Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 8218 | 08 Dec 2024
Klinis : BATUK, TENGGOROKAN GATAL, DEMAM, SESAK, NAFSU MAKAN BERKURANG
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
- Penyebab: Sekresi jalan napas yang berlebih, peningkatan produksi sekret, dan penurunan kemampuan untuk mengeluarkan sekret.
2. Nyeri Tenggorokan
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan terkait dengan kerusakan aktual atau potensial pada jaringan tenggorokan.
- Penyebab: Inflamasi atau iritasi pada tenggorokan.
3. Hipertermia
- Definisi: Suhu tubuh di atas batas normal, yang disebabkan oleh peningkatan produksi panas atau penurunan disipasi panas.
- Penyebab: Infeksi atau proses inflamasi.
4. Intoleransi Aktivitas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk bertoleransi atau menyelesaikan aktivitas rutin karena keterbatasan energi.
- Penyebab: Penurunan kapasitas fungsional, penurunan energi, dan sesak napas.
5. Gangguan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- Definisi: Asupan nutrisi yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Penyebab: Anoreksia, penurunan nafsu makan, dan peningkatan kebutuhan nutrisi.
Penjelasan Singkat Standar:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk mengidentifikasi dan merumuskan diagnosa keperawatan berdasarkan respons klien terhadap masalah kesehatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan kriteria hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan tindakan keperawatan yang diberikan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Sebagai seorang perawat, saya akan menggunakan standar-standar ini untuk memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandar untuk menangani kondisi Anda. -
Article No. 8219 | 08 Dec 2024
Klinis : SAKIT KEPALA (NYUT-NYUT), DEMAM MERIANG, MUAL MUNTAH.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat terkait Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi sakit kepala (nyut-nyut), demam meriang, dan mual muntah.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Kepala Akut
- SDKI: Nyeri Kepala Akut adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial di daerah kepala.
- SLKI: Tingkat nyeri terkontrol, Pengetahuan perawatan diri nyeri meningkat, Koping efektif.
- SIKI: Manajemen Nyeri, Manajemen Demam, Edukasi Kesehatan.
2. Intoleransi Aktivitas
- SDKI: Intoleransi Aktivitas adalah ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin karena adanya keterbatasan kapasitas fisik dan/atau psikologis.
- SLKI: Toleransi Aktivitas Meningkat, Energi Terpelihara, Motivasi Meningkat.
- SIKI: Manajemen Energi, Manajemen Aktivitas, Dukungan Emosional.
3. Mual
- SDKI: Mual adalah sensasi tidak nyaman di perut yang dapat mengarah pada keinginan untuk muntah.
- SLKI: Mual Terkontrol, Asupan Makanan Adekuat, Hidrasi Terpenuhi.
- SIKI: Manajemen Mual dan Muntah, Manajemen Cairan, Edukasi Kesehatan.
Dalam kondisi ini, pasien mengalami gejala sakit kepala (nyut-nyut), demam meriang, dan mual muntah. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Nyeri Kepala Akut, Intoleransi Aktivitas, dan Mual. Masing-masing diagnosa memiliki tujuan luaran dan intervensi keperawatan yang terstandar berdasarkan SLKI dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia. -
Article No. 8220 | 08 Dec 2024
Klinis : LEUKEMIA Tn. E, 28 tahun, dirawat diruangan penyakit dalam dengan keluhan badan terasa lemas dan demam. Sejak 3 bulan sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh badanya terasa menjadi mudah lelah dan demam, demam naik turun. Pasien juga merasa linu-linu pada kaki dan tangan kanan maupun kiri. Linu-linu sering terasa pada pagi hari. Pasien sering merasa demam sumer-sumer sepanjang hari. Sejak 1 bulan SMRS pasien mengeluh sakit gigi dan gusi membengkak. Sejak 15 hari sebelum masuk rumah sakit muncul bintik-bintik merah pada wajah pasien kemudian timbul pada tangan dan kaki, bintik-bintik yang timbul pada wajah pasien dirasakan perih dan panas, awalnya sebelum muncul bintik merah wajah pasien bengkak dan berwarna biru-biru. Pasien juga mengeluh kedua matanya merah. Pasien mengatakan nafsu makannya berkurang hingga badanya terlihat lebih kurus dari sebelumnya. Status gizi kurang (BB saat ini 46 kg, tinggi badan 155 cm, indeks massa tubuh 19,1 kg/m2) Saat rawatan hari-1 mata pasien kemerahan tampak berdarah dan gusi pasien membengkak. Kemudian pasien pilek dan batuk, tidak berdahak. Pasien tidak pernah mengalami sakit seperti ini sebelumnya. Pasien pernah periksa ke puskesmas dan diberi obat penurun panas. Tidak ada keluarga pasien yang mengalami gejala penyakit seperti yang dialami oleh pasien saat ini. Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum lemah, kesadaran composmentis. Pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan TD : 100/60 mmHg, HR: 100x/menit, RR 20x/menit dan suhu 39.50 C. Pemeriksaan kepala pada konjungtiva anemis dan pada pemeriksaan umum didapatkan purpura pada wajah, tangan dan kaki. Selain itu didapatkan edema palpebra pada kedua mata serta terdapat pembengkakan gusi. Tidak tampak pembesaran dan tidak teraba KGB leher. Pemeriksaan jantung; inspeksi : iktus kordis tidak terlihat, palpasi : iktus kordis tidak teraba, perkusi: dalam batas normal, auskultasi : bunyi jantung regular S1 = S2. Pemeriksaan paru; inspeksi: simetris, tidak terdapat retraksi, palpasi: fremitus kiri = kanan, perkusi: sonor di seluruh lapang paru, auskultasi: suara nafas vesikuler, suara nafas tambahan tidak ada. Pemeriksaan abdomen; inspeksi: cembung, ausklutasi : bising usus normal, palpasi : hepar tidak teraba, perkusi: timpani Pada pemeriksaan laboratorium darah rutin didapatkan hemoglobin 6,6 gr/dl, leukositosis 231.600/mm3, trombositopenia 24.000/mm3. Hasil evaluasi apusan darah tepi didapatkan: • Eritrosit : Hipokrom normositter, anisositosis, sel polikromasia (+), normoblast + 1 -2% • Leukosit : kesan jumlah meningkat, didominasi sel-sel mononuclear, bentuk inti irregular dan berlekuk, nucleolus (+), blast (+) +/- 10% • Trombosit : kesan jumlah menurun, anisotosis. Kesan leukimia akut (AML M5-M6). Hasil pemeriksaan urinalisa didapatkan hasil pH 6,0, protein (+), sedimen leukosit negatif, sedimen eritrosit positif, dan terdapat kristal oksalat. Terapi : Infus RL 20 tpm Cefotaxime 3 x 1 gr (IV) Kalnex 3 x 1 amp (IV) Sotatik 3 x 1 amp (IV) Aspar 3 x 1 tab (PO) Tranfusi PRC 1 kolf/hr Pasien direncanakan untuk mendapatkan regimen kemoterapi dengan Daunorubisin dan Sitarabin. cari kan diagnosa beserta dengan do ds dan diagram panah etiologinya
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang sesuai dengan kasus Tn. E yang mengalami leukemia.
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan penurunan energi dan anemia akibat leukemia.
2. Kerusakan Integritas Kulit berhubungan dengan purpura dan perdarahan akibat trombositopenia.
3. Perubahan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan anoreksia dan status gizi kurang.
4. Risiko Infeksi berhubungan dengan penurunan fungsi leukosit akibat leukemia.
Penjelasan Singkat SDKI, SLKI, dan SIKI:
1. Intoleransi Aktivitas
SDKI: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas yang diinginkan atau diperlukan, yang disebabkan oleh perasaan kelelahan, kelemahan, atau kurangnya energi.
SLKI: Peningkatan kemampuan fisik, psikologis, dan sosial untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang diinginkan atau diperlukan.
SIKI: Intervensi keperawatan yang bertujuan untuk meningkatkan toleransi pasien terhadap aktivitas, seperti manajemen energi, aktivitas bertahap, dan edukasi.
2. Kerusakan Integritas Kulit
SDKI: Kerusakan pada struktur dan fungsi kulit.
SLKI: Pemulihan integritas kulit dan jaringan yang rusak.
SIKI: Intervensi keperawatan yang bertujuan untuk mencegah dan merawat kerusakan kulit, seperti perawatan luka, pencegahan perdarahan, dan edukasi perawatan kulit.
3. Perubahan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
SDKI: Asupan nutrisi yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
SLKI: Pemulihan status nutrisi yang optimal.
SIKI: Intervensi keperawatan yang bertujuan untuk meningkatkan asupan nutrisi, seperti pemberian nutrisi enteral atau parenteral, edukasi gizi, dan konsultasi ahli gizi.
4. Risiko Infeksi
SDKI: Keadaan yang rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen.
SLKI: Pencegahan dan pengendalian infeksi.
SIKI: Intervensi keperawatan yang bertujuan untuk mencegah dan mengendalikan infeksi, seperti pencegahan transmisi mikroorganisme, pemberian terapi antibiotik, dan pemantauan tanda-tanda infeksi.
Diagram Panah Etiologi:
[Diagram Panah Etiologi]
Leukemia -> Penurunan Fungsi Leukosit -> Risiko Infeksi
Leukemia -> Penurunan Produksi Trombosit -> Kerusakan Integritas Kulit
Leukemia -> Penurunan Produksi Eritrosit -> Anemia -> Intoleransi Aktivitas
Leukemia -> Anoreksia -> Perubahan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh -
Article No. 8221 | 08 Dec 2024
Klinis : HEMOFILIA Tn. A, 57 tahun, dirawat di RS dengan keluhan berak hitam dan muntah darah dengan kecurigaan hemofilia. BAB hitam sejak 13 hari sebelum masuk rumah sakit dengan konsistensi lengket dan bau khas, dengan volume 3-4 gelas perhari. Muntah darah kehitaman seperti kopi dan sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit, frekuensi 3-4 kali dan volume seperempat gelas tiap kali muntah. Disertai nyeri ulu hati yang telah lama diderita sebelum timbul keluhan BAB hitam. Nyeri ulu hati dirasakan panas tidak menjalar ke bagian tubuh yang lainnya. Penderita kadang-kadang mengeluh mual. Badan terasa lemah sejak sakit, sehingga penderita terganggu aktifitas sehari-harinya. Aktifitas sehar-hari pasien dibantu oleh keluarga dan perawat. Riwayat sakit sebelumnya, penderita telah dirawat selama 13 hari di rumah sakit dan telah menerima transfusi darah sebanyak 15 kantung. Terdapat riwayat minum obat-obatan anti nyeri karena keluhan nyeri sendi lutut. Pasien pernah mengalami perdarahan yang hebat setelah cabut gigi, saat itu penderita dirawat di RS. Penderita sering mengalami perdarahan sejak usia 5 tahun terutama setelah terbentur atau terjatuh. Tidak ada riwayat penyakit kuning sebelumnya. Penderita tidak mengkonsumsi alkohol atau jamu. Riwayat penyakit keluarga, saudara kandung laki-laki penderita mengalami keluhan perdarahan yang sama dan telah meninggal dunia saat usia anak-anak. Pada pemeriksaan fisik penderita tampak lemah dengan kesadaran compos mentis, tekanan darah 100/70 mmHg, HR 120 kali/menit lemah, respirasi 28 kali/menit, nafas cepat dan dangkal dan suhu 36,70 C. Mata tampak anemis, cekung dan tidak ada ikterus. Bibir tampak pucat, dan kering, pada lidah tidak didapatkan atropi papil. Inspeksi thorak tidak didapatkan spider nevi. Batas -b atas jantung normal, auskultasi: b unyi jantung pertama dan kedua teratur, tidak ada suara tambahan. Pemeriksaan paru normal , auskultasi: s uara nafas vesicular dan tidak didapatkan suara nafas tambahan. Pemeriksaan abdomen tidak ditemukan distensi abdomen asites dan caput medus a . Bising usus normal. Hati dan limpa tidak membesa r, timpani. Tidak dijumpai adanya defence muscular dan nyeri tekan epigastrial. Ekstremitas teraba hangat, odema pada kedua tungkai inferior , turgor kulit > 2 detik . Tampak hematom pada lengan atas kiri dengan diameter 5 cm. Pemeriksaan rectal toucher didapatkan tonus sphincter ani normal, mucosa licin, tidak ada massa dan terdapat melena. Pemeriksaan penunjang laboratorium darah lengkap menunjukkan leukosit 10,9 K/uL (normal: 4,5- 11 K/uL), hemoglobin 7,7 gr/dl (normal: 13.5-18.0 gr/dl), hematokrit 14,3 % (normal: 40-54%), MCV 82,4 fl (normal: 80-94 fl), MCH 28,7 pg (normal: 27- 32 pg), trombosit 66 K/ul (normal: 150440 K/uL). Hasil pemeriksaan faal hemostasis: waktu perdarahan: 2,0 menit (normal: 1-3 menit), waktu pembekuan: 14,0 menit (normal: 5-15 menit), waktu protrombin (PT) : 21 detik (normal: 12- 18 detik), APTT : 96 detik (normal: 22.6-35 detik). AST 27 mg/dl (normal: 14-50mg/dl), ALT 33 mg/dl (normal: 11-64 mg/dl), bilirubin total 0,6 mg/dl (normal :0,0-1,0 mg/dl), bilirubin direk 0,1 mg/dl (normal: 0,0-0,3 mg/dl), cholesterol 26 mg/dl (normal: 110-200 mg/dl), albumin 0,8 mg/dl (normal 4.0-5.7 mg/dl). Pemeriksaan faktor VIII dan IX tidak dikerjakan karena tidak ada fasilitas pemeriksaan. Pasien dirawat dengan observasi hematemesis melena ec suspek ulkus peptikum dengan kondisi anemia ec perdarahan akut dan observasi trombositopeni, suspek hemofilia. Terapi : • Kreosipitat 15 unit • Tranfusi PRC sampai dengan kadar Hb > 10 g/dl • Traneksamat 3 x 500 mg (IV) • Ranitidin 2 x 200 mg (IV) • Antasida 3 x 10 ml (PO) • Sukralfat 3 x 10 ml (PO)
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi Tn. A dengan Hemofilia:
1. Risiko Perdarahan Berat
- Definisi: Risiko mengalami kehilangan darah yang berlebihan melebihi kemampuan tubuh untuk mengatasinya.
- Penyebab: Gangguan mekanisme hemostasis dan koagulasi.
- Tanda dan Gejala: Perdarahan spontan, perdarahan yang sulit berhenti, perdarahan setelah cedera atau tindakan medis.
2. Intoleransi Aktivitas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan.
- Penyebab: Anemia, kelemahan fisik, perdarahan.
- Tanda dan Gejala: Kelelahan, kelemahan, penurunan partisipasi dalam aktivitas sehari-hari.
3. Nyeri Kronis
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang berkelanjutan atau potensi kerusakan.
- Penyebab: Nyeri sendi, nyeri otot, dan nyeri akibat perdarahan.
- Tanda dan Gejala: Keluhan nyeri, perubahan tanda vital, perubahan ekspresi wajah, perubahan perilaku.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Risiko Perdarahan Berat:
- Kontrol Perdarahan: Darah dapat segera berhenti atau berkurang.
- Pemulihan Hemodinamik: Tanda-tanda vital dalam batas normal.
- Tingkat Hemoglobin: Kadar hemoglobin dalam batas normal.
2. Intoleransi Aktivitas:
- Tingkat Aktivitas: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
- Toleransi Aktivitas: Pasien dapat melakukan aktivitas tanpa keluhan kelelahan yang berlebihan.
- Kekuatan Otot: Kekuatan otot dalam batas normal.
3. Nyeri Kronis:
- Kontrol Nyeri: Pasien dapat mengendalikan nyeri dengan penanganan yang efektif.
- Kenyamanan Fisik: Pasien merasa nyaman secara fisik.
- Kemampuan Beraktivitas: Pasien dapat beraktivitas tanpa terbatas oleh rasa nyeri.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Risiko Perdarahan Berat:
- Pemantauan Tanda Vital
- Pemantauan Perdarahan
- Pemberian Komponen Darah
- Pemberian Terapi Antikoagulasi
- Edukasi Pencegahan Perdarahan
2. Intoleransi Aktivitas:
- Manajemen Aktifitas
- Peningkatan Mobilitas
- Peningkatan Kekuatan Otot
- Fasilitasi Aktivitas Fisik
- Edukasi Manajemen Aktivitas
3. Nyeri Kronis:
- Manajemen Nyeri
- Terapi Farmakologis Nyeri
- Terapi Non-Farmakologis Nyeri
- Edukasi Pengelolaan Nyeri
- Kolaborasi Terapi Nyeri
Secara keseluruhan, asuhan keperawatan yang komprehensif diperlukan untuk mengatasi masalah-masalah yang dialami oleh Tn. A dengan hemofilia, dengan fokus pada pencegahan dan penanganan perdarahan, peningkatan toleransi aktivitas, dan pengendalian nyeri kronis. Peran perawat sangat penting dalam memantau kondisi pasien, memberikan intervensi yang sesuai, serta berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya untuk mencapai luaran yang optimal bagi pasien. -
Article No. 8222 | 08 Dec 2024
Klinis : LEUKEMIA Tn. E, 28 tahun, dirawat diruangan penyakit dalam dengan keluhan badan terasa lemas dan demam. Sejak 3 bulan sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh badanya terasa menjadi mudah lelah dan demam, demam naik turun. Pasien juga merasa linu-linu pada kaki dan tangan kanan maupun kiri. Linu-linu sering terasa pada pagi hari. Pasien sering merasa demam sumer-sumer sepanjang hari. Sejak 1 bulan SMRS pasien mengeluh sakit gigi dan gusi membengkak. Sejak 15 hari sebelum masuk rumah sakit muncul bintik-bintik merah pada wajah pasien kemudian timbul pada tangan dan kaki, bintik-bintik yang timbul pada wajah pasien dirasakan perih dan panas, awalnya sebelum muncul bintik merah wajah pasien bengkak dan berwarna biru-biru. Pasien juga mengeluh kedua matanya merah. Pasien mengatakan nafsu makannya berkurang hingga badanya terlihat lebih kurus dari sebelumnya. Status gizi kurang (BB saat ini 46 kg, tinggi badan 155 cm, indeks massa tubuh 19,1 kg/m2) Saat rawatan hari-1 mata pasien kemerahan tampak berdarah dan gusi pasien membengkak. Kemudian pasien pilek dan batuk, tidak berdahak. Pasien tidak pernah mengalami sakit seperti ini sebelumnya. Pasien pernah periksa ke puskesmas dan diberi obat penurun panas. Tidak ada keluarga pasien yang mengalami gejala penyakit seperti yang dialami oleh pasien saat ini. Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum lemah, kesadaran composmentis. Pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan TD : 100/60 mmHg, HR: 100x/menit, RR 20x/menit dan suhu 39.50 C. Pemeriksaan kepala pada konjungtiva anemis dan pada pemeriksaan umum didapatkan purpura pada wajah, tangan dan kaki. Selain itu didapatkan edema palpebra pada kedua mata serta terdapat pembengkakan gusi. Tidak tampak pembesaran dan tidak teraba KGB leher. Pemeriksaan jantung; inspeksi : iktus kordis tidak terlihat, palpasi : iktus kordis tidak teraba, perkusi: dalam batas normal, auskultasi : bunyi jantung regular S1 = S2. Pemeriksaan paru; inspeksi: simetris, tidak terdapat retraksi, palpasi: fremitus kiri = kanan, perkusi: sonor di seluruh lapang paru, auskultasi: suara nafas vesikuler, suara nafas tambahan tidak ada. Pemeriksaan abdomen; inspeksi: cembung, ausklutasi : bising usus normal, palpasi : hepar tidak teraba, perkusi: timpani Pada pemeriksaan laboratorium darah rutin didapatkan hemoglobin 6,6 gr/dl, leukositosis 231.600/mm3, trombositopenia 24.000/mm3. Hasil evaluasi apusan darah tepi didapatkan: • Eritrosit : Hipokrom normositter, anisositosis, sel polikromasia (+), normoblast + 1 -2% • Leukosit : kesan jumlah meningkat, didominasi sel-sel mononuclear, bentuk inti irregular dan berlekuk, nucleolus (+), blast (+) +/- 10% • Trombosit : kesan jumlah menurun, anisotosis. Kesan leukimia akut (AML M5-M6). Hasil pemeriksaan urinalisa didapatkan hasil pH 6,0, protein (+), sedimen leukosit negatif, sedimen eritrosit positif, dan terdapat kristal oksalat. Terapi : Infus RL 20 tpm Cefotaxime 3 x 1 gr (IV) Kalnex 3 x 1 amp (IV) Sotatik 3 x 1 amp (IV) Aspar 3 x 1 tab (PO) Tranfusi PRC 1 kolf/hr Pasien direncanakan untuk mendapatkan regimen kemoterapi dengan Daunorubisin dan Sitarabin. cari kan diagnosa beserta dengan data objektif data subjectif dari kasus diatas dan diagram panah etiologinya
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Leukemia pada Tn. E.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Infeksi Berhubungan dengan Penurunan Sistem Imun
Data Subjektif: Pasien mengeluh demam, batuk, dan hidung berlendir.
Data Objektif: Pemeriksaan fisik menunjukkan suhu 39,5°C, adanya purpura pada wajah, tangan, dan kaki, serta pembengkakan gusi. Hasil laboratorium menunjukkan leukositosis dan trombositopenia.
2. Risiko Perdarahan Berhubungan dengan Penurunan Trombosit
Data Subjektif: Pasien mengeluh linu-linu pada kaki dan tangan, serta mata dan gusi berdarah.
Data Objektif: Hasil laboratorium menunjukkan trombositopenia 24.000/mm3.
3. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh Berhubungan dengan Anoreksia
Data Subjektif: Pasien mengeluh nafsu makan berkurang dan tubuhnya terlihat lebih kurus.
Data Objektif: Status gizi kurang dengan BB 46 kg, TB 155 cm, dan IMT 19,1 kg/m2.
4. Kelelahan Berhubungan dengan Anemia
Data Subjektif: Pasien mengeluh badan terasa lemas dan mudah lelah.
Data Objektif: Hasil laboratorium menunjukkan kadar Hb 6,6 g/dL.
Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) merupakan daftar diagnosa keperawatan yang disusun oleh PPNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesia) sebagai acuan bagi perawat dalam menentukan diagnosa keperawatan. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) merupakan daftar luaran/hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan, sedangkan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah daftar intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Diagram Panah Etiologi:
Leukemia
|
|
v
Risiko Infeksi Berhubungan dengan Penurunan Sistem Imun
|
|
v
Demam, Batuk, Hidung Berlendir
|
|
v
Risiko Perdarahan Berhubungan dengan Penurunan Trombosit
|
|
v
Linu-linu, Mata dan Gusi Berdarah
|
|
v
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh Berhubungan dengan Anoreksia
|
|
v
Nafsu Makan Berkurang, Tubuh Kurus
|
|
v
Kelelahan Berhubungan dengan Anemia
|
|
v
Badan Terasa Lemas, Mudah Lelah
Dalam kasus ini, diagnosa keperawatan utama yang teridentifikasi adalah Risiko Infeksi, Risiko Perdarahan, Ketidakseimbangan Nutrisi, dan Kelelahan, yang saling berhubungan sebagai dampak dari kondisi Leukemia pada Tn. E. -
Article No. 8223 | 08 Dec 2024
Klinis : LEUKEMIA Tn. E, 28 tahun, dirawat diruangan penyakit dalam dengan keluhan badan terasa lemas dan demam. Sejak 3 bulan sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh badanya terasa menjadi mudah lelah dan demam, demam naik turun. Pasien juga merasa linu-linu pada kaki dan tangan kanan maupun kiri. Linu-linu sering terasa pada pagi hari. Pasien sering merasa demam sumer-sumer sepanjang hari. Sejak 1 bulan SMRS pasien mengeluh sakit gigi dan gusi membengkak. Sejak 15 hari sebelum masuk rumah sakit muncul bintik-bintik merah pada wajah pasien kemudian timbul pada tangan dan kaki, bintik-bintik yang timbul pada wajah pasien dirasakan perih dan panas, awalnya sebelum muncul bintik merah wajah pasien bengkak dan berwarna biru-biru. Pasien juga mengeluh kedua matanya merah. Pasien mengatakan nafsu makannya berkurang hingga badanya terlihat lebih kurus dari sebelumnya. Status gizi kurang (BB saat ini 46 kg, tinggi badan 155 cm, indeks massa tubuh 19,1 kg/m2) Saat rawatan hari-1 mata pasien kemerahan tampak berdarah dan gusi pasien membengkak. Kemudian pasien pilek dan batuk, tidak berdahak. Pasien tidak pernah mengalami sakit seperti ini sebelumnya. Pasien pernah periksa ke puskesmas dan diberi obat penurun panas. Tidak ada keluarga pasien yang mengalami gejala penyakit seperti yang dialami oleh pasien saat ini. Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum lemah, kesadaran composmentis. Pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan TD : 100/60 mmHg, HR: 100x/menit, RR 20x/menit dan suhu 39.50 C. Pemeriksaan kepala pada konjungtiva anemis dan pada pemeriksaan umum didapatkan purpura pada wajah, tangan dan kaki. Selain itu didapatkan edema palpebra pada kedua mata serta terdapat pembengkakan gusi. Tidak tampak pembesaran dan tidak teraba KGB leher. Pemeriksaan jantung; inspeksi : iktus kordis tidak terlihat, palpasi : iktus kordis tidak teraba, perkusi: dalam batas normal, auskultasi : bunyi jantung regular S1 = S2. Pemeriksaan paru; inspeksi: simetris, tidak terdapat retraksi, palpasi: fremitus kiri = kanan, perkusi: sonor di seluruh lapang paru, auskultasi: suara nafas vesikuler, suara nafas tambahan tidak ada. Pemeriksaan abdomen; inspeksi: cembung, ausklutasi : bising usus normal, palpasi : hepar tidak teraba, perkusi: timpani Pada pemeriksaan laboratorium darah rutin didapatkan hemoglobin 6,6 gr/dl, leukositosis 231.600/mm3, trombositopenia 24.000/mm3. Hasil evaluasi apusan darah tepi didapatkan: • Eritrosit : Hipokrom normositter, anisositosis, sel polikromasia (+), normoblast + 1 -2% • Leukosit : kesan jumlah meningkat, didominasi sel-sel mononuclear, bentuk inti irregular dan berlekuk, nucleolus (+), blast (+) +/- 10% • Trombosit : kesan jumlah menurun, anisotosis. Kesan leukimia akut (AML M5-M6). Hasil pemeriksaan urinalisa didapatkan hasil pH 6,0, protein (+), sedimen leukosit negatif, sedimen eritrosit positif, dan terdapat kristal oksalat. Terapi : Infus RL 20 tpm Cefotaxime 3 x 1 gr (IV) Kalnex 3 x 1 amp (IV) Sotatik 3 x 1 amp (IV) Aspar 3 x 1 tab (PO) Tranfusi PRC 1 kolf/hr Pasien direncanakan untuk mendapatkan regimen kemoterapi dengan Daunorubisin dan Sitarabin. cari kan diagnosa beserta dengan data objektif data subjectif dari kasus diatas dan diagram panah etiologinya
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Selamat siang, saya akan membantu Anda dengan diagnosa keperawatan, data objektif dan subjektif, diagram panah etiologi, luaran asuhan keperawatan, serta intervensi keperawatan untuk kasus leukemia pada Tn. E.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Intoleransi Aktivitas
Data Subjektif: Pasien mengeluh badan terasa lemah dan mudah lelah
Data Objektif: Pasien tampak lemah, TD: 100/60 mmHg, HR: 100x/menit, RR: 20x/menit, suhu: 39,5°C
2. Perdarahan
Data Subjektif: Pasien mengeluh gusi membengkak dan mata kemerahan tampak berdarah
Data Objektif: Pemeriksaan fisik didapatkan purpura pada wajah, tangan, dan kaki, serta pembengkakan gusi. Laboratorium: trombositopenia 24.000/mm3
3. Resiko Infeksi
Data Subjektif: Pasien mengeluh demam, pilek, dan batuk
Data Objektif: Suhu tubuh 39,5°C, leukositosis 231.600/mm3
Diagram Panah Etiologi:
Leukemia → Penurunan Produksi Sel Darah Normal → Anemia, Trombositopenia, Leukositosis → Intoleransi Aktivitas, Perdarahan, Resiko Infeksi
Luaran/Output Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Intoleransi Aktivitas:
- Toleransi Aktivitas Meningkat
- Kelelahan Menurun
2. Perdarahan:
- Perdarahan Terkendali
- Risiko Perdarahan Menurun
3. Resiko Infeksi:
- Risiko Infeksi Terkendali
- Tidak Terjadi Infeksi
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Intoleransi Aktivitas:
- Manajemen Energi
- Manajemen Kelelahan
- Peningkatan Latihan Fisik
2. Perdarahan:
- Manajemen Perdarahan
- Pemantauan Tanda-Tanda Perdarahan
- Terapi Cairan/Transfusi
3. Resiko Infeksi:
- Manajemen Infeksi
- Pemantauan Tanda-Tanda Infeksi
- Pemberian Antibiotik
Penjelasan Rinci:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Intoleransi Aktivitas: Pasien mengeluh badan terasa lemah dan mudah lelah, serta ditemukan tanda vital yang tidak stabil, menunjukkan adanya penurunan toleransi aktivitas.
2. Perdarahan: Pasien mengeluh gusi membengkak dan mata kemerahan tampak berdarah, serta ditemukan purpura pada kulit dan trombositopenia, menunjukkan adanya risiko perdarahan.
3. Resiko Infeksi: Pasien mengeluh demam, pilek, dan batuk, serta ditemukan peningkatan jumlah leukosit, menunjukkan adanya risiko infeksi.
Diagram Panah Etiologi:
Leukemia menyebabkan penurunan produksi sel darah normal, yang kemudian dapat menyebabkan anemia, trombositopenia, dan leukositosis. Kondisi ini selanjutnya dapat menimbulkan intoleransi aktivitas, perdarahan, dan risiko infeksi pada pasien.
Luaran Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Intoleransi Aktivitas: Diharapkan pasien dapat meningkatkan toleransi aktivitas dan mengurangi kelelahan.
2. Perdarahan: Diharapkan pasien dapat mengendalikan perdarahan dan menurunkan risiko perdarahan.
3. Resiko Infeksi: Diharapkan pasien tidak mengalami infeksi dan dapat mengendalikan risiko infeksi.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Intoleransi Aktivitas: Manajemen energi, manajemen kelelahan, dan peningkatan latihan fisik dapat membantu pasien meningkatkan toleransi aktivitas.
2. Perdarahan: Manajemen perdarahan, pemantauan tanda-tanda perdarahan, dan terapi cairan/transfusi dapat membantu pasien mengendalikan perdarahan.
3. Resiko Infeksi: Manajemen infeksi, pemantauan tanda-tanda infeksi, dan pemberian antibiotik dapat membantu pasien mengendalikan risiko infeksi.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk pasien dengan leukemia. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menanyakannya. -
Article No. 8224 | 08 Dec 2024
Klinis : malu akan matanya menonjol
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai seorang perawat yang berpengalaman, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi "malu akan matanya menonjol" adalah "Citra Tubuh Terganggu" berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI). Citra Tubuh Terganggu didefinisikan sebagai persepsi negatif terhadap penampilan fisik yang menyebabkan perubahan perilaku.
Pada kasus ini, pasien merasa malu dengan kondisi matanya yang menonjol, yang merupakan perubahan fisik yang dapat memengaruhi persepsi diri dan perilaku pasien. Diagnosa ini menggambarkan masalah psikososial yang dialami pasien terkait dengan perubahanpenampilan fisiknya.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan yang sesuai, luaran/output yang diharapkan adalah "Citra Tubuh Positif" berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI). Citra Tubuh Positif didefinisikan sebagai persepsi diri yang realistis dan penerimaan terhadap penampilan fisik.
Indikator luaran yang dapat digunakan untuk mengukur pencapaian tujuan ini antara lain:
1. Pasien menerima perubahan penampilan fisiknya.
2. Pasien mampu mengekspresikan perasaan positif terhadap dirinya.
3. Pasien menunjukkan perilaku yang sesuai dengan penerimaan diri.
4. Pasien berpartisipasi dalam aktivitas yang sesuai dengan kemampuannya.
5. Pasien menunjukkan kepercayaan diri dalam berinteraksi dengan orang lain.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan (SIKI):
Untuk mencapai luaran "Citra Tubuh Positif", beberapa intervensi keperawatan yang dapat dilakukan berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) adalah:
1. Terapi Acceptance and Commitment (ACT)
- Membantu pasien menerima perubahan penampilan fisik yang terjadi.
- Mendorong pasien untuk berkomitmen melakukan aktivitas yang sesuai dengan kemampuannya.
- Mengidentifikasi dan mengatasi pikiran serta perasaan negatif terkait perubahan penampilan.
2. Terapi Kognitif Perilaku (CBT)
- Mengidentifikasi dan memodifikasi pikiran, perasaan, serta perilaku negatif terkait citra tubuh.
- Membantu pasien mengembangkan strategi koping yang adaptif.
- Meningkatkan harga diri dan kepercayaan diri pasien.
3. Manajemen Stres
- Mengajarkan teknik relaksasi untuk mengelola stres dan kecemasan.
- Mendorong pasien untuk terlibat dalam aktivitas yang menyenangkan.
- Memberikan dukungan emosional dan psikologis.
4. Edukasi Kesehatan
- Memberikan informasi tentang perubahan penampilan fisik dan implikasinya.
- Mengajarkan teknik perawatan diri yang sesuai dengan kondisi pasien.
- Melibatkan keluarga dalam proses penerimaan diri pasien.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan berfokus pada penerimaan diri, diharapkan pasien dapat mengembangkan citra tubuh yang positif, meningkatkan kepercayaan diri, dan beradaptasi secara efektif dengan perubahan penampilan fisiknya. -
Article No. 8225 | 08 Dec 2024
Klinis : LEUKEMIA Tn. E, 28 tahun, dirawat diruangan penyakit dalam dengan keluhan badan terasa lemas dan demam. Sejak 3 bulan sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh badanya terasa menjadi mudah lelah dan demam, demam naik turun. Pasien juga merasa linu-linu pada kaki dan tangan kanan maupun kiri. Linu-linu sering terasa pada pagi hari. Pasien sering merasa demam sumer-sumer sepanjang hari. Sejak 1 bulan SMRS pasien mengeluh sakit gigi dan gusi membengkak. Sejak 15 hari sebelum masuk rumah sakit muncul bintik-bintik merah pada wajah pasien kemudian timbul pada tangan dan kaki, bintik-bintik yang timbul pada wajah pasien dirasakan perih dan panas, awalnya sebelum muncul bintik merah wajah pasien bengkak dan berwarna biru-biru. Pasien juga mengeluh kedua matanya merah. Pasien mengatakan nafsu makannya berkurang hingga badanya terlihat lebih kurus dari sebelumnya. Status gizi kurang (BB saat ini 46 kg, tinggi badan 155 cm, indeks massa tubuh 19,1 kg/m2) Saat rawatan hari-1 mata pasien kemerahan tampak berdarah dan gusi pasien membengkak. Kemudian pasien pilek dan batuk, tidak berdahak. Pasien tidak pernah mengalami sakit seperti ini sebelumnya. Pasien pernah periksa ke puskesmas dan diberi obat penurun panas. Tidak ada keluarga pasien yang mengalami gejala penyakit seperti yang dialami oleh pasien saat ini. Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum lemah, kesadaran composmentis. Pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan TD : 100/60 mmHg, HR: 100x/menit, RR 20x/menit dan suhu 39.50 C. Pemeriksaan kepala pada konjungtiva anemis dan pada pemeriksaan umum didapatkan purpura pada wajah, tangan dan kaki. Selain itu didapatkan edema palpebra pada kedua mata serta terdapat pembengkakan gusi. Tidak tampak pembesaran dan tidak teraba KGB leher. Pemeriksaan jantung; inspeksi : iktus kordis tidak terlihat, palpasi : iktus kordis tidak teraba, perkusi: dalam batas normal, auskultasi : bunyi jantung regular S1 = S2. Pemeriksaan paru; inspeksi: simetris, tidak terdapat retraksi, palpasi: fremitus kiri = kanan, perkusi: sonor di seluruh lapang paru, auskultasi: suara nafas vesikuler, suara nafas tambahan tidak ada. Pemeriksaan abdomen; inspeksi: cembung, ausklutasi : bising usus normal, palpasi : hepar tidak teraba, perkusi: timpani Pada pemeriksaan laboratorium darah rutin didapatkan hemoglobin 6,6 gr/dl, leukositosis 231.600/mm3, trombositopenia 24.000/mm3. Hasil evaluasi apusan darah tepi didapatkan: • Eritrosit : Hipokrom normositter, anisositosis, sel polikromasia (+), normoblast + 1 -2% • Leukosit : kesan jumlah meningkat, didominasi sel-sel mononuclear, bentuk inti irregular dan berlekuk, nucleolus (+), blast (+) +/- 10% • Trombosit : kesan jumlah menurun, anisotosis. Kesan leukimia akut (AML M5-M6). Hasil pemeriksaan urinalisa didapatkan hasil pH 6,0, protein (+), sedimen leukosit negatif, sedimen eritrosit positif, dan terdapat kristal oksalat. Terapi : Infus RL 20 tpm Cefotaxime 3 x 1 gr (IV) Kalnex 3 x 1 amp (IV) Sotatik 3 x 1 amp (IV) Aspar 3 x 1 tab (PO) Tranfusi PRC 1 kolf/hr Pasien direncanakan untuk mendapatkan regimen kemoterapi dengan Daunorubisin dan Sitarabin. cari kan diagnosa beserta dengan data objektif data subjectif dari kasus diatas dan diagram panah etiologinya
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, dapat disusun diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi Leukemia pada Tn. E, yaitu:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan massa otot akibat leukemia
Data Subjektif:
- Pasien mengeluh badan terasa lemas dan mudah lelah
- Pasien mengeluh linu-linu pada kaki dan tangan kanan maupun kiri
Data Objektif:
- Pasien tampak lemah
- Status gizi kurang (BB saat ini 46 kg, tinggi badan 155 cm, indeks massa tubuh 19,1 kg/m2)
2. Perdarahan berhubungan dengan trombositopenia akibat leukemia
Data Subjektif:
- Pasien mengeluh mata kemerahan dan berdarah
- Pasien mengeluh gusi membengkak
Data Objektif:
- Pemeriksaan fisik ditemukan purpura pada wajah, tangan dan kaki
- Pemeriksaan laboratorium didapatkan trombositopenia (24.000/mm3)
3. Infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun akibat leukemia
Data Subjektif:
- Pasien mengeluh pilek dan batuk
- Pasien mengeluh sakit gigi dan gusi membengkak
Data Objektif:
- Pemeriksaan fisik ditemukan konjungtiva anemis
- Pemeriksaan laboratorium didapatkan leukositosis (231.600/mm3)
- Hasil apusan darah tepi menunjukkan blast (+) +/- 10%
Diagram panah etiologi:
Leukemia
|
|
v
Penurunan sistem imun
|
|
v
Infeksi
|
|
v
Perdarahan
|
|
v
Intoleransi Aktivitas
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Intoleransi Aktivitas
- Toleransi Aktivitas Meningkat
- Status Gizi Membaik
2. Perdarahan
- Kontrol Perdarahan
- Integritas Mukosa Membaik
3. Infeksi
- Kontrol Infeksi
- Status Imun Membaik
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Intoleransi Aktivitas
- Manajemen Energi
- Pemenuhan Nutrisi
- Terapi Aktivitas
2. Perdarahan
- Manajemen Perdarahan
- Perawatan Mukosa
- Terapi Suportif
3. Infeksi
- Manajemen Infeksi
- Peningkatan Imunitas
- Terapi Suportif
Penjelasan rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas:
1. Intoleransi Aktivitas
a. Manajemen Energi: Mengidentifikasi dan mengelola faktor-faktor yang berkontribusi terhadap intoleransi aktivitas, seperti kelelahan, penurunan massa otot, dan status gizi buruk. Membantu pasien untuk menyeimbangkan aktivitas dan istirahat.
b. Pemenuhan Nutrisi: Mengevaluasi status gizi pasien, memberikan asupan nutrisi yang adekuat, dan memantau perubahan berat badan.
c. Terapi Aktivitas: Merancang program aktivitas yang sesuai dengan kondisi pasien, meningkatkan toleransi aktivitas secara bertahap, dan melakukan latihan fisik yang sesuai.
2. Perdarahan
a. Manajemen Perdarahan: Memonitor tanda-tanda perdarahan, memfasilitasi pemeriksaan laboratorium untuk memantau jumlah trombosit, dan mengidentifikasi serta mengelola faktor-faktor yang berkontribusi terhadap perdarahan.
b. Perawatan Mukosa: Melakukan perawatan oral dan konjungtiva untuk mencegah dan mengelola perdarahan pada mukosa.
c. Terapi Suportif: Memberikan terapi transfusi produk darah sesuai indikasi, dan memastikan tersedianya obat-obatan yang dapat memperbaiki fungsi pembekuan darah.
3. Infeksi
a. Manajemen Infeksi: Memonitor tanda-tanda infeksi, memfasilitasi pemeriksaan laboratorium untuk memantau status infeksi, dan mengidentifikasi serta mengelola sumber infeksi.
b. Peningkatan Imunitas: Memfasilitasi pemberian terapi imunosupresan sesuai indikasi, dan mengoptimalkan status nutrisi untuk mendukung sistem imun.
c. Terapi Suportif: Memberikan terapi antibiotik dan antiviral sesuai indikasi, serta memastikan tersedianya obat-obatan dan tindakan suportif lainnya yang diperlukan.
Sebagai perawat, saya akan menerapkan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien untuk membantu Tn. E dalam menghadapi kondisi leukemianya. Kolaborasi yang erat dengan tim kesehatan lainnya sangat penting untuk memastikan perawatan yang optimal. -
Article No. 8226 | 08 Dec 2024
Klinis : LEUKEMIA Tn. E, 28 tahun, dirawat diruangan penyakit dalam dengan keluhan badan terasa lemas dan demam. Sejak 3 bulan sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh badanya terasa menjadi mudah lelah dan demam, demam naik turun. Pasien juga merasa linu-linu pada kaki dan tangan kanan maupun kiri. Linu-linu sering terasa pada pagi hari. Pasien sering merasa demam sumer-sumer sepanjang hari. Sejak 1 bulan SMRS pasien mengeluh sakit gigi dan gusi membengkak. Sejak 15 hari sebelum masuk rumah sakit muncul bintik-bintik merah pada wajah pasien kemudian timbul pada tangan dan kaki, bintik-bintik yang timbul pada wajah pasien dirasakan perih dan panas, awalnya sebelum muncul bintik merah wajah pasien bengkak dan berwarna biru-biru. Pasien juga mengeluh kedua matanya merah. Pasien mengatakan nafsu makannya berkurang hingga badanya terlihat lebih kurus dari sebelumnya. Status gizi kurang (BB saat ini 46 kg, tinggi badan 155 cm, indeks massa tubuh 19,1 kg/m2) Saat rawatan hari-1 mata pasien kemerahan tampak berdarah dan gusi pasien membengkak. Kemudian pasien pilek dan batuk, tidak berdahak. Pasien tidak pernah mengalami sakit seperti ini sebelumnya. Pasien pernah periksa ke puskesmas dan diberi obat penurun panas. Tidak ada keluarga pasien yang mengalami gejala penyakit seperti yang dialami oleh pasien saat ini. Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum lemah, kesadaran composmentis. Pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan TD : 100/60 mmHg, HR: 100x/menit, RR 20x/menit dan suhu 39.50 C. Pemeriksaan kepala pada konjungtiva anemis dan pada pemeriksaan umum didapatkan purpura pada wajah, tangan dan kaki. Selain itu didapatkan edema palpebra pada kedua mata serta terdapat pembengkakan gusi. Tidak tampak pembesaran dan tidak teraba KGB leher. Pemeriksaan jantung; inspeksi : iktus kordis tidak terlihat, palpasi : iktus kordis tidak teraba, perkusi: dalam batas normal, auskultasi : bunyi jantung regular S1 = S2. Pemeriksaan paru; inspeksi: simetris, tidak terdapat retraksi, palpasi: fremitus kiri = kanan, perkusi: sonor di seluruh lapang paru, auskultasi: suara nafas vesikuler, suara nafas tambahan tidak ada. Pemeriksaan abdomen; inspeksi: cembung, ausklutasi : bising usus normal, palpasi : hepar tidak teraba, perkusi: timpani Pada pemeriksaan laboratorium darah rutin didapatkan hemoglobin 6,6 gr/dl, leukositosis 231.600/mm3, trombositopenia 24.000/mm3. Hasil evaluasi apusan darah tepi didapatkan: • Eritrosit : Hipokrom normositter, anisositosis, sel polikromasia (+), normoblast + 1 -2% • Leukosit : kesan jumlah meningkat, didominasi sel-sel mononuclear, bentuk inti irregular dan berlekuk, nucleolus (+), blast (+) +/- 10% • Trombosit : kesan jumlah menurun, anisotosis. Kesan leukimia akut (AML M5-M6). Hasil pemeriksaan urinalisa didapatkan hasil pH 6,0, protein (+), sedimen leukosit negatif, sedimen eritrosit positif, dan terdapat kristal oksalat. Terapi : Infus RL 20 tpm Cefotaxime 3 x 1 gr (IV) Kalnex 3 x 1 amp (IV) Sotatik 3 x 1 amp (IV) Aspar 3 x 1 tab (PO) Tranfusi PRC 1 kolf/hr Pasien direncanakan untuk mendapatkan regimen kemoterapi dengan Daunorubisin dan Sitarabin. cari kan diagnosa beserta dengan data objektif data subjectif dari kasus diatas dan diagram panah etiologinya
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi Leukemia pada pasien Tn. E.
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik dan anemia yang ditandai dengan pasien mengatakan badan terasa lemas dan mudah lelah.
2. Penurunan Nutrisi berhubungan dengan anoreksia yang ditandai dengan pasien mengatakan nafsu makan berkurang dan tampak kurus.
3. Perdarahan berhubungan dengan trombositopenia yang ditandai dengan pasien mengalami gusi bengkak dan berdarah, serta tampak bintik-bintik merah di wajah, tangan, dan kaki.
4. Nyeri akut berhubungan dengan infiltrasi sel-sel leukemia yang ditandai dengan pasien mengeluh linu-linu pada kaki dan tangan.
5. Risiko Infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun yang ditandai dengan pasien mengalami demam, pilek, dan batuk.
Penjelasan Singkat:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik dan anemia
- Data Subjektif: Pasien mengatakan badan terasa lemas dan mudah lelah.
- Data Objektif: Pemeriksaan fisik menunjukkan keadaan umum lemah, Hb 6,6 g/dL.
- Etiologi: Anemia, infiltrasi sel-sel leukemia.
2. Penurunan Nutrisi berhubungan dengan anoreksia
- Data Subjektif: Pasien mengatakan nafsu makan berkurang.
- Data Objektif: Pasien tampak kurus, BB saat ini 46 kg, IMT 19,1 kg/m2.
- Etiologi: Anoreksia, efek samping pengobatan.
3. Perdarahan berhubungan dengan trombositopenia
- Data Subjektif: Pasien mengalami gusi bengkak dan berdarah, serta tampak bintik-bintik merah di wajah, tangan, dan kaki.
- Data Objektif: Pemeriksaan laboratorium menunjukkan trombositopenia 24.000/mm3.
- Etiologi: Penurunan produksi trombosit oleh sel-sel leukemia.
4. Nyeri akut berhubungan dengan infiltrasi sel-sel leukemia
- Data Subjektif: Pasien mengeluh linu-linu pada kaki dan tangan.
- Data Objektif: Pasien menunjukkan ekspresi wajah kesakitan.
- Etiologi: Infiltrasi sel-sel leukemia ke dalam jaringan.
5. Risiko Infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun
- Data Subjektif: Pasien mengalami demam, pilek, dan batuk.
- Data Objektif: Pemeriksaan laboratorium menunjukkan leukositosis 231.600/mm3.
- Etiologi: Penurunan jumlah dan fungsi sel-sel darah putih akibat sel-sel leukemia.
Diagram Panah Etiologi:
Leukemia Akut
|
|
v
Infiltrasi sel-sel leukemia
|
|
v
Anemia, Trombositopenia, Penurunan sistem imun
|
|
v
Intoleransi Aktivitas, Perdarahan, Risiko Infeksi, Nyeri Akut, Penurunan Nutrisi -
Article No. 8227 | 08 Dec 2024
Klinis : Ny. S, 36 tahun, datang ke puskesmas dengan keluhan keputihan yang tidak biasa selama dua bulan terakhir. Keputihan yang dialaminya berwarna kekuningan, berbau tidak sedap, dan terkadang disertai rasa gatal serta nyeri ringan di bagian bawah perut. Selain itu, Ny. S juga melaporkan bahwa siklus menstruasinya menjadi tidak teratur, dengan perdarahan yang lebih lama dari biasanya dan terkadang bercak darah muncul di luar siklus haid. Ny. S tampak cemas dan khawatir dengan kondisinya, terutama karena ia mendengar bahwa beberapa gejala ini dapat berkaitan dengan masalah serius pada organ reproduksi. Ny. S memiliki dua anak dan tidak menggunakan kontrasepsi hormonal dalam dua tahun terakhir. Setelah mendengarkan keluhan Ny. S, dokter merekomendasikan agar ia menjalani pemeriksaan fisik untuk mengidentifikasi penyebab dari gejala keputihan abnormal dan gangguan menstruasi yang dialaminya. Rencana pemeriksaan meliputi pemeriksaan panggul, USG transvaginal, serta tes laboratorium untuk mengetahui ada tidaknya infeksi atau kelainan pada organ reproduksi. Hasil pemeriksaan tanda vital menunjukkan Ny. S dalam kondisi stabil, dengan tekanan darah 112/74 mmHg, nadi 76 kali/menit, suhu tubuh 36,8°C, dan pernapasan 18 kali/menit.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dialami oleh Ny. S, berikut adalah Diagnosa Keperawatan, penjelasan singkat, serta SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Infeksi Terkait Keputihan Abnormal
Penjelasan Singkat:
Ny. S mengalami keluhan keputihan yang tidak biasa selama dua bulan terakhir. Keputihan yang dialaminya berwarna kekuningan, berbau tidak sedap, dan terkadang disertai rasa gatal serta nyeri ringan di bagian bawah perut. Kondisi ini meningkatkan risiko Ny. S terinfeksi, terutama infeksi pada organ reproduksi.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Kode: 00004
- Definisi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen, yang dapat mengganggu kesehatan.
- Faktor Risiko: Perubahan pada integritas kulit/membran mukosa.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Kode: 1803
- Judul: Kontrol Infeksi
- Definisi: Pencegahan dan pengendalian penyebaran infeksi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Kode: 3440
- Judul: Perawatan Luka
- Definisi: Tindakan untuk mempertahankan integritas kulit/membran mukosa dan mencegah komplikasi.