Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 8032 | 05 Dec 2024
Klinis : tidak tidur malam selama 3 hari pagi mandi dan kuku berwarna ungu
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat dari standar SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Pola Tidur
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gangguan Pola Tidur didefinisikan sebagai pengalaman subjektif dan objektif dalam jumlah dan kualitas tidur yang tidak adekuat.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari Gangguan Pola Tidur adalah pasien dapat mempertahankan pola tidur yang adekuat.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat diberikan meliputi:
1. Asesmen faktor-faktor yang mempengaruhi pola tidur
2. Pengaturan lingkungan untuk mendukung tidur yang adekuat
3. Pemberian edukasi mengenai higiene tidur yang baik
4. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, jika diperlukan.
Kondisi Anda yang ditandai dengan tidak tidur selama 3 hari, serta perubahan warna kuku menjadi ungu, dapat mengindikasikan adanya gangguan kesehatan yang lebih serius. Saya sarankan Anda segera memeriksakan diri ke tenaga kesehatan profesional untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat. -
Article No. 8033 | 05 Dec 2024
Klinis : Pemeliharaan kesehatan tidak efektif
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati saya akan memberikan penjelasan rinci terkait diagnosis keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi "Pemeliharaan kesehatan tidak efektif" dari perspektif seorang perawat profesional.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi "Pemeliharaan kesehatan tidak efektif" berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah "Pemeliharaan Kesehatan Tidak Efektif". Diagnosa ini didefinisikan sebagai "ketidakmampuan untuk mengidentifikasi, mengelola, dan/atau mendapatkan bantuan untuk memelihara kesehatan". Karakteristik definisi ini mencakup ketidakmampuan pasien dalam memahami informasi kesehatan, mengambil tindakan yang tepat untuk menjaga kesehatan, dan mencari bantuan profesional saat dibutuhkan.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, luaran/output yang diharapkan untuk kondisi "Pemeliharaan Kesehatan Tidak Efektif" berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) adalah:
1. Pemahaman Kesehatan: Pasien menunjukkan peningkatan pemahaman tentang informasi kesehatan yang relevan.
2. Perilaku Pemeliharaan Kesehatan: Pasien menunjukkan peningkatan kemampuan dalam melakukan tindakan untuk memelihara kesehatan.
3. Pencarian Bantuan Kesehatan: Pasien menunjukkan peningkatan kemampuan dalam mencari dan mendapatkan bantuan profesional kesehatan saat dibutuhkan.
Luaran-luaran ini menggambarkan perubahan yang diharapkan terjadi pada pasien setelah dilakukan intervensi keperawatan yang tepat.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
Untuk mencapai tujuan luaran/output yang diharapkan, intervensi keperawatan yang diperlukan berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) adalah:
1. Edukasi Kesehatan
- Mengkaji pengetahuan dan pemahaman pasien tentang kesehatan
- Memberikan informasi dan edukasi yang sesuai dengan kebutuhan pasien
- Membantu pasien mengidentifikasi sumber informasi kesehatan yang dapat dipercaya
- Mendorong pasien untuk aktif bertanya dan terlibat dalam proses edukasi
2. Manajemen Perawatan Diri
- Mengkaji kemampuan pasien dalam melakukan tindakan perawatan diri
- Memberikan bimbingan dan latihan dalam melakukan perawatan diri yang tepat
- Membantu pasien mengidentifikasi hambatan dalam melakukan perawatan diri
- Mendorong pasien untuk secara aktif terlibat dalam perawatan dirinya
3. Fasilitasi Akses Pelayanan Kesehatan
- Mengkaji kemampuan pasien dalam mencari dan mendapatkan pelayanan kesehatan
- Membantu pasien mengidentifikasi sumber-sumber pelayanan kesehatan yang tersedia
- Mendampingi pasien dalam melakukan kunjungan dan memanfaatkan pelayanan kesehatan
- Berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk memastikan kontinuitas perawatan pasien
Melalui intervensi-intervensi ini, diharapkan pasien dapat meningkatkan pemahaman, perilaku, dan kemampuan dalam memelihara kesehatannya secara efektif. Perawat berperan penting dalam memfasilitasi proses ini dan memastikan pasien mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 8034 | 05 Dec 2024
Klinis : hipertensi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi hipertensi.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Kardiovaskular
Penjelasan:
Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Kardiovaskular adalah keadaan di mana aliran darah ke organ jantung dan pembuluh darah tidak adekuat, yang dapat menyebabkan dampak negatif pada fungsi jantung dan sirkulasi darah. Pada kasus hipertensi, peningkatan tekanan darah dapat mengganggu perfusi jaringan kardiovaskular dan meningkatkan risiko komplikasi.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Definisi: Keadaan di mana ada penurunan aliran darah ke jantung dan pembuluh darah yang dapat mengganggu fungsi organ target.
Karakteristik Definisi: Adanya perubahan tekanan darah, perubahan frekuensi denyut jantung, edema, nyeri dada, pusing, serta perubahan elektrokardiogram.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan: Perfusi jaringan kardiovaskular membaik, ditandai dengan tekanan darah dalam batas normal, frekuensi denyut jantung normal, tidak ada edema, tidak ada nyeri dada, tidak ada pusing, dan elektrokardiogram normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi utama: Manajemen hipertensi, yang meliputi pengaturan diet, aktivitas fisik, pemberian obat antihipertensi, serta pemantauan tanda-tanda vital secara teratur.
Sebagai perawat, saya akan bekerja sama dengan pasien untuk menerapkan intervensi keperawatan yang tepat guna membantu mencapai luaran yang diharapkan dan memperbaiki perfusi jaringan kardiovaskular pada pasien dengan hipertensi. -
Article No. 8035 | 05 Dec 2024
Klinis : TBC Tuberkulosis
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis TBC Tuberkulosis, serta kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang terkait, jika ada.
1. Kode ICD-10:
- Kode: A15-A19
- Deskripsi: Tuberkulosis
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Kode ICD-10 A15-A19 mencakup berbagai bentuk tuberkulosis, termasuk tuberkulosis paru, tuberkulosis ekstrapulmonal, dan tuberkulosis milier.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 87.44
- Deskripsi: Pemeriksaan mikroskopik (termasuk kultur dan uji sensitivitas) spesimen dari saluran pernapasan untuk identifikasi mikobakteria
Prosedur ini mencakup pemeriksaan mikrobiologis (termasuk pemeriksaan mikroskopik, kultur, dan uji sensitivitas) dari spesimen yang diambil dari saluran pernapasan, seperti sputum, untuk mengidentifikasi dan mendeteksi adanya bakteri Mycobacterium tuberculosis penyebab tuberkulosis. -
Article No. 8036 | 05 Dec 2024
Klinis : DATA PRIMER : Data Wawancara Respon warga terhadap kader jumantik kurang optimal; warga terkesan abai terhadap arahan. Tingkat partisipasi warga dalam kegiatan posyandu rendah (40%-60%). Jumlah kader jumantik terbatas (2 kader untuk 3 RT), sehingga banyak rumah belum terjangkau pemeriksaan. Edukasi dan penyuluhan kurang efektif; hanya sebagian kecil warga yang benar-benar memahami risiko dan cara mencegah DBD. Data kuesioner Sebanyak 32,7% warga memiliki sikap kurang terhadap pencegahan DBD. Hanya 54,5% keluarga yang pernah dilakukan pemeriksaan jentik nyamuk di rumah. Sebanyak 29,2% warga belum pernah menerima informasi kesehatan, termasuk edukasi tentang DBD. DATA SEKUNDER : Data Literature Review Lingkungan mendukung perkembangan nyamuk, dengan genangan air di pot dan got tersumbat serta 6 rumah positif jentik dari 103 rumah yang diperiksa. Fasilitas umum seperti masjid dan WC umum ditemukan adanya jentik nyamuk. Pengelolaan sampah belum maksimal; sebagian warga masih membuang sampah sembarangan ke sungai. Data Observasi/Winshield Survey Desa memiliki riwayat KLB DBD 10 tahun lalu dan masih menjadi wilayah endemis, menunjukkan risiko tinggi kejadian serupa jika intervensi tidak dilakukan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan analisis yang komprehensif untuk menangani kondisi yang Anda paparkan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan Masyarakat
- Definisi: Ketidakmampuan komunitas untuk mengidentifikasi, merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi program kesehatan untuk mengatasi masalah kesehatan.
- Faktor yang berhubungan: Kurangnya partisipasi masyarakat, keterbatasan sumber daya, dan edukasi kesehatan yang tidak efektif.
2. Risiko Infeksi
- Definisi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat menimbulkan kerusakan sel, jaringan, organ, atau sistem tubuh.
- Faktor yang berhubungan: Lingkungan yang mendukung perkembangbiakan vektor penyakit (nyamuk Aedes aegypti).
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Partisipasi Masyarakat Meningkat
- Indikator: Warga aktif terlibat dalam kegiatan posyandu dan pemeriksaan jentik nyamuk di rumah.
- Target: Tingkat partisipasi warga dalam kegiatan posyandu mencapai > 80%.
2. Pengetahuan Masyarakat Meningkat
- Indikator: Warga memahami risiko dan cara pencegahan DBD.
- Target: Minimal 80% warga memahami informasi kesehatan terkait DBD.
3. Lingkungan Bebas Vektor
- Indikator: Tidak ditemukan adanya jentik nyamuk di lingkungan rumah dan fasilitas umum.
- Target: Tidak ada ditemukan jentik nyamuk di >95% rumah dan fasilitas umum yang diperiksa.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Kesehatan Masyarakat
- Mengkoordinasikan kegiatan peningkatan partisipasi masyarakat dalam program pencegahan DBD.
- Melakukan edukasi kesehatan yang efektif melalui metode dan media yang sesuai.
- Meningkatkan jumlah kader jumantik yang terlatih untuk menjangkau seluruh area.
2. Pengendalian Lingkungan
- Melakukan pemeriksaan dan pengendalian sarang nyamuk secara rutin di lingkungan rumah dan fasilitas umum.
- Memperbaiki sistem pengelolaan sampah dan drainase untuk menghilangkan tempat perkembangbiakan nyamuk.
- Melibatkan masyarakat dalam upaya pemantauan dan pengendalian vektor secara partisipatif.
Dengan intervensi yang komprehensif dan kolaboratif antara perawat, kader kesehatan, dan partisipasi aktif masyarakat, diharapkan dapat meningkatkan partisipasi masyarakat, pengetahuan, dan lingkungan yang bebas dari vektor penyakit, sehingga dapat mencegah terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB) DBD di wilayah tersebut. -
Article No. 7936 | 04 Dec 2024
Klinis : hipertermia
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) untuk kondisi hipertermia.
Diagnosa Keperawatan:
Hipertermia
Definisi (SDKI):
Peningkatan suhu tubuh di atas nilai normal akibat kegagalan mekanisme thermoregulasi.
Faktor Terkait (SDKI):
- Proses infeksi
- Dehidrasi
- Lingkungan panas
- Kekurangan cairan dan elektrolit
- Kondisi medis tertentu (seperti malaria, sepsis, dll.)
Karakteristik Definisi (SDKI):
- Suhu tubuh > 38°C
- Kulit merah, panas, dan kering
- Takikardia
- Peningkatan laju pernapasan
- Penurunan kesadaran
Luaran yang Diharapkan (SLKI):
- Pasien menunjukkan suhu tubuh dalam rentang normal
- Pasien menunjukkan tanda-tanda vital dalam rentang normal
- Pasien tidak mengalami komplikasi akibat hipertermia
Intervensi Keperawatan (SIKI):
- Monitor suhu tubuh secara berkala
- Berikan cairan dan elektrolit yang adekuat
- Berikan obat antipiretik jika diperlukan
- Terapkan metode pendinginan (kompres hangat, kipas angin, dll.)
- Pertahankan lingkungan yang sejuk dan nyaman
- Edukasi pasien dan keluarga terkait manajemen hipertermia
Kesimpulan:
Hipertermia merupakan kondisi peningkatan suhu tubuh di atas nilai normal yang memerlukan pengelolaan keperawatan yang tepat. Standar keperawatan yang berlaku di Indonesia (SDKI, SLKI, SIKI) memberikan panduan yang komprehensif dalam mengidentifikasi, mengelola, dan mengevaluasi kondisi hipertermia pada pasien. -
Article No. 7937 | 04 Dec 2024
Klinis : Pasien dengan resiko aspirasi ditandai dengan gangguan menelan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien dengan risiko aspirasi yang ditandai dengan gangguan menelan.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Aspirasi
Definisi:
Risiko aspirasi adalah kondisi di mana individu berisiko mengalami aspirasi, yaitu masuknya cairan, makanan, atau benda asing ke dalam saluran pernapasan.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Aspirasi ditandai dengan adanya gangguan fungsi menelan, penurunan kesadaran, disfagia, reflek batuk yang lemah, dan / atau kondisi yang meningkatkan risiko aspirasi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penatalaksanaan Risiko Aspirasi adalah:
1. Individu dapat menelan dengan aman
2. Individu terbebas dari komplikasi aspirasi
3. Individu menunjukkan peningkatan fungsi menelan
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi Risiko Aspirasi meliputi:
1. Pemantauan status respirasi dan fungsi menelan
2. Pengaturan posisi saat makan dan minum
3. Edukasi terkait teknik menelan yang aman
4. Koordinasi dengan tim kesehatan lain (dokter, ahli gizi) untuk penatalaksanaan diet dan manajemen disfagia
Dalam pemberian asuhan keperawatan, perawat harus memperhatikan standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk memastikan kualitas dan keamanan asuhan yang diberikan. -
Article No. 7938 | 04 Dec 2024
Klinis : Pasien dengan resiko infeksi dibuktikan dengan tindakan prosedur invasif
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa Keperawatan yang sesuai untuk pasien dengan risiko infeksi yang dibuktikan dengan tindakan prosedur invasif adalah "Risiko Infeksi" (00004). Risiko Infeksi didefinisikan sebagai rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat membahayakan kesehatan.
Faktor risiko yang mendukung diagnosa ini antara lain:
1. Tindakan prosedur invasif, seperti pemasangan kateter intravena, pemasangan selang nasogastrik, atau tindakan pembedahan.
2. Penurunan fungsi sistem imun, seperti akibat penyakit atau pengobatan imunosupresan.
3. Paparan dengan organisme patogen, misalnya di lingkungan rumah sakit atau komunitas.
4. Malnutrisi atau defisiensi nutrisi.
5. Usia ekstrem (bayi, anak-anak, lansia).
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Bebas Infeksi: Pasien tidak mengalami tanda dan gejala infeksi selama menjalani perawatan.
2. Kesembuhan Luka: Luka yang berkaitan dengan tindakan prosedur invasif menunjukkan proses penyembuhan yang adekuat tanpa komplikasi infeksi.
3. Pengetahuan Manajemen Infeksi: Pasien dan keluarga memahami upaya pencegahan dan pengelolaan infeksi terkait tindakan prosedur invasif.
4. Perilaku Pencegahan Infeksi: Pasien dan keluarga berpartisipasi aktif dalam melakukan upaya pencegahan infeksi, seperti cuci tangan yang benar.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan (SIKI):
1. Pengkajian Risiko Infeksi
- Identifikasi faktor-faktor risiko infeksi pada pasien
- Pemantauan tanda dan gejala infeksi secara berkala
2. Manajemen Prosedur Aseptik
- Memastikan kepatuhan terhadap protokol aseptik saat melakukan tindakan prosedur invasif
- Melakukan disinfeksi dan sterilisasi alat-alat yang digunakan
3. Edukasi Manajemen Infeksi
- Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pencegahan infeksi
- Mengajarkan teknik cuci tangan yang benar
4. Pemantauan Tanda Infeksi
- Melakukan pemantauan tanda dan gejala infeksi secara rutin
- Kolaborasi dengan tim medis untuk intervensi lanjutan jika terjadi infeksi
5. Perawatan Luka
- Melakukan perawatan luka dengan prosedur aseptik yang benar
- Memantau proses penyembuhan luka secara berkala
Dengan implementasi intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu bebas infeksi, kesembuhan luka yang adekuat, serta peningkatan pengetahuan dan perilaku pencegahan infeksi pada pasien dan keluarga. -
Article No. 7939 | 04 Dec 2024
Klinis : pasien laki-laki dengan kasus ileus obstruktif parsial. keluhan utama muntah darah dan nyeri skala 7. data pemeriksaan berupa fisik perut bengkak, drain di bagian perut kiri dan kanan, luka dibagian perut post op laparatomi. data pendukung laboratorium hasil elektrolit menurun, HB menurun.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan analisis yang rinci berdasarkan kasus yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Nyeri akut
Pasien mengeluhkan nyeri skala 7 pada perut, yang merupakan salah satu gejala khas dari kasus ileus obstruktif parsial.
2. Gangguan integritas kulit
Pasien memiliki luka post operasi laparatomi di perut, serta drainase di bagian kiri dan kanan perut, yang mengindikasikan adanya gangguan integritas kulit.
3. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan penurunan elektrolit dan hemoglobin, yang mengindikasikan adanya gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
4. Risiko infeksi
Pasien memiliki luka post operasi laparatomi di perut, serta drainase di bagian kiri dan kanan perut, yang meningkatkan risiko terjadinya infeksi.
5. Gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
Adanya kondisi ileus obstruktif parsial dan muntah darah dapat menyebabkan asupan nutrisi yang tidak adekuat.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Nyeri terkontrol
Pasien dapat mengelola nyeri dengan skala nyeri ≤ 4.
2. Integritas kulit membaik
Luka post operasi laparatomi di perut dan drainase di bagian kiri dan kanan perut mulai membaik dan menunjukkan tanda-tanda penyembuhan.
3. Keseimbangan cairan dan elektrolit membaik
Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan perbaikan elektrolit dan hemoglobin.
4. Tidak terjadi infeksi
Tidak ditemukan tanda-tanda infeksi pada luka post operasi laparatomi di perut dan drainase di bagian kiri dan kanan perut.
5. Nutrisi adekuat
Pasien dapat memenuhi kebutuhan nutrisinya dengan asupan yang cukup.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pengelolaan Nyeri
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
b. Berikan intervensi farmakologis dan non-farmakologis untuk mengurangi nyeri
c. Kolaborasi dengan tim medis untuk mengoptimalkan pengelolaan nyeri
2. Perawatan Luka
a. Lakukan perawatan luka post operasi laparatomi di perut dan drainase di bagian kiri dan kanan perut secara aseptik
b. Pantau tanda-tanda infeksi dan lakukan penanganan yang sesuai
c. Kolaborasi dengan tim medis untuk mengevaluasi perkembangan luka
3. Manajemen Cairan dan Elektrolit
a. Lakukan pemantauan keseimbangan cairan dan elektrolit secara berkala
b. Berikan intervensi cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan pasien
c. Kolaborasi dengan tim medis untuk mengoptimalkan manajemen cairan dan elektrolit
4. Pencegahan Infeksi
a. Lakukan tindakan pencegahan infeksi sesuai protokol
b. Pantau tanda-tanda infeksi dan lakukan penanganan yang sesuai
c. Kolaborasi dengan tim medis untuk mencegah dan menangani infeksi
5. Manajemen Nutrisi
a. Lakukan penilaian status nutrisi pasien
b. Berikan intervensi nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan pasien
c. Kolaborasi dengan tim medis untuk mengoptimalkan asupan nutrisi pasien
Penjelasan yang rinci di atas menggambarkan analisis kasus dan intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk menangani pasien dengan ileus obstruktif parsial. Sebagai perawat, saya akan bekerja sama dengan tim medis untuk memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan optimal bagi pasien. -
Article No. 7940 | 04 Dec 2024
Klinis : pasien laki-laki dengan kasus ileus obstruktif parsial. keluhan utama muntah darah dan nyeri skala 7. data pemeriksaan berupa fisik perut bengkak, drain di bagian perut kiri dan kanan, luka dibagian perut post op laparatomi. data pendukung laboratorium hasil elektrolit menurun, HB menurun.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk pasien laki-laki dengan kasus ileus obstruktif parsial dengan keluhan utama muntah darah dan nyeri skala 7, serta data pemeriksaan fisik berupa perut bengkak, drain di bagian perut kiri dan kanan, luka di bagian perut post op laparatomi, dan data pendukung laboratorium berupa elektrolit dan Hb yang menurun.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut
2. Gangguan Integritas Kulit
3. Gangguan Perfusi Jaringan Perifer
4. Gangguan Eliminasi Gastrointestinal
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. Nyeri Akut
- SDKI: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau dijelaskan dalam istilah seperti itu
- SLKI: Menurunkan tingkat nyeri, Mengendalikan nyeri
- SIKI: Manajemen Nyeri, Terapi Modalitas Nyeri
2. Gangguan Integritas Kulit
- SDKI: Kerusakan pada epidermis dan/atau dermis
- SLKI: Penyembuhan luka, Perawatan luka
- SIKI: Perawatan Luka, Debridemen
3. Gangguan Perfusi Jaringan Perifer
- SDKI: Pengurangan aliran darah ke jaringan perifer yang dapat mengancam kesehatan
- SLKI: Meningkatkan perfusi jaringan, Memulihkan perfusi jaringan
- SIKI: Manajemen Sirkulasi, Terapi Vaskuler
4. Gangguan Eliminasi Gastrointestinal
- SDKI: Gangguan dalam pengeluaran feses dan/atau gas dari usus
- SLKI: Memperbaiki eliminasi, Mempertahankan eliminasi
- SIKI: Manajemen Eliminasi Gastrointestinal, Dekompresi Gastrointestinal
Harap diperhatikan bahwa ini adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Proses keperawatan selanjutnya akan melibatkan penilaian, perencanaan, intervensi, dan evaluasi yang lebih rinci untuk memberikan asuhan keperawatan yang optimal bagi pasien.