Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 7815 | 03 Dec 2024
Klinis : Nn, S, 28 tahun saat ini dirawat dengan keluhan lemas, mual, mata berkunang-kunang, mudah lelah meskipun hanya jalan dari kamar mandi dan tetap lesu meskipun sudah beristirahat. Keluhan lemas mulai dirasakan sejak 4 hari SMRS. Lemas dirasakan pada seluruh tubuh dan terjadi terus menerus sepanjang hari. Lemas tidak membaik dengan istirahat. Pasien tidak dapat melakukan aktivitas. Saat beraktivitas Nn.S berusaha menarik nafas yang panjang untuk mengurangi sesak yang dirasakannya. Saat ini Nn.S banyak berbaring dan duduk-duduk saja. sehingga hanya bisa berbaring dan dudukduduk saja. Disamping itu, Nn.s berusaha menarik nafas panjang untuk mengurangi sesak ketika beraktivitas. Berdasarkan hasil anamnesis diketahui sejak 4 bulan Nn. S yang lalu melakukan diet ketat dengan mengurangi semua jenis makanan. Selama menjalani diet ketat Nn.S mengatakan berhasil menurunkan BB hingga ± 15 kg. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan, keadaan umum tampak sedang, kesadaran komposmentis. BB pasien 42 kg, TB 163 cm. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital di dapatkan tekanan darah: 90/70 mmHg, frekuensi denyut nadi: 100 x/menit, capillary refill time (CRT) > 3 detik, pernapasan: 28x/menit, nafas pendek dan dangkal, saat ini pasien terpasang oksigen nasal canul 3 lpm dan suhu: 37,8°C. Konjungtiva mata anemis, sklera anikterik. Telinga dan hidung dalam batas normal. Pada mulut tampak gigi dan oral hygiene cukup. Pemeriksan leher dalam batas normal. Pemeriksaan jantung, dan paru dalam batas normal. Pemeriksaan abdomen dudapatkan distensi (-), bising usus normal, timpani (+), nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba. Ekstremitas superior dan inferior dalam batas normal, tidak sianosis, tidak oedem, dan akral hangat. Status neurologis: reflek fisiologis normal, reflek patologi (‐). Pada pemeriksaan darah lengkap ditemukan eritrosit sebanyak 2.50 x106 μL, Hemoglobin 9,2 g/dL, MCV 59.1 fL MCH 16,9 pg dan MCHC 28,6 g/dL. RDWCV 19.4%. Leukosit dan trombosit dalam batas normal. Hasil pemeriksaan sediaan apus darah tepi ditemukan eritrosit mikrositik hipokrom. Pasien juga mengatakan selama sakit tidur hanya 4 jam/hari, waktu malam pasien mengatakan sulit tidur, mudah terbangun, tidak puas tidur, tampak lesu serta klien tampak mengantuk pada siang hari. Saat ini pasien terpasang infus Nacl 20 tetes permenit. Terapi pengobatan: Omeprazol2x20 mg Emibion 2x500 mg Asam folat 3x500 mg Curcuma 3x500 mg Paracetamol 1x500 mg.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baiklah, berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI, luaran yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI):
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Kelelahan (00093): Sensasi yang berkelanjutan dan menetap yang menyebabkan ketidaknyamanan fisik dan emosional dan dibatasi kemampuan untuk melakukan aktivitas.
2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh (00002): Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
3. Insomnia (00095): Gangguan dalam kualitas atau kuantitas tidur yang mengganggu fungsi normal individu.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kelelahan (0007)
- Tingkat kelelahan: Menurun
- Energi: Meningkat
- Kapasitas untuk melakukan aktivitas sehari-hari: Meningkat
2. Keseimbangan Cairan (0601)
- Hidrasi: Membaik
- Tekanan darah: Membaik
- Kecepatan pengisian kapiler: Membaik
3. Pola Tidur (0004)
- Kualitas tidur: Membaik
- Durasi tidur: Membaik
- Efisiensi tidur: Membaik
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Kelelahan (4020)
- Identifikasi penyebab kelelahan
- Ajarkan teknik manajemen energi
- Bantu pasien dalam perencanaan aktivitas dan istirahat
- Berikan dukungan emosional
2. Manajemen Nutrisi (1100)
- Identifikasi faktor yang memengaruhi status nutrisi
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan kebutuhan nutrisi
- Berikan edukasi tentang pentingnya nutrisi yang adekuat
- Pantau asupan dan output nutrisi
3. Manajemen Tidur (1850)
- Identifikasi faktor yang memengaruhi pola tidur
- Ajarkan teknik relaksasi untuk menginduksi tidur
- Modifikasi lingkungan untuk mendukung tidur yang optimal
- Berikan edukasi tentang perilaku yang mendukung tidur yang berkualitas
Penjelasan rinci:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI
- Kelelahan: Pasien mengalami keluhan lemas, mudah lelah, dan aktivitas terbatas, yang merupakan manifestasi dari kelelahan.
- Ketidakseimbangan nutrisi: Pasien mengalami penurunan berat badan yang signifikan akibat diet ketat, sehingga terjadi ketidakseimbangan nutrisi.
- Insomnia: Pasien mengalami gangguan tidur, sulit tidur, tidak puas dengan tidur, dan mengantuk di siang hari, yang menunjukkan adanya insomnia.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI)
- Kelelahan: Tujuannya adalah untuk menurunkan tingkat kelelahan, meningkatkan energi, dan meningkatkan kapasitas untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
- Keseimbangan Cairan: Tujuannya adalah untuk memperbaiki hidrasi, tekanan darah, dan kecepatan pengisian kapiler yang terganggu akibat kekurangan nutrisi.
- Pola Tidur: Tujuannya adalah untuk memperbaiki kualitas, durasi, dan efisiensi tidur pasien.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI)
- Kelelahan: Intervensi difokuskan pada identifikasi penyebab, manajemen energi, perencanaan aktivitas dan istirahat, serta dukungan emosional.
- Manajemen Nutrisi: Intervensi meliputi identifikasi faktor yang memengaruhi status nutrisi, kolaborasi dengan ahli gizi, edukasi, dan pemantauan asupan dan output nutrisi.
- Manajemen Tidur: Intervensi difokuskan pada identifikasi faktor yang memengaruhi pola tidur, teknik relaksasi, modifikasi lingkungan, dan edukasi tentang perilaku yang mendukung tidur yang berkualitas. -
Article No. 7816 | 03 Dec 2024
Klinis : Nn, S, 28 tahun saat ini dirawat dengan keluhan lemas, mual, mata berkunang-kunang, mudah lelah meskipun hanya jalan dari kamar mandi dan tetap lesu meskipun sudah beristirahat. Keluhan lemas mulai dirasakan sejak 4 hari SMRS. Lemas dirasakan pada seluruh tubuh dan terjadi terus menerus sepanjang hari. Lemas tidak membaik dengan istirahat. Pasien tidak dapat melakukan aktivitas. Saat beraktivitas Nn.S berusaha menarik nafas yang panjang untuk mengurangi sesak yang dirasakannya. Saat ini Nn.S banyak berbaring dan duduk-duduk saja. sehingga hanya bisa berbaring dan dudukduduk saja. Disamping itu, Nn.s berusaha menarik nafas panjang untuk mengurangi sesak ketika beraktivitas. Berdasarkan hasil anamnesis diketahui sejak 4 bulan Nn. S yang lalu melakukan diet ketat dengan mengurangi semua jenis makanan. Selama menjalani diet ketat Nn.S mengatakan berhasil menurunkan BB hingga ± 15 kg. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan, keadaan umum tampak sedang, kesadaran komposmentis. BB pasien 42 kg, TB 163 cm. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital di dapatkan tekanan darah: 90/70 mmHg, frekuensi denyut nadi: 100 x/menit, capillary refill time (CRT) > 3 detik, pernapasan: 28x/menit, nafas pendek dan dangkal, saat ini pasien terpasang oksigen nasal canul 3 lpm dan suhu: 37,8°C. Konjungtiva mata anemis, sklera anikterik. Telinga dan hidung dalam batas normal. Pada mulut tampak gigi dan oral hygiene cukup. Pemeriksan leher dalam batas normal. Pemeriksaan jantung, dan paru dalam batas normal. Pemeriksaan abdomen dudapatkan distensi (-), bising usus normal, timpani (+), nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba. Ekstremitas superior dan inferior dalam batas normal, tidak sianosis, tidak oedem, dan akral hangat. Status neurologis: reflek fisiologis normal, reflek patologi (‐). Pada pemeriksaan darah lengkap ditemukan eritrosit sebanyak 2.50 x106 μL, Hemoglobin 9,2 g/dL, MCV 59.1 fL MCH 16,9 pg dan MCHC 28,6 g/dL. RDWCV 19.4%. Leukosit dan trombosit dalam batas normal. Hasil pemeriksaan sediaan apus darah tepi ditemukan eritrosit mikrositik hipokrom. Pasien juga mengatakan selama sakit tidur hanya 4 jam/hari, waktu malam pasien mengatakan sulit tidur, mudah terbangun, tidak puas tidur, tampak lesu serta klien tampak mengantuk pada siang hari. Saat ini pasien terpasang infus Nacl 20 tetes permenit. Terapi pengobatan: Omeprazol2x20 mg Emibion 2x500 mg Asam folat 3x500 mg Curcuma 3x500 mg Paracetamol 1x500 mg.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan SLKI, dan intervensi keperawatan SIKI yang diperlukan berdasarkan kondisi pasien Nn. S yang telah Anda paparkan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik, penurunan massa otot, dan disfungsi kardiovaskular seperti ditunjukkan dengan pasien sulit beraktivitas, hanya bisa berbaring dan duduk-duduk saja, serta berusaha menarik napas panjang untuk mengurangi sesak.
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kecemasan, rasa tidak nyaman, dan gejala penyakit seperti ditunjukkan dengan pasien hanya tidur 4 jam per hari, sulit tidur di malam hari, mudah terbangun, dan tampak mengantuk di siang hari.
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan nutrisi tidak adekuat, penurunan berat badan, dan malabsorpsi seperti ditunjukkan dengan pasien melakukan diet ketat hingga menurunkan berat badan ±15 kg.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Intoleransi Aktivitas:
- Pasien dapat terlibat dalam aktivitas sehari-hari sesuai kapasitasnya.
- Pasien dapat melakukan aktivitas tanpa mengalami sesak napas atau kelelahan yang berlebihan.
- Tanda-tanda vital pasien dalam batas normal saat melakukan aktivitas.
2. Gangguan Pola Tidur:
- Pasien dapat tidur selama 7-9 jam per malam tanpa terbangun.
- Pasien merasa segar dan tidak mengantuk saat bangun tidur.
- Pasien dapat beristirahat dan tidur siang secara adekuat.
3. Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh:
- Pasien dapat mempertahankan berat badan optimal.
- Pasien dapat mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang sesuai kebutuhan tubuh.
- Hasil laboratorium pasien (kadar hemoglobin, hematokrit, dll.) dalam batas normal.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Intoleransi Aktivitas:
- Pantau tanda-tanda vital pasien saat beraktivitas.
- Ajarkan teknik manajemen energi dan pengaturan aktivitas.
- Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai kapasitasnya.
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan pasien.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemenuhan nutrisi yang adekuat.
2. Gangguan Pola Tidur:
- Identifikasi faktor-faktor yang mengganggu tidur pasien.
- Ajarkan teknik relaksasi dan manajemen stres untuk memfasilitasi tidur.
- Atur lingkungan yang nyaman untuk tidur.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi farmakologis jika diperlukan.
3. Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh:
- Kaji status nutrisi pasien secara komprehensif.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun rencana diet yang sesuai.
- Berikan suplemen nutrisi sesuai kebutuhan pasien.
- Pantau asupan nutrisi dan berat badan pasien.
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya pemenuhan nutrisi yang adekuat.
Dengan intervensi keperawatan yang tepat dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan dan memulihkan kondisi kesehatannya. -
Article No. 7817 | 03 Dec 2024
Klinis : Defisit perawatan diri
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan untuk kondisi defisit perawatan diri.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi defisit perawatan diri adalah "Defisit Perawatan Diri". Defisit Perawatan Diri didefinisikan sebagai "Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri yang diperlukan". Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti penurunan fungsi fisik, kognitif, psikologis, atau sosial.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah menerima asuhan keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dengan defisit perawatan diri akan mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Pasien dapat melakukan aktivitas perawatan diri secara mandiri atau dengan bantuan minimal.
2. Pasien menunjukkan peningkatan kemampuan dalam melakukan aktivitas perawatan diri.
3. Pasien menunjukkan kepuasan terhadap kemampuannya dalam melakukan aktivitas perawatan diri.
4. Pasien dan keluarga menunjukkan pemahaman tentang strategi kompensasi untuk mengatasi defisit perawatan diri.
5. Pasien menunjukkan perbaikan/peningkatan kondisi fisik, kognitif, atau psikologis yang mendukung kemampuan perawatan diri.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang dapat diterapkan:
1. Latihan Perawatan Diri: Memberikan bimbingan, dukungan, dan latihan kepada pasien untuk meningkatkan kemampuan dalam melakukan aktivitas perawatan diri, seperti mandi, berpakaian, makan, dan menggunakan toilet.
2. Manajemen Lingkungan: Memodifikasi lingkungan fisik agar mendukung kemandirian pasien dalam melakukan aktivitas perawatan diri, misalnya menyediakan alat bantu, menyesuaikan tata letak perabot, dan menjaga kebersihan.
3. Edukasi Pasien dan Keluarga: Memberikan informasi dan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang defisit perawatan diri, penyebab, dan strategi kompensasi yang dapat diterapkan.
4. Terapi Okupasi: Melibatkan terapis okupasi untuk mengevaluasi kemampuan pasien dan memberikan intervensi terapeutik yang sesuai, seperti melatih keterampilan motorik halus, koordinasi, dan strategi kompensasi.
5. Kolaborasi Interdisipliner: Berkoordinasi dengan tim kesehatan lain, seperti fisioterapis, psikolog, dan ahli gizi, untuk menangani faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan perawatan diri pasien secara komprehensif.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dengan defisit perawatan diri dapat mencapai luaran yang diharapkan dan memperoleh peningkatan kemandirian dalam melakukan aktivitas perawatan diri sehari-hari. -
Article No. 7818 | 03 Dec 2024
Klinis : Bab cair 4x Mual dan muntah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
Diare (SDKI)
Mual dan Muntah (SDKI)
Penjelasan:
1. Diare (SDKI)
- Definisi: Pengeluaran feses cair atau encer lebih dari 3 kali dalam 24 jam.
- Faktor Terkait:
- Infeksi saluran pencernaan
- Malabsorpsi
- Reaksi obat
- Gejala dan Tanda:
- Feses cair atau encer
- Defekasi lebih dari 3 kali dalam 24 jam
- Rasa tidak nyaman di perut
- Dehidrasi
2. Mual dan Muntah (SDKI)
- Definisi: Perasaan tidak nyaman di perut yang dapat diikuti dengan upaya mengeluarkan isi perut melalui mulut.
- Faktor Terkait:
- Infeksi saluran pencernaan
- Obat-obatan
- Gangguan metabolik
- Stres
- Gejala dan Tanda:
- Perasaan ingin muntah
- Muntah
- Rasa tidak nyaman di perut
- Rasa haus
Rencana Asuhan Keperawatan (SLKI dan SIKI):
- Monitoring tanda-tanda vital dan intake/output
- Pemberian antiemetik dan antidiare
- Edukasi tentang manajemen diare dan mual/muntah
- Dukungan nutrisi dan cairan
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain jika diperlukan
Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk mengatasi kondisi diare dan mual/muntah yang Anda alami. Saya akan bekerja sama dengan tim kesehatan lain untuk memastikan pemulihan yang optimal.
Apakah ada pertanyaan lain yang dapat saya bantu? -
Article No. 7680 | 02 Dec 2024
Klinis : bronkhopneumonia
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis bronkhopneumonia dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang mungkin terkait:
1. Kode ICD-10:
- Kode: J15.9
- Deskripsi: Pneumonia bakteri, tidak diklasifikasikan di tempat lain
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.94
- Deskripsi: Pemberian oksigen, tidak disebut lain
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 J15.9 (Pneumonia bakteri, tidak diklasifikasikan di tempat lain) merupakan kode yang sesuai untuk diagnosis bronkhopneumonia. Bronkhopneumonia adalah jenis pneumonia yang menyebabkan peradangan pada bronkus (saluran pernapasan) dan jaringan paru-paru. Diagnosis ini umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri, meskipun dapat juga disebabkan oleh virus atau agen lainnya.
2. Kode ICD-9-CM 93.94 (Pemberian oksigen, tidak disebut lain) mungkin terkait dengan tindakan medis yang dilakukan pada pasien dengan bronkhopneumonia. Pemberian oksigen merupakan salah satu intervensi umum untuk mengatasi gangguan pernapasan yang terjadi pada kondisi ini, dengan tujuan meningkatkan suplai oksigen ke jaringan tubuh.
Catatan: Kode ICD-9-CM hanya digunakan untuk tindakan atau prosedur medis yang dilakukan sebelum transisi ke sistem ICD-10 di tahun 2015. Sistem klasifikasi ICD-10 saat ini digunakan untuk diagnosis, sedangkan untuk prosedur atau tindakan medis digunakan kode ICHI (International Classification of Health Interventions). -
Article No. 7681 | 02 Dec 2024
Klinis : siki defisit nutrisi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci untuk kondisi defisit nutrisi.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi defisit nutrisi adalah "Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh". Diagnosa ini menggambarkan adanya risiko penurunan asupan nutrisi yang tidak memenuhi kebutuhan tubuh, sehingga dapat menyebabkan malnutrisi.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Intake Nutrisi: Indikator yang diharapkan adalah peningkatan asupan nutrisi sesuai dengan kebutuhan tubuh pasien.
2. Status Gizi: Indikator yang diharapkan adalah peningkatan status gizi pasien, seperti peningkatan berat badan, lingkar lengan atas, dan/atau indeks massa tubuh.
3. Pengetahuan: Indikator yang diharapkan adalah peningkatan pengetahuan pasien tentang kebutuhan nutrisi dan strategi untuk memenuhinya.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Pengkajian Nutrisi
- Lakukan pengkajian menyeluruh tentang asupan nutrisi pasien, seperti frekuensi, jenis, dan jumlah makanan yang dikonsumsi.
- Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi asupan nutrisi, misalnya masalah menelan, kondisi medis, atau ekonomi.
2. Perencanaan Nutrisi
- Tentukan kebutuhan nutrisi pasien berdasarkan usia, jenis kelamin, aktivitas, dan kondisi klinis.
- Buat rencana nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan dan preferensi pasien, termasuk jenis, jumlah, dan jadwal pemberian makanan.
3. Intervensi Nutrisi
- Berikan makanan atau suplemen sesuai rencana nutrisi yang telah dibuat.
- Monitor dan evaluasi asupan nutrisi pasien secara berkala.
- Kolaborasi dengan ahli gizi atau tim kesehatan lainnya jika diperlukan.
4. Edukasi dan Konseling Nutrisi
- Edukasikan pasien dan keluarga tentang kebutuhan nutrisi yang sesuai, sumber-sumber nutrisi, dan strategi untuk meningkatkan asupan.
- Berikan konseling dan dukungan untuk meningkatkan motivasi dan kepatuhan pasien dalam memenuhi kebutuhan nutrisinya.
5. Pemantauan dan Evaluasi
- Pantau status nutrisi pasien secara berkala, termasuk berat badan, lingkar lengan atas, dan/atau indeks massa tubuh.
- Evaluasi efektivitas intervensi nutrisi yang telah diberikan dan lakukan penyesuaian jika diperlukan.
Dengan melakukan pengkajian yang komprehensif, perencanaan nutrisi yang tepat, intervensi nutrisi yang adekuat, serta edukasi dan pemantauan yang berkelanjutan, diharapkan dapat meningkatkan asupan nutrisi, status gizi, dan pengetahuan pasien sehingga dapat mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 7682 | 02 Dec 2024
Klinis : Pasien mengeluh demam tinggi dan sakit kepala,merasa lemas suhu 39
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan rinci mengenai kondisi yang Anda berikan:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
1. Hipertermia (Hyperthermia)
- Definisi: Peningkatan suhu tubuh di atas 37,8°C (100°F) yang disebabkan oleh gangguan pada pusat pengatur suhu tubuh.
- Karakteristik Definisi: Suhu tubuh meningkat, kulit terasa panas, menggigil, sakit kepala, dan lemas.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Suhu Tubuh Terkendali (Body Temperature Regulation)
- Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal.
- Kriteria Hasil:
a. Suhu tubuh berada dalam rentang normal (36,5-37,5°C).
b. Tidak ada tanda-tanda hipertermia (misalnya, menggigil, sakit kepala, atau kulit kemerahan).
c. Pasien melaporkan nyaman dengan suhu tubuhnya.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Hipertermia (Hyperthermia Management)
- Definisi: Tindakan untuk menurunkan suhu tubuh yang meningkat di atas batas normal.
- Aktivitas Keperawatan:
a. Pantau suhu tubuh pasien secara rutin.
b. Lakukan tindakan pendinginan, seperti kompres dingin, mandi air hangat, atau penggunaan kipas angin.
c. Berikan cairan oral atau parenteral untuk mencegah dehidrasi.
d. Identifikasi dan atasi faktor penyebab hipertermia (misalnya, infeksi).
e. Berikan obat antipiretik sesuai instruksi dokter.
f. Edukasi pasien dan keluarga mengenai manajemen hipertermia.
2. Manajemen Nyeri (Pain Management)
- Definisi: Tindakan untuk mengontrol atau mengurangi rasa nyeri yang dirasakan pasien.
- Aktivitas Keperawatan:
a. Kaji intensitas, karakteristik, dan lokasi nyeri yang dirasakan pasien.
b. Berikan analgesik sesuai instruksi dokter untuk mengurangi nyeri.
c. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengatasi nyeri, seperti relaksasi, distraksi, atau kompres hangat/dingin.
d. Evaluasi efektivitas intervensi dalam mengurangi nyeri.
e. Dokumentasikan respons pasien terhadap manajemen nyeri.
Penjelasan rinci:
Berdasarkan kondisi pasien yang mengeluhkan demam tinggi (39°C) dan sakit kepala, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Hipertermia. Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas 37,8°C yang disebabkan oleh gangguan pada pusat pengatur suhu tubuh. Luaran yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah Suhu Tubuh Terkendali, yaitu kemampuan untuk mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal (36,5-37,5°C) tanpa adanya tanda-tanda hipertermia.
Untuk mencapai tujuan tersebut, intervensi keperawatan yang diperlukan adalah Manajemen Hipertermia dan Manajemen Nyeri. Manajemen Hipertermia meliputi pemantauan suhu tubuh, tindakan pendinginan, pemberian cairan, identifikasi penyebab, pemberian obat antipiretik, serta edukasi pasien dan keluarga. Sementara itu, Manajemen Nyeri bertujuan untuk mengontrol atau mengurangi rasa nyeri yang dirasakan pasien, seperti melakukan pengkajian nyeri, pemberian analgesik, dan pengajaran teknik nonfarmakologis untuk mengatasi nyeri.
Implementasi dari intervensi-intervensi tersebut diharapkan dapat menurunkan suhu tubuh pasien, mengurangi gejala-gejala hipertermia, dan membuat pasien merasa lebih nyaman. -
Article No. 7683 | 02 Dec 2024
Klinis : Pasien mengalami kerusakan pada tulang terdapat memar,kemerahan dan bengkak
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan rincian lengkap untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien dengan kerusakan pada tulang yang ditandai dengan memar, kemerahan, dan bengkak adalah "Integritas Jaringan Rusak". Diagnosa ini menggambarkan adanya kerusakan pada struktur dan fungsi jaringan tubuh, dalam hal ini adalah tulang.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan dapat tercapai luaran/output berikut:
1. Tingkat Nyeri: Terkendali
Pasien mampu mengelola nyeri yang dirasakan akibat cedera pada tulang, sehingga tingkat nyerinya terkendali.
2. Fungsi Mobilitas: Membaik
Pasien menunjukkan peningkatan kemampuan dalam melakukan pergerakan dan aktivitas secara mandiri seiring dengan proses penyembuhan cedera tulang.
3. Risiko Komplikasi: Rendah
Pasien tidak mengalami komplikasi lanjutan, seperti infeksi atau gangguan sirkulasi, akibat cedera pada tulang.
4. Integritas Kulit: Membaik
Luka atau kerusakan pada kulit di area cedera tulang dapat membaik dan menunjukkan tanda-tanda penyembuhan yang baik.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut intervensi keperawatan yang dapat diberikan:
1. Manajemen Nyeri
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
- Berikan analgesik sesuai anjuran medis
- Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis, seperti relaksasi, distraksi, atau kompres hangat/dingin
2. Perawatan Luka
- Lakukan pembersihan dan perawatan luka secara aseptik
- Pertahankan kondisi luka tetap kering dan terlindungi
- Observasi tanda-tanda infeksi dan segera laporkan jika ditemukan
3. Manajemen Aktivitas dan Mobilitas
- Lakukan ROM (Range of Motion) sendi yang terkait dengan area cedera
- Berikan alat bantu mobilisasi sesuai kebutuhan, seperti kruk atau walker
- Ajarkan latihan fisik yang aman dan sesuai dengan kondisi pasien
4. Edukasi dan Konseling
- Edukasi pasien dan keluarga tentang penyebab, proses penyembuhan, dan pencegahan komplikasi
- Berikan konseling untuk meningkatkan kepatuhan terhadap rencana perawatan
Penerapan intervensi-intervensi tersebut secara komprehensif dan kolaboratif dengan tim kesehatan lainnya diharapkan dapat membantu mencapai luaran/output yang diharapkan bagi pasien dengan kerusakan tulang. -
Article No. 7684 | 02 Dec 2024
Klinis : Berikan saya diagnosa spiritual
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan Spiritual:
Diagnosa: Distres Spiritual
Definisi: Gangguan dalam kemampuan untuk mengalami dan mengintegrasikan makna dan tujuan hidup melalui hubungan dengan diri sendiri, orang lain, alam, dan/atau Tuhan/kekuatan yang lebih tinggi.
Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), tanda dan gejala distres spiritual dapat berupa:
1. Perasaan kehilangan makna dan tujuan hidup
2. Perasaan terisolasi atau terputus dari orang lain, alam, atau Tuhan/kekuatan yang lebih tinggi
3. Perubahan dalam praktik spiritual atau keagamaan
4. Ekspresi keraguan atau ketidakpercayaan terhadap Tuhan/kekuatan yang lebih tinggi
5. Kesulitan dalam menemukan harapan atau kenyamanan dalam keyakinan spiritual atau keagamaan
6. Pernyataan ketidakberdayaan atau ketidakbermaknaan hidup
Intervensi yang dapat dilakukan berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) adalah:
1. Fasilitasi praktik spiritual
2. Dukungan spiritual
3. Pemenuhan kebutuhan spiritual
4. Konseling spiritual
Selanjutnya, Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) menyediakan panduan terkait intervensi spesifik yang dapat diterapkan, seperti:
1. Mengidentifikasi dan memfasilitasi praktik spiritual pasien
2. Menyediakan lingkungan yang mendukung praktik spiritual
3. Melibatkan pemimpin spiritual atau tokoh agama untuk memberikan dukungan spiritual
4. Membantu pasien dalam menemukan makna dan tujuan hidup
5. Mendukung pasien dalam mengekspresikan emosi terkait masalah spiritual
Dengan memperhatikan SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan spiritual yang komprehensif dan sesuai dengan standar profesi keperawatan di Indonesia. -
Article No. 7685 | 02 Dec 2024
Klinis : Diagnosis spiritual terkait retensi urin
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosis Keperawatan: Gangguan Integritas Spiritual
Penjelasan singkat:
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
Gangguan Integritas Spiritual adalah ketidakmampuan untuk mengintegrasikan aspek-aspek spiritual dalam fungsi dan aktivitas kehidupan.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah pasien dapat meningkatkan integritas spiritual, dengan indikator seperti menemukan makna dan tujuan hidup, mengekspresikan keyakinan spiritual, dan terlibat dalam praktik spiritual.
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
Intervensi keperawatan yang dapat diberikan antara lain:
1. Fasilitasi praktik spiritual
2. Terapi religi
3. Bimbingan spiritual
4. Dukungan emosional
5. Manajemen stres
Sebagai perawat, saya akan membantu pasien mengidentifikasi sumber-sumber spiritual, memfasilitasi praktik spiritual yang sesuai, dan mendukung pasien dalam menemukan makna dan tujuan hidup di tengah kondisi retensi urin yang dialaminya. Tujuannya adalah agar pasien dapat mempertahankan integritas spiritualnya dan beradaptasi secara holistik terhadap kondisi kesehatan yang sedang dihadapi.