Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 7457 | 01 Dec 2024
Klinis : Ny. A datang ke RS mengeluhkan perutnya kenceng - kenceng yang makin lama makin kuat dan sering, serta mengeluarkan lendir darah dari jalan lahir. Menurut Ny A,, harusnya Taksiran Persalinan masih 2 minggu lagi. Ny A kelihatan cemas dan menanyakan apakah dia akan melahirkan? Kemudian dilakukan pemeriksaan vaginal touche, untuk mengetahui pembukaan serviks dan penurunan kepala bayi. Tanda-tanda vital TD 130/80 mmHg, Nadi: 84x/mnt, S:36,5c, RR: 20x/mnt . Abdomen: bentuk bulat memanjang dari pemeriksaan didapatkan kepala berada di Hodge 3, Bagian terbawah sudah masuk 3/5, station 0, jalan lahir tidak ada benjolan, portio tipis lunak, pembukaan serviks 3-4 cm dan ketuban masih utuh. 4 Jam kemudian ibu mules semakin kencang , ibu ada keinginan mengejan ,pembukaan lengkap, denyut jantung janin 138 kali permenit, his reguler, dari hasil pemeriksaan diputuskan untuk menyiapkan persalinan. kemudian bayi lahir, dengan jenis kelamin perempuan dengan APGAR score 8 – 9. Dilakukan inisiasi menyusui dini.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan memperhatikan kondisi Ny. A yang datang ke rumah sakit dengan keluhan perut kenceng-kenceng yang makin lama makin kuat dan sering, serta mengeluarkan lendir darah dari jalan lahir, dapat disimpulkan bahwa Ny. A mengalami Risiko Persalinan Preterm.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
1. Risiko Persalinan Preterm
Definisi: Keadaan di mana ibu hamil memiliki risiko melahirkan bayi sebelum usia kehamilan 37 minggu.
Faktor Risiko: Riwayat persalinan preterm sebelumnya, perdarahan antepartum, infeksi, hipertensi, multiparitas, kehamilan ganda, dan kelainan uterus.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Risiko Persalinan Preterm Terkendali
Kriteria Hasil:
- Ibu dapat mengenali tanda-tanda persalinan preterm
- Tidak terjadi persalinan preterm
- Tidak ada komplikasi yang muncul selama kehamilan
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Risiko Persalinan Preterm
- Identifikasi faktor risiko persalinan preterm pada ibu
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengelola faktor risiko
- Pantau tanda-tanda persalinan preterm secara berkala
- Berikan edukasi kepada ibu dan keluarga mengenai tanda-tanda persalinan preterm dan pentingnya melakukan pemantauan
- Berikan dukungan emosional kepada ibu untuk mengurangi kecemasan
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan persalinan preterm jika terjadi
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan "Risiko Persalinan Preterm" dipilih karena Ny. A menunjukkan gejala-gejala yang mengindikasikan adanya risiko persalinan sebelum usia kehamilan 37 minggu, seperti kontraksi uterus yang semakin kuat dan sering, serta pengeluaran lendir darah dari jalan lahir. Tanda-tanda vital dan pemeriksaan fisik juga mendukung adanya kemajuan proses persalinan pada usia kehamilan yang lebih dini dari perkiraan.
Luaran yang diharapkan adalah "Risiko Persalinan Preterm Terkendali", di mana ibu dapat mengenali tanda-tanda persalinan preterm, tidak terjadi persalinan preterm, dan tidak ada komplikasi yang muncul selama kehamilan. Intervensi keperawatan yang diperlukan adalah manajemen risiko persalinan preterm, termasuk identifikasi faktor risiko, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, pemantauan tanda-tanda persalinan preterm, edukasi kepada ibu dan keluarga, serta dukungan emosional untuk mengurangi kecemasan. -
Article No. 7458 | 01 Dec 2024
Klinis : dona telah melakukann operasi patah tulang pada 2 bulan yang lalu ia mengeluh nyeri pada jahitan yang terdapat di kulit serta ia kesulitan untuk tidur karena nyeri yang seringkali tiba tiba muncul. dona selalu merasa gelisah dengan kondisinya. tekanan darah 140/90 mmHg, dan Frek nadi 100 permenit, tampak meringis gelisah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang disampaikan, berikut adalah diagnosis keperawatan beserta penjelasan singkat menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosis Keperawatan:
1. Nyeri akut
Definisi (SDKI):
Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang dijelaskan dalam istilah kerusakan tersebut (International Association for the Study of Pain).
Faktor Terkait (SDKI):
- Cedera fisik (operasi patah tulang)
Gejala dan Tanda Klinik (SDKI):
- Laporan pasien tentang nyeri
- Ekspresi wajah menunjukkan nyeri
- Gelisah
Rencana Intervensi (SLKI):
- Manajemen nyeri
- Pemberian analgesik
- Relaksasi
Kriteria Hasil (SIKI):
- Pasien melaporkan nyeri berkurang
- Pasien tampak rileks
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
2. Gangguan pola tidur
Definisi (SDKI):
Perubahan dalam kualitas atau kuantitas tidur yang mengganggu fungsi seseorang.
Faktor Terkait (SDKI):
- Nyeri
Gejala dan Tanda Klinik (SDKI):
- Pasien melaporkan sulit tidur
- Gelisah
Rencana Intervensi (SLKI):
- Manajemen nyeri
- Terapi relaksasi
- Edukasi tentang tidur yang baik
Kriteria Hasil (SIKI):
- Pasien melaporkan tidur lebih baik
- Pasien tampak tenang dan rileks
Dengan menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari PPNI, diagnosis keperawatan yang sesuai dengan kondisi yang disampaikan adalah nyeri akut dan gangguan pola tidur. Diagnosis ini disertai dengan penjelasan singkat mengenai definisi, faktor terkait, gejala dan tanda klinik, rencana intervensi, serta kriteria hasil yang diharapkan. -
Article No. 7459 | 01 Dec 2024
Klinis : Pasien sudah mengalami gangguan pernafasan selama lima tahun iya mengeluh karena penyakitnya tak kunjung membaik pasien mengungkapkan tidak memahami penyakit yang ia derita selama ini pasien mengeluh karena ia kesulitan untuk berobat karena faktor ekonomi dan faktor keluarga yang tidak mendukung pengobatan penyakit yang ia derita
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
2. Defisit Pengetahuan terkait Penyakit
3. Keterbatasan Mobilitas Fisik
Penjelasan Singkat:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
- SDKI: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
- SLKI: Peningkatan kemampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk memfasilitasi pembersihan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
2. Defisit Pengetahuan terkait Penyakit
- SDKI: Kurangnya atau tidak adanya informasi kognitif terkait penyakit yang diderita.
- SLKI: Peningkatan pengetahuan terkait penyakit yang diderita.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk meningkatkan pengetahuan pasien terkait penyakit yang diderita.
3. Keterbatasan Mobilitas Fisik
- SDKI: Keterbatasan dalam kemampuan untuk melakukan pergerakan yang disengaja dan terarah secara independen.
- SLKI: Peningkatan kemampuan untuk melakukan pergerakan yang disengaja dan terarah secara independen.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk memfasilitasi peningkatan kemampuan pasien dalam melakukan pergerakan yang disengaja dan terarah secara independen.
Dalam kondisi ini, pasien mengalami gangguan pernapasan selama lima tahun, mengeluh penyakitnya tidak kunjung membaik, tidak memahami penyakitnya, dan mengalami kesulitan untuk berobat karena faktor ekonomi dan dukungan keluarga yang tidak memadai. Dengan demikian, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas, Defisit Pengetahuan terkait Penyakit, dan Keterbatasan Mobilitas Fisik. Intervensi keperawatan yang dilakukan akan berfokus pada memfasilitasi pembersihan saluran napas, meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakitnya, dan membantu pasien dalam meningkatkan mobilitas fisiknya. -
Article No. 7460 | 01 Dec 2024
Klinis : Tanggal berapa sekarang
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat dari SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pada tanggal hari ini.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Infeksi Berhubungan dengan Prosedur Invasif
Penjelasan:
Risiko Infeksi Berhubungan dengan Prosedur Invasif adalah suatu kondisi di mana individu memiliki kemungkinan untuk terkena infeksi akibat prosedur medis yang melibatkan penetrasi kulit atau membran mukosa, seperti pemasangan kateter, pemberian obat intravena, atau tindakan lainnya.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Definisi: Keadaan di mana individu berisiko terkena infeksi akibat prosedur medis yang melibatkan penetrasi kulit atau membran mukosa.
Faktor Risiko: Prosedur invasif, kebersihan tangan yang tidak memadai, teknik aseptik yang tidak tepat.
Gejala dan Tanda: Peningkatan suhu tubuh, peradangan, kemerahan, bengkak, dan drainase pada area tindakan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan: Individu bebas dari infeksi terkait prosedur invasif.
Kriteria Hasil: Suhu tubuh normal, tidak ada tanda-tanda infeksi lokal atau sistemik, serta proses penyembuhan luka berjalan dengan baik.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi Keperawatan: Mempertahankan teknik aseptik, memonitor tanda-tanda infeksi, menjaga kebersihan tangan, dan melakukan perawatan luka yang tepat.
Tanggal hari ini adalah [Masukkan tanggal saat ini]. -
Article No. 7461 | 01 Dec 2024
Klinis : Keluarga mengungkapkan tidak mengetahui akibat masalah kesehatan yang dialami keluarga Keluarga mengungkapkan tidak mengetahui cara merawat anggota keluarga
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Defisit Pengetahuan Keluarga
Definisi:
Kurangnya informasi kognitif yang dimiliki keluarga tentang suatu masalah kesehatan yang dialami anggota keluarga.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Defisit Pengetahuan Keluarga adalah ketidakcukupan informasi kognitif yang dimiliki keluarga tentang suatu kondisi kesehatan, perawatan, dan pengobatan yang diperlukan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan meliputi peningkatan pengetahuan keluarga tentang kondisi kesehatan, perawatan, dan pengobatan yang diperlukan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan adalah memberikan pendidikan kesehatan, konseling, dan fasilitasi dalam pengambilan keputusan.
Dengan pendekatan akademis dan persona sebagai pakar perawat, dapat dijelaskan bahwa keluarga memerlukan informasi yang komprehensif terkait kondisi kesehatan anggota keluarga, cara perawatannya, serta pengobatan yang diperlukan. Hal ini penting agar keluarga dapat memahami situasi dan dapat terlibat secara aktif dalam memberikan perawatan yang tepat. -
Article No. 7462 | 01 Dec 2024
Klinis : tampak lebih banyak berbaring Hasil GDS 73 gr/Dl Hasil Asam Urat 6.7 mg/dl Tekanan Darah selama 3 hari pengkajian rutin mengkonsumsi obat amlodipin : tgl 6/5/2024 :135/98 mmHg tgl 7/5/2024: 138/95 mmHg tgl 8/5/2024: 138/98 mmHg
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda deskripsikan, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan keterbatasan fisik.
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Intoleransi Aktivitas adalah ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan, yang disebabkan oleh keterbatasan fisik, psikologis, perkembangan, atau situasional.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan:
- Klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
- Klien menunjukkan peningkatan toleransi aktivitas.
- Klien melaporkan peningkatan energi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi Keperawatan:
- Monitoring tanda-tanda vital
- Manajemen energi
- Peningkatan mobilitas
- Edukasi terkait aktivitas yang sesuai dengan kondisi
Berdasarkan data yang diberikan, klien tampak lebih banyak berbaring, serta memiliki hasil pemeriksaan laboratorium yang menunjukkan adanya peningkatan kadar gula darah dan asam urat. Selain itu, klien juga memiliki tekanan darah yang belum terkontrol dengan baik meskipun sedang mengonsumsi obat antihipertensi. Kondisi-kondisi ini dapat menyebabkan keterbatasan fisik dan intoleransi aktivitas pada klien. -
Article No. 7463 | 01 Dec 2024
Klinis : Pasien anak perempuan, usia 5 tahun, mengalami demam tinggi selama 3 hari, ruam merah di kulit, bintik Koplik di mukosa mulut, batuk kering, dan mata merah. Hasil pemeriksaan menunjukkan kemungkinan campak. Sebutkan diagnosa ICD dan SDKI, dan NANDA, Beserta SLKI, SIKI dan kodenya. Sebutkan pula pemeriksaan penunjang dan obat yang sesuai untuk pasien
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan mempertimbangkan kondisi pasien anak perempuan berusia 5 tahun yang mengalami demam tinggi selama 3 hari, ruam merah di kulit, bintik Koplik di mukosa mulut, batuk kering, dan mata merah, dengan kemungkinan diagnosa campak, maka dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: B05.9
- Deskripsi: Campak, tanpa komplikasi
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ada tindakan medis yang teridentifikasi pada informasi yang diberikan.
3. Diagnosa SDKI:
- Diagnosa: Risiko infeksi
- Kode: 00004
4. Diagnosa NANDA:
- Diagnosa: Risiko infeksi
- Kode: 00004
5. Intervensi Keperawatan (SLKI):
- Intervensi: Manajemen demam
- Kode: 3740
6. Intervensi Keperawatan (SIKI):
- Intervensi: Pemberian obat demam
- Kode: I0050
- Intervensi: Pemantauan tanda-tanda vital
- Kode: I0120
7. Pemeriksaan Penunjang:
- Pemeriksaan laboratorium: Pemeriksaan darah lengkap untuk mendeteksi perubahan hematologi akibat infeksi virus campak.
- Pemeriksaan pencitraan: Tidak diperlukan kecuali untuk memeriksa komplikasi.
8. Terapi Obat:
- Obat antipiretik: Paracetamol atau ibuprofen untuk menurunkan demam.
- Obat antitusif: Dapat diberikan jika batuk mengganggu.
- Obat antivirus: Tidak diperlukan, karena campak biasanya sembuh dengan perawatan suportif.
Dalam penanganan pasien, fokus utama adalah memberikan perawatan suportif, memantau tanda-tanda vital, dan mengelola gejala seperti demam dan batuk. Pemeriksaan penunjang diperlukan untuk memastikan diagnosis dan memantau komplikasi. Terapi obat diberikan secara simptomatik untuk mengelola gejala. -
Article No. 7464 | 01 Dec 2024
Klinis : Pasien anak perempuan, usia 5 tahun, mengalami demam tinggi selama 3 hari, ruam merah di kulit, bintik Koplik di mukosa mulut, batuk kering, dan mata merah. Hasil pemeriksaan menunjukkan kemungkinan campak. Sebutkan diagnosa ICD dan SDKI, dan NANDA, Beserta SLKI, SIKI dan kodenya. Sebutkan pula pemeriksaan penunjang dan obat yang sesuai untuk pasien
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Diagnosa SDKI: Risiko Infeksi Virus Campak
- Kode SDKI: 06.04
- Definisi: Kerentanan mengalami infeksi virus campak yang dapat menyebabkan komplikasi serius.
2. Diagnosa NANDA: Risiko Infeksi
- Kode NANDA: 00004
- Definisi: Rentan untuk invasi dan multiplikasi organisme patogen, yang dapat membahayakan kesehatan.
Pemeriksaan Penunjang:
- Pemeriksaan laboratorium: Pemeriksaan darah lengkap, serologi virus campak (IgM dan IgG)
- Pemeriksaan diagnostik: Pemeriksaan fisik (demam, ruam, bintik Koplik, konjungtivitis)
Obat yang Sesuai:
- Parasetamol atau ibuprofen untuk menurunkan demam
- Antibiotik (jika ada infeksi sekunder)
- Vitamin A (untuk mencegah komplikasi)
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Kontrol Tanda Vital
- Kode SLKI: 0802
- Definisi: Mempertahankan tanda-tanda vital dalam rentang normal.
2. Kontrol Infeksi
- Kode SLKI: 1807
- Definisi: Mencegah atau mengendalikan infeksi pada individu.
3. Manajemen Demam
- Kode SLKI: 0800
- Definisi: Mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Monitoring Tanda Vital
- Kode SIKI: 06001
- Definisi: Mengumpulkan dan memeriksa data tanda-tanda vital secara berkala.
2. Manajemen Demam
- Kode SIKI: 06021
- Definisi: Mengambil tindakan untuk menurunkan suhu tubuh yang meningkat.
3. Manajemen Infeksi
- Kode SIKI: 08101
- Definisi: Melakukan tindakan untuk mencegah atau mengendalikan infeksi pada individu.
4. Edukasi Kesehatan
- Kode SIKI: 01801
- Definisi: Memberikan informasi tentang kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku.
Penjelasan Rinci:
Pasien anak perempuan usia 5 tahun dengan gejala demam tinggi, ruam merah di kulit, bintik Koplik di mukosa mulut, batuk kering, dan mata merah menunjukkan kemungkinan diagnosis campak. Diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah Risiko Infeksi Virus Campak, yang menunjukkan kerentanan pasien terhadap infeksi virus campak yang dapat menyebabkan komplikasi serius. Diagnosa NANDA yang sesuai adalah Risiko Infeksi, yang menunjukkan rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen.
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah pemeriksaan laboratorium (darah lengkap, serologi virus campak) dan pemeriksaan diagnostik (pemeriksaan fisik). Obat-obatan yang sesuai adalah parasetamol atau ibuprofen untuk menurunkan demam, antibiotik (jika ada infeksi sekunder), dan vitamin A untuk mencegah komplikasi.
Luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan mencakup Kontrol Tanda Vital, Kontrol Infeksi, dan Manajemen Demam. Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut meliputi Monitoring Tanda Vital, Manajemen Demam, Manajemen Infeksi, dan Edukasi Kesehatan.
Tujuan keseluruhan asuhan keperawatan adalah untuk memantau dan mengendalikan tanda-tanda vital pasien, mencegah atau mengendalikan infeksi, mengelola demam, serta memberikan edukasi kesehatan kepada pasien dan keluarga untuk meningkatkan pemahaman dan kemampuan dalam merawat kondisi tersebut. -
Article No. 7465 | 01 Dec 2024
Klinis : - Sputum di ett berlebih - Suara ronkhi - Ro thorax gbr bronchopneumonia - Terpasang ett
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: J15.8
- Deskripsi: Bronchopneumonia, organisme tidak diklasifikasi di tempat lain
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 96.04
- Deskripsi: Intubasi endotrakeal
Penjelasan:
Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, pasien menunjukkan gejala-gejala bronchopneumonia, yaitu:
- Sputum di endotrakeal tube (ETT) yang berlebih, menandakan adanya sekresi yang berlebihan di saluran napas.
- Suara ronkhi yang terdengar, mengindikasikan adanya konsolidasi atau eksudasi di saluran napas.
- Hasil rontgen toraks menunjukkan gambaran bronchopneumonia.
Kode ICD-10 yang sesuai adalah J15.8, yang menunjukkan bronchopneumonia disebabkan oleh organisme yang tidak diklasifikasi di tempat lain. Hal ini karena tidak ada etiologi spesifik yang disebutkan dalam kasus ini.
Selain itu, pasien juga terpasang endotrakeal tube (ETT), yang merupakan prosedur intubasi endotrakeal. Kode ICD-9-CM untuk prosedur ini adalah 96.04.
Tindakan intubasi endotrakeal dilakukan untuk mempertahankan jalan napas pasien dan membantu proses ventilasi mekanik, yang sering dibutuhkan pada kasus bronchopneumonia dengan gejala yang berat. -
Article No. 7466 | 01 Dec 2024
Klinis : - Sputum di ett berlebih - Suara ronkhi - Ro thorax gbr bronchopneumonia - Terpasang ett
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang dikeluarkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan fungsi pernapasan yang optimal.
- Gejala yang tampak: Sputum di ETT berlebih, suara ronkhi, dan gambaran foto toraks yang menunjukkan bronchopneumonia.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Permeabilitas Jalan Napas Meningkat
- Kriteria hasil: Terdapat peningkatan kemampuan untuk membersihkan saluran pernapasan dan mempertahankan fungsi pernafasan yang optimal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Jalan Napas
- Tujuan: Mempertahankan dan memperbaiki permeabilitas jalan napas.
- Kegiatan:
- Lakukan suction pada ETT jika diperlukan untuk mengeluarkan sekret.
- Berikan posisi semi fowler untuk memfasilitasi drainase sekret.
- Lakukan fisioterapi dada jika diperlukan untuk memobilisasi sekret.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (misalnya dokter) untuk pemberian oksigen, bronkodilator, atau mukolitik jika diperlukan.
Dalam kasus ini, dengan tone akademis dan persona pakar, perawat berperan sebagai sumber informasi dan edukator bagi pasien dan keluarga mengenai manajemen jalan napas yang efektif.