Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 8303 | 09 Dec 2024
Klinis : Perempuan usia 68 tahun mengalami gagal jantung. Mahasiswa praktik klinik keperawatan melakukan penyadapan EKG. Hasil EKG menunjukkan jarak R-R’ 5 kotak besar. Berapakah frekuensi nadi pasien tersebut? A. 80 x/menit B. 70 x/menit C. 60 x/menit D. 50 x/menit E. 40 x/menit 49. Penyebab utama anemia aplastik dapat di kaitkan dengan agent myelotoxic seperti… A. Radiasi, benzene, sulfonamid, Insectisida dan cloramfinicol B. Eritrosit yang immature dan bahan kimia tertentu C. Kekurangan vitamin B-12 dan asan folat D. Penghancuran eritrosit berlebih E. Defek hormone eritopoetin 50. Pernyataan kapasitas paru yang benar adalah… A. Kapasitas Residu Fungsional = volume cadangan ekspirasi + volume residu. B. Kapasitas Inspirasi = volume tidal + volume cadangan inspirasi. C. Kapasitas Vital = volume cadangan inspirasi + volume tidal + volume cadangan inspirasi. D. Kapasitas Paru Total = kapasitas Residu fungsional + volume tidal. E. Kapasitas Inspirasi = volume tidal + volume cadangan ekspirasi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan respons yang rinci dan akademis sebagai seorang pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien:
Diagnosa yang tepat untuk pasien perempuan usia 68 tahun dengan gagal jantung adalah Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Kardiak. Hal ini didasarkan pada hasil EKG yang menunjukkan jarak R-R' 5 kotak besar, yang menunjukkan adanya aritmia dan gangguan irama jantung. Kondisi ini dapat menyebabkan ketidakefektifan perfusi dan suplai oksigen ke jaringan.
Frekuensi Nadi Pasien:
Berdasarkan hasil EKG dengan jarak R-R' 5 kotak besar, frekuensi nadi pasien adalah 60 x/menit. Hal ini dapat dihitung dengan rumus: 60 detik / 5 kotak besar = 12 detik per kotak besar. Jadi, frekuensi nadi pasien adalah 60 x/menit.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Stabilitas Hemodinamik: Pasien menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil, seperti tekanan darah, frekuensi nadi, dan respirasi yang berada dalam rentang normal.
2. Oksigenasi: Pasien menunjukkan oksigenasi jaringan yang efektif, terlihat dari parameter oksimetri, hasil analisis gas darah, dan tidak ada tanda-tanda sianosis.
3. Pengendalian Gejala: Pasien mampu mengendalikan gejala-gejala yang muncul, seperti sesak napas, edema, dan nyeri dada.
4. Kepatuhan Terapeutik: Pasien menunjukkan kepatuhan terhadap regimen terapi, seperti mengonsumsi obat-obatan, melakukan latihan fisik, dan mengikuti diet yang disarankan.
5. Pengetahuan tentang Penyakit: Pasien menunjukkan pemahaman yang baik tentang penyakitnya, faktor-faktor risiko, dan manajemen diri yang tepat.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan Tanda Vital: Melakukan pemantauan tanda vital secara berkala untuk memastikan stabilitas hemodinamik pasien.
2. Oksigenasi: Memberikan terapi oksigen, jika diperlukan, dan memantau saturasi oksigen untuk memastikan oksigenasi jaringan yang efektif.
3. Manajemen Gejala: Mengelola gejala-gejala yang muncul, seperti memberikan obat-obatan untuk mengurangi sesak napas, edema, dan nyeri dada.
4. Edukasi dan Konseling: Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang penyakitnya, faktor-faktor risiko, dan manajemen diri yang tepat untuk meningkatkan kepatuhan terapeutik.
5. Kolaborasi Interprofesional: Berkolaborasi dengan tim kesehatan lain, seperti dokter, fisioterapis, dan ahli gizi, untuk memberikan perawatan yang komprehensif dan terintegrasi.
Dengan intervensi keperawatan yang tepat dan kolaborasi interprofesional, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu stabilitas hemodinamik, oksigenasi yang efektif, pengendalian gejala, kepatuhan terapeutik, dan peningkatan pengetahuan tentang penyakitnya. -
Article No. 8304 | 09 Dec 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan batuk, pilek
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan keluhan yang Anda sampaikan, yaitu batuk dan pilek, maka diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan adalah:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang paten.
- Batasan Karakteristik: Bunyi napas tambahan, batuk yang tidak efektif, produksi sekret yang berlebihan, dispnea.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- SDKI merupakan standar yang berisi definisi, batasan karakteristik, faktor yang berhubungan, dan faktor yang memperberat diagnosis keperawatan.
- Untuk diagnosis "Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif", SDKI menyediakan definisi, batasan karakteristik, dan faktor yang berhubungan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- SLKI merupakan standar yang berisi daftar luaran keperawatan yang diharapkan dapat dicapai oleh pasien.
- Untuk diagnosis "Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif", SLKI menyediakan luaran keperawatan yang dapat ditargetkan, seperti Bersihan Jalan Napas Efektif, Pola Napas Efektif, dan Bebas Komplikasi Respirasi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- SIKI merupakan standar yang berisi daftar intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
- Untuk diagnosis "Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif", SIKI menyediakan intervensi keperawatan yang dapat dilakukan, seperti Manajemen Jalan Napas, Manajemen Batuk, dan Terapi Inhalasi.
Dengan memahami SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang terstandar dan komprehensif untuk mengatasi masalah "Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif" pada pasien. -
Article No. 8305 | 09 Dec 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan batuk, pilek
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien dengan keluhan batuk dan pilek.
Diagnosis Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
Penyebab: Produksi sekret yang berlebihan, hipersekresi, dan ketidakmampuan untuk batuk efektif.
Luaran Keperawatan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas
- Indikator: Frekuensi napas, Kedalaman napas, Suara napas, Adanya sputum/sekret.
- Target: Pasien menunjukkan bersihan jalan napas yang efektif.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas
- Tindakan: Mengatur posisi pasien, Memberikan oksigen, Memberikan humidifikasi, Memfasilitasi batuk efektif, Memberikan bronkodilator.
- Tujuan: Mempertahankan bersihan jalan napas yang efektif.
Singkat penjelasan:
Pasien datang dengan keluhan batuk dan pilek, yang mengindikasikan adanya gangguan pada bersihan jalan napas. Diagnosis keperawatan yang sesuai adalah "Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif", dengan penyebab utama yaitu produksi sekret yang berlebihan dan ketidakmampuan untuk batuk efektif. Luaran keperawatan yang diharapkan adalah pasien menunjukkan bersihan jalan napas yang efektif, yang dapat diukur dari frekuensi napas, kedalaman napas, suara napas, dan adanya sputum/sekret. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen jalan napas, seperti mengatur posisi pasien, memberikan oksigen, humidifikasi, memfasilitasi batuk efektif, dan pemberian bronkodilator. -
Article No. 8306 | 09 Dec 2024
Klinis : Perempuan usia 68 tahun mengalami gagal jantung. Mahasiswa praktik klinik keperawatan melakukan penyadapan EKG. Hasil EKG menunjukkan jarak R-R’ 5 kotak besar. Berapakah frekuensi nadi pasien tersebut? A. 80 x/menit B. 70 x/menit C. 60 x/menit D. 50 x/menit E. 40 x/menit
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Nurse. Berikut adalah jawaban yang rinci dan terperinci untuk kondisi yang Anda berikan:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi ini adalah Pola Napas Tidak Efektif, yang ditandai dengan adanya gagal jantung pada pasien perempuan usia 68 tahun. Gagal jantung dapat menyebabkan pola napas tidak efektif, seperti dispnea, takipnea, dan ketidakmampuan mempertahankan ventilasi yang adekuat.
Frekuensi Nadi Pasien:
Berdasarkan informasi yang diberikan, hasil EKG menunjukkan jarak R-R' sebesar 5 kotak besar. Untuk menghitung frekuensi nadi pasien, kita dapat menggunakan rumus:
Frekuensi Nadi = 300 / Jarak R-R' (dalam kotak besar)
Sehingga, frekuensi nadi pasien = 300 / 5 = 60 x/menit.
Oleh karena itu, jawaban yang tepat adalah C. 60 x/menit.
Luaran/Output yang Diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Pola Napas Efektif: Pasien dapat mempertahankan pola napas yang efektif, seperti tercapainya frekuensi napas normal, irama napas teratur, dan kedalaman napas yang adekuat.
2. Toleransi Aktivitas Meningkat: Pasien dapat meningkatkan toleransi terhadap aktivitas sehari-hari tanpa mengalami gangguan napas yang signifikan.
3. Pengetahuan tentang Manajemen Gagal Jantung Meningkat: Pasien dapat mendemonstrasikan pemahaman yang baik tentang manajemen gagal jantung, termasuk pengobatan, modifikasi gaya hidup, dan pengawasan/pemantauan tanda-tanda vital.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut adalah beberapa intervensi keperawatan yang diperlukan:
1. Pemantauan Tanda-tanda Vital: Melakukan pemantauan tanda-tanda vital, seperti frekuensi napas, saturasi oksigen, dan tekanan darah, secara berkala untuk mengevaluasi kondisi pasien.
2. Manajemen Oksigen: Memberikan oksigen sesuai kebutuhan pasien untuk mempertahankan saturasi oksigen yang adekuat.
3. Manajemen Aktivitas: Mengatur dan merencanakan aktivitas pasien sesuai dengan toleransinya, serta memberikan edukasi tentang manajemen aktivitas yang tepat.
4. Edukasi Manajemen Gagal Jantung: Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang manajemen gagal jantung, termasuk pengobatan, modifikasi gaya hidup, dan pemantauan tanda-tanda vital.
5. Kolaborasi dengan Tenaga Kesehatan Lain: Berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter dan ahli gizi, untuk memberikan perawatan yang komprehensif bagi pasien.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memahami diagnosa keperawatan, luaran/output, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk menangani kondisi pasien dengan gagal jantung. Jika ada pertanyaan lain, jangan ragu untuk bertanya. -
Article No. 8307 | 09 Dec 2024
Klinis : Laki-laki usia 46 tahun di rawat di ruang penyakit dalam karena mengalami sesak nafas berat dan batuk berdahak. Hasil pemeriksaan fisik: adanya ronchi, TD 130/80 mmHg, frekuensi nadi 95 x/menit, frekuensi napas 35 x/menit, SaO2 80 %. Hasil AGD: pH: 7,49, CO2: 24 mmHg, HCO3; 20 mmol. Apakah alat yang tepat untuk memberikan oksigen pada pasien tersebut? A. Kateter nasal B. Simple mask C. Venturi mask D. Rebreathing mask E. Nonrebreathing mask 38. Berikut ini adalah yang bukan etiologi terjadinya leukemia adalah…… A. Genetik B. Virus C. Bahan kimia D. Radiasi E. Faktor biologis 39. Perempuan usia 75 tahun di rawat di Ruang Jantung setelah menjalani operasi Coronary Arteru Bypass Graf. Hasil pengkajian: Pasien bedrest, merasa pusing, post operasi hari ke-4, luka tampak kering, kemerahan, nyeri bila merubah posisi, skala nyeri 4 (1-10) , TD 100/70 mmHg, nadi 70 x/menit, frekuensi napas 16 x/menit, suhu 37,5 0C. Pasien direncanakan melakukan ambulasi dari tempat tidur ke kursi. Apakah risiko yang perlu di pantau sebelum tindakan tersebut dilakukan? A. Penurunan kesadaran B. Hipotensi ortostatik C. Risiko infeksi D. Risiko jatuh E. Risiko nyeri
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien:
1. Pola Napas Tidak Efektif berhubungan dengan obstruksi pernafasan akibat sesak napas dan batuk berdahak.
Alat yang tepat untuk memberikan oksigen pada pasien:
C. Venturi mask
Penjelasan: Venturi mask merupakan alat yang paling tepat untuk memberikan oksigen pada pasien dengan sesak napas berat dan hipoksemia (SaO2 80%). Venturi mask dapat mengatur kadar oksigen yang diberikan secara akurat, sehingga dapat memperbaiki oksigenasi pasien secara efektif.
Bukan etiologi terjadinya leukemia:
E. Faktor biologis
Penjelasan: Etiologi leukemia yang utama adalah genetik, paparan virus, bahan kimia, dan radiasi. Faktor biologis bukan merupakan salah satu penyebab terjadinya leukemia.
Risiko yang perlu dipantau sebelum ambulasi dari tempat tidur ke kursi:
B. Hipotensi ortostatik
Penjelasan: Pasien usia 75 tahun dengan post operasi Coronary Artery Bypass Graft hari ke-4 berisiko mengalami hipotensi ortostatik saat melakukan ambulasi. Hal ini dapat terjadi karena penurunan volume darah akibat pembedahan dan penurunan tonus vaskuler akibat usia lanjut. Oleh karena itu, pemantauan tekanan darah sebelum ambulasi perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya hipotensi ortostatik yang dapat menyebabkan pusing atau bahkan penurunan kesadaran.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pola Napas Efektif
Penjelasan: Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mempertahankan pola napas efektif, dengan frekuensi napas 12-20 x/menit, irama teratur, dan tidak ada retraksi otot bantu pernapasan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas
- Pantau status pernapasan (frekuensi, irama, kedalaman)
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan menggunakan Venturi mask
- Lakukan suction jika diperlukan untuk mengeluarkan sekret
- Ajari teknik batuk efektif dan nafas dalam
2. Manajemen Sensasi
- Identifikasi faktor yang mempengaruhi nyeri
- Berikan analgetik sesuai indikasi
- Anjurkan pasien mengubah posisi dengan hati-hati
3. Manajemen Perfusi Jaringan
- Pantau tanda-tanda vital secara rutin
- Lakukan mobilisasi bertahap sesuai toleransi pasien
- Pertahankan posisi yang meningkatkan perfusi dan oksigenasi
Penjelasan: Intervensi-intervensi keperawatan di atas bertujuan untuk mempertahankan pola napas efektif, mengelola nyeri pasca operasi, serta menjaga perfusi jaringan yang adekuat selama proses ambulasi. Dengan menerapkan intervensi yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran asuhan keperawatan yang optimal. -
Article No. 8308 | 09 Dec 2024
Klinis : Apabila ruang kateterisasi jantung tidak mampu memfasilitasi pelaksanaan primary Percutaneus Coronary Intervention, maka tindakan yang tepat dilakukan pada pasien dengan infark miokard dengan onset nyeri 2 jam adalah…. A. Elektrokardiogram (EKG) B. Terapi Trombolitik C. Primary Percutaneus Coronary Intervention (PCI) D. Terapi heparin E. Jugularis venous pressure 41. Seorang laki-laki berusia 76 tahun sudah pernah menderita TB paru tahun 2019 dan setelah menjalani pengobatan dengan teratur, pasien dinyatakan sembuh oleh dokter. Pada tahun 2021 pasien kembali berobat ke dokter karena menderita TB paru. Kasus ini digolongkan ke dalam kasus… A. Kasus Relaps B. Kasus failure C. Kasus Gagal D. Kasus New onset E. Kasus Multi Drugs Resisten 42. Berikut ini adalah gejala respiratorik pada pasien TB paru, yaitu… A. Demam B. Batuk berdarah C. Berat badan menurun D. Berkeringat pada malam hari E. Malaise: Rasa tidak enak badan, pegal-pegal.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, berikut adalah penjelasan rinci dan terperinci:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosis keperawatan yang sesuai adalah 'Gangguan perfusi jaringan kardiak' yang ditandai dengan adanya nyeri dada, perubahan hasil EKG, dan perubahan tanda-tanda vital yang disebabkan oleh adanya sumbatan aliran darah ke jantung.
Tindakan yang tepat:
C. Primary Percutaneus Coronary Intervention (PCI)
Jika ruang kateterisasi jantung tidak dapat memfasilitasi pelaksanaan PCI primer, maka tindakan yang paling tepat adalah melakukan PCI primer. PCI primer adalah tindakan intervensi koroner dengan menggunakan kateter yang dilakukan segera setelah diagnosis infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (STEMI) ditegakkan. PCI primer merupakan terapi pilihan utama untuk mengembalikan aliran darah ke jantung secara cepat dan efektif.
Kasus Relaps TB Paru:
A. Kasus Relaps
Kasus relaps TB paru terjadi ketika seorang pasien yang sebelumnya telah dinyatakan sembuh oleh dokter, kemudian kembali menderita TB paru. Hal ini menunjukkan adanya kambuh atau kekambuhan dari penyakit TB paru yang pernah diderita sebelumnya.
Gejala Respiratorik pada Pasien TB Paru:
A. Demam
B. Batuk berdarah
C. Berat badan menurun
D. Berkeringat pada malam hari
E. Malaise: Rasa tidak enak badan, pegal-pegal.
Semua gejala di atas merupakan gejala respiratorik yang sering ditemukan pada pasien dengan TB paru.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Luaran yang diharapkan setelah pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan Gangguan perfusi jaringan kardiak adalah:
1. Perfusi jaringan kardiak membaik, ditandai dengan stabilnya tanda-tanda vital, berkurangnya nyeri dada, dan tidak terjadi perburukan hasil EKG.
2. Tidak terjadi komplikasi akibat adanya sumbatan aliran darah ke jantung, seperti aritmia, gagal jantung, atau syok kardiovaskuler.
3. Pasien dapat beraktivitas sesuai kemampuan dan tidak terjadi keterbatasan fungsional.
4. Pasien dan keluarga memahami penyakit, pengobatan, dan prognosis yang diharapkan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan tanda-tanda vital dan kondisi kardiovaskular secara berkala.
2. Pemberian oksigen sesuai indikasi.
3. Manajemen nyeri dada, termasuk pemberian analgesik dan teknik nonfarmakologis.
4. Edukasi dan konseling kepada pasien dan keluarga terkait penyakit, pengobatan, dan prognosis.
5. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi farmakologis, seperti terapi antiplatelet, antikoagulan, dan vasodilator.
6. Pemantauan komplikasi dan tindakan intervensi yang tepat jika terjadi.
7. Latihan fisik dan aktivitas sesuai kemampuan pasien.
8. Dukungan psikologis dan emosional bagi pasien dan keluarga.
Tone: Akademis
Persona: Pakar, Nurse -
Article No. 8309 | 09 Dec 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan pusuni, sakit perut
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang datang dengan keluhan pusung, sakit perut, dan dengan tone akademis serta persona pakar, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
- Penyebab: Proses penyakit, cedera, prosedur invasif.
- Gejala: Pasien mengeluhkan sakit perut.
2. Gangguan Integritas Kulit
- Definisi: Kerusakan lapisan epidermis, dermis, atau struktur penunjang kulit.
- Penyebab: Infeksi, trauma, faktor intrinsik.
- Gejala: Pasien mengeluhkan pusung.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Nyeri Akut: Identifikasi Penyebab, Waktu Kejadian, Karakteristik Nyeri, Faktor yang Mempengaruhi, Respon Fisiologis, dan Respon Psikologis.
- Gangguan Integritas Kulit: Identifikasi Penyebab, Lokasi, Ukuran, Karakteristik Luka, Karakteristik Sekresi, dan Perubahan Jaringan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Nyeri Akut: Kontrol Nyeri, Toleransi Terhadap Aktivitas, dan Kualitas Hidup.
- Gangguan Integritas Kulit: Penyembuhan Luka, Integritas Kulit, dan Resiko Komplikasi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Nyeri Akut: Manajemen Nyeri, Terapi Komplementer, dan Edukasi Pasien.
- Gangguan Integritas Kulit: Perawatan Luka, Proteksi Kulit, dan Edukasi Pasien.
Dengan mempertimbangkan tone akademis dan persona pakar, intervensi keperawatan yang dapat diberikan lebih berfokus pada edukasi, terapi komplementer, dan perawatan luka yang komprehensif. -
Article No. 8310 | 09 Dec 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan pusuni, sakit perut
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan memperhatikan keluhan pasien yang datang dengan keluhan pusuni (muntah), sakit perut, saya akan berikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Diagnosa Keperawatan:
1. Mual (NANDA-I, 2021)
Definisi: Sensasi tidak nyaman di epigastrium yang dapat mengarah pada keinginan untuk muntah.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Penyebab: Efek obat, iritasi saluran cerna, perubahan biokimia, psikologis.
- Gejala dan Tanda: Rasa tidak nyaman di perut, air liur berlebih, pucat, berkeringat.
- Intervensi Keperawatan: Manajemen mual, terapi antiemetik, manajemen cairan dan elektrolit.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Kriteria Hasil: Pasien melaporkan mual berkurang, tanda-tanda vital stabil, tidak ada tanda dehidrasi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi: Identifikasi penyebab mual, monitor tanda-tanda vital, kolaborasi pemberian antiemetik, manajemen nutrisi dan cairan.
2. Nyeri Akut (NANDA-I, 2021)
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang terkait dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
SDKI:
- Penyebab: Penyakit, cedera, prosedur, agen fisik/kimia.
- Gejala dan Tanda: Ekspresi wajah mengernyit, gelisah, mengeluh sakit.
- Intervensi Keperawatan: Manajemen nyeri, terapi farmakologis, kolaborasi dengan tim medis.
SLKI:
- Kriteria Hasil: Pasien melaporkan nyeri berkurang, mampu melakukan aktivitas sehari-hari.
SIKI:
- Intervensi: Identifikasi karakteristik nyeri, monitor tanda-tanda vital, berikan analgesik, terapi non-farmakologis.
Kesimpulan:
Berdasarkan keluhan pasien yang datang dengan pusuni (muntah) dan sakit perut, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Mual dan Nyeri Akut. Penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI untuk masing-masing diagnosa telah diberikan di atas. -
Article No. 8311 | 09 Dec 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan pusuni, sakit perut
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi pasien yang Anda deskripsikan, yaitu dengan keluhan pusing, sakit perut, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit
Penjelasan:
- Nyeri akut adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
- Kondisi ini dapat disebabkan oleh proses penyakit yang sedang dialami oleh pasien.
2. Risiko Ketidakstabilan Tanda-Tanda Vital berhubungan dengan proses penyakit
Penjelasan:
- Risiko Ketidakstabilan Tanda-Tanda Vital adalah keadaan rentan yang dapat menyebabkan perubahan parameter fisiologis yang mengancam kehidupan.
- Kondisi ini dapat terjadi akibat proses penyakit yang sedang dialami oleh pasien.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Pasien melaporkan nyeri berkurang
- Tanda-tanda vital pasien stabil
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Nyeri
- Pemantauan Tanda-Tanda Vital
Penjelasan singkat:
- Manajemen Nyeri: Intervensi untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri yang dialami pasien.
- Pemantauan Tanda-Tanda Vital: Intervensi untuk memantau parameter fisiologis yang dapat mengancam kehidupan.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memahami kondisi pasien tersebut. Jika ada pertanyaan lain, jangan ragu untuk bertanya. -
Article No. 8312 | 09 Dec 2024
Klinis : Ds : Pasien mengatakan mengeluh sering haus, Pasien mengatakan setiap minum selalu dimuntahkan. Do : Tampak pasien menghabiskan ± 5-7 gelas air perhari, Tampak turgor kulit kering, Tampak mukosa kering, Tampak PH volume urine meningkat (4,4-8,5).
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa Keperawatan: Risiko Dehidrasi Berhubungan dengan Intake Cairan yang Tidak Adekuat.
Penjelasan:
Berdasarkan data subjektif dan objektif yang diberikan, pasien mengeluh sering haus dan setiap kali minum selalu dimuntahkan, serta tampak menghabiskan 5-7 gelas air per hari, turgor kulit kering, mukosa kering, dan peningkatan pH volume urin. Hal ini menunjukkan risiko terjadinya dehidrasi pada pasien.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Hidrasi Cairan: Pasien akan menunjukkan tanda-tanda hidrasi yang adekuat, seperti turgor kulit dan mukosa yang kembali normal, serta jumlah urin yang sesuai.
2. Kontrol Muntah: Pasien akan mampu mengendalikan atau mengurangi frekuensi muntah.
3. Keseimbangan Cairan: Pasien akan mencapai keseimbangan cairan yang baik, ditandai dengan intake dan output cairan yang seimbang.
Penjelasan:
Luaran/output yang diharapkan ini bertujuan untuk mengatasi risiko dehidrasi yang dialami pasien dengan memastikan hidrasi cairan yang adekuat, mengendalikan masalah muntah, dan mencapai keseimbangan cairan yang baik.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Cairan
- Pantau intake dan output cairan pasien secara ketat.
- Berikan cairan oral atau parenteral sesuai kebutuhan untuk mencapai hidrasi yang adekuat.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian cairan jika diperlukan.
2. Manajemen Mual dan Muntah
- Identifikasi penyebab atau pemicu mual dan muntah.
- Berikan antiemetik sesuai resep, jika diperlukan.
- Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi untuk mengatasi mual.
- Berikan makanan dan minuman dalam porsi kecil tapi sering.
3. Edukasi Perawatan Diri
- Ajarkan pasien tentang pentingnya hidrasi dan manajemen mual/muntah.
- Dorong pasien untuk memantau tanda-tanda dehidrasi dan segera melaporkan jika terjadi.
- Libatkan keluarga dalam edukasi dan dukungan perawatan pasien.
Penjelasan:
Intervensi keperawatan yang diperlukan berfokus pada manajemen cairan, manajemen mual dan muntah, serta edukasi perawatan diri. Tujuannya adalah untuk mencapai hidrasi yang adekuat, mengendalikan masalah mual dan muntah, serta meningkatkan kemampuan pasien dan keluarga dalam merawat kondisi ini.