Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 18883 | 21 Jun 2025
Klinis : Pasien wanita 26 tahun, lemas, tampak pucat, hb 7.3 g/dl
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang sesuai, beserta kodenya dan definisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
1. Diagnosa Keperawatan:
Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Kode: 00002
2. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Kode: 00002
Definisi: Keadaan di mana individu berisiko mengalami asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
3. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Keseimbangan Nutrisi
Kode: 00002
Definisi: Keadaan di mana individu memiliki asupan nutrisi yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
4. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Manajemen Nutrisi
Kode: 0016
Definisi: Peningkatan atau pemeliharaan asupan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Penjelasan singkat:
Pasien wanita berusia 26 tahun mengalami kondisi lemas dan tampak pucat, dengan kadar hemoglobin (Hb) yang rendah (7,3 g/dL). Kondisi ini menunjukkan adanya risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, yang dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti asupan nutrisi yang tidak adekuat, malabsorpsi, atau kehilangan nutrisi yang berlebihan. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen nutrisi, yang bertujuan untuk meningkatkan atau memelihara asupan nutrisi yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik pasien. -
Article No. 18884 | 21 Jun 2025
Klinis : Pasien wanita 26 tahun, lemas, tampak pucat, hb 7.3 g/dl, rencana transfusi 3 kantong prc
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis keperawatan yang sesuai untuk pasien wanita berusia 26 tahun dengan keluhan lemas, tampak pucat, dan nilai Hb 7,3 g/dl dengan rencana transfusi 3 kantong PRC adalah:
1. Diagnosis Keperawatan:
Kode: 00047
Nama: Kekurangan Volume Cairan
Definisi: Pengurangan cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraseluler.
2. Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Merupakan standar yang berisi kumpulan diagnosis keperawatan yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
- Terdiri dari definisi, karakteristik utama, faktor yang berhubungan, dan batasan karakteristik.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Merupakan standar yang berisi kumpulan luaran keperawatan yang ditetapkan oleh PPNI.
- Terdiri dari definisi, kriteria hasil, dan skala pengukuran.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Merupakan standar yang berisi kumpulan intervensi keperawatan yang ditetapkan oleh PPNI.
- Terdiri dari definisi, aktivitas, dan batasan aktivitas.
Tone: Akademis
Persona: Pakar, Perawat
Dengan demikian, berdasarkan kondisi pasien yang disajikan, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah Kekurangan Volume Cairan dengan kode 00047. Untuk penjelasan lebih lanjut mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI, Anda dapat merujuk pada referensi yang diterbitkan oleh PPNI. -
Article No. 18885 | 21 Jun 2025
Klinis : Pasien wanita 26 tahun, lemas, tampak pucat, hb 7.3 g/dl, rencana transfusi 3 kantong prc
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang relevan untuk kondisi pasien tersebut, sesuai dengan panduan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
### **Diagnosa Keperawatan:**
**"Intoleransi Aktivitas (D.0016)"**
*Definisi:* Ketidakmampuan individu untuk mempertahankan aktivitas sehari-hari secara adekuat karena ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
**Penjelasan Singkat:**
Kondisi pasien dengan Hb 7,3 g/dL menunjukkan anemia berat yang menyebabkan lemas, pucat, dan penurunan kapasitas aktivitas. Transfusi PRC (Packed Red Cells) direncanakan untuk meningkatkan kadar hemoglobin dan memperbaiki intoleransi aktivitas.
---
### **Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)**
**"Kempertahankan Toleransi Aktivitas (L.04005)"**
*Kriteria Luaran:*
- Pasien mampu melakukan aktivitas harian tanpa kelelahan berlebihan.
- Tanda vital stabil selama aktivitas (nadi, tekanan darah, pernapasan dalam batas normal).
- Kadar hemoglobin meningkat setelah transfusi (target Hb ?10 g/dL).
---
### **Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)**
**1. Manajemen Transfusi Darah (I.09010)**
*Tindakan:*
- Memastikan kesesuaian golongan darah dan crossmatch sebelum transfusi.
- Memantau tanda-tanda reaksi transfusi (demam, gatal, sesak napas).
- Memberikan edukasi tentang manfaat dan risiko transfusi.
**2. Manajemen Anemia (I.09002)**
*Tindakan:*
- Memantau kadar Hb sebelum dan setelah transfusi.
- Memberikan diet tinggi zat besi dan vitamin C untuk meningkatkan absorpsi zat besi.
- Mengobservasi tanda perdarahan jika ada penyebab anemia lainnya.
**3. Dukungan Aktivitas (I.04003)**
*Tindakan:*
- Membantu pasien dalam aktivitas harian sesuai toleransi.
- Mengajarkan teknik penghematan energi (aktivitas bertahap, istirahat cukup).
- Memonitor respons fisiologis (nadi, saturasi O?) selama aktivitas.
---
### **Kode Diagnosa, Luaran, dan Intervensi:**
- **Diagnosa (SDKI):** **D.0016** (Intoleransi Aktivitas)
- **Luaran (SLKI):** **L.04005** (Mempertahankan Toleransi Aktivitas)
- **Intervensi (SIKI):**
- **I.09010** (Manajemen Transfusi Darah)
- **I.09002** (Manajemen Anemia)
- **I.04003** (Dukungan Aktivitas)
---
**Catatan Akademis:**
Diagnosa ini didasarkan pada data klinis (Hb 7,3 g/dL, lemas, pucat) dan rencana terapi transfusi PRC. Pendekatan keperawatan mencakup aspek fisiologis (peningkatan Hb) dan fungsional (peningkatan toleransi aktivitas). Evaluasi efektivitas intervensi dapat dilihat dari peningkatan kadar Hb, perbaikan gejala klinis, dan kemampuan pasien dalam menjalani aktivitas sehari-hari.
Semoga penjelasan ini membantu. Jika diperlukan penyesuaian lebih lanjut, silakan berikan data tambahan. -
Article No. 18886 | 21 Jun 2025
Klinis : reflek hisap bayi lemah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi reflek hisap bayi lemah, sesuai dengan format yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan:
Pola Minum Tidak Efektif (00104)
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Pola Minum Tidak Efektif (00104)
Definisi: Ketidakmampuan untuk minum secara konsisten dan efektif.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Pemeliharaan Nutrisi: Bayi (1804)
Definisi: Kemampuan bayi untuk mempertahankan status nutrisi yang adekuat.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Manajemen Minum (6230)
Definisi: Pemberian bantuan dan dukungan untuk memenuhi kebutuhan minum.
Kode:
- Diagnosa Keperawatan: 00104
- SLKI: 1804
- SIKI: 6230
Dalam kondisi reflek hisap bayi lemah, intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah Manajemen Minum (6230), yaitu memberikan bantuan dan dukungan untuk memenuhi kebutuhan minum bayi. Hal ini bertujuan untuk memelihara nutrisi bayi (SLKI 1804) dan mengatasi pola minum yang tidak efektif (Diagnosa Keperawatan 00104). -
Article No. 18820 | 20 Jun 2025
Klinis : Seorang laki-laki berusia 48 tahun dirawat dengan keluhan sesak napas sejak 2 hari yang lalu dan memberat sejak 6 jam yang lalu. Hasil pengkajian didapatkan adanya tampak gelisah, dan pucat produksi sputum, batuk tidak efektif, frekuensi napas 30 kali/menit, frekuensi nadi 100 kali/menit,pola nafsnya cepat, pada saat diauskultasi bunyi nafas ronkhi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah **Diagnosa Keperawatan** beserta penjelasan singkat **SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)** yang ditetapkan oleh **Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)** untuk kasus tersebut:
---
### **Diagnosa Keperawatan:**
**Gangguan Pertukaran Gas (SDKI Code: 00030)**
**Definisi:**
Kondisi ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan tubuh akibat gangguan difusi alveolus-kapiler, yang ditandai dengan sesak napas, takipnea, ronkhi, dan perubahan status mental (gelisah).
**Faktor Penyebab (Etiologi):**
- Gangguan ventilasi-perfusi (ronkhi, produksi sputum).
- Peningkatan kerja pernapasan (frekuensi napas 30x/menit).
- Ketidakefektifan batuk.
---
### **Luaran Keperawatan (SLKI):**
**SLKI Code: 0401 – Pertukaran Gas Membaik**
**Indikator:**
1. Frekuensi napas dalam rentang normal (16–20x/menit). *(Target: Menurun dari 30x/menit)*
2. Bunyi napas bersih (tidak ada ronkhi). *(Target: Ronkhi berkurang/hilang)*
3. Warna kulit normal (tidak pucat/sianosis). *(Target: Tidak pucat)*
4. Pasien tenang (tidak gelisah). *(Target: Gelisah berkurang/hilang)*
---
### **Intervensi Keperawatan (SIKI):**
**SIKI Code: 3310 – Manajemen Jalan Napas**
**Tindakan:**
1. **Posisikan pasien semi-Fowler/fowler** untuk optimalisasi ventilasi.
2. **Lakukan fisioterapi dada** (jika diperlukan) untuk mobilisasi sekret.
3. **Ajarkan batuk efektif** dan napas dalam.
4. **Berikan oksigen tambahan** sesuai indikasi (misal: nasal kanul/masker).
5. **Monitor tanda vital** (frekuensi napas, nadi, saturasi O?).
**SIKI Code: 3320 – Manajemen Pernapasan**
**Tindakan:**
1. **Auskultasi bunyi napas** tiap 4 jam untuk evaluasi ronkhi.
2. **Kolaborasi pemberian bronkodilator/nebulizer** (jika ada indikasi medis).
3. **Hidrasi adekuat** untuk mengencerkan sekret.
---
### **Catatan Tambahan:**
- **Prioritas:** Stabilisasi oksigenasi dan reduksi distress pernapasan.
- **Kolaborasi:** Dokter mungkin meresepkan terapi farmakologis (seperti bronkodilator, ekspektoran).
- **Edukasi:** Ajarkan pasien teknik relaksasi napas untuk mengurangi kecemasan.
Jika diperlukan penyesuaian lebih spesifik (misal: ada riwayat PPOK/asma), diagnosa dan intervensi dapat dimodifikasi.
**Sumber:**
- *Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) Edisi 4, PPNI (2019).*
- *Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) Edisi 3, PPNI (2019).*
- *Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) Edisi 3, PPNI (2019).*
Semoga membantu. -
Article No. 18821 | 20 Jun 2025
Klinis : Ibunya klien berkata kadang BAK dan BAB ditempat tidur dan tidak melakukan kegiatan apa pun, hanya berbaring dan diem saja. Makan dan minum harus disuruh suruh. Jika disuruh melakukan kegiatan ibunya di marah marahi. Menurut ibunya sudah pernah di bawa ke orang pintar dan dianjurkan untuk dimandikan dengan air yang diberi daun Bidara, tetepi tidak ada perubahan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Diagnosa Keperawatan:
Kode: 00079
Defisit Perawatan Diri
Definisi: Keterbatasan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri yang diperlukan.
2. Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Defisit Perawatan Diri merupakan diagnosis keperawatan yang menggambarkan keterbatasan individu dalam melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri yang diperlukan, seperti mandi, berpakaian, makan, menggunakan toilet, dan aktivitas perawatan diri lainnya.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 1805
Judul: Perawatan Diri: Aktivitas Hidup Sehari-hari
Definisi: Kemampuan individu untuk melakukan aktivitas perawatan diri sehari-hari secara mandiri.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 4310
Judul: Perawatan Diri
Definisi: Bantuan yang diberikan kepada individu untuk melakukan aktivitas perawatan diri sehari-hari secara mandiri.
Dalam kondisi yang diberikan, ibu klien memiliki keterbatasan dalam melakukan aktivitas perawatan diri, seperti BAK dan BAB di tempat tidur, tidak melakukan kegiatan apapun, hanya berbaring dan diam, serta harus disuruh-suruh untuk makan dan minum. Ketika disuruh melakukan kegiatan, ibu klien marah-marah. Hal ini menunjukkan adanya Defisit Perawatan Diri yang perlu ditangani melalui intervensi keperawatan yang sesuai. -
Article No. 18822 | 20 Jun 2025
Klinis : A 35-year-old man, when visited by a nurse at his house was with his father because his mother had died. The client was seen lying in bed with his legs bent upwards, without moving, without clothes only covered by a thin blanket, long hair and dreadlocks. After being assessed, the client experienced muscle stiffness that could not be moved "catatonic". When asked without answering at all, just kept silent. After discussing with cadres and parents, it was decided to be taken to the Mental Hospital. After being treated for 1 week at the Mental Hospital, the client looked clean, when asked he could answer well, and smile, and could walk well.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien mengalami kondisi katatonik yang disertai dengan gejala-gejala sebagai berikut:
1. Diagnosa Keperawatan (SDKI):
Kode: 00069
Diagnosa: Katatonik
Definisi: Penurunan aktivitas psikomotor yang ekstrem dengan hilangnya respons terhadap lingkungan.
2. Intervensi Keperawatan (SIKI):
Kode: 06150
Intervensi: Manajemen Katatonik
Definisi: Serangkaian tindakan yang dilakukan untuk mengatasi penurunan aktivitas psikomotor yang ekstrem dan hilangnya respons terhadap lingkungan.
3. Hasil Keperawatan (SLKI):
Kode: 01404
Hasil: Fungsi Psikomotor
Definisi: Kemampuan untuk mengontrol gerakan dan koordinasi tubuh.
Dalam kasus ini, pasien mengalami kondisi katatonik yang ditandai dengan rigiditas otot, tidak responsif saat diajak berkomunikasi, dan perilaku tidak bergerak. Setelah dirawat selama 1 minggu di Rumah Sakit Jiwa, pasien tampak bersih, dapat menjawab pertanyaan dengan baik, tersenyum, dan dapat berjalan dengan baik, menunjukkan adanya perbaikan pada fungsi psikomotornya.
Penanganan yang dilakukan oleh perawat meliputi manajemen katatonik, yaitu serangkaian tindakan untuk mengatasi penurunan aktivitas psikomotor dan hilangnya respons terhadap lingkungan, sehingga dapat meningkatkan fungsi psikomotor pasien. -
Article No. 18823 | 20 Jun 2025
Klinis : bicara pelo, lemah anggota gerak, kesemutan, nyeri kepala, muntah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI beserta kodenya dan definisinya untuk kondisi yang Anda sebutkan. Saya akan menggunakan nada akademis dan menjawab sebagai seorang pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
1. Komunikasi Verbal Terganggu (SDKI: 10001)
Definisi: Kemampuan untuk menyampaikan atau menerima pesan verbal yang terbatas atau tidak adekuat.
2. Mobilitas Fisik Terganggu (SDKI: 10019)
Definisi: Keterbatasan dalam gerakan fisik yang disengaja dan terarah.
3. Sensasi Terganggu (SDKI: 10031)
Definisi: Perubahan atau penurunan dalam fungsi sensorik.
4. Nyeri Akut (SDKI: 10023)
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial.
5. Mual (SDKI: 10020)
Definisi: Perasaan tidak nyaman di perut yang dapat mengarah pada usaha untuk muntah.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Kode diagnosa diawali dengan 5 digit angka.
- Memberikan definisi dan cakupan diagnosis keperawatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Memberikan luaran atau hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
- Membantu perawat dalam mengevaluasi efektivitas intervensi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Memberikan panduan tentang tindakan atau intervensi keperawatan yang dapat dilakukan.
- Membantu perawat dalam merencanakan dan melaksanakan intervensi yang sesuai.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memahami diagnosa keperawatan dan standar-standar yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Jika ada pertanyaan lain, silakan tanyakan. -
Article No. 18824 | 20 Jun 2025
Klinis : bicara pelo, lemah anggota gerak, kesemutan, nyeri kepala, muntah
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan rekomendasi diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan kelemahan anggota gerak dan kesemutan.
2. Gangguan Komunikasi berhubungan dengan bicara pelo.
3. Nyeri Kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial.
4. Risiko Aspirasi berhubungan dengan muntah.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Gangguan Mobilitas Fisik:
- Klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan mandiri.
- Klien menunjukkan peningkatan kekuatan dan koordinasi anggota gerak.
- Klien dapat berpindah dengan aman.
2. Gangguan Komunikasi:
- Klien dapat berkomunikasi dengan jelas dan dapat dipahami.
- Klien menunjukkan peningkatan kemampuan berbicara.
3. Nyeri Kepala:
- Klien dapat mengendalikan nyeri kepala.
- Klien menunjukkan penurunan intensitas dan frekuensi nyeri kepala.
4. Risiko Aspirasi:
- Klien tidak mengalami episode muntah.
- Klien dapat menelan makanan dan cairan dengan aman.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Gangguan Mobilitas Fisik:
- Lakukan latihan rentang gerak dan kekuatan otot secara bertahap.
- Ajarkan klien teknik ambulasi yang aman.
- Berikan alat bantu mobilitas sesuai kebutuhan klien.
2. Gangguan Komunikasi:
- Lakukan terapi wicara untuk meningkatkan kemampuan berbicara.
- Identifikasi dan atasi faktor-faktor yang memengaruhi komunikasi.
- Gunakan alat bantu komunikasi jika diperlukan.
3. Nyeri Kepala:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif.
- Berikan terapi farmakologis dan non-farmakologis untuk mengatasi nyeri.
- Ajarkan klien teknik manajemen nyeri.
4. Risiko Aspirasi:
- Lakukan pemantauan tanda-tanda vital dan status nutrisi klien.
- Berikan posisi semirekumben saat makan dan minum.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk memodifikasi diet sesuai kebutuhan klien.
Penjelasan rinci dan terperinci:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
- Gangguan Mobilitas Fisik: Kelemahan anggota gerak dan kesemutan dapat menghambat mobilitas klien dan mempengaruhi kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari.
- Gangguan Komunikasi: Bicara pelo dapat menyebabkan kesulitan dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain.
- Nyeri Kepala: Nyeri kepala dapat disebabkan oleh peningkatan tekanan intrakranial, yang memerlukan penanganan yang tepat.
- Risiko Aspirasi: Muntah dapat meningkatkan risiko aspirasi, sehingga perlu diatasi untuk mencegah komplikasi.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
- Tujuan utama adalah meningkatkan kemampuan klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari, berkomunikasi dengan baik, mengendalikan nyeri kepala, dan mencegah risiko aspirasi.
- Luaran yang diharapkan mencakup peningkatan kemandirian, perbaikan kemampuan komunikasi, penurunan intensitas dan frekuensi nyeri kepala, serta pencegahan episode muntah dan aspirasi.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
- Intervensi berfokus pada pemulihan fungsi fisik, peningkatan kemampuan komunikasi, manajemen nyeri, dan pencegahan komplikasi terkait risiko aspirasi.
- Setiap intervensi dirancang untuk mencapai luaran yang spesifik dan terukur, seperti peningkatan kemandirian, perbaikan kemampuan berbicara, penurunan nyeri kepala, dan pencegahan aspirasi.
Sebagai perawat, saya akan bekerja sama dengan tim kesehatan lainnya untuk mengembangkan dan melaksanakan rencana asuhan keperawatan yang komprehensif, serta memantau dan mengevaluasi kemajuan klien secara berkala. -
Article No. 18825 | 20 Jun 2025
Klinis : bicara pelo, lemah anggota gerak, kesemutan, nyeri kepala, muntah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat terkait SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi yang Anda sebutkan (bicara pelo, lemah anggota gerak, kesemutan, nyeri kepala, muntah).
---
### **Diagnosa Keperawatan:**
**Gangguan Komunikasi Verbal (SDKI Code: 00051)**
**Definisi:**
Ketidakmampuan untuk mengungkapkan atau memahami pesan verbal/nonverbal akibat gangguan neurologis (misalnya stroke, cedera kepala).
**Faktor yang Berhubungan:**
- Gangguan neuromuskular (misalnya kelemahan otot wajah/bicara).
- Gangguan sirkulasi serebral (nyeri kepala, muntah).
---
### **Luaran Keperawatan (SLKI):**
**SLKI Code: 1301 – Kemampuan Berkomunikasi**
**Indikator:**
1. Klien mampu mengungkapkan kebutuhan dasar dengan jelas (skala: 1–5).
2. Klien menggunakan metode komunikasi alternatif jika diperlukan (misalnya gerakan, tulisan).
**Target:** Meningkatkan kemampuan komunikasi dari skor 2 (cukup) ke 4 (baik) dalam 3 hari.
---
### **Intervensi Keperawatan (SIKI):**
**SIKI Code: 4310 – Terapi Komunikasi**
**Tindakan:**
1. Latih klien mengucapkan kata sederhana dengan artikulasi perlahan.
2. Gunakan alat bantu komunikasi (papan gambar, tulisan) jika diperlukan.
3. Berikan umpan balik positif saat klien berhasil menyampaikan pesan.
---
### **Diagnosa Keperawatan Tambahan:**
**Gangguan Mobilitas Fisik (SDKI Code: 00085)**
**Definisi:**
Keterbatasan pergerakan independen akibat kelemahan otot atau gangguan neurologis.
**Faktor yang Berhubungan:**
- Kelemahan anggota gerak.
- Kesemutan (gangguan sensori).
---
### **Luaran Keperawatan (SLKI):**
**SLKI Code: 0204 – Kemampuan Mobilisasi**
**Indikator:**
1. Klien mampu menggerakkan ekstremitas dengan bantuan minimal (skala: 1–5).
2. Klien menunjukkan peningkatan kekuatan otot.
**Target:** Meningkatkan mobilitas dari skor 2 (cukup) ke 4 (baik) dalam 1 minggu.
---
### **Intervensi Keperawatan (SIKI):**
**SIKI Code: 4120 – Latihan Rentang Gerak (ROM)**
**Tindakan:**
1. Bantu klien melakukan ROM aktif/pasif sesuai toleransi.
2. Ajarkan teknik mengatasi kelemahan (misalnya posisi tubuh yang stabil).
3. Kolaborasi dengan fisioterapis untuk rehabilitasi.
---
### **Diagnosa Keperawatan Lainnya:**
**Nyeri Akut (SDKI Code: 00132)**
**Definisi:**
Pengalaman sensori tidak nyaman akibat nyeri kepala dengan durasi <3 bulan.
**Faktor yang Berhubungan:**
- Peningkatan tekanan intrakranial (jika ada indikasi neurologis).
---
### **Luaran Keperawatan (SLKI):**
**SLKI Code: 1701 – Tingkat Nyeri**
**Indikator:**
1. Klien melaporkan penurunan skala nyeri (0–10).
**Target:** Menurunkan skala nyeri dari 7 (berat) ke ?3 (ringan) dalam 24 jam.
---
### **Intervensi Keperawatan (SIKI):**
**SIKI Code: 2340 – Manajemen Nyeri**
**Tindakan:**
1. Ajarkan teknik relaksasi napas dalam.
2. Berikan analgesik sesuai resep (jika diperlukan).
3. Monitor respons nyeri dan efek samping obat.
---
### **Catatan Penting:**
- **Tone Akademis/Pakar:** Penjelasan di atas mengacu pada literatur keperawatan berbasis evidence-based practice (EBP) dan standar PPNI.
- **Persona Perawat:** Pendekatan holistik (bio-psiko-sosio-spiritual) diterapkan dengan mempertimbangkan aspek neurologis dan rehabilitasi.
Jika diperlukan penyesuaian lebih spesifik (misalnya terkait etiologi stroke atau hipertensi intrakranial), diagnosa dan intervensi dapat dimodifikasi sesuai data tambahan.
**Referensi:**
- PPNI. (2017). *Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi 4*.
- PPNI. (2018). *Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi 3*.
- PPNI. (2019). *Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi 3*.
Semoga membantu.