Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 7477 | 01 Dec 2024
Klinis : klien tampak sesak, pernapasan 20x/menit, suara napas tambahan (rhonchi)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menurut standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi yang Anda berikan:
Diagnosa Keperawatan:
Pola Napas Tidak Efektif
Definisi:
Ketidakmampuan untuk bernapas dengan mudah dan lancar.
Faktor Risiko:
- Obstruksi jalan napas
- Perubahan struktur atau fungsi pernapasan
- Kelelahan otot pernapasan
Gejala dan Tanda:
- Pernapasan dengan suara tambahan (rhonchi)
- Pernapasan > 20 kali/menit
- Sesak napas
Luaran SLKI:
- Pola Napas Efektif
- Bebas Komplikasi Pernapasan
Intervensi SIKI:
- Monitor status pernapasan
- Berikan oksigen sesuai indikasi
- Latih teknik batuk efektif
- Berikan posisi yang nyaman untuk bernapas
- Kolaborasi pemberian bronkodilator atau kortikosteroid
Penjelasan Singkat:
Diagnosa keperawatan "Pola Napas Tidak Efektif" menggambarkan kondisi klien yang mengalami kesulitan dalam bernapas secara lancar dan mudah. Hal ini dapat disebabkan oleh obstruksi jalan napas, perubahan struktur atau fungsi pernapasan, serta kelelahan otot pernapasan. Gejala dan tanda yang muncul antara lain pernapasan dengan suara tambahan (rhonchi), frekuensi pernapasan >20 kali/menit, dan sesak napas.
Luaran SLKI yang diharapkan adalah Pola Napas Efektif dan Bebas Komplikasi Pernapasan. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah memantau status pernapasan, memberikan oksigen, melatih teknik batuk efektif, memberikan posisi yang nyaman untuk bernapas, serta berkolaborasi dengan pemberian bronkodilator atau kortikosteroid. -
Article No. 7478 | 01 Dec 2024
Klinis : adanya edema pada ekstremitas bawah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Edema Perifer
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Edema Perifer adalah kelebihan cairan di dalam ruang interstisial yang menyebabkan pembengkakan pada ekstremitas bawah.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan edema perifer antara lain penurunan edema, pemulihan fungsi ekstremitas, serta peningkatan mobilitas.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk menangani edema perifer meliputi:
1. Manajemen cairan
2. Mobilisasi ekstremitas
3. Kompres dingin
4. Edukasi tentang edema dan penanganannya
Penjelasan Singkat:
Edema perifer merupakan kondisi pembengkakan pada ekstremitas bawah akibat kelebihan cairan di dalam ruang interstisial. Penanganannya meliputi manajemen cairan, mobilisasi ekstremitas, kompres dingin, serta edukasi pasien dan keluarga. Tujuan dari penanganan ini adalah untuk menurunkan edema, memulihkan fungsi ekstremitas, dan meningkatkan mobilitas pasien. -
Article No. 7479 | 01 Dec 2024
Klinis : Hipercholestrol
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Sebagai seorang dokter/perekam medik, saya akan memberikan informasi mengenai kode ICD-10 untuk diagnosis hipercholestrol, serta kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang mungkin dilakukan.
1. Kode ICD-10:
- Kode: E78.0
- Deskripsi: Hiperlipidemia tipe IV - Hipercholestrolemia, tidak terkategori di tempat lain
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 36.17
- Deskripsi: Prosedur pemasangan kateter balon arteri koroner untuk angioplasti transluminal perkutan
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 E78.0 digunakan untuk mendiagnosis hipercholestrolemia, yang merupakan salah satu jenis hiperlipidemia tipe IV. Kondisi ini ditandai dengan kadar kolesterol total yang meningkat, sering disertai dengan peningkatan kolesterol LDL (low-density lipoprotein) dalam darah.
2. Kode ICD-9-CM 36.17 mengacu pada prosedur pemasangan kateter balon arteri koroner untuk angioplasti transluminal perkutan. Ini adalah salah satu tindakan medis yang dapat dilakukan untuk menangani komplikasi akibat hipercholestrolemia, seperti penyempitan atau penyumbatan arteri koroner. Prosedur ini bertujuan untuk melebarkan pembuluh darah yang menyempit dengan menggunakan balon kateter. -
Article No. 7480 | 01 Dec 2024
Klinis : Ansietas b.d rencana operasi d.d pasien cemas dan ketakutan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Ansietas b.d rencana operasi d.d pasien cemas dan ketakutan.
Diagnosa Keperawatan:
Ansietas b.d rencana operasi d.d pasien cemas dan ketakutan
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Ansietas adalah respon emosional dan psikologis individu terhadap sumber yang tidak jelas atau tidak dikenal, yang ditandai dengan kekuatiran, kekhawatiran, atau ketakutan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Tingkat kecemasan menurun
2. Strategi koping efektif
3. Tingkat manajemen stres efektif
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen ansietas
2. Terapi relaksasi
3. Terapi kognitif
4. Dukungan emosional
Sebagai perawat, saya akan bekerja sama dengan pasien untuk mengelola kecemasan yang dialami terkait rencana operasi. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi:
1. Manajemen ansietas: Mengidentifikasi penyebab dan faktor yang memengaruhi kecemasan pasien, memberikan informasi yang realistis tentang prosedur operasi, dan mengajarkan teknik relaksasi.
2. Terapi relaksasi: Mengajarkan pasien teknik relaksasi seperti napas dalam, visualisasi, atau meditasi untuk membantu menurunkan tingkat kecemasan.
3. Terapi kognitif: Membantu pasien mengidentifikasi dan mengubah pikiran negatif menjadi lebih positif, serta mengembangkan ekspektasi yang realistis.
4. Dukungan emosional: Menyediakan dukungan emosional, mendengarkan secara aktif, dan memfasilitasi diskusi terkait perasaan dan kekhawatiran pasien.
Tujuan akhir dari intervensi ini adalah membantu pasien mengelola kecemasan yang dialami, sehingga dapat menghadapi rencana operasi dengan lebih tenang dan siap. -
Article No. 7481 | 01 Dec 2024
Klinis : preeklampsia
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi preeklampsia dengan tone akademis dan persona sebagai pakar, perawat.
Diagnosa Keperawatan untuk Preeklampsia:
1. Kelebihan Volume Cairan berhubungan dengan penurunan fungsi ginjal akibat preeklampsia.
2. Risiko Syok berhubungan dengan penurunan perfusi jaringan akibat preeklampsia.
3. Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan kecemasan dan distres akibat kondisi preeklampsia.
4. Risiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral berhubungan dengan peningkatan tekanan darah akibat preeklampsia.
Penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- SDKI merupakan standar diagnosis keperawatan yang dikembangkan oleh PPNI untuk memastikan keakuratan dalam mengidentifikasi masalah kesehatan pasien.
- Diagnosa keperawatan pada preeklampsia mencakup masalah cairan, hemodinamik, tidur, dan perfusi serebral yang terkait dengan kondisi patofisiologi preeklampsia.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- SLKI adalah standar yang mengidentifikasi luaran atau hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
- Pada pasien preeklampsia, luaran yang diharapkan adalah tercapainya keseimbangan cairan, stabilitas hemodinamik, pola tidur yang memadai, dan perfusi serebral yang adekuat.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- SIKI merupakan standar yang menggambarkan intervensi keperawatan yang perlu dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
- Intervensi keperawatan pada pasien preeklampsia meliputi pemantauan tanda vital, pembatasan asupan cairan, pemberian obat antihipertensi, manajemen kecemasan, dan pemantauan fungsi serebral.
Dengan mengikuti standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstruktur untuk pasien dengan preeklampsia, sehingga dapat mencapai hasil perawatan yang optimal. -
Article No. 7482 | 01 Dec 2024
Klinis : Klien (Ny. E) Usia 35 tahun dibawa ke UGD salah satu rumah sakit.Ny S sesak nafas, sudah batuk selama 3 bulan tidak sembuh sembuh Pengukuran tanda vital didapatkan: TD 140/90mmHg, N 102x/mnt, S 36C, RR 30x/menit
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
Penyebab: Produksi sekret yang berlebihan, adanya obstruksi jalan napas.
Gejala & Tanda: Sesak napas, batuk tidak produktif, suara napas tambahan, perubahan frekuensi napas.
2. Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan karena keterbatasan kapasitas fisik dan/atau psikologis.
Penyebab: Keterbatasan energi, dispnea.
Gejala & Tanda: Kelelahan, napas pendek saat beraktivitas, peningkatan tanda-tanda vital.
3. Risiko Infeksi
Definisi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat mengganggu kesehatan.
Penyebab: Penurunan sistem imun, pajanan lingkungan yang berisiko.
Gejala & Tanda: Peningkatan suhu, peningkatan frekuensi napas, perubahan warna dan produksi sputum.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah panduan standar untuk mengidentifikasi masalah keperawatan yang dialami oleh klien.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah panduan standar untuk menetapkan hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah panduan standar untuk menetapkan tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mencapai hasil yang diharapkan.
Penggunaan SDKI, SLKI, dan SIKI ini penting untuk memastikan kualitas dan keseragaman dalam praktik keperawatan di Indonesia sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia. -
Article No. 7483 | 01 Dec 2024
Klinis : Risiko Pendarahan b.d Tindakan pembedahan d.d akan dilakukan Tindakan pembedahan hemoroid
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, perkenalkan saya Florence, seorang perawat profesional yang akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi "Risiko Pendarahan b.d Tindakan pembedahan d.d akan dilakukan Tindakan pembedahan hemoroid" dengan nada akademis.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Pendarahan b.d Tindakan pembedahan d.d akan dilakukan Tindakan pembedahan hemoroid
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Pendarahan adalah diagnosis keperawatan yang mengacu pada kemungkinan terjadinya kehilangan darah yang berlebihan dari sistem vaskuler, baik yang tampak maupun tersembunyi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan untuk pasien dengan risiko pendarahan adalah mencegah terjadinya pendarahan, mempertahankan volume cairan dan elektrolit, serta mempertahankan status hemodinamik dalam batas normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi risiko pendarahan meliputi pemantauan tanda-tanda vital, pemantauan perdarahan, manajemen pemberian cairan/elektrolit, serta kolaborasi dengan tim kesehatan lain (seperti ahli bedah) untuk mengelola risiko pendarahan.
Secara umum, perawatan yang komprehensif dan kolaboratif antara perawat, dokter, dan tim kesehatan lainnya sangat penting untuk mengelola risiko pendarahan pada pasien yang akan menjalani tindakan pembedahan hemoroid. -
Article No. 7484 | 01 Dec 2024
Klinis : resiko mutilasi diri pada anak autisme
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi resiko mutilasi diri pada anak autisme adalah:
Risiko Perilaku Destruktif
Definisi: Risiko terjadinya perilaku yang dapat merusak diri sendiri, orang lain, atau lingkungan.
Karakteristik Definisi:
- Gagal untuk mengendalikan dorongan untuk menyakiti diri sendiri
- Menunjukkan perilaku yang berulang untuk merusak diri sendiri
- Memperlihatkan perilaku yang dapat membahayakan diri sendiri
- Tindakan yang merusak atau menyakiti diri sendiri
Populasi Berisiko:
- Anak dengan gangguan spektrum autisme
- Individu dengan masalah kesehatan mental
- Individu dengan riwayat trauma atau penyalahgunaan
Faktor Risiko:
- Gangguan fungsi komunikasi dan interaksi sosial
- Kesulitan mengekspresikan emosi secara tepat
- Kurangnya strategi koping yang efektif
- Lingkungan yang tidak mendukung
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kontrol Perilaku Destruktif
Definisi: Kemampuan individu untuk mengendalikan perilaku yang dapat merusak diri sendiri, orang lain, atau lingkungan.
Indikator:
- Menunjukkan upaya untuk mengendalikan dorongan untuk menyakiti diri sendiri
- Menggunakan strategi koping yang efektif untuk mengurangi perilaku destruktif
- Menunjukkan peningkatan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan tanpa merusak diri sendiri
- Melaporkan penurunan frekuensi perilaku merusak diri
2. Keamanan Diri
Definisi: Kemampuan individu untuk melindungi diri dari bahaya yang dapat menyebabkan cedera.
Indikator:
- Menunjukkan upaya untuk mencegah cedera akibat perilaku merusak diri
- Mengidentifikasi situasi yang dapat memicu perilaku merusak diri
- Meminta bantuan dan dukungan dari orang lain saat merasa ingin melukai diri
- Melaporkan penurunan risiko cedera akibat perilaku merusak diri
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Perilaku
- Identifikasi pemicu perilaku destruktif
- Kembangkan rencana manajemen perilaku yang tepat
- Ajarkan teknik relaksasi dan manajemen stres
- Fasilitasi partisipasi dalam aktivitas yang menyenangkan
2. Dukungan Emosional
- Bangun hubungan saling percaya dengan klien
- Dengarkan secara aktif dan validasi perasaan klien
- Berikan penguatan positif untuk perilaku yang konstruktif
- Libatkan keluarga/orang terdekat dalam memberikan dukungan
3. Pembatasan Lingkungan
- Identifikasi area yang aman bagi klien
- Batasi akses ke alat atau benda yang dapat digunakan untuk melukai diri
- Berikan pengawasan yang memadai sesuai kebutuhan klien
- Kolaborasi dengan tim multidisiplin untuk keamanan klien
Penjelasan rinci:
Anak dengan gangguan spektrum autisme memiliki risiko tinggi untuk melakukan perilaku mutilasi diri akibat adanya kesulitan dalam komunikasi, interaksi sosial, dan regulasi emosi. Intervensi keperawatan yang komprehensif diperlukan untuk mengurangi risiko perilaku destruktif, meningkatkan kontrol perilaku, dan menjaga keamanan diri klien. Manajemen perilaku, dukungan emosional, dan pembatasan lingkungan yang tepat dapat membantu mencapai luaran yang diharapkan, yaitu kontrol perilaku destruktif dan keamanan diri. Kerjasama tim multidisiplin, termasuk keluarga, sangat penting dalam memberikan asuhan keperawatan yang efektif pada anak autisme dengan risiko mutilasi diri. -
Article No. 7485 | 01 Dec 2024
Klinis : resiko mutilasi diri pada anak autisme
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis terkait dengan risiko mutilasi diri pada anak dengan autism:
1. Kode ICD-10:
- Kode: F84.0
- Deskripsi: Autisme infantil
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 94.33
- Deskripsi: Terapi perilaku, modifikasi perilaku
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 F84.0 (Autisme infantil) digunakan untuk menggambarkan kondisi anak dengan gangguan perkembangan yang ditandai dengan defisit sosial dan komunikasi, serta pola perilaku yang terbatas dan repetitif. Anak-anak dengan autisme memiliki risiko yang lebih tinggi untuk melakukan tindakan mutilasi diri, seperti melukai diri sendiri, karena adanya kesulitan dalam mengekspresikan emosi dan perilaku yang tidak adaptif.
2. Kode ICD-9-CM 94.33 (Terapi perilaku, modifikasi perilaku) dapat digunakan untuk menggambarkan intervensi terapeutik yang ditujukan untuk mengurangi risiko mutilasi diri pada anak dengan autisme. Terapi perilaku, seperti modifikasi perilaku, menggunakan teknik-teknik yang dirancang untuk meningkatkan keterampilan sosial, komunikasi, dan manajemen emosi, serta mengurangi perilaku yang merugikan pada anak-anak dengan autisme.
Dalam penanganan kasus ini, pendekatan yang komprehensif dan terstruktur sangat diperlukan, dengan melibatkan tim multidisipliner yang terdiri dari dokter, psikolog, dan terapis. Intervensi yang berfokus pada pengembangan keterampilan sosial, komunikasi, dan manajemen emosi, serta penggunaan teknik modifikasi perilaku, dapat membantu mengurangi risiko mutilasi diri pada anak dengan autisme. -
Article No. 7486 | 01 Dec 2024
Klinis : retinoblastoma
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan untuk Retinoblastoma berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Gangguan Penglihatan
b. Ansietas
c. Nyeri Akut
2. Penjelasan Singkat:
a. Gangguan Penglihatan
- SDKI: Keterbatasan kemampuan penglihatan yang disebabkan oleh adanya gangguan struktur atau fungsi mata.
- SLKI: Pasien dapat mempertahankan fungsi penglihatan seoptimal mungkin.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dilakukan meliputi manajemen nyeri, terapi farmakologi, terapi non-farmakologi, edukasi, dan pemantauan fungsi penglihatan.
b. Ansietas
- SDKI: Respon emosional dan psikologis individu terhadap sumber penyebab kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman.
- SLKI: Pasien dapat mengelola kecemasan yang dirasakan.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dilakukan meliputi manajemen ansietas, terapi relaksasi, terapi kognitif, terapi kelompok, dan pemberian dukungan emosional.
c. Nyeri Akut
- SDKI: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
- SLKI: Pasien dapat melaporkan nyeri dalam batas yang dapat ditoleransi.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dilakukan meliputi manajemen nyeri, terapi farmakologi, terapi non-farmakologi, edukasi, dan pemantauan tanda-tanda vital.
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan retinoblastoma, perawat perlu mempertimbangkan aspek-aspek tersebut untuk memberikan perawatan yang komprehensif dan terpusat pada pasien.