Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 7552 | 02 Dec 2024
Klinis : Seorang wanita (60 tahun) dirawat dengan keluhan sesak nafas. Hasil pengkajian didapatkan pasien batuk, TD 130/90 mmHg, N 56x/menit, RR 24x/menit, hasil auskultasi didapatkan ronkhi pada semua lapang paru. Hasil EKG menunjukkan adanya bradikardia dan Q patologis pada lead II, III, AVF dan V5 - V6. Hasil rontgen thoraks didapatkan adanya efusi pleura dekstra dan LVH.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan persona pakar dan nurse, berikut diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi tersebut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan penurunan fungsi paru-paru akibat efusi pleura dan LVH.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Definisi: Ketidakmampuan mempertahankan oksigenasi yang adekuat.
Batasan Karakteristik: Sesak napas, takipnea, bunyi napas abnormal, sianosis.
Faktor Berhubungan: Penyakit paru-paru, edema paru, efusi pleura.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran Keperawatan: Pertukaran Gas Yang Efektif
Indikator:
1. Frekuensi napas dalam rentang normal
2. Irama pernapasan teratur
3. Bunyi napas normal
4. Kadar oksigen dalam darah normal
5. Tidak ada tanda-tanda sianosis
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi Keperawatan:
1. Manajemen Jalan Napas
2. Manajemen Oksigenasi
3. Manajemen Efusi Pleura
Tindakan Keperawatan:
- Memantau status pernapasan
- Mengatur posisi semi-fowler
- Mengobservasi respons terhadap oksigen
- Melakukan pemeriksaan penunjang (rontgen thoraks, EKG)
- Berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penatalaksanaan efusi pleura
Kesimpulan: Diagnosa keperawatan utama adalah Gangguan Pertukaran Gas yang disebabkan oleh efusi pleura dan LVH. Intervensi keperawatan yang dapat diberikan meliputi manajemen jalan napas, oksigenasi, dan efusi pleura untuk mencapai luaran pertukaran gas yang efektif. -
Article No. 7553 | 02 Dec 2024
Klinis : Ny. S (72 tahun) dirawat sejak 4 hari yang lalu dengan nyeri dada dan sesak nafas. Hasil pengkajian didapatkan nyeri skala 6 hilang timbul kan menjalar sampai ke punggung dan terdapat ronkhi pada kedua lapang paru. Keluarga mengatakan pasien sesak nafas setelah mandi dan pasien memiliki riwayat operasi by pass jantung 11 tahun yang lalu. Hasil pemeriksaan ECHO pasien didapatkan EF 62% dan terdapat gangguan fungsi diastolik.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Ibu. Berdasarkan informasi yang Ibu berikan, kondisi Ny. S (72 tahun) dapat didiagnosis dengan:
1. Diagnosa Keperawatan: Intoleransi Aktivitas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau dibutuhkan, yang dapat mengakibatkan kelelahan.
- Penyebab: Peningkatan kebutuhan metabolik, gangguan fungsi kardiovaskular, dan gangguan fungsi respirasi.
- Gejala: Nyeri dada, sesak napas, dan adanya ronki pada kedua lapangan paru.
Menurut Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), penanganan yang dapat dilakukan adalah:
1. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
- Toleransi Aktivitas Meningkat
- Tingkat Kelelahan Terkendali
2. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
- Manajemen Aktivitas
- Manajemen Energi
- Manajemen Nyeri
Penjelasan singkat:
Ny. S memiliki riwayat operasi bypass jantung 11 tahun yang lalu dan saat ini mengalami nyeri dada, sesak napas, serta adanya ronki pada kedua lapangan paru. Hal ini menunjukkan adanya gangguan fungsi kardiovaskular dan respirasi yang menyebabkan intoleransi aktivitas. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi manajemen aktivitas, manajemen energi, dan manajemen nyeri untuk meningkatkan toleransi aktivitas dan mengendalikan tingkat kelelahan Ny. S.
Semoga informasi ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lain, jangan ragu untuk menanyakannya. Wassalamu'alaikum. -
Article No. 7554 | 02 Dec 2024
Klinis : Tn. T (45 tahun) dirawat di unit saraf dengan trauma kepala ringan. Hasil pengkajian didapatkan pasien mengeluh nyeri kepala skala 5, tampak hematoma palpebra, pasien tampak bingung ketika ditanya, tampak mengantuk, GCS 14, TD 130/90 mmHg, N 72x/menit, RR 20x/menit dan S 37oC. Hasil CT scan menunjukkan adanya SDH. Saat ini pasien terpasang kateter, infus RL 20 tpm dan manitol 100 cc/6 jam
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda berikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat, serta standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
1. Diagnosa Keperawatan: Risiko Ketidakstabilan Serebral
Penjelasan Singkat:
Tn. T mengalami trauma kepala ringan yang dapat menyebabkan risiko ketidakstabilan serebral, seperti peningkatan tekanan intrakranial, perdarahan otak, dan penurunan fungsi saraf pusat. Hal ini ditandai dengan gejala nyeri kepala, hematoma palpebra, kebingungan, dan penurunan kesadaran (GCS 14).
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Ketidakstabilan Serebral
Definisi: Risiko terjadinya perubahan struktur dan fungsi otak yang dapat mengakibatkan penurunan kapasitas otak untuk mempertahankan homeostasis.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Stabilitas Serebral
2. Fungsi Saraf
3. Kesadaran
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Pemantauan Fungsi Serebral
2. Manajemen Peningkatan Tekanan Intrakranial
3. Manajemen Perdarahan Intrakranial
Tone = akademis, persona = pakar, nurse = sesuai dengan profil yang diberikan. -
Article No. 7555 | 02 Dec 2024
Klinis : Ny. W (62 tahun) dirawat di ruang penyakit dalam sejak 6 hari yang lalu. Hasil pengkajian didapatkan pasien mengeluh sesak nafas, merasa lemas, cemas dengan keadaannya, TD 160/110 mmHg, N 114x/menit, RR 24x/menit, S 37oC, bibir tampak pucat, akral dingin dan terdengar ronkhi pada kedua lapang paru. Saat ini pasien terpasang nasal kanul 3 lpm.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, kondisi Ny. W (62 tahun) dapat didiagnosis dengan Diagnosa Keperawatan :
1. Ketidakefektifan Pola Napas
- SDKI : Gangguan Ventilasi
- SLKI : Perbaikan Pola Napas
- SIKI : Manajemen Jalan Napas
Penjelasan singkat :
- Pasien mengeluh sesak napas, dengan tanda-tanda vital yang menunjukkan adanya gangguan pernapasan (TD, nadi, respirasi).
- Diagnosa ini mengindikasikan adanya ketidakefektifan dalam proses pertukaran gas, sehingga memerlukan intervensi untuk memperbaiki pola napas dan manajemen jalan napas.
2. Kecemasan
- SDKI : Kecemasan
- SLKI : Pengurangan Kecemasan
- SIKI : Terapi Relaksasi
Penjelasan singkat :
- Pasien merasa cemas dengan keadaannya, yang dapat memengaruhi kondisi fisik dan psikologis.
- Diagnosa ini menunjukkan perlunya intervensi untuk mengurangi kecemasan, seperti terapi relaksasi.
3. Intoleransi Aktivitas
- SDKI : Intoleransi Aktivitas
- SLKI : Peningkatan Toleransi Aktivitas
- SIKI : Manajemen Energi
Penjelasan singkat :
- Pasien merasa lemas, yang dapat mengindikasikan adanya intoleransi terhadap aktivitas.
- Diagnosa ini menyatakan perlunya intervensi untuk meningkatkan toleransi pasien dalam beraktivitas, seperti manajemen energi.
Catatan:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
- Standar-standar ini ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). -
Article No. 7556 | 02 Dec 2024
Klinis : Seorang laki - laki (35 tahun) dirawat di bangsal bedah hari ke 4 dengan fraktur tibia fibula dekstra. Pasien telah menjalani operasi sejak hari pertama masuk rumah sakit. Hasil pengkajian didapatkan pasien mengeluh balutan pada kakinya terlalu ketat sehingga kakinya terasa kram dan kebas, kaki terasa nyeri, akral dingin dan pasien tidak dapat merasakan ujung kakinya
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dijelaskan, dapat diberikan beberapa diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkatnya mengacu pada SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
1. Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Perfusi Perifer Terganggu
Penjelasan singkat:
- SDKI: Kondisi di mana aliran darah ke bagian tubuh tertentu terganggu, yang ditandai dengan adanya perubahan pada akral (ekstremitas) seperti warna, suhu, dan sensasi.
- SLKI: Pasien dapat mempertahankan integritas kulit dan mencegah komplikasi yang berhubungan dengan gangguan perfusi perifer.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah memantau tanda-tanda vital, mengobservasi kondisi ekstremitas, memberikan posisi elevasi, mengompres dengan air hangat, dan melakukan perawatan luka jika ada.
2. Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Akut
Penjelasan singkat:
- SDKI: Kondisi di mana individu mengalami sensasi ketidaknyamanan yang signifikan dan berlangsung dalam jangka waktu tertentu, yang disebabkan oleh stimulus spesifik.
- SLKI: Pasien dapat melaporkan penurunan nyeri, menggunakan teknik manajemen nyeri yang efektif, dan mempertahankan aktivitas sehari-hari.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah menilai karakteristik nyeri, memberikan analgesik sesuai instruksi, mengajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologi, dan memantau efektivitas intervensi.
3. Diagnosa Keperawatan:
Intoleransi Aktivitas
Penjelasan singkat:
- SDKI: Kondisi di mana individu mengalami ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau dibutuhkan, akibat keterbatasan fisik atau psikologis.
- SLKI: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan kemampuannya dan mencegah komplikasi akibat imobilitas.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah memantau tanda-tanda vital, mengajarkan latihan rentang gerak, memberikan bantuan mobilisasi, dan mendorong partisipasi dalam aktivitas sesuai kemampuan.
Semoga informasi ini bermanfaat. Jangan ragu untuk menanyakan hal lain jika masih memerlukan penjelasan tambahan. -
Article No. 7557 | 02 Dec 2024
Klinis : pasien muntah darah 2x dan diare lebih dari 3 kali sehari
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan gejala pasien yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Diare Akut
2. Perdarahan Gastrointestinal
Penjelasan:
1. Diare Akut
- Definisi: Pengeluaran feses cair atau setengah cair yang terjadi lebih dari 3 kali dalam sehari.
- Penyebab: Infeksi bakteri, virus, parasit, malabsorpsi, obat-obatan, stres, makanan beracun.
- Gejala: Feses cair/setengah cair, muntah, dehidrasi, nyeri abdomen.
- Intervensi Keperawatan: Pemantauan tanda-tanda vital, pemberian cairan/elektrolit, manajemen diet, pemberian obat antidiare (jika perlu).
2. Perdarahan Gastrointestinal
- Definisi: Perdarahan yang terjadi di saluran gastrointestinal, dapat berupa hematemesis (muntah darah) atau melena (feses hitam).
- Penyebab: Ulkus peptikum, varises esofagus, neoplasma, inflamasi, trauma.
- Gejala: Muntah darah, feses hitam, nyeri abdomen, pusing, lemah.
- Intervensi Keperawatan: Pemantauan tanda-tanda vital, pengendalian perdarahan, pemberian cairan/transfusi darah (jika perlu), manajemen diet, pemberian obat anti-perdarahan (jika perlu).
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus memperhatikan prinsip-prinsip keperawatan yang berpusat pada pasien, holistik, dan berbasis bukti. Perawat juga perlu berkoordinasi dengan tim kesehatan lainnya untuk memastikan perawatan yang komprehensif dan efektif bagi pasien. -
Article No. 7558 | 02 Dec 2024
Klinis : Seorang wanita berusia 35 tahun datang ke rumah sakit dengan pembesaran kelenjar tiroid. Hasil pengkajian didapatkan pasien mengeluh sering berkeringat, mengalami peningkatan nafsu makan, tremor, mudah merasa gelisah dan cemas serta kurang jelas saat berbicara. Diketahui BB 36 kg dan TB 150 cm
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan hipermetabolisme akibat pembesaran kelenjar tiroid.
SDKI (Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia):
Intoleransi aktivitas: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau dibutuhkan akibat adanya keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Toleransi aktivitas: Kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau dibutuhkan tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen aktivitas: Upaya untuk memfasilitasi, memulihkan, dan mempertahankan kemampuan individu dalam melakukan aktivitas rutin.
2. Manajemen energi: Upaya untuk membantu individu mengatur penggunaan energi selama aktivitas.
3. Edukasi terkait aktivitas: Pemberian informasi tentang aktivitas yang sesuai dengan kondisi individu.
Penjelasan singkat:
Pasien dengan pembesaran kelenjar tiroid mengalami hipermetabolisme, yang menyebabkan intoleransi aktivitas. Hal ini ditandai dengan gejala sering berkeringat, peningkatan nafsu makan, tremor, mudah merasa gelisah dan cemas, serta kurang jelas saat berbicara. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen aktivitas, manajemen energi, dan edukasi terkait aktivitas yang sesuai dengan kondisi pasien untuk memfasilitasi, memulihkan, dan mempertahankan kemampuan aktivitas pasien. -
Article No. 7559 | 02 Dec 2024
Klinis : n A (42 tahun) dirawat di rumah sakit dengan multiple fraktur ekstremitas bawah post kecelakaan lalu lintas. Hasil pengkajian didapatkan pasien mengeluh nyeri saat bergerak sehingga pasien takut untuk bergerak, mengalami penurunan otot dan rentang gerak.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat sesuai standar Sistem Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Sistem Klasifikasi Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Sistem Klasifikasi Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien n A (42 tahun) dengan multiple fraktur ekstremitas bawah post kecelakaan lalu lintas.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang dijelaskan dalam istilah kerusakan tersebut.
2. Penurunan Mobilitas Fisik
Definisi: Keterbatasan dalam gerakan fisik yang bertujuan dan terkoordinasi, baik yang bersifat sementara maupun permanen.
3. Risiko Intoleransi Aktivitas
Definisi: Rentan mengalami ketidakmampuan untuk mentolerir aktivitas fisik.
Penjelasan Singkat:
1. Nyeri Akut
- SLKI: Kontrol Nyeri
- SIKI: Manajemen Nyeri, Edukasi Manajemen Nyeri
2. Penurunan Mobilitas Fisik
- SLKI: Mobilitas
- SIKI: Terapi Latihan Gerak, Mobilisasi, Terapi Okupasi
3. Risiko Intoleransi Aktivitas
- SLKI: Toleransi Aktivitas
- SIKI: Manajemen Aktivitas, Manajemen Energi, Edukasi Aktivitas
Fokus intervensi keperawatan yang dapat diberikan adalah:
- Manajemen nyeri untuk mengurangi rasa nyeri dan meningkatkan kenyamanan pasien
- Mobilisasi dan terapi latihan gerak untuk mempertahankan dan meningkatkan fungsi dan rentang gerak ekstremitas bawah
- Manajemen aktivitas dan energi untuk mencegah intoleransi aktivitas dan memfasilitasi pemulihan mobilitas pasien.
Dengan pendekatan ini, diharapkan pasien dapat mencapai hasil yang optimal dalam proses pemulihan pasca multiple fraktur ekstremitas bawah. -
Article No. 7560 | 02 Dec 2024
Klinis : No. Observed (Tuliskan semua hasil observasi) Expected (Tuliskan adanya kesesuaian dengan harapan) Concern (Tuliskan Prioritas) 1. Seorang perempuan Ny R usia 37 tahun dibawa tetangganya ke rumah sakit jiwa karena berbicara sendiri, berteriak dan tertawa sendiri. Ny R juga memukul anaknya karena diingatkan anaknya untuk sholat namun Ny R marah-marah. Semenjak saat itu ia sering marah tanpa sebab dan hampir mencederai keluarganya sendiri. Orangtua pasien menjauhkan Ny R dari keluarganya karena merasa malu . Tidak Sesuai 1 2. Ny R mengalami gangguan jiwa sejak, diceraikan suaminya. Hal yang tidak menyenangkan bagi pasien yaitu pernah di PHK dari pekerjaannya, hal ini semakin membuat pasien merasa sedih dan malu karena menjadi seorang pengangguran. Ny R pernah satu kali dirawat di RS erba 5 tahun lalu dan sekarang masuk kembali dikarenakan tidak pernah konsul dan tidak minum obat. Tidak Sesuai 3 3. Berdasarkan interaksi dengan perawat, terlihat cara pasien berbicara cukup baik, namun terkadang cara bicara pasien cepat dengan suara yang keras saat pasien tidak menyukai suatu hal atau ketika pasien mulai merasa bosan. Berdasarkan hasil observasi aktivitas pasien, Ny. R terlihat gelisah dengan pasien sering mondar-mandir di dalam ruang perawatan. pasien cukup kooperatif saat berinteraksi dengan orang lain. Kontak mata ada. Namun terkadang, wajah pasien berubah menjadi tegang, mudah tersinggung dan wajahnya memerah. pasien mengatakan sering memendam perasaan dan masalah dan tidak mau bercerita dengan orang lain baik itu orang tua, maupun saudaranya. Tidak Sesuai 2
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan dan Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI Standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk Kasus Ny. R
Observed:
1. Ny. R menunjukkan perilaku berbicara sendiri, berteriak, tertawa sendiri, sering marah tanpa sebab, dan hampir mencederai keluarganya sendiri.
2. Ny. R mengalami gangguan jiwa sejak diceraikan suaminya dan pernah dirawat di rumah sakit 5 tahun lalu, namun tidak pernah konsul dan tidak minum obat.
3. Ny. R menunjukkan cara bicara yang cepat dengan suara keras saat tidak menyukai sesuatu atau merasa bosan, sering mondar-mandir di ruang perawatan, mudah tersinggung, dan memerah wajahnya. Ny. R juga mengatakan sering memendam perasaan dan masalah dan tidak mau bercerita dengan orang lain.
Expected:
Tidak Sesuai
Concern:
1. Gangguan Proses Pikir Tidak Efektif
2. Koping Individu Tidak Efektif
3. Risiko Perilaku Kekerasan
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. Gangguan Proses Pikir Tidak Efektif
- SDKI: Gangguan proses pikir yang ditandai dengan adanya distorsi, halusinasi, delusi, dan alogia.
- SLKI: Meningkatkan kemampuan pasien dalam mengontrol proses pikir yang tidak efektif.
- SIKI: Intervensi keperawatan dalam mengatasi gangguan proses pikir tidak efektif, seperti terapi realitas, terapi reminiscence, dan terapi kognitif.
2. Koping Individu Tidak Efektif
- SDKI: Ketidakmampuan pasien dalam beradaptasi terhadap stressor yang dihadapi.
- SLKI: Meningkatkan kemampuan pasien dalam menggunakan strategi koping yang efektif.
- SIKI: Intervensi keperawatan dalam mengatasi koping individu tidak efektif, seperti terapi suportif, relaksasi, dan psikoedukasi.
3. Risiko Perilaku Kekerasan
- SDKI: Adanya potensi pasien untuk melakukan tindakan yang dapat membahayakan diri sendiri, orang lain, atau lingkungan.
- SLKI: Menurunkan risiko dan mencegah terjadinya perilaku kekerasan pada pasien.
- SIKI: Intervensi keperawatan dalam mengatasi risiko perilaku kekerasan, seperti manajemen lingkungan, terapi perilaku, dan teknik komunikasi terapeutik. -
Article No. 7561 | 02 Dec 2024
Klinis : Seorang perempuan Ny R usia 37 tahun dibawa tetangganya ke rumah sakit jiwa karena berbicara sendiri, berteriak dan tertawa sendiri. Ny R juga memukul anaknya karena diingatkan anaknya untuk sholat namun Ny R marah-marah. Ny R mengalami gangguan jiwa sejak, diceraikan suaminya. Hal yang tidak menyenangkan bagi pasien yaitu pernah di PHK dari pekerjaannya, hal ini semakin membuat pasien merasa sedih dan malu karena menjadi seorang pengangguran. Semenjak saat itu ia sering marah tanpa sebab dan hampir mencederai keluarganya sendiri. Ny R pernah satu kali dirawat di RS erba 5 tahun lalu dan sekarang masuk kembali dikarenakan tidak pernah konsul dan tidak minum obat. Orangtua pasien menjauhkan Ny R dari keluarganya karena merasa malu . Berdasarkan interaksi dengan perawat, terlihat cara pasien berbicara cukup baik, namun terkadang cara bicara pasien cepat dengan suara yang keras saat pasien tidak menyukai suatu hal atau ketika pasien mulai merasa bosan. Berdasarkan hasil observasi aktivitas pasien, Ny. R terlihat gelisah dengan pasien sering mondar-mandir di dalam ruang perawatan. pasien cukup kooperatif saat berinteraksi dengan orang lain. Kontak mata ada. Namun terkadang, wajah pasien berubah menjadi tegang, mudah tersinggung dan wajahnya memerah. pasien mengatakan sering memendam perasaan dan masalah dan tidak mau bercerita dengan orang lain baik itu orang tua, maupun saudaranya. Apa yang harus dilakukan perawat selanjutnya? Dan terapi apa yang diperlukan pasien Ny Y
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis, serta rekomendasi tindak lanjut dan terapi yang diperlukan untuk pasien Ny. R:
1. Kode ICD-10:
- Kode: F20.0
- Deskripsi: Skizofenia paranoida
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Tidak ada tindakan/prosedur ICD-9-CM yang spesifik disebutkan, hanya berupa rawat inap di rumah sakit jiwa.
Rekomendasi tindak lanjut dan terapi:
Berdasarkan gejala dan riwayat yang dialami pasien Ny. R, perawat perlu melakukan hal-hal berikut:
1. Lanjutkan perawatan dan pengamatan di rumah sakit jiwa untuk evaluasi kondisi pasien secara komprehensif.
2. Berkoordinasi dengan psikiater untuk melakukan assessment dan terapi yang sesuai, seperti:
- Terapi farmakologis: Pemberian obat antipsikotik (contoh: risperidon, olanzapin) dan anti-depresan (contoh: fluoksetin, sertralin) untuk mengatasi gejala psikotik dan depresi.
- Terapi psikososial: Terapi kognitif perilaku (CBT) untuk membantu pasien mengelola stres dan emosi negatif, serta terapi keluarga untuk meningkatkan dukungan sosial.
3. Edukasi dan konseling kepada keluarga pasien mengenai kondisi skizofrenia, pentingnya kepatuhan minum obat, dan cara memberikan dukungan yang tepat.
4. Rencana tindak lanjut setelah pasien dipulangkan, seperti pemantauan rutin, konsultasi psikiatri, dan terapi rehabilitasi psikososial.
Penanganan yang komprehensif, kolaboratif, dan berkelanjutan sangat diperlukan untuk membantu pasien Ny. R mencapai stabilitas kondisi dan kualitas hidup yang lebih baik.