Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 8127 | 07 Dec 2024
Klinis : Bayi permpuan, 3 bulan, di rawat di ruang perinatology. Hasil pengkajian, Ibu pasien mengatakan berat badan anak susah naik sejak lahir, napsu makan berkurang, anak sulit menyusu, tampak lemah, pucat, bibir sianosis, akral dingin, konjungtiva anemis, fekuensi napas 40 x/menit, frekuensi nadi 112 x/menit, suhu 36.8°C. Apa masalah keperawatan pada kasus tersebut?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya dapat memberikan analisis berdasarkan SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang dikeluarkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kasus bayi perempuan berusia 3 bulan yang dirawat di ruang perinatologi dengan gejala-gejala yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Pola Makan berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat ditandai dengan berat badan sulit naik, napsu makan berkurang, dan bayi tampak lemah.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Bayi dapat mengonsumsi asupan nutrisi yang adekuat.
- Berat badan bayi meningkat sesuai usia.
- Bayi tampak sehat dan aktif.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk mengevaluasi kebutuhan nutrisi bayi.
- Berikan makanan/susu dengan komposisi dan jumlah yang sesuai.
- Pantau asupan, berat badan, dan tanda-tanda vital bayi secara rutin.
- Edukasi ibu tentang pentingnya nutrisi yang adekuat untuk pertumbuhan bayi.
2. Penurunan Perfusi Jaringan Perifer berhubungan dengan gangguan sirkulasi ditandai dengan akral dingin, bibir sianosis, dan konjungtiva anemis.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Perfusi jaringan perifer membaik.
- Tidak ada tanda-tanda sianosis atau kekurangan oksigen.
- Temperatur ekstremitas dalam rentang normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Pantau tanda-tanda vital dan perfusi perifer secara rutin.
- Pertahankan temperatur lingkungan yang hangat.
- Lakukan tindakan untuk meningkatkan sirkulasi, seperti memberikan kehangatan.
- Kolaborasi dengan dokter untuk penanganan medis yang sesuai.
Dengan pendekatan keperawatan berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI, diharapkan bayi dapat memperoleh asuhan keperawatan yang komprehensif dan terarah untuk mengatasi masalah yang dihadapi. -
Article No. 8128 | 07 Dec 2024
Klinis : Bayi permpuan, 3 bulan, di rawat di ruang perinatology. Hasil pengkajian, Ibu pasien mengatakan berat badan anak susah naik sejak lahir, napsu makan berkurang, anak sulit menyusu, tampak lemah, pucat, bibir sianosis, akral dingin, konjungtiva anemis, fekuensi napas 40 x/menit, frekuensi nadi 112 x/menit, suhu 36.8°C. Apa masalah keperawatan pada kasus tersebut?
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi tersebut:
Berdasarkan data pengkajian yang diberikan, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
a. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan nutrisi tidak adekuat, ditandai dengan berat badan sulit naik, napsu makan berkurang, dan anak sulit menyusu.
b. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan kelelahan otot pernapasan, ditandai dengan frekuensi napas 40 x/menit.
c. Perfusi jaringan perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan volume cairan, ditandai dengan akral dingin, konjungtiva anemis, dan frekuensi nadi 112 x/menit.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh:
- Berat badan bayi akan meningkat sesuai dengan usia.
- Nafsu makan bayi akan meningkat.
- Bayi akan dapat menyusu dengan efektif.
b. Ketidakefektifan pola napas:
- Frekuensi napas bayi akan berada dalam rentang normal (30-60 x/menit).
- Bayi akan menunjukkan pernapasan yang efektif.
c. Perfusi jaringan perifer tidak efektif:
- Ekstremitas bayi akan teraba hangat.
- Warna kulit bayi akan membaik (tidak pucat).
- Frekuensi nadi bayi akan berada dalam rentang normal (100-160 x/menit).
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh:
- Lakukan pengkajian nutrisi secara komprehensif.
- Berikan nutrisi enteral sesuai kebutuhan bayi.
- Ajarkan ibu teknik menyusui yang efektif.
- Pantau berat badan bayi secara teratur.
b. Ketidakefektifan pola napas:
- Lakukan pengkajian fungsi pernapasan secara komprehensif.
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan.
- Lakukan fisioterapi dada jika perlu.
- Pantau tanda-tanda vital pernapasan secara teratur.
c. Perfusi jaringan perifer tidak efektif:
- Lakukan pengkajian fungsi kardiovaskular secara komprehensif.
- Berikan cairan intravena sesuai kebutuhan.
- Pantau tanda-tanda vital kardiovaskular secara teratur.
- Kolaborasi dengan dokter untuk penanganan medis yang diperlukan.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus mempertimbangkan kondisi pasien secara menyeluruh, menetapkan prioritas masalah, dan melakukan intervensi yang sesuai untuk mencapai luaran yang diharapkan. Perawat juga harus bekerja sama dengan tim kesehatan lainnya untuk memastikan penanganan yang komprehensif bagi pasien. -
Article No. 8129 | 07 Dec 2024
Klinis : Puisng beroutar mual muntah 2 hari
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan mempertimbangkan gejala pusar berputar, mual, dan muntah selama 2 hari yang Anda sampaikan, berikut adalah kode ICD-10 dan ICD-9-CM yang sesuai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R11.2
- Deskripsi: Mual dan muntah tidak terspesifikasi
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ada kode ICD-9-CM prosedur yang spesifik untuk gejala ini. Penanganan umumnya berupa terapi konservatif, yaitu pemberian antiemetik untuk meredakan mual dan muntah.
Penjelasan:
Kode ICD-10 R11.2 (Mual dan muntah tidak terspesifikasi) merupakan kode yang paling sesuai dengan gejala pusar berputar, mual, dan muntah yang Anda sampaikan. Kode ini digunakan untuk menggambarkan kondisi umum mual dan muntah tanpa penyebab yang jelas.
Karena tidak ada prosedur atau tindakan medis spesifik yang umumnya dilakukan untuk gejala ini, tidak terdapat kode ICD-9-CM prosedur yang sesuai. Penanganan biasanya terdiri dari terapi konservatif, seperti pemberian obat antiemetik untuk meredakan mual dan muntah, disertai dengan identifikasi dan penanganan penyebab yang mendasarinya. -
Article No. 8130 | 07 Dec 2024
Klinis : Muncul benjolan di selakangan 1 minggu membesar dan nyeri
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan gejala yang Anda deskripsikan, yaitu muncul benjolan di selakangan yang membesar dan nyeri dalam 1 minggu, diagnosis yang sesuai adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: K40.9
- Deskripsi: Hernia inguinal tidak terspesifikasi, tanpa obstruksi atau gangren
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 53.00
- Deskripsi: Reparasi hernia inguinal, teknik tidak dinyatakan
Penjelasan:
- Kode ICD-10 K40.9 mengindikasikan adanya hernia inguinal, yaitu tonjolan atau pembengkakan di daerah selangkangan yang disebabkan oleh organ atau jaringan yang keluar dari rongga perut melalui celah di dinding abdomen. Hernia inguinal ini tidak disertai dengan obstruksi atau gangren.
- Jika diperlukan, tindakan medis yang dapat dilakukan adalah reparasi hernia inguinal (kode ICD-9-CM 53.00), yang meliputi prosedur pembedahan untuk mengembalikan organ atau jaringan yang keluar dari rongga perut dan memperkuat dinding abdomen.
- Pemeriksaan klinis dan pencitraan (misalnya ultrasonografi) mungkin diperlukan untuk menegakkan diagnosis dan menentukan rencana penatalaksanaan yang sesuai. -
Article No. 8131 | 07 Dec 2024
Klinis : Mual muntah dada panas seperti terbakar 2 minggu
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai dengan kondisi yang Anda deskripsikan.
1. Kode ICD-10:
- Kode: R11.2
- Deskripsi: Mual dan muntah, tidak diklasifikasi di tempat lain
Penjelasan:
Kode ICD-10 R11.2 (Mual dan muntah, tidak diklasifikasi di tempat lain) sesuai dengan gejala yang Anda deskripsikan, yaitu mual dan muntah yang berlangsung selama 2 minggu. Kode ini digunakan untuk mengklasifikasikan mual dan muntah yang tidak dapat diatribusikan ke kondisi yang lebih spesifik.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ada kode prosedur/tindakan medis yang spesifik
Penjelasan:
Berdasarkan informasi yang diberikan, tidak ada kode ICD-9-CM Procedure yang dapat diterapkan, karena tidak disebutkan adanya tindakan medis yang dilakukan. Kasus ini hanya meliputi gejala klinis tanpa prosedur medis yang perlu dikodekan.
Dalam kasus ini, evaluasi dan pemeriksaan lebih lanjut mungkin diperlukan untuk menentukan penyebab dari mual dan muntah yang disertai dengan rasa panas di dada. Dokter atau perekam medis dapat mempertimbangkan diagnosis diferensial lainnya dan memberikan kode ICD-10 yang sesuai setelah melakukan evaluasi yang lebih komprehensif. -
Article No. 8132 | 07 Dec 2024
Klinis : Ada abses di dada mengeluarkan nanah pasien riwayat diabetes
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: L02.22
- Deskripsi: Abses kulit dan jaringan subkutan di dada
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 86.04
- Deskripsi: Insisi dan drainase abses subkutan atau jaringan lunak
Penjelasan:
Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien mengalami abses di dada yang mengeluarkan nanah dan memiliki riwayat diabetes. Kode ICD-10 yang sesuai adalah L02.22, yang menggambarkan abses kulit dan jaringan subkutan di dada. Pasien dengan diabetes memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami infeksi kulit dan jaringan lunak, termasuk abses.
Sementara itu, tindakan medis yang mungkin dilakukan adalah insisi dan drainase abses, yang memiliki kode ICD-9-CM 86.04. Prosedur ini bertujuan untuk mengeluarkan nanah dan membantu proses penyembuhan. Selain itu, pengelolaan diabetes pasien juga menjadi penting dalam mencegah komplikasi dan membantu proses penyembuhan. -
Article No. 8133 | 07 Dec 2024
Klinis : Patah tulang terbuka radius ulna tangan kiri
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan hormat, untuk kondisi patah tulang terbuka radius ulna tangan kiri, diperoleh kode dan deskripsi sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: S52.21
- Deskripsi: Patah tulang terbuka radius, bagian distal, tangan kiri
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 79.12
- Deskripsi: Pemasangan fiksasi eksternal pada tulang radius dan ulna
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 S52.21 menunjukkan patah tulang terbuka radius, bagian distal, pada tangan kiri. Kode S52 mewakili patah tulang pada lengan bawah, dan kode .21 menunjukkan patah tulang terbuka di bagian distal (ujung) radius.
2. Kode ICD-9-CM Procedure 79.12 merujuk pada pemasangan fiksasi eksternal pada tulang radius dan ulna. Prosedur ini dilakukan untuk menstabilkan dan memfasilitasi penyembuhan patah tulang terbuka pada lengan bawah.
Dalam penatalaksanaan klinis, dokter akan mengevaluasi derajat kerusakan, stabilitas patah tulang, dan menentukan tindakan yang sesuai, seperti pemasangan fiksasi eksternal, operasi pembedahan, atau tindakan lain yang diperlukan untuk mengelola patah tulang terbuka pada tangan kiri. -
Article No. 8134 | 07 Dec 2024
Klinis : Patah tulang clavicula kiri rencana pemasangan fiksasi internal
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai dengan kondisi yang Anda berikan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: S42.01
- Deskripsi: Patah tulang clavicula bagian kiri
2. Kode ICD-9-CM Procedure:
- Kode: 78.50
- Deskripsi: Pemasangan fiksasi internal pada patah tulang, tidak diklasifikasikan di tempat lain
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 S42.01 menunjukkan diagnosis patah tulang clavicula (tulang selangka) pada bagian kiri. Kode ini termasuk dalam kategori S42 "Patah tulang bahu dan lengan atas".
2. Kode ICD-9-CM 78.50 mengindikasikan prosedur pemasangan fiksasi internal untuk penanganan patah tulang. Kode ini termasuk dalam kategori "Operasi pada tulang, sendi, dan otot-otot lain" dan digunakan untuk menunjukkan tindakan bedah yang dilakukan untuk memperbaiki patah tulang dengan menggunakan alat fiksasi internal, seperti plate, sekrup, atau pin, agar tulang dapat kembali pada posisi yang tepat dan beregenerasi dengan baik.
Dalam kasus ini, pasien mengalami patah tulang clavicula kiri dan direncanakan untuk dilakukan pemasangan fiksasi internal sebagai bagian dari penanganan kondisi tersebut. -
Article No. 8135 | 07 Dec 2024
Klinis : Pasien dbd dengan tanda syok dan dilakukan rawat inap dan resusitasi cairan
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, yaitu pasien mengalami demam berdarah dengue (DBD) dengan tanda syok yang memerlukan rawat inap dan resusitasi cairan, berikut kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis:
1. Kode ICD-10:
- Kode: A91
- Deskripsi: Demam berdarah dengue
2. Kode ICD-9-CM Procedure:
- Kode: 99.19
- Deskripsi: Resusitasi cairan intravena
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 A91 mewakili diagnosis Demam Berdarah Dengue (DBD), yang merupakan penyakit virus yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Penyakit ini ditandai dengan demam tinggi, manifestasi hemoragik, dan dapat berkembang menjadi syok hipovolemik.
2. Kode ICD-9-CM 99.19 untuk Resusitasi cairan intravena menunjukkan bahwa pasien telah mendapatkan intervensi medis berupa pemberian cairan intravena sebagai bagian dari manajemen syok hipovolemik akibat kebocoran plasma pada DBD.
Dalam penanganan pasien DBD dengan tanda syok, resusitasi cairan intravena merupakan salah satu tindakan krusial untuk menjaga volume darah dan mencegah terjadinya komplikasi yang mengancam jiwa. Kode-kode ini akan digunakan untuk keperluan dokumentasi medis, penagihan, dan pelaporan epidemiologi. -
Article No. 8136 | 07 Dec 2024
Klinis : REsiko infeksi pemasangan kateter urine
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran asuhan keperawatan, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi "Risiko infeksi pemasangan kateter urine".
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi "Risiko infeksi pemasangan kateter urine" adalah "Risiko Infeksi". Diagnosa ini diambil dari Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) yang menjelaskan bahwa risiko infeksi adalah "Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen, yang dapat membahayakan kesehatan". Dalam konteks pemasangan kateter urine, pasien memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terkena infeksi saluran kemih (ISK) akibat masuknya kuman melalui kateter.
Luaran/Output SLKI:
Luaran/output yang diharapkan setelah pemberian asuhan keperawatan untuk mengatasi "Risiko Infeksi pemasangan kateter urine" adalah:
1. Tidak terjadi infeksi saluran kemih (ISK)
2. Tidak terjadi komplikasi akibat infeksi
3. Pasien menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal
4. Pasien melaporkan tidak ada gejala infeksi (demam, nyeri, disuria, dll.)
5. Hasil pemeriksaan laboratorium (urinalisis, kultur urine) dalam batas normal
Luaran ini diambil dari Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) yang menggambarkan hasil yang diharapkan setelah pemberian asuhan keperawatan.
Intervensi Keperawatan SIKI:
Berikut adalah intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai luaran/output yang diharapkan:
1. Observasi
- Pantau tanda-tanda vital (suhu, nadi, pernapasan, tekanan darah)
- Pantau karakteristik urine (warna, bau, jumlah, kejernihan)
- Lakukan pemeriksaan laboratorium (urinalisis, kultur urine) sesuai indikasi
2. Edukasi
- Jelaskan kepada pasien/keluarga tentang pentingnya menjaga kebersihan daerah genital dan perawatan kateter urine
- Ajarkan pasien/keluarga tentang tanda dan gejala infeksi serta tindakan yang harus dilakukan
3. Tindakan Keperawatan
- Lakukan pencegahan infeksi sesuai prosedur, seperti cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan kateter
- Pertahankan sistem drainase kateter tetap tertutup dan tidak ada kebocoran
- Ganti kateter sesuai indikasi untuk mencegah kolonisasi kuman
- Berikan terapi antibiotik sesuai indikasi dan anjuran dokter
Intervensi di atas diambil dari Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang mencakup observasi, edukasi, dan tindakan keperawatan yang diperlukan untuk mencegah dan mengatasi risiko infeksi pada pasien dengan pemasangan kateter urine.
Dengan melaksanakan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi yang sesuai, diharapkan dapat mencegah dan mengatasi risiko infeksi pada pasien dengan pemasangan kateter urine sehingga dapat mencapai hasil yang optimal.