dukungan emosional dan edukasi kepada pasien dan keluarga dapat membantu mereka memahami dan berpartisipasi dalam pengelolaan nyeri.
6. Kolaborasi tim: Kolaborasi dengan tim kesehatan lain dapat mengoptimalkan pengelolaan nyeri secara holistik dan komprehensif.
Dengan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu penurunan nyeri, stabilitas tanda-tanda vital, serta ekspresi wajah dan postur tubuh yang lebih rileks. -
Article No. 7307 | 29 Nov 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan produksi sekret yang berlebihan dan penyempitan jalan napas akibat penyakit tuberkulosis.
Penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Ketidakefektifan bersihan jalan napas didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah pasien dapat mempertahankan jalan napas yang terbuka dengan bebas dari sekresi dan obstruksi, serta dapat bernapas dengan mudah.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan antara lain pengisapan lendir, pemberian oksigen, latihan batuk efektif, dan pemberian bronkodilator untuk memperlancar pernapasan.
Sebagai seorang perawat, saya akan bekerja sama dengan tim medis lainnya untuk memberikan perawatan yang komprehensif dan terbaik bagi pasien dalam menghadapi kondisi tuberkulosis paru yang dialaminya. Saya siap menjawab pertanyaan Anda lebih lanjut. -
Article No. 7308 | 29 Nov 2024
Klinis : buatkan data objektif intra operasi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat dari SDKI - SLKI - SIKI standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi data objektif intra operasi.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Perdarahan Terkait Pembedahan
Penjelasan:
Berdasarkan data objektif intra operasi, pasien memiliki risiko perdarahan terkait pembedahan. Risiko perdarahan merupakan kemungkinan terjadinya kehilangan darah yang dapat membahayakan integritas jaringan dan fungsi organ.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Perdarahan didefinisikan sebagai kondisi di mana individu memiliki kemungkinan kehilangan darah yang dapat membahayakan integritas jaringan dan fungsi organ.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah pasien dapat mempertahankan volume cairan dan elektrolit yang adekuat, tidak terjadi perdarahan yang dapat mengancam nyawa, serta tidak terjadi komplikasi terkait perdarahan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasi risiko perdarahan terkait pembedahan antara lain pemantauan tanda-tanda vital, pemantauan perdarahan, manajemen cairan dan elektrolit, serta kolaborasi dengan tim medis untuk penanganan perdarahan.
Sebagai perawat, saya akan melakukan pemantauan ketat terhadap tanda-tanda vital dan perdarahan pasien selama intra operasi, memastikan cairan dan elektrolit yang diberikan sesuai kebutuhan, serta berkolaborasi dengan tim medis untuk mencegah dan menangani perdarahan yang mungkin terjadi. -
Article No. 7309 | 29 Nov 2024
Klinis : buatkan data objektif intra operasi berikan contohnya
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi dengan data objektif intraoperatif.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Perdarahan Perioperatif
Penjelasan:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Risiko Perdarahan Perioperatif adalah kondisi di mana individu berisiko mengalami kehilangan darah yang melebihi jumlah normal selama periode perawatan pembedahan.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah pasien tidak mengalami perdarahan yang melebihi jumlah normal selama periode perioperatif.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi risiko perdarahan perioperatif adalah pemantauan tanda-tanda vital, pemantauan jumlah dan karakteristik perdarahan, pemberian cairan dan komponen darah sesuai kebutuhan, serta kolaborasi dengan tim bedah untuk mengatasi penyebab perdarahan.
Contoh Data Objektif Intraoperatif:
- Tanda-tanda vital: Tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 90 x/menit, respirasi 18 x/menit, suhu 36,5°C.
- Jumlah perdarahan selama tindakan bedah: 300 mL.
- Warna darah yang keluar: Merah cerah.
- Karakteristik perdarahan: Bersifat terus-menerus dan sulit untuk dihentikan.
- Hasil pemeriksaan laboratorium: Hb 10 g/dL, Ht 30%, Trombosit 150.000/mm³.
Sebagai seorang perawat, saya akan memantau tanda-tanda vital pasien, jumlah dan karakteristik perdarahan, serta melakukan kolaborasi dengan tim bedah untuk mengatasi penyebab perdarahan dan mencegah terjadinya komplikasi. -
Article No. 7310 | 29 Nov 2024
Klinis : Hipertermia
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Hipertermia, dengan tone akademis dan persona pakar/perawat:
Diagnosa Keperawatan:
Hipertermia
Definisi (SDKI):
Peningkatan suhu tubuh di atas rentang normal, biasanya melebihi 37,5°C (99,5°F).
Faktor Risiko (SDKI):
1. Lingkungan yang panas
2. Aktivitas fisik yang berlebihan
3. Dehidrasi
4. Gangguan sistem pengaturan suhu
5. Proses inflamasi
Gejala dan Tanda (SDKI):
1. Suhu tubuh meningkat melebihi 37,5°C
2. Kulit kemerahan
3. Berkeringat
4. Frekuensi nadi meningkat
5. Pernapasan cepat
Intervensi Keperawatan (SLKI):
1. Monitor suhu tubuh secara berkala
2. Pertahankan lingkungan yang sejuk
3. Berikan cairan yang cukup
4. Berikan kompres dingin pada area tubuh
5. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian terapi yang tepat
Luaran Keperawatan (SIKI):
1. Suhu tubuh kembali normal
2. Tanda-tanda vital dalam rentang normal
3. Klien menunjukkan tanda-tanda pemulihan
4. Klien menunjukkan tidak ada komplikasi
Dalam pendekatan akademis, diagnosa keperawatan Hipertermia perlu dipahami secara komprehensif dengan mempertimbangkan definisi, faktor risiko, gejala dan tanda, intervensi keperawatan yang sesuai, serta luaran yang diharapkan berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Sebagai seorang pakar/perawat, pemahaman yang mendalam terhadap kondisi hipertermia dan manajemen keperawatannya sangat penting untuk memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas. -
Article No. 7311 | 29 Nov 2024
Klinis : Perawatan Tirah Baring (I.14572) merupakan intervensi dari diagnosa keperawatan apa?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan penjelasan standar diagnosa keperawatan, intervensi, dan hasil yang sesuai dengan Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Diagnosa Keperawatan:
Diagnosa keperawatan yang sesuai dengan intervensi "Perawatan Tirah Baring (I.14572)" adalah "Mobilitas Fisik Terganggu" (D.0105). Mobilitas Fisik Terganggu didefinisikan sebagai keterbatasan dalam pergerakan fisik yang disebabkan oleh penyakit, cedera, atau hambatan lingkungan yang mengakibatkan gangguan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Definisi SDKI:
D.0105 Mobilitas Fisik Terganggu: Keterbatasan dalam pergerakan fisik yang disebabkan oleh penyakit, cedera, atau hambatan lingkungan yang mengakibatkan gangguan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Definisi SLKI:
L.0105 Mobilitas Fisik: Kemampuan individu untuk bergerak secara mandiri dan efektif.
Definisi SIKI:
I.14572 Perawatan Tirah Baring: Tindakan keperawatan untuk memfasilitasi pemulihan dan mencegah komplikasi selama individu berbaring di tempat tidur.
Dengan demikian, intervensi "Perawatan Tirah Baring (I.14572)" merupakan salah satu intervensi keperawatan yang sesuai untuk menangani diagnosa keperawatan "Mobilitas Fisik Terganggu (D.0105)". Intervensi ini bertujuan untuk memfasilitasi pemulihan dan mencegah komplikasi selama individu berbaring di tempat tidur, yang disebabkan oleh keterbatasan dalam pergerakan fisik. -
Article No. 7312 | 29 Nov 2024
Klinis : Perawatan Tirah Baring (I.14572) merupakan intervensi dari diagnosa keperawatan apa?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai pakar keperawatan, saya akan menjelaskan diagnosa keperawatan dan standar SDKI - SLKI - SIKI yang terkait dengan intervensi Perawatan Tirah Baring (I.14572).
Diagnosa Keperawatan:
Intervensi Perawatan Tirah Baring (I.14572) merupakan intervensi yang terkait dengan diagnosa keperawatan Risiko Kerusakan Integritas Kulit (00046). Diagnosa ini menggambarkan adanya risiko kerusakan pada kulit dan jaringan yang disebabkan oleh imobilisasi atau tirah baring yang berkepanjangan.
Standar SDKI - SLKI - SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Risiko Kerusakan Integritas Kulit adalah kerentanan terhadap kerusakan atau perubahan pada kulit dan/atau membran mukosa.
- Faktor Risiko: Imobilisasi, malnutrisi, inkontinensia, penuaan, dan gangguan sirkulasi.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang terkait: Integritas Kulit (0203), Perfusi Jaringan Perifer (0402).
- Kriteria Hasil: Tidak terjadi kerusakan pada kulit, tidak terjadi perubahan warna kulit, tidak terjadi luka tekan, dll.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi yang terkait: Perawatan Tirah Baring (I.14572), Manajemen Risiko (I.08025), Manajemen Luka (I.09003), dll.
- Aktivitas Keperawatan: Memposisikan pasien, menjaga kebersihan dan kelembapan kulit, menghindari penekanan langsung pada tulang, memonitor tanda-tanda kerusakan kulit, dll.
Kesimpulannya, Perawatan Tirah Baring (I.14572) merupakan salah satu intervensi keperawatan yang dapat diterapkan untuk mengelola risiko kerusakan integritas kulit pada pasien yang mengalami imobilisasi atau tirah baring yang berkepanjangan. -
Article No. 7313 | 29 Nov 2024
Klinis : Klien tidak dapat membersihkan diri sendiri dan harus dibantu ke kamar mandi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Ketidakmampuan Perawatan Diri (self-care deficit)
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Ketidakmampuan Perawatan Diri (self-care deficit) adalah kondisi di mana individu mengalami penurunan atau keterbatasan dalam melakukan aktivitas perawatan diri yang mandiri, seperti mandi, berpakaian, berhias, toileting, dan makan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari kondisi ini adalah klien dapat melakukan perawatan diri secara mandiri sesuai dengan kemampuannya. Hal ini dapat dicapai melalui intervensi keperawatan yang tepat, seperti membantu klien dalam aktivitas perawatan diri, memberikan bimbingan dan pelatihan, serta memfasilitasi penggunaan alat bantu yang sesuai.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat diberikan untuk mengatasi kondisi ini antara lain: Perawatan Diri, Bantuan Perawatan Diri, Pelatihan Perawatan Diri, Pengaturan Lingkungan, serta Dukungan Emosional. Perawat akan berperan dalam membantu klien untuk mencapai kemandirian dalam perawatan diri sesuai dengan kemampuan dan tingkat ketergantungannya.