Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 9761 | 24 Dec 2024
Klinis : - Mengeluh lemah dan nyeri abdomen kuadran kiri bawah - Mengeluh perubahan terhadap defekasi
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: R10.3
- Deskripsi: Nyeri perut dan panggul, Kuadran kiri bawah
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 45.73
- Deskripsi: Kolonoskopi, tanpa biopsidani/atau kauterisasi
Penjelasan:
Berdasarkan keluhan pasien yang mengeluhkan lemah dan nyeri abdomen di kuadran kiri bawah serta perubahan pada defekasi, kode ICD-10 yang sesuai adalah R10.3 (Nyeri perut dan panggul, Kuadran kiri bawah). Kode ini mencakup keluhan nyeri di kuadran kiri bawah abdomen.
Terkait dengan keluhan perubahan defekasi, prosedur yang mungkin dilakukan adalah kolonoskopi, yang memiliki kode ICD-9-CM 45.73 (Kolonoskopi, tanpa biopsi dan/atau kauterisasi). Kolonoskopi merupakan pemeriksaan yang umum dilakukan untuk mengevaluasi perubahan pada pola defekasi dan mendeteksi adanya kelainan di dalam kolon.
Dengan demikian, kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur medis yang sesuai dengan kondisi pasien adalah seperti yang tercantum di atas. -
Article No. 9762 | 24 Dec 2024
Klinis : - Mengeluh lemah dan nyeri abdomen kuadran kiri bawah - Mengeluh perubahan terhadap defekasi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda jelaskan:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut
2. Perubahan pola eliminasi
Penjelasan:
1. Nyeri Akut
SDKI: Individu mengalami sensasi ketidaknyamanan akut yang disebabkan oleh stimulus sensorik atau kerusakan jaringan yang mengakibatkan respon fisiologis dan psikologis.
SLKI: Tujuan akhir dari intervensi keperawatan adalah pasien dapat melaporkan nyeri yang terkontrol.
SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen nyeri, pemberian analgesik, terapi relaksasi, terapi dingin/hangat, dan edukasi mengenai nyeri.
2. Perubahan Pola Eliminasi
SDKI: Individu mengalami perubahan pola eliminasi yang tidak sesuai dengan kebiasaan sebelumnya.
SLKI: Tujuan akhir dari intervensi keperawatan adalah pasien dapat mempertahankan pola eliminasi yang adekuat.
SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah pemantauan pola eliminasi, pemberian laksatif atau supositoria, manajemen konstipasi, dan edukasi mengenai pola eliminasi yang sehat.
Perawat akan melakukan pengkajian yang lebih komprehensif, merumuskan diagnosa keperawatan, menetapkan tujuan, dan merencanakan intervensi yang sesuai dengan kondisi pasien. Tujuan akhirnya adalah pasien dapat mencapai outcome yang diharapkan. -
Article No. 9763 | 24 Dec 2024
Klinis : - Mengeluh lemah dan nyeri abdomen kuadran kiri bawah - Mengeluh perubahan terhadap defekasi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Nyeri kronis berhubungan dengan proses penyakit gastrointestinal, ditandai dengan keluhan nyeri abdomen kuadran kiri bawah.
2. Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan proses penyakit gastrointestinal, ditandai dengan keluhan perubahan terhadap defekasi.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Nyeri kronis teratasi: Pasien mampu mengontrol nyeri, melaporkan nyeri berkurang, dan dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa hambatan.
2. Pola eliminasi menjadi normal: Pasien melaporkan frekuensi, konsistensi, dan bentuk feses kembali normal, serta tidak ada keluhan terkait defekasi.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Intervensi untuk mengatasi nyeri kronis:
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, intensitas).
b. Berikan analgesik sesuai kebutuhan dan atas instruksi dokter.
c. Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis, seperti relaksasi, distraksi, dan kompres hangat.
d. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk menentukan penyebab nyeri dan penanganan yang sesuai.
2. Intervensi untuk mengatasi perubahan pola eliminasi:
a. Lakukan pengkajian pola eliminasi (frekuensi, konsistensi, bentuk feses).
b. Ajarkan diet dan asupan cairan yang sesuai untuk menjaga konsistensi feses.
c. Berikan laksatif atau suplemen serat sesuai instruksi dokter.
d. Ajarkan teknik defekasi yang benar dan jadwal eliminasi yang teratur.
e. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk menentukan penyebab perubahan pola eliminasi dan penanganan yang sesuai.
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan keluhan utama pasien, yaitu nyeri abdomen kuadran kiri bawah dan perubahan terhadap defekasi. Hal ini mengarah pada kemungkinan adanya proses penyakit gastrointestinal, seperti inflamasi usus, obstruksi, atau kondisi lainnya.
Luaran yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah pasien dapat mengelola nyeri dengan baik, sehingga dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa hambatan. Selain itu, diharapkan pola eliminasi pasien kembali normal, dengan frekuensi, konsistensi, dan bentuk feses yang sesuai.
Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup pengkajian yang komprehensif, pemberian analgesik dan laksatif sesuai instruksi dokter, serta edukasi dan latihan untuk manajemen nyeri non-farmakologis dan teknik defekasi yang benar. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain juga diperlukan untuk menentukan penyebab dan penanganan yang sesuai.
Dengan penerapan asuhan keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan dan memperoleh peningkatan kondisi kesehatan yang optimal. -
Article No. 9764 | 24 Dec 2024
Klinis : Seorang wanita umur 25, dibawa kerumah sakit dengan keluhan bersedih karena habis kecelakaan. Saat dikaji oleh perawat tangan pasien patah, dia marah dengan tuhan atau menyalahkan Tuhan, dia merasa tidak sempurna lagi. Sebutkan diagnosa ICD, SDKI, SLKI, SIKI, NANDA dan kodenya. Sebutkan pula pemeriksaan penunjang dan obat-obatan yang sesuai untuk pasien.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Berduka Disfungsional (SDKI: 10014)
- Definisi: Respon maladaptif terhadap kehilangan, yang ditandai oleh kesedihan intens, marah, penolakan, dan kecemasan.
- Penyebab: Kehilangan fungsi tubuh (tangan patah) yang berdampak pada perubahan kondisi fisik.
- Gejala: Menunjukkan perasaan marah atau menyalahkan Tuhan, merasa tidak sempurna lagi.
Diagnosa ICD:
- ICD-10: F43.2 Gangguan Penyesuaian
- Definisi: Gangguan emosional yang muncul sebagai reaksi terhadap stres psikososial yang signifikan dan bersifat sementara.
Diagnosa NANDA:
- NANDA: Berduka Disfungsional (00LayunaraStrukturalNamaDiagnosa)
- Definisi: Respon maladaptif terhadap kehilangan, yang ditandai oleh kesedihan intens, marah, penolakan, dan kecemasan.
Pemeriksaan Penunjang:
- Pemeriksaan psikologis (tes kepribadian, tes kecemasan, dll.)
- Pemeriksaan fisik (pemeriksaan tangan patah)
Obat-obatan:
- Antidepresan (SSRI, SNRI)
- Antiansietas (benzodiazepin)
- Analgetik (untuk menangani nyeri)
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Adaptasi Berduka (SLKI: 10301)
- Definisi: Mencapai keseimbangan emosional dan penerimaan yang sehat terhadap kehilangan.
- Kriteria Hasil:
- Mengekspresikan perasaan sedih secara terbuka.
- Mengenali dan menerima perasaan yang muncul terkait kehilangan.
- Menunjukkan strategi koping yang efektif.
- Menunjukkan penerimaan terhadap perubahan kondisi fisik.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Terapi Berduka (SIKI: 10105)
- Definisi: Membantu klien mengekspresikan dan mengatasi perasaan yang muncul terkait kehilangan.
- Aktivitas:
- Memberikan kesempatan untuk mengekspresikan perasaan sedih, marah, dan penolakan.
- Membantu mengidentifikasi dan mengekspresikan perasaan secara terbuka.
- Memberikan dukungan emosional dan empati.
- Mendorong untuk mengenali dan menerima perasaan terkait kehilangan.
- Mengajarkan strategi koping yang efektif.
- Mendiskusikan perubahan kondisi fisik dan membantu penerimaan terhadap perubahan tersebut.
2. Terapi Spiritual (SIKI: 10420)
- Definisi: Membantu klien mengeksplorasi dan menggunakan keyakinan spiritual untuk meningkatkan kesejahteraan.
- Aktivitas:
- Mengidentifikasi keyakinan spiritual klien.
- Memfasilitasi aktivitas keagamaan sesuai kebutuhan klien.
- Mendiskusikan perasaan marah atau menyalahkan Tuhan, dan membantu menemukan makna spiritual.
- Mendorong klien untuk menemukan kekuatan dan dukungan dari keyakinan spiritual.
Penjelasan rinci dan terperinci:
Pasien mengalami berduka disfungsional sebagai respon maladaptif terhadap kehilangan fungsi tubuh (tangan patah) akibat kecelakaan. Hal ini mengakibatkan perubahan kondisi fisik dan psikologis pasien, yang ditandai dengan perasaan marah, menyalahkan Tuhan, dan merasa tidak sempurna lagi.
Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Berduka Disfungsional (SDKI: 10014), yang juga termasuk dalam Gangguan Penyesuaian (ICD-10: F43.2) dan Berduka Disfungsional (NANDA: 00LayunaraStrukturalNamaDiagnosa). Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan adalah pemeriksaan psikologis (tes kepribadian, tes kecemasan, dll.) dan pemeriksaan fisik (pemeriksaan tangan patah). Obat-obatan yang diberikan dapat berupa antidepresan, antiansietas, dan analgetik untuk menangani kondisi pasien.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan adalah Adaptasi Berduka (SLKI: 10301), di mana pasien dapat mencapai keseimbangan emosional dan penerimaan yang sehat terhadap kehilangan. Kriteria hasil yang diharapkan adalah pasien dapat mengekspresikan perasaan sedih secara terbuka, mengenali dan menerima perasaan yang muncul terkait kehilangan, menunjukkan strategi koping yang efektif, dan menunjukkan penerimaan terhadap perubahan kondisi fisik.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran adalah:
1. Terapi Berduka (SIKI: 10105), yang bertujuan untuk membantu pasien mengekspresikan dan mengatasi perasaan yang muncul terkait kehilangan.
2. Terapi Spiritual (SIKI: 10420), yang bertujuan untuk membantu pasien mengeksplorasi dan menggunakan keyakinan spiritual untuk meningkatkan kesejahteraan, serta membantu menemukan makna spiritual terkait perasaan marah atau menyalahkan Tuhan.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan terencana, diharapkan pasien dapat mencapai Adaptasi Berduka dan mengatasi berduka disfungsionalnya secara efektif. -
Article No. 9765 | 24 Dec 2024
Klinis : pasien datang dng keluhan sesak nafas sejak 3 hari,
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien dengan keluhan sesak napas sejak 3 hari.
Diagnosa Keperawatan:
1. Pola Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk menghirup dan/atau mengeluarkan udara dengan lancar.
Penyebab: Adanya hambatan mekanis atau neuromuskuler dalam sistem pernapasan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Perbaikan Pola Napas
Kriteria Hasil:
- Frekuensi napas dalam rentang normal
- Irama napas reguler
- Kedalaman napas adekuat
- Tidak ada penggunaan otot tambahan untuk bernapas
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Jalan Napas
Definisi: Intervensi untuk mempertahankan atau memperbaiki fungsi pernapasan.
Aktivitas:
- Memantau status pernapasan
- Mengatur posisi tubuh yang nyaman untuk bernapas
- Memberikan oksigen sesuai indikasi
- Mengajarkan teknik pernapasan yang efektif
Penjelasan singkat:
Diagnosa keperawatan "Pola Napas Tidak Efektif" menggambarkan kondisi pasien yang mengalami kesulitan dalam proses inspirasi dan ekspirasi, sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan oksigenasi secara adekuat. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti hambatan mekanis atau neuromuskuler dalam sistem pernapasan.
Standar luaran keperawatan yang diharapkan adalah perbaikan pola napas, yang ditandai dengan frekuensi napas dalam rentang normal, irama napas yang reguler, kedalaman napas yang adekuat, serta tidak adanya penggunaan otot tambahan untuk bernapas.
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen jalan napas, yang meliputi pemantauan status pernapasan, pengaturan posisi tubuh yang nyaman, pemberian oksigen sesuai indikasi, serta pengajaran teknik pernapasan yang efektif. Tujuannya adalah untuk mempertahankan atau memperbaiki fungsi pernapasan sehingga dapat memenuhi kebutuhan oksigenasi pasien. -
Article No. 9766 | 24 Dec 2024
Klinis : Ny. R, seorang ibu berusia 30 tahun, melahirkan anak keduanya melalui operasi SC pada usia kehamilan 38 minggu 3 hari akibat KPD yang berlangsung lebih dari 12 jam tanpa tanda persalinan. Selain itu Riwayat Ny. R adalah BSC. Ia adalah seorang ibu rumah tangga yang tinggal di kayu tangan Heritage Malang, dengan riwayat kehamilan pertama juga melalui SC tanpa komplikasi. Ny. R secara rutin menjalani pemeriksaan ANC sebanyak 10 kali selama kehamilan ini dan tidak memiliki riwayat penyakit kronis atau alergi. Pada pengkajian postpartum, kondisi umum Ny. R tampak baik, meskipun ia mengeluhkan nyeri di daerah luka operasi perut bagian bawah, nyeri bertambah saat dibuat bergerak, terasa panas, skala 6, dan hilang timbul. Inspeksi kepala menunjukkan wajah tidak ikterik, namun konjungtiva tampak pucat. Mukosa mulut tampak lembap dan tidak ada lesi. Pemeriksaan dada menunjukkan pergerakan simetris dengan suara napas vesikuler normal tanpa ronchi atau wheezing, serta bunyi jantung reguler tanpa murmur. Payudara pasien tampak membengkak, terasa keras. Pasien juga melaporkan bahwa ASI belum keluar meskipun sudah mencoba menyusui. Putting payudara inverted, ASI belum keluar, teraba hangat. Pada pemeriksaan abdomen, luka operasi SC tampak bersih, kering, dan tidak ada tanda-tanda infeksi. Uterus teraba keras dengan TFU 2 jari di bawah pusat. Diastasis rektus abdominis > 2 Jari. Kandung kemih kosong. Peristaltik usus menurun dengan frekuensi 6 kali/menit, yang mungkin dipengaruhi oleh efek anestesi pascaoperasi. Secara psikologis, pasien tampak cemas karena merasa belum mampu memberikan ASI kepada bayinya. Area genitalia menunjukkan lochea rubra dengan jumlah sedang sebanyak 100 cc, tanpa bau busuk. Inspeksi perineum menunjukkan tidak adanya hematoma atau edema. Hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan hemoglobin (Hb) berada pada angka 9,5 g/dL. Leukosit 13.000/µL. Hematokrit 30%. CRP (C-Reactive Protein) 10 mg/L. Urinalisis tidak menunjukkan tanda infeksi, dengan hasil leukosit dan protein negatif.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang Anda berikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Ny. R:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan luka operasi SC
2. Risiko ketidaklancaran produksi ASI berhubungan dengan inverted nipple
3. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan penurunan asupan oral
Penjelasan Singkat:
1. Nyeri Akut berhubungan dengan luka operasi SC
- SDKI: Nyeri Akut
- SLKI: Manajemen Nyeri
- SIKI: Manajemen Nyeri Akut
2. Risiko Ketidaklancaran Produksi ASI berhubungan dengan inverted nipple
- SDKI: Risiko Ketidaklancaran Produksi ASI
- SLKI: Manajemen Laktasi
- SIKI: Manajemen Laktasi
3. Risiko Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan Penurunan Asupan Oral
- SDKI: Risiko Kekurangan Volume Cairan
- SLKI: Manajemen Cairan
- SIKI: Manajemen Cairan
Penjelasan singkat:
1. Nyeri Akut berhubungan dengan luka operasi SC:
- Pasien mengalami nyeri di area luka operasi SC dengan skala 6 dan bersifat hilang timbul.
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain: memberikan analgesik, kompres hangat, dan mengajarkan teknik relaksasi.
2. Risiko Ketidaklancaran Produksi ASI berhubungan dengan inverted nipple:
- Pasien memiliki putting payudara yang inverted sehingga berpotensi menyebabkan ketidaklancaran produksi ASI.
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain: edukasi tentang teknik menyusui yang benar, penggunaan alat bantu menyusui, dan pemijatan payudara.
3. Risiko Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan Penurunan Asupan Oral:
- Pasien mengalami penurunan asupan oral karena belum dapat memberikan ASI kepada bayinya.
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain: memantau intake dan output cairan, pemberian cairan intravena, dan edukasi tentang pentingnya asupan cairan. -
Article No. 9767 | 24 Dec 2024
Klinis : Ny. R, seorang ibu berusia 30 tahun, melahirkan anak keduanya melalui operasi SC pada usia kehamilan 38 minggu 3 hari akibat KPD yang berlangsung lebih dari 12 jam tanpa tanda persalinan. Selain itu Riwayat Ny. R adalah BSC. Ia adalah seorang ibu rumah tangga yang tinggal di kayu tangan Heritage Malang, dengan riwayat kehamilan pertama juga melalui SC tanpa komplikasi. Ny. R secara rutin menjalani pemeriksaan ANC sebanyak 10 kali selama kehamilan ini dan tidak memiliki riwayat penyakit kronis atau alergi. Pada pengkajian postpartum, kondisi umum Ny. R tampak baik, meskipun ia mengeluhkan nyeri di daerah luka operasi perut bagian bawah, nyeri bertambah saat dibuat bergerak, terasa panas, skala 6, dan hilang timbul. Inspeksi kepala menunjukkan wajah tidak ikterik, namun konjungtiva tampak pucat. Mukosa mulut tampak lembap dan tidak ada lesi. Pemeriksaan dada menunjukkan pergerakan simetris dengan suara napas vesikuler normal tanpa ronchi atau wheezing, serta bunyi jantung reguler tanpa murmur. Payudara pasien tampak membengkak, terasa keras. Pasien juga melaporkan bahwa ASI belum keluar meskipun sudah mencoba menyusui. Putting payudara inverted, ASI belum keluar, teraba hangat. Pada pemeriksaan abdomen, luka operasi SC tampak bersih, kering, dan tidak ada tanda-tanda infeksi. Uterus teraba keras dengan TFU 2 jari di bawah pusat. Diastasis rektus abdominis > 2 Jari. Kandung kemih kosong. Peristaltik usus menurun dengan frekuensi 6 kali/menit, yang mungkin dipengaruhi oleh efek anestesi pascaoperasi. Secara psikologis, pasien tampak cemas karena merasa belum mampu memberikan ASI kepada bayinya. Area genitalia menunjukkan lochea rubra dengan jumlah sedang sebanyak 100 cc, tanpa bau busuk. Inspeksi perineum menunjukkan tidak adanya hematoma atau edema. Hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan hemoglobin (Hb) berada pada angka 9,5 g/dL. Leukosit 13.000/µL. Hematokrit 30%. CRP (C-Reactive Protein) 10 mg/L. Urinalisis tidak menunjukkan tanda infeksi, dengan hasil leukosit dan protein negatif.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi Ny. R yang Anda deskripsikan, berikut diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI yang dapat diidentifikasi:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut berhubungan dengan luka operasi SC
2. Ketidakefektifan Pola Menyusu berhubungan dengan putting susu inverted dan ASI belum keluar
3. Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu makan
Penjelasan singkat:
1. Nyeri Akut berhubungan dengan luka operasi SC:
- SDKI: Nyeri Akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
- SLKI: Manajemen Nyeri, Terapeutik: Farmakologi, Terapeutik: Non Farmakologi.
- SIKI: Manajemen Nyeri, Intervensi Keperawatan untuk mengurangi rasa nyeri yang dialami pasien.
2. Ketidakefektifan Pola Menyusu berhubungan dengan putting susu inverted dan ASI belum keluar:
- SDKI: Ketidakefektifan Pola Menyusu adalah ketidakmampuan bayi untuk mempertahankan pola menyusu yang efektif selama menyusu.
- SLKI: Peningkatan Laktasi, Dukungan Menyusui.
- SIKI: Promosi Laktasi, Perawatan Payudara, Dukungan Menyusui untuk membantu ibu dalam proses menyusui.
3. Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu makan:
- SDKI: Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh adalah keadaan di mana individu berisiko mengalami asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- SLKI: Pemantauan Nutrisi, Edukasi Gizi.
- SIKI: Pemantauan Asupan Nutrisi, Edukasi Gizi untuk memastikan pemenuhan kebutuhan nutrisi pasien.
Penerapan SDKI, SLKI, dan SIKI dalam praktik keperawatan akan membantu perawat dalam melakukan pengkajian, menetapkan diagnosa, merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi asuhan keperawatan yang komprehensif bagi Ny. R. -
Article No. 9768 | 24 Dec 2024
Klinis : diare sehari 3-5 kali, diare sejak 6 hari yll
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi diare sehari 3-5 kali, diare sejak 6 hari yang lalu.
Diagnosa Keperawatan:
1. Diare akut
Penjelasan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Diare akut adalah pengeluaran feses yang encer atau cair dengan frekuensi lebih dari 3 kali per hari, berlangsung kurang dari 14 hari dan dapat disertai dengan gejala-gejala seperti nyeri perut, mual, muntah, dan dehidrasi.
Penjelasan SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan diare akut adalah pasien dapat:
1. Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
2. Mengendalikan gejala diare
3. Mempertahankan status nutrisi yang adekuat
4. Mencegah komplikasi lebih lanjut
Penjelasan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk menangani diare akut antara lain:
1. Pemberian cairan dan elektrolit
2. Pemantauan tanda-tanda vital dan status hidrasi
3. Pemberian nutrisi yang sesuai
4. Edukasi mengenai manajemen diare
5. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian obat-obatan sesuai indikasi.
Dalam melakukan asuhan keperawatan, perawat perlu mempertimbangkan kondisi pasien secara holistik dan melakukan evaluasi secara berkala untuk memastikan keberhasilan intervensi yang diberikan. -
Article No. 9769 | 24 Dec 2024
Klinis : hipovolemia pada dbd
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi hipovolemia pada penderita demam berdarah dengue (DBD), dengan nada akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan dan elektrolit, ditandai dengan nadi cepat, kulit dingin, dan penurunan tekanan darah.
Penjelasan Singkat:
1. Sistem Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI):
- SDKI adalah standar terminologi keperawatan yang digunakan untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan menentukan masalah kesehatan klien.
- Dalam kasus hipovolemia pada DBD, SDKI akan mencakup diagnosis seperti "Hipovolemia" yang berhubungan dengan "Penurunan volume cairan" dan "Ketidakseimbangan elektrolit".
2. Sistem Klasifikasi Intervensi Keperawatan Indonesia (SLKI):
- SLKI adalah standar terminologi keperawatan yang digunakan untuk menentukan tindakan atau intervensi keperawatan yang sesuai dengan diagnosis keperawatan.
- Untuk kasus hipovolemia pada DBD, intervensi keperawatan yang dapat dilakukan mencakup "Pemantauan tanda-tanda vital", "Pemberian cairan intravena", "Pengaturan intake dan output cairan", dan "Edukasi tentang pencegahan kehilangan cairan".
3. Sistem Klasifikasi Hasil Keperawatan Indonesia (SIKI):
- SIKI adalah standar terminologi keperawatan yang digunakan untuk mengevaluasi hasil dari intervensi keperawatan yang telah dilakukan.
- Dalam kasus hipovolemia pada DBD, hasil keperawatan yang diharapkan mencakup "Keseimbangan cairan dan elektrolit terpelihara", "Tanda-tanda vital stabil", dan "Tidak terjadi komplikasi akibat kehilangan cairan".
Sebagai perawat, saya akan menggunakan SDKI, SLKI, dan SIKI sebagai panduan untuk mengidentifikasi, merencanakan, dan mengevaluasi asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien dengan hipovolemia pada DBD, sehingga dapat membantu mencegah komplikasi dan mempercepat pemulihan pasien. -
Article No. 9724 | 24 Dec 2024
Klinis : Resiko jatuh
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamu'alaikum, Ibu/Bapak. Sebagai seorang perawat senior, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait standar SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi Risiko Jatuh.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Jatuh
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Risiko Jatuh adalah rentan mengalami cedera akibat terjatuh yang disebabkan oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik.
- Faktor risiko: Usia lanjut, gangguan keseimbangan, riwayat jatuh, lingkungan yang tidak aman, penggunaan alat bantu jalan, dan efek samping obat.
- Gejala dan tanda: Instabilitas, pusing, kelemahan, gangguan mobilitas, dan riwayat jatuh sebelumnya.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Klien bebas dari risiko jatuh, mampu melakukan aktivitas sehari-hari dengan aman, dan tidak mengalami cedera akibat jatuh.
- Indikator: Tidak terjadi jatuh selama perawatan, tingkat risiko jatuh menurun, dan kemampuan klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari meningkat.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan: Identifikasi faktor risiko, modifikasi lingkungan, penggunaan alat bantu jalan, edukasi klien dan keluarga, serta pemantauan secara berkala.
- Tujuan intervensi: Menurunkan risiko jatuh, mencegah terjadinya cedera akibat jatuh, dan meningkatkan kemandirian klien dalam aktivitas sehari-hari.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Ibu/Bapak dalam memahami diagnosa keperawatan dan standar SDKI, SLKI, serta SIKI terkait Risiko Jatuh. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, saya siap membantu. Terima kasih.
Wassalamu'alaikum.