Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 7467 | 01 Dec 2024
Klinis : rasionalisasi SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): 1. Manajemen Jalan Napas - Kegiatan: 1.Lakukan suction pada ETT jika diperlukan untuk mengeluarkan sekret. 2.Berikan posisi semi fowler untuk memfasilitasi drainase sekret. 3.Lakukan fisioterapi dada jika diperlukan untuk memobilisasi sekret. 4.Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (misalnya dokter) untuk pemberian oksigen, bronkodilator, atau mukolitik jika diperlukan.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, dengan adanya manajemen jalan napas yang dilakukan, maka diagnosis keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Rasionalisasi:
Kondisi ini ditandai dengan adanya sekret yang berlebihan di saluran napas yang perlu dikeluarkan melalui suction, posisi semi fowler untuk memfasilitasi drainase sekret, dan fisioterapi dada jika diperlukan untuk memobilisasi sekret. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain juga diperlukan untuk pemberian oksigen, bronkodilator, atau mukolitik jika diperlukan untuk mengatasi masalah bersihan jalan napas yang tidak efektif.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Bersihan Jalan Napas
- Indikator:
1. Jalan napas paten
2. Tidak ada suara napas tambahan
3. Frekuensi napas dalam rentang normal
4. Irama napas teratur
5. Tidak ada sputum yang tertahan
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Jalan Napas
- Kegiatan:
1. Lakukan suction pada ETT jika diperlukan untuk mengeluarkan sekret.
2. Berikan posisi semi fowler untuk memfasilitasi drainase sekret.
3. Lakukan fisioterapi dada jika diperlukan untuk memobilisasi sekret.
4. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (misalnya dokter) untuk pemberian oksigen, bronkodilator, atau mukolitik jika diperlukan.
Penjelasan:
1. Diagnosis keperawatan Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif dipilih karena kondisi pasien menunjukkan adanya sekret yang berlebihan di saluran napas yang perlu dikeluarkan dan dimanajemen.
2. Tujuan luaran yang diharapkan adalah Bersihan Jalan Napas, di mana jalan napas pasien menjadi paten, tidak ada suara napas tambahan, frekuensi dan irama napas dalam rentang normal, serta tidak ada sputum yang tertahan.
3. Intervensi keperawatan yang diperlukan adalah Manajemen Jalan Napas, yang meliputi suction pada ETT jika diperlukan, pemberian posisi semi fowler, fisioterapi dada jika diperlukan, serta kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian oksigen, bronkodilator, atau mukolitik. -
Article No. 7468 | 01 Dec 2024
Klinis : Kanker ludah
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait kondisi kanker ludah berdasarkan kerangka Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dengan tone akademis dan persona pakar/perawat.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI untuk Kanker Ludah:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi kanker ludah adalah "Nyeri Kronis" (SDKI, 2017). Nyeri kronis pada kanker ludah dapat disebabkan oleh infiltrasi tumor pada jaringan sekitar, inflamasi, atau metastasis. Gejala utama yang sering muncul adalah rasa sakit atau nyeri pada area mulut dan tenggorokan, yang dapat memengaruhi kemampuan menelan, berbicara, dan aktivitas sehari-hari pasien.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Kontrol Nyeri: Pasien dapat mengendalikan nyeri dengan menggunakan teknik nonfarmakologis dan farmakologis yang efektif.
b. Kemampuan Merawat Diri: Pasien dapat melakukan aktivitas perawatan diri secara mandiri, termasuk menjaga kebersihan mulut dan menelan makanan.
c. Manajemen Gejala: Pasien dapat mengelola gejala yang timbul akibat kanker ludah, seperti sulit menelan, perubahan suara, dan masalah komunikasi.
d. Dukungan Psikososial: Pasien dan keluarga memperoleh dukungan psikologis dan sosial yang memadai untuk menghadapi tantangan akibat penyakit.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Manajemen Nyeri:
- Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, termasuk lokasi, intensitas, kualitas, dan penyebab nyeri.
- Mengajarkan teknik nonfarmakologis, seperti relaksasi, terapi musik, dan distraksi untuk mengurangi nyeri.
- Berkoordinasi dengan tim kesehatan lain dalam memberikan terapi farmakologis yang sesuai.
- Memantau efektivitas intervensi dan melakukan penyesuaian jika diperlukan.
b. Perawatan Mulut:
- Mengkaji kondisi mulut dan tenggorokan pasien secara rutin.
- Mengajarkan pasien dan keluarga cara menjaga kebersihan mulut, seperti penggunaan obat kumur, pembersihan gigi, dan hidrasi yang cukup.
- Memberikan perawatan mulut sesuai kebutuhan, misalnya penggunaan pelumas untuk mengatasi mulut kering.
c. Manajemen Gejala:
- Mengkaji gejala yang dialami pasien, seperti kesulitan menelan, perubahan suara, dan masalah komunikasi.
- Mengajarkan teknik kompensasi untuk mengatasi gejala, misalnya penggunaan alat bantu komunikasi.
- Berkoordinasi dengan ahli gizi untuk memodifikasi diet sesuai kemampuan menelan pasien.
- Merujuk pasien ke terapi wicara atau ahli lainnya jika diperlukan.
d. Dukungan Psikososial:
- Mengkaji kebutuhan psikososial pasien dan keluarga.
- Memberikan konseling dan dukungan emosional untuk membantu pasien dan keluarga menghadapi penyakit.
- Melibatkan keluarga dalam perawatan dan pengambilan keputusan.
- Merujuk pasien ke ahli psikologi atau konselor jika diperlukan dukungan lebih lanjut.
Penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif dengan tim kesehatan lain diharapkan dapat membantu pasien dengan kanker ludah mencapai luaran yang diharapkan, yaitu kontrol nyeri, peningkatan kemampuan merawat diri, manajemen gejala yang efektif, dan dukungan psikososial yang memadai. -
Article No. 7469 | 01 Dec 2024
Klinis : Pasien anak perempuan, usia 5 tahun, mengalami demam tinggi selama 3 hari, ruam merah di kulit, bintik Koplik di mukosa mulut, batuk kering, dan mata merah. Hasil pemeriksaan menunjukkan kemungkinan campak. Sebutkan diagnosa ICD, SDKI, NANDA, sertakan pula SLKI, SIKI dan kodenya. Sebutkan pemeriksaan penunjang dan obat yang sesuai untuk pasien.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: B05.9
- Deskripsi: Campak, tanpa komplikasi
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Tidak ada tindakan medis spesifik yang termasuk dalam ICD-9-CM untuk kasus ini.
3. Diagnosis Keperawatan NANDA-I:
- Hipertermia terkait proses infeksi viral yang ditandai dengan demam tinggi selama 3 hari.
- Gangguan integritas kulit terkait ruam merah di kulit.
- Ketidakefektifan bersihan jalan napas terkait batuk kering.
- Risiko infeksi terkait kehadiran bintik Koplik di mukosa mulut.
4. Rencana Keperawatan SLKI:
- Manajemen demam
- Perawatan luka/kulit
- Manajemen jalan napas
- Pencegahan infeksi
5. Intervensi Keperawatan SIKI:
- Pemantauan tanda-tanda vital
- Kompres dingin
- Perawatan luka/kulit
- Terapi batuk
- Edukasi pencegahan penularan
6. Pemeriksaan Penunjang:
- Pemeriksaan darah lengkap
- Pemeriksaan IgM dan IgG antibodi campak
7. Penatalaksanaan Farmakologis:
- Antipiretik (paracetamol atau ibuprofen) untuk menurunkan demam
- Antiinflamasi (kortikosteroid) untuk mengurangi inflamasi dan ruam kulit
- Antitusif (dekstrometorfan) untuk mengatasi batuk kering
Dalam kasus ini, pasien anak perempuan usia 5 tahun mengalami gejala demam tinggi, ruam merah di kulit, bintik Koplik di mukosa mulut, batuk kering, dan mata merah, yang mengarah pada diagnosis campak. Penatalaksanaan keperawatan dan medis yang sesuai diperlukan untuk menangani komplikasi dan mencegah penularan penyakit. -
Article No. 7470 | 01 Dec 2024
Klinis : Pasien anak perempuan, usia 5 tahun, mengalami demam tinggi selama 3 hari, ruam merah di kulit, bintik Koplik di mukosa mulut, batuk kering, dan mata merah. Hasil pemeriksaan menunjukkan kemungkinan campak. Sebutkan diagnosa ICD, SDKI, NANDA, sertakan pula SLKI, SIKI dan kodenya. Sebutkan pemeriksaan penunjang dan obat yang sesuai untuk pasien.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, berikut adalah jawaban yang rinci dan terperinci untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan:
Diagnosa Keperawatan:
Diagnosa ICD: B05 - Measles (Campak)
Diagnosa SDKI: Risiko Infeksi Virus
Diagnosa NANDA: Risiko Infeksi
Pemeriksaan Penunjang:
- Pemeriksaan darah lengkap (termasuk hitung sel darah putih)
- Pemeriksaan serologi (antibodi IgM dan IgG terhadap virus campak)
- Pemeriksaan cairan sputum atau nasofaring untuk identifikasi virus campak
Terapi Pengobatan:
- Pemberian obat antipiretik (paracetamol) untuk menurunkan demam
- Pemberian obat antitusif dan ekspektoran untuk mengurangi batuk kering
- Pemberian cairan dan elektrolit secara adekuat untuk mencegah dehidrasi
- Pemberian vitamin A untuk mencegah komplikasi
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
- Pasien terbebas dari risiko infeksi virus campak (Bebas Infeksi Virus)
- Pasien menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal (Tanda Vital dalam Batas Normal)
- Pasien tidak mengalami komplikasi akibat infeksi virus campak (Bebas Komplikasi)
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Monitoring Tanda Vital
- Pemantauan suhu tubuh, laju nadi, laju pernapasan, dan tekanan darah secara berkala
2. Manajemen Demam
- Pemberian obat antipiretik sesuai indikasi
- Pemberian kompres hangat atau dingin untuk menurunkan suhu tubuh
3. Manajemen Batuk
- Pemberian obat antitusif dan ekspektoran sesuai indikasi
- Menganjurkan pasien untuk istirahat yang cukup
4. Pencegahan Komplikasi
- Memastikan asupan cairan dan elektrolit yang adekuat
- Memberikan vitamin A sesuai indikasi
- Mengidentifikasi tanda-tanda komplikasi segera dan memberikan intervensi yang tepat
5. Edukasi Kesehatan
- Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang penyakit campak, gejala, dan cara pencegahannya
- Mengajarkan cara perawatan di rumah dan kapan harus kembali ke fasilitas kesehatan
Dengan penerapan diagnosa, pemeriksaan, pengobatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai, diharapkan pasien dapat pulih dari infeksi virus campak dengan baik dan terhindar dari komplikasi yang mungkin terjadi. -
Article No. 7471 | 01 Dec 2024
Klinis : resiko infeksi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, izinkan saya memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi risiko infeksi.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Infeksi
Definisi:
Risiko Infeksi merupakan kerentanan individu terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat membahayakan kesehatan.
SDKI:
- Faktor risiko: Prosedur invasif, penurunan sistem imun, malnutrisi, usia ekstrem, hiperglikemia, paparan lingkungan yang tidak higienis.
- Gejala dan tanda: Peningkatan suhu tubuh, perubahan warna kulit, nyeri, pembengkakan, drainase, dan perubahan laboratorium.
SLKI:
- Luaran yang diharapkan: Tidak terjadi infeksi, pemulihan kondisi klien, dan tidak ada komplikasi yang timbul.
SIKI:
- Intervensi Keperawatan: Memonitor tanda dan gejala infeksi, menjaga kebersihan dan sterilitas, memberikan perawatan luka, memantau status gizi, dan memberikan edukasi tentang pencegahan infeksi.
Sebagai seorang perawat, saya akan melakukan assessment yang komprehensif, mengidentifikasi faktor risiko, serta merencanakan dan menerapkan intervensi keperawatan yang sesuai untuk mencegah terjadinya infeksi pada pasien. Pemantauan yang ketat dan kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya juga diperlukan untuk mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 7472 | 01 Dec 2024
Klinis : Pada tanggal 24 November 2024 pasien mengeluh sakit pada area pinggang dan kesulitan berjalan, tetapi oleh keluarga tidak segera dibawa periksa ke dokter atau rumah sakit hanya beristirahat saja di rumah. Ke kesokan harinya pasien dibawa ke IGD Rumah Sakit Gunung Jati Cirebon pukul 09.00 WIB. Didapatkan hasil Tekanan Darah 105/90mmHg, Frekuensi Nadi 94x/menit, Nafas 20x/menit, suhu 36,5 derajat, GCS 456. Berdasarkan kondisi klinis, dokter memberikan terapi infus Ringer Lactate dan dilakukan pemeriksaan CT scan, pemeriksaan darah lengkap. Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 28 November 2024 pasien mengatakan bahwa nyeri pada area pinggang bawah yang menjalar sampai ke belakang leher, jalan harus dibantu oleh keluarga atau harus memegang tembok.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) berdasarkan kondisi kasus yang diberikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan cedera muskuloskeletal, ditandai dengan keluhan nyeri pada area pinggang dan sulit berjalan.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Nyeri akut: pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
- Penyebab utama: cedera muskuloskeletal.
- Karakteristik: pasien mengeluh nyeri pada area pinggang yang menjalar ke belakang leher, serta kesulitan berjalan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Tujuan: pasien dapat melaporkan penurunan nyeri, dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan bantuan minimal, dan dapat berjalan dengan mandiri.
- Kriteria hasil: 1) Pasien dapat melaporkan penurunan skala nyeri, 2) Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan bantuan minimal, 3) Pasien dapat berjalan dengan mandiri.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen nyeri: intervensi untuk memfasilitasi pengurangan nyeri yang dialami pasien.
- Mobilisasi: intervensi untuk memfasilitasi pergerakan dan aktivitas pasien.
- Edukasi terkait manajemen nyeri dan mobilisasi. -
Article No. 7473 | 01 Dec 2024
Klinis : pasien laki laki datang dengan keluhan sakit kepala 1 minggu, sakit perut diagnosa awal abdominal discomper+ht urgency
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien:
1. Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah tersebut (International Association for the Study of Pain).
Tanda dan Gejala: Pasien mengeluhkan sakit kepala dan sakit perut, yang merupakan tanda-tanda nyeri akut.
2. Gangguan Eliminasi Urin
Definisi: Perubahan dalam frekuensi, jumlah, penampilan, atau kemampuan untuk mengosongkan kandung kemih yang dianggap tidak normal.
Tanda dan Gejala: Pasien mengalami urgency, yang merupakan tanda dari gangguan eliminasi urin.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Nyeri Akut
- Pasien melaporkan penurunan tingkat nyeri.
- Pasien menggunakan teknik manajemen nyeri yang efektif.
- Pasien menunjukkan perilaku yang mengurangi nyeri.
2. Gangguan Eliminasi Urin
- Pasien melaporkan pola berkemih yang normal.
- Pasien menunjukkan kemampuan untuk mengosongkan kandung kemih secara efektif.
- Pasien melaporkan tidak ada keluhan terkait gangguan eliminasi urin.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Nyeri Akut
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, intensitas, dan faktor presipitasi).
- Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi nyeri, seperti stres, kecemasan, atau aktivitas.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian analgesik dan terapi lainnya.
- Ajarkan pasien teknik manajemen nyeri, seperti relaksasi, distraksi, atau terapi komplementer.
- Pantau respons pasien terhadap intervensi yang diberikan.
2. Gangguan Eliminasi Urin
- Kaji pola eliminasi urin pasien, termasuk frekuensi, volume, warna, dan adanya keluhan.
- Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi eliminasi urin, seperti intake cairan, aktivitas, atau obat-obatan.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk menangani penyebab gangguan eliminasi urin.
- Ajarkan pasien teknik untuk mengosongkan kandung kemih secara efektif, seperti memicu berkemih atau mengurangi intake cairan sebelum tidur.
- Pantau dan evaluasi progress pasien dalam mencapai pola eliminasi urin yang normal.
Dalam memberikan Asuhan Keperawatan, perawat perlu mempertimbangkan kondisi klinis pasien secara menyeluruh, melakukan pengkajian yang komprehensif, dan berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya untuk mencapai tujuan Luaran yang diharapkan. -
Article No. 7474 | 01 Dec 2024
Klinis : Risiko ketidakseimbangan cairan b.d perdarahan d.d prokab haemoroid
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan hormat, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk tindakan medis yang sesuai dengan kondisi yang Anda sampaikan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R63.6
- Deskripsi: Risiko ketidakseimbangan cairan terkait perdarahan akibat prokab hemoroid.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 46.23
- Deskripsi: Prosedur hemoroidektomi, eksisi atau destruksi hemoroid, dengan penggunaan sumber energi (misalnya, listrik, laser, inframerah, koagulasi).
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 R63.6 (Risiko ketidakseimbangan cairan) sesuai dengan kondisi pasien yang mengalami risiko ketidakseimbangan cairan akibat perdarahan terkait prokab hemoroid.
2. Kode ICD-9-CM 46.23 (Prosedur hemoroidektomi) dapat digunakan jika pasien menjalani tindakan pengangkatan atau perusakan hemoroid sebagai intervensi untuk mengatasi kondisi tersebut.
Jika ada pertanyaan lebih lanjut, saya siap untuk membantu. -
Article No. 7475 | 01 Dec 2024
Klinis : Risiko ketidakseimbangan cairan b.d perdarahan d.d prokab haemoroid
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Ketidakseimbangan Cairan berhubungan dengan Perdarahan sekunder karena hemoroid.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Risiko Ketidakseimbangan Cairan didefinisikan sebagai keadaan di mana individu berisiko mengalami peningkatan atau penurunan volume cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraselular, yang dapat membahayakan kesehatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah pasien dapat mempertahankan keseimbangan cairan yang adekuat, ditandai dengan tanda-tanda vital yang stabil, perfusi jaringan yang baik, dan tidak ada tanda-tanda dehidrasi atau overload cairan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Pemantauan Tanda Vital
2. Pemantauan Intake dan Output Cairan
3. Manajemen Perdarahan
4. Pemberian Cairan Intravena
5. Edukasi Manajemen Hemoroid
Dengan pendekatan berbasis SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandarisasi untuk mengatasi risiko ketidakseimbangan cairan pada pasien dengan hemoroid. -
Article No. 7476 | 01 Dec 2024
Klinis : Mata merah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi yang Anda berikan, yaitu mata merah, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menurut standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan
Penjelasan Singkat:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan adalah ketidakmampuan untuk mengidentifikasi, mengelola, dan/atau mencari bantuan untuk memelihara kesehatan.
- Karakteristik Definisi: Mata merah, perubahan penampilan, ketidakmampuan untuk melakukan perawatan diri, kurangnya pengetahuan tentang perawatan kesehatan.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan adalah Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Efektif, yaitu kemampuan individu untuk mengidentifikasi, mengelola, dan/atau mencari bantuan untuk memelihara kesehatan.
- Indikator Hasil: Menunjukkan pemahaman tentang kondisi kesehatan, menjelaskan tindakan perawatan yang dibutuhkan, melakukan tindakan perawatan sesuai rencana.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi yang dapat dilakukan adalah Pembelajaran: Pengobatan, yaitu membantu individu memahami dan mengelola pengobatan untuk meningkatkan/mempertahankan kesehatan.
- Aktivitas Keperawatan: Menilai pemahaman pasien tentang kondisi, menjelaskan pengobatan yang diperlukan, membantu pasien mengembangkan rencana perawatan.
Dalam konteks ini, dengan tone akademis dan persona pakar/perawat, perawat dapat memberikan edukasi dan bimbingan kepada pasien untuk memahami kondisi mata merah, menjelaskan tindakan perawatan yang diperlukan, dan membantu pasien dalam menyusun rencana perawatan yang efektif.