Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 7961 | 05 Dec 2024
Klinis : resiko cidera
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, Pada kondisi dengan risiko cedera, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkatnya berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Cidera
Definisi:
Keadaan dimana individu rentan mengalami luka fisik atau kerusakan struktur tubuh.
Karakteristik Definisi:
- Riwayat cedera sebelumnya
- Gangguan mobilitas
- Lingkungan yang tidak aman
- Kondisi kesehatan yang memengaruhi risiko cedera
Faktor Risiko:
- Fisik: Mobilitas terbatas, kelemahan, riwayat cedera, penurunan sensasi
- Psikologis: Kecemasan, depresi, perilaku berisiko
- Lingkungan: Bahaya fisik, pencahayaan yang buruk, lantai licin
Luaran (SLKI):
- Integritas Kulit
- Mobilitas
- Keamanan
Intervensi (SIKI):
- Manajemen Lingkungan: Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan risiko cedera
- Manajemen Keselamatan: Identifikasi dan minimalisasi faktor risiko cedera
- Pelatihan Latihan Fisik: Meningkatkan kekuatan, keseimbangan, dan koordinasi
Sebagai perawat, saya akan melakukan penilaian komprehensif terhadap pasien untuk mengidentifikasi faktor-faktor risiko cedera, kemudian merencanakan dan menerapkan intervensi yang sesuai untuk mencegah atau meminimalkan risiko cedera pada pasien. -
Article No. 7962 | 05 Dec 2024
Klinis : nyeri
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan untuk kondisi nyeri, dengan nada akademis dan persona sebagai perawat ahli.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi nyeri:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi nyeri berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah "Nyeri Akut". Nyeri akut didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut. Nyeri akut umumnya memiliki onset yang tiba-tiba, durasi yang terbatas, dan intensitas yang dapat diprediksi.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Sesuai dengan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), luaran/output yang diharapkan setelah pemberian asuhan keperawatan untuk pasien dengan nyeri akut adalah:
1. Tingkat Nyeri Terkontrol: Pasien dapat mengendalikan nyeri yang dirasakan sehingga berada pada tingkat yang dapat ditoleransi.
2. Gangguan Tidur Berkurang: Pasien dapat mempertahankan pola tidur yang adekuat.
3. Fungsi Fisik Membaik: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa batasan yang disebabkan oleh nyeri.
4. Kecemasan Berkurang: Pasien dapat mengelola kecemasan yang timbul akibat nyeri.
5. Kepuasan Terhadap Pengelolaan Nyeri: Pasien dan keluarga merasa puas dengan pengelolaan nyeri yang diberikan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran pada pasien dengan nyeri akut adalah:
1. Manajemen Nyeri
- Identifikasi karakteristik nyeri (lokasi, intensitas, durasi, frekuensi)
- Kaji respon fisiologis dan psikologis pasien terhadap nyeri
- Kolaborasi dengan tim kesehatan untuk pemberian analgetik yang sesuai
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengatasi nyeri, seperti relaksasi, distraksi, dan kompres hangat/dingin
- Evaluasi efektivitas intervensi dalam mengatasi nyeri
2. Manajemen Aktivitas
- Kaji kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari
- Kolaborasi dengan tim kesehatan untuk menyusun program aktivitas yang sesuai dengan kondisi pasien
- Ajarkan teknik pengaturan aktivitas untuk mencegah peningkatan nyeri
- Pantau respons pasien terhadap aktivitas yang dilakukan
3. Manajemen Kecemasan
- Kaji tingkat kecemasan pasien terkait dengan nyeri
- Berikan dukungan emosional dan bantu pasien mengidentifikasi faktor penyebab kecemasan
- Ajarkan teknik manajemen kecemasan, seperti relaksasi, distraksi, dan visualisasi
- Kolaborasi dengan tim kesehatan untuk penggunaan terapi farmakologis jika diperlukan
4. Edukasi Kesehatan
- Berikan pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga terkait dengan nyeri, penatalaksanaannya, dan pencegahan komplikasi
- Libatkan pasien dan keluarga dalam perencanaan dan pelaksanaan asuhan keperawatan
- Evaluasi pemahaman pasien dan keluarga tentang informasi yang diberikan
Implementasi dari intervensi-intervensi ini diharapkan dapat membantu pasien mencapai luaran/output yang diharapkan, yaitu tingkat nyeri yang terkontrol, gangguan tidur yang berkurang, fungsi fisik yang membaik, kecemasan yang berkurang, dan kepuasan pasien terhadap pengelolaan nyeri. -
Article No. 7963 | 05 Dec 2024
Klinis : Seorang wanita berusia 45 tahun datang ke klinik keperawatan dengan keluhan perasaan berduka yang tidak kunjung mereda sejak suaminya meninggal enam bulan yang lalu. Meskipun sudah melalui masa berkabung, ia merasa cemas, tertekan, dan sering merasa kosong. Ia sulit untuk melanjutkan aktivitas sehari-hari, merasa tidak ada yang bisa menggantikan posisi suaminya, dan tidak tertarik lagi pada hobi atau kegiatan sosial yang sebelumnya disukainya. Ia merasa sangat sulit untuk menerima kenyataan dan cenderung menahan perasaan berduka tersebut, sering menyalahkan diri sendiri dan merasa bersalah karena tidak bisa "move on". Suami pasien meninggal karena kecelakaan lalu lintas. Saat pengkajian, pasien mengeluhkan perasaan sedih yang mendalam, tidak ada minat untuk berinteraksi dengan keluarga dan teman, serta enggan untuk keluar rumah, merasa "mati rasa", tidak dapat merasakan kebahagiaan lagi dan sulit melanjutkan kegiatan sehari-hari, Sering merasa kelelahan fisik, meskipun tidak melakukan banyak aktivitas, cenderung menghindari tempat atau kegiatan yang mengingatkan pada suaminya. Pasien merasa bersalah dan berpikir bahwa dirinya bertanggung jawab atas kematian suami yang menurutnya sangat mendadak yang mengubah seluruh kehidupan pasien, meskipun secara rasional menyadari itu bukan kesalahannya. Dirinya merasa hidup berarti lagi tanpa suaminya. Menurut keluarga, pasien sering menghabiskan waktu dengan melihat foto-foto almarhumah suami dan berbicara kepada dirinya sendiri seolah suami masih ada.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang Anda deskripsikan, saya dapat memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang dikeluarkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Diagnosa Keperawatan:
Berduka yang Diperpanjang (Prolonged Grief Disorder)
Penjelasan:
1. SDKI
Berduka yang Diperpanjang (Prolonged Grief Disorder) didefinisikan sebagai respons emosional yang tidak normal, tidak dapat diterima secara sosial, dan disfungsional yang terjadi setelah kematian orang yang dicintai. Hal ini ditandai dengan gejala-gejala seperti kecemasan yang mendalam, rasa kehilangan, kesedihan yang tidak berespon pada waktu, dan kesulitan untuk beradaptasi dengan kehilangan.
2. SLKI
Luaran yang diharapkan dari penanganan Berduka yang Diperpanjang adalah pasien dapat menunjukkan penerimaan terhadap kematian suami, mampu mengekspresikan perasaan-perasaan yang terkait dengan kehilangan, dan dapat melanjutkan aktivitas kehidupan sehari-hari secara bertahap.
3. SIKI
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi:
a. Terapi Berduka (Grief Therapy): Membantu pasien mengekspresikan perasaan duka yang dialami dan memfasilitasi proses penerimaan atas kehilangan.
b. Manajemen Stres: Mengajarkan teknik-teknik untuk mengelola cemas, depresi, dan emosi negatif yang dirasakan pasien.
c. Dukungan Emosional: Memberikan dukungan, empati, dan validasi atas perasaan-perasaan yang dialami pasien.
d. Edukasi: Memberikan informasi terkait proses berduka yang normal dan membantu pasien memahami bahwa respons emosionalnya adalah hal yang wajar.
Melalui pendekatan holistik dengan mempertimbangkan aspek fisik, psikologis, sosial, dan spiritual, diharapkan pasien dapat melewati masa berduka dan beradaptasi dengan kehilangan suami secara bertahap. -
Article No. 7964 | 05 Dec 2024
Klinis : pasien mengatakan pusing demam
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, akan saya berikan penjelasan rinci terkait diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi pasien yang mengeluhkan pusing dan demam.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien yang mengeluhkan pusing dan demam adalah "Hipertermia" (Kode: 00007). Hipertermia didefinisikan sebagai peningkatan suhu tubuh di atas rentang normal akibat kegagalan mekanisme termoregulasi. Gejala khas yang dialami pasien adalah peningkatan suhu tubuh (demam) dan pusing, yang merupakan manifestasi dari kondisi hipertermia.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Suhu tubuh normal: Pasien akan menunjukkan suhu tubuh dalam rentang normal (36,5-37,5°C) setelah diberikan asuhan keperawatan.
2. Tidak ada tanda-tanda distress: Pasien tidak akan menunjukkan tanda-tanda distress, seperti takikardi, takipnea, atau hipotensi, setelah diberikan asuhan keperawatan.
3. Pasien melaporkan rasa nyaman: Pasien akan melaporkan rasa nyaman dan tidak lagi mengeluhkan pusing setelah diberikan asuhan keperawatan.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Pemantauan Tanda-Tanda Vital: Melakukan pemantauan suhu tubuh, denyut nadi, laju pernapasan, dan tekanan darah secara berkala untuk mengevaluasi kondisi pasien.
2. Manajemen Demam: Memberikan intervensi untuk menurunkan suhu tubuh, seperti pemberian obat penurun demam, kompres hangat, atau pengaturan suhu lingkungan.
3. Manajemen Hidrasi: Memastikan asupan cairan yang adekuat untuk mencegah dehidrasi dan mempertahankan keseimbangan cairan.
4. Edukasi Pasien dan Keluarga: Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang penyebab, gejala, dan penanganan hipertermia.
5. Monitoring dan Evaluasi: Melakukan pemantauan dan evaluasi secara berkala terhadap respons pasien terhadap intervensi yang diberikan.
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan "Hipertermia" dipilih karena sesuai dengan gejala yang dialami pasien, yaitu peningkatan suhu tubuh (demam) dan pusing. Diagnosa ini memfokuskan pada upaya untuk mengatasi peningkatan suhu tubuh dan memperbaiki mekanisme termoregulasi.
Luaran yang diharapkan mencakup pemulihan suhu tubuh ke rentang normal, tidak adanya tanda-tanda distress, dan pasien merasa nyaman setelah diberikan asuhan keperawatan. Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup pemantauan tanda-tanda vital, manajemen demam, manajemen hidrasi, edukasi pasien dan keluarga, serta monitoring dan evaluasi secara berkala.
Penerapan intervensi ini diharapkan dapat membantu pasien mencapai luaran yang diharapkan dan mengatasi kondisi hipertermia yang dialaminya. -
Article No. 7965 | 05 Dec 2024
Klinis : pasien mengatakan pusing demam
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran asuhan keperawatan, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien dengan keluhan pusing dan demam.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien dengan keluhan pusing dan demam adalah "Ketidakstabilan Tanda-Tanda Vital" (SDKI, 2017). Ketidakstabilan tanda-tanda vital merupakan kondisi di mana terjadi perubahan pada satu atau lebih tanda-tanda vital (suhu tubuh, nadi, pernapasan, atau tekanan darah) di luar rentang normal, yang dapat mengancam kesehatan pasien. Dalam kasus ini, pasien mengeluhkan pusing dan demam, yang menunjukkan adanya perubahan pada suhu tubuh dan kemungkinan adanya gangguan pada sistem kardiovaskular atau neurologis.
Luaran/Output SLKI:
Luaran/output yang diharapkan setelah pemberian asuhan keperawatan adalah:
1. Stabilitas Tanda-Tanda Vital (SLKI, 2019): Pasien menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil dan berada dalam rentang normal, sesuai dengan usia dan kondisi kesehatan.
2. Kontrol Demam (SLKI, 2019): Pasien menunjukkan penurunan suhu tubuh dan gejala demam, serta tidak mengalami komplikasi akibat demam.
3. Pengendalian Rasa Pusing (SLKI, 2019): Pasien menunjukkan pengurangan atau hilangnya keluhan pusing, dan dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan baik.
Intervensi Keperawatan SIKI:
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut intervensi keperawatan yang perlu dilakukan:
1. Pemantauan Tanda-Tanda Vital (SIKI, 2018): Melakukan pemantauan tanda-tanda vital (suhu tubuh, nadi, respirasi, dan tekanan darah) secara berkala untuk mengetahui perubahan dan kestabilan kondisi pasien.
2. Manajemen Demam (SIKI, 2018): Memberikan obat penurun demam sesuai resep, mengompres bagian tubuh dengan air hangat, dan mengatur suhu ruangan yang nyaman untuk pasien.
3. Manajemen Rasa Pusing (SIKI, 2018): Mengidentifikasi penyebab pusing, mengatur posisi pasien, memberikan cairan dan asupan nutrisi yang cukup, serta mengajarkan teknik relaksasi untuk mengurangi rasa pusing.
4. Edukasi Kesehatan (SIKI, 2018): Memberikan informasi dan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai penyebab, pencegahan, dan penatalaksanaan pusing dan demam.
Penjelasan rinci dan terperinci di atas diharapkan dapat membantu Anda dalam memahami diagnosa keperawatan, luaran asuhan keperawatan, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien dengan keluhan pusing dan demam. Sebagai perawat, saya akan berusaha memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien untuk membantu mencapai hasil yang optimal. -
Article No. 7966 | 05 Dec 2024
Klinis : pasien mengatakan pusing demam
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang mengatakan pusing dan demam.
Diagnosa Keperawatan:
1. Hipertermia
Penjelasan:
Menurut SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas 37,5°C. Kondisi ini dapat disebabkan oleh infeksi, dehidrasi, cedera, atau kondisi lainnya. Gejala yang muncul dapat berupa pusing, demam, dan peningkatan suhu tubuh.
Rencana Keperawatan (SLKI):
1. Manajemen Hipertermia
- Pemantauan suhu tubuh secara berkala
- Pemberian kompres hangat/dingin untuk menurunkan suhu tubuh
- Pemberian cairan (oral atau parenteral) untuk rehidrasi
- Identifikasi penyebab hipertermia dan penanganan yang sesuai
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Hipertermia
- Kaji suhu tubuh pasien secara berkala
- Berikan kompres hangat/dingin untuk menurunkan suhu tubuh
- Anjurkan pasien untuk minum cairan yang cukup
- Identifikasi penyebab hipertermia dan lakukan penanganan yang sesuai
Evaluasi:
Diharapkan setelah intervensi keperawatan, suhu tubuh pasien dapat kembali normal, pusing dan keluhan lain berkurang, serta pasien dapat mengikuti rencana perawatan dengan baik.
Mohon maaf jika penjelasan saya kurang lengkap. Sebagai perawat, saya akan berusaha memberikan perawatan yang terbaik sesuai standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia. -
Article No. 7967 | 05 Dec 2024
Klinis : hipotermi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI untuk Hipotermi:
Hipotermi
Definisi: Penurunan suhu tubuh kurang dari 35°C (95°F) yang terjadi karena ketidakmampuan tubuh untuk mempertahankan suhu tubuh normal.
Penyebab:
- Paparan lingkungan yang dingin atau basah
- Gangguan sistem saraf pusat
- Malnutrisi
- Usia lanjut
- Gangguan metabolisme
Gejala:
- Suhu tubuh kurang dari 35°C
- Letargi
- Lemah
- Tremor
- Bingung
- Disorientasi
- Detak jantung lambat
- Napas lambat dan dalam
Intervensi Keperawatan (SLKI):
1. Pengaturan Suhu Tubuh
- Pertahankan suhu lingkungan yang hangat
- Berikan pakaian dan selimut yang hangat
- Hindari kontak langsung dengan permukaan yang dingin
2. Manajemen Perfusi Jaringan
- Pantau tanda-tanda vital secara ketat
- Pertahankan curah jantung yang adekuat
- Berikan cairan hangat melalui intravena jika perlu
3. Manajemen Nyeri
- Identifikasi dan kendalikan sumber nyeri
- Berikan analgesik sesuai indikasi
4. Pendidikan Kesehatan
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pencegahan dan penanganan hipotermi
Hasil yang Diharapkan (SIKI):
1. Pasien menunjukkan peningkatan suhu tubuh ke dalam rentang normal.
2. Pasien menunjukkan perfusi jaringan yang adekuat.
3. Pasien melaporkan nyeri yang terkendali.
4. Pasien dan keluarga memahami manajemen hipotermi.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) telah mengembangkan standar diagnosa keperawatan, intervensi, dan hasil yang diharapkan melalui SDKI, SLKI, dan SIKI. Ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan keseragaman praktik keperawatan di Indonesia. -
Article No. 7968 | 05 Dec 2024
Klinis : demam flu
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi demam flu dengan tone akademis dan persona sebagai pakar/perawat.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Pola Napas
- Definisi: Ketidakmampuan mempertahankan atau melakukan pola napas yang efektif untuk mendukung kebutuhan oksigenasi.
- Penyebab: Infeksi saluran pernapasan.
- Gejala: Sesak napas, napas cepat, dan perubahan frekuensi napas.
2. Hipertermia
- Definisi: Peningkatan suhu tubuh di atas batas normal.
- Penyebab: Infeksi virus atau bakteri.
- Gejala: Demam, menggigil, dan kulit terasa panas.
3. Defisit Perawatan Diri
- Definisi: Keterbatasan dalam melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri.
- Penyebab: Kelemahan fisik akibat infeksi.
- Gejala: Keterbatasan dalam mandi, berpakaian, dan aktivitas perawatan diri lainnya.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah sistem klasifikasi standar yang digunakan untuk menentukan diagnosa keperawatan berdasarkan masalah kesehatan yang dialami oleh pasien.
SLKI (Standar Label Keperawatan Indonesia) adalah sistem klasifikasi standar yang digunakan untuk menentukan label atau judul dari diagnosa keperawatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah sistem klasifikasi standar yang digunakan untuk menentukan intervensi atau tindakan keperawatan yang sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah ditetapkan.
Penggunaan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dalam praktik keperawatan bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan keakuratan dalam proses pengkajian, perumusan diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi asuhan keperawatan. -
Article No. 7969 | 05 Dec 2024
Klinis : demam flu
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis untuk kondisi demam flu:
1. Kode ICD-10:
- Kode: J11.1
- Deskripsi: Influenza dengan manifestasi pernapasan lain, virus tidak diidentifikasi
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.59
- Deskripsi: Pemberian obat lain, yang tidak diklasifikasikan di tempat lain
Penjelasan detail:
1. Kode ICD-10 J11.1 digunakan untuk mengklasifikasikan influenza (flu) dengan manifestasi pernapasan lain, di mana virus penyebab tidak dapat diidentifikasi. Ini adalah kode yang umum digunakan untuk diagnosis flu, karena tidak selalu memungkinkan untuk menentukan dengan pasti virus penyebab influenza.
2. Pada kasus demam flu, biasanya perawatan yang diberikan adalah pemberian obat-obatan simtomatik untuk mengurangi gejala-gejala seperti demam, nyeri otot, dan lain-lain. Kode ICD-9-CM 99.59 mencakup pemberian obat-obatan lain yang tidak diklasifikasikan di tempat lain, termasuk pemberian obat-obatan untuk menangani gejala flu.
Perlu diperhatikan bahwa penggunaan kode ICD-10 dan ICD-9-CM harus disesuaikan dengan dokumentasi klinis dan kondisi pasien yang spesifik. Kode-kode ini digunakan oleh tenaga kesehatan, seperti dokter dan perekam medis, untuk mengkodekan diagnosa dan tindakan medis yang dilakukan. -
Article No. 7970 | 05 Dec 2024
Klinis : demam flu
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan penjelasan rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI untuk Kondisi Demam Flu:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi demam flu berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah "Risiko Infeksi Akut" (00004). Kondisi demam flu menunjukkan adanya risiko infeksi akut, di mana pasien mengalami demam, gejala flu seperti sakit tenggorokan, pilek, dan batuk. Diagnosa ini mengidentifikasi adanya ancaman atau kemungkinan infeksi yang dapat terjadi pada pasien.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan yang sesuai, luaran atau output yang diharapkan berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) adalah "Kontrol Infeksi" (1841). Luaran ini menggambarkan kemampuan pasien untuk mengendalikan dan mencegah penyebaran infeksi. Indikator yang dapat diukur antara lain:
1. Pasien dapat mengidentifikasi tanda dan gejala infeksi
2. Pasien dapat menjelaskan cara-cara mencegah penyebaran infeksi
3. Pasien dapat menerapkan tindakan pencegahan infeksi yang sesuai
4. Pasien menunjukkan penurunan tanda dan gejala infeksi
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan (SIKI):
Berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai luaran "Kontrol Infeksi" pada pasien dengan kondisi demam flu adalah:
1. Manajemen Demam (3740)
Intervensi ini bertujuan untuk menurunkan suhu tubuh pasien dan mencegah komplikasi yang dapat terjadi akibat demam. Tindakan yang dapat dilakukan meliputi pemberian obat penurun demam, kompres hangat/dingin, dan pemantauan tanda-tanda vital.
2. Manajemen Jalan Napas (3300)
Intervensi ini bertujuan untuk mempertahankan fungsi pernapasan pasien. Tindakan yang dapat dilakukan meliputi pengisapan lendir, pemberian oksigen, dan latihan napas dalam.
3. Edukasi Kesehatan (5510)
Intervensi ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman pasien tentang kondisi infeksi flu dan cara-cara pencegahannya. Edukasi dapat mencakup penjelasan tentang penyebab, tanda-tanda, dan komplikasi flu serta langkah-langkah pencegahan yang dapat dilakukan.
4. Manajemen Lingkungan: Infeksi (6540)
Intervensi ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang aman dan mencegah penyebaran infeksi. Tindakan yang dapat dilakukan meliputi menjaga kebersihan lingkungan, penggunaan alat pelindung diri, dan penerapan teknik isolasi/pencegahan infeksi yang sesuai.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran "Kontrol Infeksi" dan mengendalikan kondisi demam flu yang dialami.