Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 8016 | 05 Dec 2024
Klinis : perdarahan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memaparkan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi perdarahan.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Perdarahan Berhubungan dengan Gangguan Integritas Jaringan
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Risiko perdarahan adalah keadaan di mana individu berisiko mengalami kehilangan darah dari pembuluh darah, baik eksterna maupun interna, yang dapat mengancam kehidupan.
- Karakteristik Definisi: Adanya perubahan pada jumlah, warna, dan konsistensi darah yang keluar; perubahan pada tanda-tanda vital; rasa cemas; serta penurunan kadar hemoglobin.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Hasil yang Diharapkan: Pasien tidak mengalami perdarahan lebih lanjut, tanda-tanda vital stabil, serta kadar hemoglobin dalam batas normal.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan:
a. Pemantauan tanda-tanda vital secara berkala.
b. Pemantauan perdarahan dan jumlah darah yang keluar.
c. Pengendalian perdarahan melalui kompresi, pemberian obat-obatan, atau tindakan lainnya sesuai kondisi pasien.
d. Pemberian dukungan emosional dan informasi kepada pasien dan keluarga.
e. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengatasi penyebab perdarahan.
Sebagai seorang perawat, saya akan menerapkan standar-standar ini dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif pada pasien dengan kondisi perdarahan. Saya akan bekerja sama dengan tim kesehatan lain untuk memastikan pasien mendapatkan penanganan yang tepat dan efektif, serta memberikan dukungan emosional dan informasi yang dibutuhkan. -
Article No. 8017 | 05 Dec 2024
Klinis : perdarahan operasi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi perdarahan operasi, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar/perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Perdarahan Operasi
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Definisi: Keadaan di mana individu berisiko mengalami kehilangan cairan atau darah yang berlebihan dari saluran tubuh yang terbuka akibat prosedur bedah.
Karakteristik Utama: Adanya tanda-tanda perdarahan, penurunan volume cairan/darah, dan/atau tindakan pembedahan yang baru dilakukan.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang Diharapkan:
a. Klien tidak mengalami perdarahan setelah tindakan pembedahan.
b. Klien mempertahankan volume cairan/darah yang adekuat.
c. Klien menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi Keperawatan:
a. Pantau tanda-tanda vital dan tanda-tanda perdarahan secara berkala.
b. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian cairan/darah dan obat-obatan yang sesuai.
c. Lakukan kompresi pada area pembedahan jika perlu.
d. Edukasi klien dan keluarga mengenai tanda-tanda perdarahan dan pentingnya pemantauan.
e. Dokumentasikan asuhan keperawatan secara komprehensif.
Dalam penanganan kasus perdarahan operasi, perawat berperan penting dalam pemantauan, kolaborasi dengan tim medis, dan intervensi keperawatan yang tepat untuk mencegah komplikasi lebih lanjut dan memastikan pemulihan klien yang optimal. -
Article No. 8018 | 05 Dec 2024
Klinis : saturasi oksigen 90%
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi dengan saturasi oksigen 90%:
Diagnosa Keperawatan:
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan ini adalah pasien dapat mempertahankan jalan napas yang terbuka, bebas dari sumbatan, dan oksigenasi yang adekuat.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Mengatur posisi pasien untuk memfasilitasi ventilasi.
2. Melakukan suction untuk mengeluarkan sekret.
3. Memberikan oksigen sesuai kebutuhan.
4. Mengajarkan teknik batuk efektif.
5. Memantau status pernapasan dan oksigenasi.
Dengan kondisi saturasi oksigen 90%, intervensi utama yang perlu dilakukan adalah memberikan oksigen sesuai kebutuhan untuk mempertahankan oksigenasi yang adekuat. Selain itu, intervensi lain seperti suction dan mengajarkan teknik batuk efektif juga dapat membantu membersihkan jalan napas. -
Article No. 8020 | 05 Dec 2024
Klinis : An. Kevin laki-laki berumur 2 bulan dibawa ibunya (Ny. Ratih usia 24 tahun) ke klinik Anak di RS A pada tanggal 24 November 2024. Klien tampak lemah, nafas cepat ireguler dan digendong ibunya, dimulutnya terdapat empeng. Ibu klien mengatakan klien batuk, pilek dan demam sejak 8 hari yang lalu. Demam remiten di seluruh tubuh. Klien sering nafas cepat ireguler dan sianosis seluruh tubuh terutama saat menyusui, bergerak dan menangis. Saat menyusui, klien juga sering kelelahan, batuk dan aspirasi. Sehingga klien hanya dapat menyusui selama 20-30 menit. Klien mendapat ASI ekslusif dan ASI nya sangat banyak. Ibu klien menyusui setiap 2 jam sekali. Klien pernah diperiksa sebelumnya di praktek bidan satu minggu yang lalu, diberi obat paracetamol syrup. Demamnya turun tetapi timbul lagi. Klien juga sering terbangun dari tidurnya karena sesak nafas. Sesak napas terjadi secara bertahap dan bersifat progresif, yang berkurang setelah istirahat dan dinilai 3 menurut Skala Dispnea New York Heart Association (NYHA). Ibu klien mengatakan tidur klien sering digendong dengan posisi agak ditinggikan dan klien dapat tidur lama saat digendong. BAB dan BAK tidak ada kelaianan. BAB lunak 2-3 kali/hari, BAK tidak diketahui karena menggunakan pampers. Pasien adalah anak pertama dari Ny. Ratih (24 tahun) dan Tn. Roni (30 tahun). Ibu pasien mengatakan tidak ada riwayat keluarga seperti penyakit anaknya. ibu pasien pernah mengalami hepatitis C sebelum hamil dan anemia selama hamil pasien. Saat anemia, ibu pasien dirawat di RS dan mendapat terapi infus serta obat. Selama hamil, pasien tidak mengalami kelainan. Pasien lahir aterm, spontan dan asfiksia berat karena lilitan tali pusat. Imunisasi BCG, HB0, POLIO 1, DPT 1 telah diberikan. Pasien pernah dirawat karena sesak nafas berat dan DHF saat usia 5 minggu. Ayah pasien perokok dan obesitas. Nenek dari ibu pasien dan kakek dari Ayah pasien adalah saudara kandung. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan : Kesadaran compos mentis. Tampak lemah, tidak ada kejang, bentuk tubuh mesomorfik, seluruh tubuh teraba hangat dan sianosis. BB 4800 kg, TB 54 cm. Denyut jantung 146 kali/menit ireguler, respirasi 52 kali/menit dangkal dan ireguler, suhu 37,6 C, saO2 86% dalam udara ruangan. Kepala dan wajah simetris, bersih, tidak ada luka, tidak ada edema, tidak ada hematoma. Rambut tipis berwarna coklat. Mata simetris, konjungtiva anemis, sklera anikterik, palpebra tidak edema, refleks pupil positif, refleks mengedip positif. Hidung simetris, tidak ada kelainan, terdapat rinorhea. Bibir dan membran mukosa mulut sianosis, simetris, tidak ada stomatitis, saliva positif, gigi belum tumbuh, refleks gag positif, refleks sucking dan rooting positif. Telinga bersih dan simetris, refleks startle positif. Leher simetris, tidak ada kelaianan, pergerakan leher aktif. Denyut nadi karotis teraba kencang dan ireguler. Dada simetris, terdapat retraksi dada minimal, bentuk dada silindris. Bunyi paru terdengar rales pada lobus paru dextra, jenis pernafasan yaitu dada, abdomen. terdapat krepitasi bilateral. BJ I lub, bunyi jantung II tunggal, disertai murmur ejeksi sistolik di daerah pulmonal. Detak jantung apeks terdapat di ICS 2 sinistra garis midclavicular. Abdomen datar dan lembut, tidak tampak pembuluh darah, bising usus 6 kali/menit, tidak ada splenomegali dan hepatomegali. Genitalia bersih dan tidak ada kelainan. Ekstrimitas atas dan bawah lengkap. Kekuatan otot seluruh ekstrimitas 4. Terdapat clubbing finger pada seluruh estrimitas. CRT 7 detik. Tidak ada hematoma, edema dan trombhoplebitis. Punggung dan Vertebra utuh dan simetris. Tidak ada tanda telengitetic nevi, Mongolian spot positif pada sacrum. Anal bersih dan tidak ada kelaianan. Refleks anal positif. Refleks patela positif, refleks bruzinkzi negarif, refleks babinski negatif, refleks trunk incurvation positif, refleks perez positif, refleks dance on step positif. Denyut nadi popliteal teraba kecil dan ireguler. pemeriksaan EKG didapatkan deviasi aksis ke kanan dengan hipertrofi ventrikel kanan, hipertrofi atrium kanan, gelombang R dan S prominen, dan pola qR pada sadapan prekordial kanan. Hb 9,8 gr/dl. Diagnosa medis suspect tetralogy of fallot. DPJP memberikan piptazolum dua kali sehari, amikasin injeksi 28 mg/hari dan Alprostadil injeksi 1 ml dalam NaCl 9 mg 0,1 ml/jam. DPJP merekomendasikan klien rawat inap di R NICU, pemeriksaan AGD, pemeriksaan rontgen, MRI, konsul dokter SP.JP. Perawat memberikan O2 2 liter dengan kanul nasal, memasang IVFD RL 32 tpm mikrodrip, menganjurkan pada ibu klien untuk memposisikan klien dengan fowler dan knee chest sewaktu-waktu. Perawat membawa klien ke ruangan NICU.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menurut standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kasus An. Kevin:
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Ketidakefektifan Pola Napas
b. Intoleransi Aktivitas
c. Kurang Pengetahuan
2. Penjelasan Diagnosa Keperawatan:
a. Ketidakefektifan Pola Napas
- SDKI: Keadaan di mana individu mengalami perubahan frekuensi, kedalaman, atau irama pernapasan yang dapat mengganggu ventilasi.
- Ditandai dengan: Pernapasan dangkal, ireguler, dan cepat, adanya retraksi dada, sianosis, dan takipnea.
- Faktor yang berhubungan: Perubahan pada sistem kardiovaskular dan respirasi.
b. Intoleransi Aktivitas
- SDKI: Ketidakmampuan untuk mentoleransi atau menyelesaikan aktivitas rutin akibat keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
- Ditandai dengan: Mudah kelelahan saat menyusui, pernapasan cepat, dan adanya perubahan tanda-tanda vital.
- Faktor yang berhubungan: Penyakit kardiovaskular dan respirasi.
c. Kurang Pengetahuan
- SDKI: Kekurangan atau keterbatasan informasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu.
- Ditandai dengan: Ibu klien tidak mengetahui kondisi atau perawatan yang diperlukan untuk anaknya.
- Faktor yang berhubungan: Kurang paparan informasi yang adekuat.
3. Rencana Asuhan Keperawatan:
- Memantau tanda-tanda vital, saturasi oksigen, dan irama pernapasan secara berkala.
- Memberikan oksigen sesuai indikasi untuk mempertahankan saturasi oksigen.
- Mengatur posisi klien dengan posisi fowler atau knee chest untuk memfasilitasi ventilasi.
- Mengatur jadwal istirahat dan aktivitas sesuai toleransi klien.
- Memberikan edukasi kepada ibu klien mengenai kondisi anaknya, perawatan yang diperlukan, serta gejala yang perlu diperhatikan.
- Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk penanganan medis yang sesuai. -
Article No. 8021 | 05 Dec 2024
Klinis : Seorang pasien Ny. T, Usia 34 thn dirawat di ruang rawat inap Rs. Mawar. Hasil pengkajian yang dilakukan oleh perawat, pasien mengeluh kondisinya sesak napas, lemah dan lemah. Hasil pemeriksaan yang lain didapatkan Tensi 137/97 mmHg, Pernapasan 25 x/menit, suhu 37 C, Nadi 70 x/menit, saturasi oksigen / SPO2 96%, pasien tampak terpasang oksigen nasal canul 4 Ipm, kondisi badan pasien tampak berbau dan kotor karena sejak 2 hari pasien tidak mandi karena kondisinya tersebut. Hasil diagnosis medis yang diberikan oleh dokter yaitu asma bronkial.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi Ny. T yang mengalami asma bronkial.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
- Penyebab: Kekuatan napas menurun, peningkatan produksi sekret, dan obstruksi jalan napas.
- Gejala dan Tanda: Pasien mengeluh sesak napas, pernapasan cuping hidung, penggunaan otot bantu napas, sputum berlebih, dan bunyi napas tambahan.
2. Intoleransi Aktivitas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan.
- Penyebab: Kelemahan, kelelahan, dan dispnea.
- Gejala dan Tanda: Pasien mengeluh lemah dan letih, penurunan toleransi terhadap aktivitas, dan peningkatan frekuensi napas.
3. Kebersihan Diri Tidak Adekuat
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri.
- Penyebab: Kekuatan dan energi yang terbatas, keterbatasan fisik, dan kurangnya motivasi.
- Gejala dan Tanda: Pasien tampak kotor dan berbau karena tidak mandi selama 2 hari.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas
- Indikator: Sekret jalan napas minimal, tidak ada sianosis, dan suara napas normal.
- Target: Pasien dapat mempertahankan jalan napas yang efektif selama perawatan.
2. Toleransi Aktivitas
- Indikator: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kelelahan berlebih, dan tidak terjadi perubahan tanda-tanda vital yang signifikan.
- Target: Pasien dapat meningkatkan toleransi aktivitas secara bertahap selama perawatan.
3. Kebersihan Diri
- Indikator: Pasien tampak bersih, rapi, dan tidak berbau.
- Target: Pasien dapat mempertahankan kebersihan diri secara mandiri selama perawatan.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Auskultasi bunyi napas
- Monitoring tanda-tanda vital
- Pemberian oksigen sesuai kebutuhan
- Latihan batuk efektif dan ekspektorasi
- Terapi inhalasi bronkodilator dan mukolitik
2. Intoleransi Aktivitas
- Atur aktivitas sesuai toleransi pasien
- Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari
- Anjurkan istirahat yang cukup
- Berikan terapi oksigen sesuai kebutuhan
- Ajarkan teknik bernapas dan latihan mobilisasi
3. Kebersihan Diri Tidak Adekuat
- Bantu pasien dalam mandi dan perawatan diri
- Anjurkan pasien untuk menjaga kebersihan diri
- Monitoring kebersihan dan kerapian pasien
- Berikan motivasi dan dukungan untuk meningkatkan kebersihan diri
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, silakan tanyakan. -
Article No. 8022 | 05 Dec 2024
Klinis : An. Kevin laki-laki berumur 2 bulan dibawa ibunya (Ny. Ratih usia 24 tahun) ke klinik Anak di RS A pada tanggal 24 November 2024. Klien tampak lemah, nafas cepat ireguler dan digendong ibunya, dimulutnya terdapat empeng. Ibu klien mengatakan klien batuk, pilek dan demam sejak 8 hari yang lalu. Demam remiten di seluruh tubuh. Klien sering nafas cepat ireguler dan sianosis seluruh tubuh terutama saat menyusui, bergerak dan menangis. Saat menyusui, klien juga sering kelelahan, batuk dan aspirasi. Sehingga klien hanya dapat menyusui selama 20-30 menit. Klien mendapat ASI ekslusif dan ASI nya sangat banyak. Ibu klien menyusui setiap 2 jam sekali. Klien pernah diperiksa sebelumnya di praktek bidan satu minggu yang lalu, diberi obat paracetamol syrup. Demamnya turun tetapi timbul lagi. Klien juga sering terbangun dari tidurnya karena sesak nafas. Sesak napas terjadi secara bertahap dan bersifat progresif, yang berkurang setelah istirahat dan dinilai 3 menurut Skala Dispnea New York Heart Association (NYHA). Ibu klien mengatakan tidur klien sering digendong dengan posisi agak ditinggikan dan klien dapat tidur lama saat digendong. BAB dan BAK tidak ada kelaianan. BAB lunak 2-3 kali/hari, BAK tidak diketahui karena menggunakan pampers. Pasien adalah anak pertama dari Ny. Ratih (24 tahun) dan Tn. Roni (30 tahun). Ibu pasien mengatakan tidak ada riwayat keluarga seperti penyakit anaknya. ibu pasien pernah mengalami hepatitis C sebelum hamil dan anemia selama hamil pasien. Saat anemia, ibu pasien dirawat di RS dan mendapat terapi infus serta obat. Selama hamil, pasien tidak mengalami kelainan. Pasien lahir aterm, spontan dan asfiksia berat karena lilitan tali pusat. Imunisasi BCG, HB0, POLIO 1, DPT 1 telah diberikan. Pasien pernah dirawat karena sesak nafas berat dan DHF saat usia 5 minggu. Ayah pasien perokok dan obesitas. Nenek dari ibu pasien dan kakek dari Ayah pasien adalah saudara kandung. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan : Kesadaran compos mentis. Tampak lemah, tidak ada kejang, bentuk tubuh mesomorfik, seluruh tubuh teraba hangat dan sianosis. BB 4800 kg, TB 54 cm. Denyut jantung 146 kali/menit ireguler, respirasi 52 kali/menit dangkal dan ireguler, suhu 37,6 C, saO2 86% dalam udara ruangan. Kepala dan wajah simetris, bersih, tidak ada luka, tidak ada edema, tidak ada hematoma. Rambut tipis berwarna coklat. Mata simetris, konjungtiva anemis, sklera anikterik, palpebra tidak edema, refleks pupil positif, refleks mengedip positif. Hidung simetris, tidak ada kelainan, terdapat rinorhea. Bibir dan membran mukosa mulut sianosis, simetris, tidak ada stomatitis, saliva positif, gigi belum tumbuh, refleks gag positif, refleks sucking dan rooting positif. Telinga bersih dan simetris, refleks startle positif. Leher simetris, tidak ada kelaianan, pergerakan leher aktif. Denyut nadi karotis teraba kencang dan ireguler. Dada simetris, terdapat retraksi dada minimal, bentuk dada silindris. Bunyi paru terdengar rales pada lobus paru dextra, jenis pernafasan yaitu dada, abdomen. terdapat krepitasi bilateral. BJ I lub, bunyi jantung II tunggal, disertai murmur ejeksi sistolik di daerah pulmonal. Detak jantung apeks terdapat di ICS 2 sinistra garis midclavicular. Abdomen datar dan lembut, tidak tampak pembuluh darah, bising usus 6 kali/menit, tidak ada splenomegali dan hepatomegali. Genitalia bersih dan tidak ada kelainan. Ekstrimitas atas dan bawah lengkap. Kekuatan otot seluruh ekstrimitas 4. Terdapat clubbing finger pada seluruh estrimitas. CRT 7 detik. Tidak ada hematoma, edema dan trombhoplebitis. Punggung dan Vertebra utuh dan simetris. Tidak ada tanda telengitetic nevi, Mongolian spot positif pada sacrum. Anal bersih dan tidak ada kelaianan. Refleks anal positif. Refleks patela positif, refleks bruzinkzi negarif, refleks babinski negatif, refleks trunk incurvation positif, refleks perez positif, refleks dance on step positif. Denyut nadi popliteal teraba kecil dan ireguler. pemeriksaan EKG didapatkan deviasi aksis ke kanan dengan hipertrofi ventrikel kanan, hipertrofi atrium kanan, gelombang R dan S prominen, dan pola qR pada sadapan prekordial kanan. Hb 9,8 gr/dl. Diagnosa medis suspect tetralogy of fallot. DPJP memberikan piptazolum dua kali sehari, amikasin injeksi 28 mg/hari dan Alprostadil injeksi 1 ml dalam NaCl 9 mg 0,1 ml/jam. DPJP merekomendasikan klien rawat inap di R NICU, pemeriksaan AGD, pemeriksaan rontgen, MRI, konsul dokter SP.JP. Perawat memberikan O2 2 liter dengan kanul nasal, memasang IVFD RL 32 tpm mikrodrip, menganjurkan pada ibu klien untuk memposisikan klien dengan fowler dan knee chest sewaktu-waktu. Perawat membawa klien ke ruangan NICU.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan mempertimbangkan kondisi klien An. Kevin yang dideskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI, luaran yang diharapkan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan (SIKI):
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Pola Napas Tidak Efektif berhubungan dengan penyempitan saluran pernapasan
2. Perfusi Jaringan Kardiopulmonal Tidak Efektif berhubungan dengan pembentukan sianosis
3. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan kapasitas makan yang terbatas
4. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas berhubungan dengan produksi sekret yang berlebihan
Luaran yang Diharapkan (SLKI):
1. Pola Napas Efektif
- Klien akan menunjukkan pola napas yang teratur dan tidak dangkal
- Klien tidak mengalami sesak napas saat beraktivitas
- Klien menunjukkan saturasi oksigen dalam batas normal
2. Perfusi Jaringan Kardiopulmonal Efektif
- Klien tidak mengalami sianosis
- Klien menunjukkan perfusi jaringan yang adekuat
- Tidak ada tanda-tanda gagal jantung
3. Status Nutrisi Adekuat
- Klien akan mencapai dan mempertahankan berat badan sesuai usia
- Klien dapat mengkonsumsi makanan dan minuman secara adekuat
- Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
4. Bersihan Jalan Napas Efektif
- Klien dapat mengeluarkan sekret dengan batuk efektif
- Klien tidak mengalami dispnea
- Suara napas bersih, tidak ada ronki atau wheezing
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Pola Napas Tidak Efektif berhubungan dengan penyempitan saluran pernapasan
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Pantau status pernafasan, tanda-tanda distres pernapasan, dan saturasi oksigen
- Ajarkan teknik pernapasan dalam dan relaksasi
- Kolaborasi pemberian terapi pernapasan (misalnya, nebulizer, suction)
2. Perfusi Jaringan Kardiopulmonal Tidak Efektif berhubungan dengan pembentukan sianosis
- Pantau tanda-tanda vital, terutama denyut nadi dan saturasi oksigen
- Pertahankan posisi semi-fowler untuk memfasilitasi aliran darah dan ventilasi
- Kolaborasi pemberian obat-obatan yang meningkatkan perfusi, jika diperlukan
- Lakukan pemantauan EKG secara berkala
3. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan kapasitas makan yang terbatas
- Berikan nutrisi melalui jalur enteral (misalnya, ASI) secara bertahap sesuai toleransi
- Kolaborasi pemberian suplemen nutrisi, jika diperlukan
- Pantau asupan dan output cairan, berat badan, dan tanda-tanda malnutrisi
- Libatkan keluarga dalam upaya peningkatan asupan nutrisi
4. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas berhubungan dengan produksi sekret yang berlebihan
- Posisikan klien semi-fowler untuk memfasilitasi drainase sekret
- Lakukan suction jika diperlukan untuk mengeluarkan sekret
- Berikan terapi pernapasan (misalnya, nebulizer) untuk melembabkan jalan napas
- Kolaborasi pemberian obat-obatan mukolitik atau bronkodilator, jika diperlukan
Perawat akan terus memantau kondisi klien, melakukan intervensi keperawatan yang tepat, dan berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya untuk mencapai luaran yang diharapkan dan meningkatkan status kesehatan klien. -
Article No. 8023 | 05 Dec 2024
Klinis : An. Kevin laki-laki berumur 2 bulan dibawa ibunya (Ny. Ratih usia 24 tahun) ke klinik Anak di RS A pada tanggal 24 November 2024. Klien tampak lemah, nafas cepat ireguler dan digendong ibunya, dimulutnya terdapat empeng. Ibu klien mengatakan klien batuk, pilek dan demam sejak 8 hari yang lalu. Demam remiten di seluruh tubuh. Klien sering nafas cepat ireguler dan sianosis seluruh tubuh terutama saat menyusui, bergerak dan menangis. Saat menyusui, klien juga sering kelelahan, batuk dan aspirasi. Sehingga klien hanya dapat menyusui selama 20-30 menit. Klien mendapat ASI ekslusif dan ASI nya sangat banyak. Ibu klien menyusui setiap 2 jam sekali. Klien pernah diperiksa sebelumnya di praktek bidan satu minggu yang lalu, diberi obat paracetamol syrup. Demamnya turun tetapi timbul lagi. Klien juga sering terbangun dari tidurnya karena sesak nafas. Sesak napas terjadi secara bertahap dan bersifat progresif, yang berkurang setelah istirahat dan dinilai 3 menurut Skala Dispnea New York Heart Association (NYHA). Ibu klien mengatakan tidur klien sering digendong dengan posisi agak ditinggikan dan klien dapat tidur lama saat digendong. BAB dan BAK tidak ada kelaianan. BAB lunak 2-3 kali/hari, BAK tidak diketahui karena menggunakan pampers. Pasien adalah anak pertama dari Ny. Ratih (24 tahun) dan Tn. Roni (30 tahun). Ibu pasien mengatakan tidak ada riwayat keluarga seperti penyakit anaknya. ibu pasien pernah mengalami hepatitis C sebelum hamil dan anemia selama hamil pasien. Saat anemia, ibu pasien dirawat di RS dan mendapat terapi infus serta obat. Selama hamil, pasien tidak mengalami kelainan. Pasien lahir aterm, spontan dan asfiksia berat karena lilitan tali pusat. Imunisasi BCG, HB0, POLIO 1, DPT 1 telah diberikan. Pasien pernah dirawat karena sesak nafas berat dan DHF saat usia 5 minggu. Ayah pasien perokok dan obesitas. Nenek dari ibu pasien dan kakek dari Ayah pasien adalah saudara kandung. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan : Kesadaran compos mentis. Tampak lemah, tidak ada kejang, bentuk tubuh mesomorfik, seluruh tubuh teraba hangat dan sianosis. BB 4800 kg, TB 54 cm. Denyut jantung 146 kali/menit ireguler, respirasi 52 kali/menit dangkal dan ireguler, suhu 37,6 C, saO2 86% dalam udara ruangan. Kepala dan wajah simetris, bersih, tidak ada luka, tidak ada edema, tidak ada hematoma. Rambut tipis berwarna coklat. Mata simetris, konjungtiva anemis, sklera anikterik, palpebra tidak edema, refleks pupil positif, refleks mengedip positif. Hidung simetris, tidak ada kelainan, terdapat rinorhea. Bibir dan membran mukosa mulut sianosis, simetris, tidak ada stomatitis, saliva positif, gigi belum tumbuh, refleks gag positif, refleks sucking dan rooting positif. Telinga bersih dan simetris, refleks startle positif. Leher simetris, tidak ada kelaianan, pergerakan leher aktif. Denyut nadi karotis teraba kencang dan ireguler. Dada simetris, terdapat retraksi dada minimal, bentuk dada silindris. Bunyi paru terdengar rales pada lobus paru dextra, jenis pernafasan yaitu dada, abdomen. terdapat krepitasi bilateral. BJ I lub, bunyi jantung II tunggal, disertai murmur ejeksi sistolik di daerah pulmonal. Detak jantung apeks terdapat di ICS 2 sinistra garis midclavicular. Abdomen datar dan lembut, tidak tampak pembuluh darah, bising usus 6 kali/menit, tidak ada splenomegali dan hepatomegali. Genitalia bersih dan tidak ada kelainan. Ekstrimitas atas dan bawah lengkap. Kekuatan otot seluruh ekstrimitas 4. Terdapat clubbing finger pada seluruh estrimitas. CRT 7 detik. Tidak ada hematoma, edema dan trombhoplebitis. Punggung dan Vertebra utuh dan simetris. Tidak ada tanda telengitetic nevi, Mongolian spot positif pada sacrum. Anal bersih dan tidak ada kelaianan. Refleks anal positif. Refleks patela positif, refleks bruzinkzi negarif, refleks babinski negatif, refleks trunk incurvation positif, refleks perez positif, refleks dance on step positif. Denyut nadi popliteal teraba kecil dan ireguler. pemeriksaan EKG didapatkan deviasi aksis ke kanan dengan hipertrofi ventrikel kanan, hipertrofi atrium kanan, gelombang R dan S prominen, dan pola qR pada sadapan prekordial kanan. Hb 9,8 gr/dl. Diagnosa medis suspect tetralogy of fallot. DPJP memberikan piptazolum dua kali sehari, amikasin injeksi 28 mg/hari dan Alprostadil injeksi 1 ml dalam NaCl 9 mg 0,1 ml/jam. DPJP merekomendasikan klien rawat inap di R NICU, pemeriksaan AGD, pemeriksaan rontgen, MRI, konsul dokter SP.JP. Perawat memberikan O2 2 liter dengan kanul nasal, memasang IVFD RL 32 tpm mikrodrip, menganjurkan pada ibu klien untuk memposisikan klien dengan fowler dan knee chest sewaktu-waktu. Perawat membawa klien ke ruangan NICU. Sertakan DS DO
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: Q21.3
- Deskripsi: Tetralogi Fallot
2. Kode ICD-9-CM Procedure:
- Kode: 35.81
- Deskripsi: Pembedahan untuk perbaikan cacat jantung bawaan, meliputi Banding arteri pulmonal, Atrioseptostomi balon, Koreksi total tetralogi Fallot, dan sebagainya.
Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien An. Kevin, laki-laki berusia 2 bulan, memiliki gejala-gejala yang mencurigakan adanya kondisi Tetralogi Fallot, yaitu kelainan jantung bawaan yang terdiri dari 4 komponen: defek septum ventrikel, stenosis pulmonal, hipertrofi ventrikel kanan, dan posisi aorta yang overlapping. Hal ini ditunjukkan dengan adanya gejala seperti sianosis, sesak napas, batuk, dan kelelahan saat menyusui.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan, yaitu EKG, menunjukkan adanya deviasi aksis ke kanan, hipertrofi ventrikel kanan, dan hipertrofi atrium kanan, yang mendukung diagnosis Tetralogi Fallot. Tatalaksana yang diberikan juga sesuai, yaitu pemberian obat-obatan seperti piptazolum, amikasin, dan alprostadil, serta rencana untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut seperti AGD, rontgen, MRI, dan konsultasi ke dokter spesialis jantung. -
Article No. 8024 | 05 Dec 2024
Klinis : An. Kevin laki-laki berumur 2 bulan dibawa ibunya (Ny. Ratih usia 24 tahun) ke klinik Anak di RS A pada tanggal 24 November 2024. Klien tampak lemah, nafas cepat ireguler dan digendong ibunya, dimulutnya terdapat empeng. Ibu klien mengatakan klien batuk, pilek dan demam sejak 8 hari yang lalu. Demam remiten di seluruh tubuh. Klien sering nafas cepat ireguler dan sianosis seluruh tubuh terutama saat menyusui, bergerak dan menangis. Saat menyusui, klien juga sering kelelahan, batuk dan aspirasi. Sehingga klien hanya dapat menyusui selama 20-30 menit. Klien mendapat ASI ekslusif dan ASI nya sangat banyak. Ibu klien menyusui setiap 2 jam sekali. Klien pernah diperiksa sebelumnya di praktek bidan satu minggu yang lalu, diberi obat paracetamol syrup. Demamnya turun tetapi timbul lagi. Klien juga sering terbangun dari tidurnya karena sesak nafas. Sesak napas terjadi secara bertahap dan bersifat progresif, yang berkurang setelah istirahat dan dinilai 3 menurut Skala Dispnea New York Heart Association (NYHA). Ibu klien mengatakan tidur klien sering digendong dengan posisi agak ditinggikan dan klien dapat tidur lama saat digendong. BAB dan BAK tidak ada kelaianan. BAB lunak 2-3 kali/hari, BAK tidak diketahui karena menggunakan pampers. Pasien adalah anak pertama dari Ny. Ratih (24 tahun) dan Tn. Roni (30 tahun). Ibu pasien mengatakan tidak ada riwayat keluarga seperti penyakit anaknya. ibu pasien pernah mengalami hepatitis C sebelum hamil dan anemia selama hamil pasien. Saat anemia, ibu pasien dirawat di RS dan mendapat terapi infus serta obat. Selama hamil, pasien tidak mengalami kelainan. Pasien lahir aterm, spontan dan asfiksia berat karena lilitan tali pusat. Imunisasi BCG, HB0, POLIO 1, DPT 1 telah diberikan. Pasien pernah dirawat karena sesak nafas berat dan DHF saat usia 5 minggu. Ayah pasien perokok dan obesitas. Nenek dari ibu pasien dan kakek dari Ayah pasien adalah saudara kandung. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan : Kesadaran compos mentis. Tampak lemah, tidak ada kejang, bentuk tubuh mesomorfik, seluruh tubuh teraba hangat dan sianosis. BB 4800 kg, TB 54 cm. Denyut jantung 146 kali/menit ireguler, respirasi 52 kali/menit dangkal dan ireguler, suhu 37,6 C, saO2 86% dalam udara ruangan. Kepala dan wajah simetris, bersih, tidak ada luka, tidak ada edema, tidak ada hematoma. Rambut tipis berwarna coklat. Mata simetris, konjungtiva anemis, sklera anikterik, palpebra tidak edema, refleks pupil positif, refleks mengedip positif. Hidung simetris, tidak ada kelainan, terdapat rinorhea. Bibir dan membran mukosa mulut sianosis, simetris, tidak ada stomatitis, saliva positif, gigi belum tumbuh, refleks gag positif, refleks sucking dan rooting positif. Telinga bersih dan simetris, refleks startle positif. Leher simetris, tidak ada kelaianan, pergerakan leher aktif. Denyut nadi karotis teraba kencang dan ireguler. Dada simetris, terdapat retraksi dada minimal, bentuk dada silindris. Bunyi paru terdengar rales pada lobus paru dextra, jenis pernafasan yaitu dada, abdomen. terdapat krepitasi bilateral. BJ I lub, bunyi jantung II tunggal, disertai murmur ejeksi sistolik di daerah pulmonal. Detak jantung apeks terdapat di ICS 2 sinistra garis midclavicular. Abdomen datar dan lembut, tidak tampak pembuluh darah, bising usus 6 kali/menit, tidak ada splenomegali dan hepatomegali. Genitalia bersih dan tidak ada kelainan. Ekstrimitas atas dan bawah lengkap. Kekuatan otot seluruh ekstrimitas 4. Terdapat clubbing finger pada seluruh estrimitas. CRT 7 detik. Tidak ada hematoma, edema dan trombhoplebitis. Punggung dan Vertebra utuh dan simetris. Tidak ada tanda telengitetic nevi, Mongolian spot positif pada sacrum. Anal bersih dan tidak ada kelaianan. Refleks anal positif. Refleks patela positif, refleks bruzinkzi negarif, refleks babinski negatif, refleks trunk incurvation positif, refleks perez positif, refleks dance on step positif. Denyut nadi popliteal teraba kecil dan ireguler. pemeriksaan EKG didapatkan deviasi aksis ke kanan dengan hipertrofi ventrikel kanan, hipertrofi atrium kanan, gelombang R dan S prominen, dan pola qR pada sadapan prekordial kanan. Hb 9,8 gr/dl. Diagnosa medis suspect tetralogy of fallot. DPJP memberikan piptazolum dua kali sehari, amikasin injeksi 28 mg/hari dan Alprostadil injeksi 1 ml dalam NaCl 9 mg 0,1 ml/jam. DPJP merekomendasikan klien rawat inap di R NICU, pemeriksaan AGD, pemeriksaan rontgen, MRI, konsul dokter SP.JP. Perawat memberikan O2 2 liter dengan kanul nasal, memasang IVFD RL 32 tpm mikrodrip, menganjurkan pada ibu klien untuk memposisikan klien dengan fowler dan knee chest sewaktu-waktu. Perawat membawa klien ke ruangan NICU. Sertakan DS DO
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, mari saya berikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi An. Kevin yang dideskripsikan:
Diagnosa Keperawatan:
1. Pola Napas Tidak Efektif (SDKI)
- Gejala utama: Nafas cepat, ireguler, dan sianosis seluruh tubuh
- Gejala pendukung: Retraksi dada minimal, bunyi napas abnormal (rales), dan dispnea (skala NYHA 3)
- Penyebab: Penyakit jantung kongenital (Tetralogi Fallot)
2. Intoleransi Aktivitas (SDKI)
- Gejala utama: Lemah, mudah kelelahan saat menyusui
- Gejala pendukung: Dispnea saat beraktivitas, penurunan berat badan
- Penyebab: Penyakit jantung kongenital dan anemia
3. Resiko Aspirasi (SDKI)
- Gejala utama: Batuk dan aspirasi saat menyusui
- Gejala pendukung: Reflek gag positif, saliva positif
- Penyebab: Penyakit jantung kongenital dan kelemahan otot
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) merupakan standar yang digunakan untuk menegakkan diagnosa keperawatan berdasarkan gejala-gejala yang muncul pada pasien.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) merupakan standar yang digunakan untuk menetapkan tujuan atau luaran yang ingin dicapai dari intervensi keperawatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) merupakan standar yang digunakan untuk menentukan intervensi keperawatan yang sesuai untuk mencapai tujuan atau luaran yang telah ditetapkan.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) merupakan organisasi profesi perawat di Indonesia yang bertanggung jawab dalam pengembangan dan pemutakhiran standar-standar tersebut.
Tone: Akademis, persona: pakar, nurse -
Article No. 8025 | 05 Dec 2024
Klinis : kekurangan volume cairan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi kekurangan volume cairan, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Kekurangan Volume Cairan
Definisi:
Kekurangan volume cairan adalah kondisi di mana individu mengalami kekurangan cairan dalam tubuh, yang disebabkan oleh asupan cairan yang tidak mencukupi atau kehilangan cairan yang berlebihan.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Karakteristik Utama:
1. Intake cairan kurang dari kebutuhan
2. Turgor kulit buruk
3. Membran mukosa kering
4. Nadi cepat dan lemah
5. Hipotensi ortostatik
Faktor Terkait:
1. Kehilangan cairan yang berlebihan (misalnya, diare, muntah, perdarahan)
2. Intake cairan tidak adekuat
3. Ketidakmampuan mengatur asupan cairan
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan:
1. Pasien menunjukkan status hidrasi yang memadai
2. Pasien menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal
3. Pasien melaporkan peningkatan rasa haus yang memadai
4. Pasien menunjukkan peningkatan turgor kulit
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi Keperawatan:
1. Monitor intake dan output cairan
2. Berikan cairan oral atau parenteral sesuai kebutuhan
3. Pantau tanda-tanda vital
4. Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya hidrasi yang adekuat
5. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan yang komprehensif
Dalam pendekatan yang akademis, perawat sebagai pakar akan melakukan penilaian yang komprehensif, merumuskan diagnosa keperawatan, menetapkan tujuan, dan merencanakan intervensi yang sesuai dengan standar praktik keperawatan di Indonesia untuk mengatasi kekurangan volume cairan pada pasien. -
Article No. 8026 | 05 Dec 2024
Klinis : kekurangan volume cairan akibat gastroenteritis
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkatnya sesuai dengan SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi kekurangan volume cairan akibat gastroenteritis:
Diagnosa Keperawatan:
Kekurangan Volume Cairan
Definisi (SDKI):
Penurunan cairan intraseluler dan/atau ekstraseluler yang disebabkan oleh kehilangan cairan yang melebihi asupan.
Faktor Terkait (SDKI):
- Kehilangan cairan gastrointestinal (seperti diare, muntah)
- Intake cairan tidak adekuat
Karakteristik Definisi (SDKI):
- Intake cairan kurang dari output
- Membran mukosa kering
- Turgor kulit menurun
- Denyut nadi cepat
- Tekanan darah menurun
Tujuan (SLKI):
- Pasien menunjukkan volume cairan tubuh yang adekuat
- Pasien menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil
Intervensi (SIKI):
1. Manajemen Cairan
- Kaji status cairan pasien
- Monitor intake dan output cairan
- Berikan cairan intravena atau oral sesuai kebutuhan
- Pantau tanda-tanda vital
2. Manajemen Gastroenteritis
- Kaji tanda dan gejala gastroenteritis
- Berikan obat anti diare atau anti muntah jika diperlukan
- Anjurkan pasien untuk istirahat dan banyak minum
- Edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen gastroenteritis
Dengan menerapkan standar diagnosa, luaran, dan intervensi keperawatan dari PPNI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandarisasi untuk mengatasi kekurangan volume cairan akibat gastroenteritis pada pasien.