Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 8283 | 09 Dec 2024
Klinis : Seorang perempuan, 17 tahun riwayat di rawat di RSJ karena suka menangis seharian dan mengurung diri. Saat dilakukan pengkajian pasien membenci semua orang, tidak ada yang bisa dimaafkan, jangan ganggu saya, Tuhan tidak sayang saya. Keluarga mengatakan hal ini terjadi semenjak pasien tidak lulus ujian nasional. Apakah masalah yang dialami?
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, masalah yang dialami oleh pasien perempuan berusia 17 tahun tersebut adalah:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko Perilaku Kekerasan
Definisi: Perilaku yang dapat mengancam atau membahayakan diri sendiri dan orang lain, baik secara fisik, verbal, maupun psikologis, yang dapat terjadi secara tiba-tiba, episodik, atau terus-menerus.
Penyebab: Stres akibat kegagalan atau ketidakberhasilan, penilaian negatif terhadap diri sendiri, perasaan ditolak, dan kurangnya dukungan sosial.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Kontrol Perilaku
- Pasien dapat mengendalikan dorongan untuk berperilaku agresif atau melukai diri sendiri.
- Pasien dapat mengenali pemicu perilaku kekerasan dan menggunakan strategi yang efektif untuk mengelola emosi negatif.
- Pasien dapat menunjukkan perilaku yang konstruktif dalam menyelesaikan masalah.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Perilaku Kekerasan
- Kaji faktor-faktor pemicu perilaku kekerasan
- Bantu pasien mengidentifikasi perasaan dan penyebab perilaku kekerasan
- Ajarkan teknik relaksasi dan strategi koping untuk mengelola emosi
- Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan secara verbal atau tertulis
- Berikan lingkungan yang aman dan terapeutik
- Berikan dukungan psikososial dan spiritual
- Kolaborasi dengan tim kesehatan mental untuk terapi yang sesuai (misalnya psikofarmaka, konseling)
Penjelasan:
Pasien perempuan berusia 17 tahun ini menunjukkan perilaku yang mengindikasikan adanya risiko perilaku kekerasan. Hal ini terlihat dari gejala-gejala seperti suka menangis seharian, mengurung diri, membenci semua orang, dan merasa bahwa Tuhan tidak menyayanginya. Perilaku ini diduga dipicu oleh kegagalan dalam ujian nasional, yang dapat menyebabkan stres, penilaian negatif terhadap diri sendiri, dan perasaan ditolak.
Tujuan utama asuhan keperawatan adalah untuk membantu pasien dalam mengendalikan dorongan untuk berperilaku agresif, mengenali pemicu perilaku kekerasan, dan menggunakan strategi yang efektif untuk mengelola emosi negatif. Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup manajemen perilaku kekerasan, seperti mengkaji faktor-faktor pemicu, membantu pasien mengidentifikasi perasaan dan penyebab, mengajarkan teknik relaksasi dan strategi koping, serta memberikan dukungan psikososial dan spiritual. Kolaborasi dengan tim kesehatan mental juga diperlukan untuk terapi yang sesuai, seperti psikofarmaka atau konseling.
Dengan intervensi yang tepat dan dukungan yang memadai, diharapkan pasien dapat mencapai kontrol perilaku yang lebih baik, sehingga dapat menyelesaikan masalah secara konstruktif dan mencapai pemulihan. -
Article No. 8284 | 09 Dec 2024
Klinis : Perempuan usia 60 tahun dirawat dengan keluhan batuk dan sesak napas berat. Hasil pemeriksaan fisik: palpitasi,suara napas ronchi, bibir sianosis, TD 80/60 mmHg, frekuensi nadi 95 x/menit, frekuensi napas 32 x/menit. Hasil AGD: pH: 7,5, PaO2: 89 mmHg, PaCO2: 30 mmHg, HCO3: 24 mEq/L, dan SaO2: 96%. Apakah masalah keperawatan utama pada kasus tersebut?
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah analisis komprehensif untuk kasus yang Anda berikan:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan kondisi klinis yang dijelaskan, diagnosa keperawatan utama yang sesuai dengan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah:
1. Penurunan Curah Jantung
Ditandai dengan gejala palpitasi, tekanan darah rendah, dan frekuensi nadi cepat. Hal ini mengindikasikan adanya gangguan pada fungsi jantung untuk memompa darah secara efektif.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai beberapa luaran/output berikut:
1. Peningkatan Curah Jantung
Indikator keberhasilan:
- Tekanan darah membaik (TD 100/70 mmHg)
- Frekuensi nadi normal (60-100 x/menit)
- Perfusi jaringan adekuat (tidak ada tanda-tanda sianosis)
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, beberapa intervensi keperawatan yang dapat diberikan antara lain:
1. Manajemen Perfusi
- Pantau tanda-tanda vital secara berkala
- Atur posisi pasien untuk memfasilitasi perfusi optimal
- Berikan oksigenasi sesuai indikasi untuk membantu meningkatkan oksigenasi jaringan
- Pertahankan intake cairan yang adekuat untuk mempertahankan volume darah
2. Manajemen Kardiovaskular
- Pantau irama dan frekuensi jantung
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi farmakologis yang sesuai (misal, diuretik, inotropik, dll.)
- Edukasi pasien dan keluarga mengenai pentingnya istirahat dan pembatasan aktivitas
Penjelasan Rinci:
Diagnosa keperawatan "Penurunan Curah Jantung" dipilih karena kondisi klinis pasien menunjukkan adanya gangguan pada fungsi jantung untuk memompa darah secara efektif. Hal ini ditandai dengan gejala palpitasi, tekanan darah rendah, dan frekuensi nadi cepat. Luaran yang diharapkan adalah peningkatan curah jantung, yang dapat diindikasikan dengan membaikinya tanda-tanda vital, seperti tekanan darah, frekuensi nadi, serta tidak adanya tanda-tanda sianosis. Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi manajemen perfusi dan manajemen kardiovaskular, seperti pemantauan tanda-tanda vital, pengaturan posisi, pemberian oksigen, serta kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi yang sesuai. -
Article No. 8285 | 09 Dec 2024
Klinis : Perempuan usia 75 tahun dirawat di ruang penyakit dalam dengan keluhan sesak nafas dengan aktivitas fisik ringan. Hasil pemeriksaan fisik: oedema ekstremitas derajat IV, distensi vena jugularis, CVP: 17 cmH2O, ronkhi, capillary refill time > 2 detik, TD 130/90 mmHg, frekuensi nadi 80 x/menit, frekuensi napas 24 x/menit, PCO2: 38 mm/Hg, SaO2: 98%. Diagnosa medis: gagal jantung. Apakah masalah keperawatan utama kasus tersebut? A. Kelebihan volume cairan B. Gangguan pertukaran gas C. Penurunan curah jantung D. Ketidakefektifan perfusi jaringan E. Ketidakefektifan bersihan jalan napas
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Ibu. Berdasarkan informasi yang diberikan, masalah keperawatan utama pada kasus ini adalah:
A. Kelebihan volume cairan
Penjelasan:
Pasien berusia 75 tahun dengan diagnosis medis gagal jantung menunjukkan tanda-tanda kelebihan volume cairan, seperti edema ekstremitas derajat IV, distensi vena jugularis, dan CVP yang tinggi (17 cmH2O). Kondisi ini mengindikasikan adanya kelebihan cairan dalam tubuh pasien.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Hidrasi Cairan Terjaga
2. Tekanan Darah Terkendali
3. Pola Napas Membaik
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pantau intake dan output cairan
2. Atur pemberian cairan sesuai kebutuhan
3. Berikan diuretik sesuai indikasi
4. Monitor tanda-tanda vital secara berkala
5. Lakukan perawatan edema ekstremitas
6. Edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen cairan
Dengan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat mengatasi kelebihan volume cairan, sehingga kondisi klinis pasien dapat membaik dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
Wassalamualaikum. -
Article No. 8286 | 09 Dec 2024
Klinis : Seorang wanita berusia 70 tahun mengalami nyeri dada berat selama 30 menit. Pada EKG dijumpai adanya ST elevasi miokardial infark pada lead V3, V4. Hasil pemeriksaan biomarker jantung menunjukkan adanya peningkatan Troponin T (cTn T) dan peningkatan CKMB. Intervensi keperawatan yang perlu dilakukan untuk mengurangi nyeri dada adalah…… A. Memberikan morfin B. Memberikan oksigen C. Mengistirahatkan pasien D. Memberikan nitrogliserin E. Mengkaji skala nyeri pasien
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, dan luaran yang diharapkan berdasarkan kasus yang diberikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, yaitu seorang wanita berusia 70 tahun mengalami nyeri dada berat selama 30 menit dengan adanya perubahan ST elevasi pada EKG dan peningkatan biomarker jantung, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Nyeri Akut (00132)
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah seperti itu (International Association for the Study of Pain).
Tanda dan Gejala: Pasien mengeluh nyeri dada berat, durasi nyeri 30 menit, adanya perubahan tanda vital (peningkatan tekanan darah, frekuensi nadi, dan pernafasan), ekspresi wajah menunjukkan kesakitan.
Intervensi Keperawatan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Untuk mengurangi nyeri dada pada pasien, intervensi keperawatan yang perlu dilakukan adalah:
1. Manajemen Nyeri (0203)
Tujuan: Pasien dapat mengontrol nyeri dada yang dirasakan.
Intervensi:
a. Mengkaji nyeri secara komprehensif, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor yang mempengaruhi nyeri.
b. Mengobservasi tanda-tanda vital pasien.
c. Memberikan oksigen sesuai kebutuhan pasien.
d. Memberikan nitrogliserin sublingal untuk membantu mengurangi nyeri.
e. Menganjurkan pasien untuk beristirahat.
f. Melakukan relaksasi dan teknik nonfarmakologis lainnya untuk mengurangi nyeri.
g. Mengevaluasi efektivitas intervensi untuk mengurangi nyeri.
Luaran/Output yang diharapkan SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran sebagai berikut:
1. Kontrol Nyeri (1605)
Kriteria Hasil:
a. Pasien dapat mengenali faktor penyebab nyeri.
b. Pasien dapat menggunakan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri.
c. Pasien dapat melaporkan penurunan intensitas nyeri.
d. Pasien dapat mendemonstrasikan perilaku untuk mengurangi nyeri.
e. Pasien dapat mengevaluasi keefektifan tindakan untuk mengurangi nyeri.
Semoga penjelasan ini dapat membantu anda memahami diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, dan luaran yang diharapkan untuk kasus nyeri dada pada wanita usia 70 tahun. Jika masih ada yang kurang jelas, silakan tanyakan. -
Article No. 8287 | 09 Dec 2024
Klinis : Perempuan usia 40 tahun di rawat di ruang penyakit dengan diagnosis medis demam berdarah. Hasil pengkajian: pasien gelisah, ekstremitas dingin dan pucat, turgor kulit buruk, TD 100/70 mmHg, frekuensi nadi 125 x/menit, frekuensi napas 24 x/menit. Hasil laboratorium: Hb 10 gr/dL, trombosit 200.000/mm3, hematokrit 65%. Apakah intervensi utama pada kasus tersebut? A. Memberikan terapi cairan dengan IVFD B. Anjurkan minum yang banyak C. Mengukur vital sign tiap 3 jam D. Melakukan transfusi darah E. Memberikan nutrisi TKTP
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan analisis yang rinci untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan kondisi pasien yang diberikan, yaitu perempuan usia 40 tahun dengan diagnosis medis demam berdarah, terdapat beberapa diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai, antara lain:
1. Hipovolemia
Ditandai dengan ekstremitas dingin dan pucat, turgor kulit buruk, tekanan darah rendah, dan frekuensi nadi tinggi. Hal ini menunjukkan adanya penurunan volume cairan tubuh akibat perdarahan atau kehilangan cairan yang berlebihan.
2. Ketidakstabilan Tanda-Tanda Vital
Ditandai dengan tekanan darah 100/70 mmHg, frekuensi nadi 125 x/menit, dan frekuensi napas 24 x/menit. Hal ini menunjukkan adanya ketidakstabilan tanda-tanda vital.
3. Kecemasan
Pasien gelisah, yang dapat disebabkan oleh rasa takut, cemas, atau tidak nyaman akibat kondisi penyakitnya.
Intervensi Utama:
Berdasarkan kondisi pasien, intervensi utama yang diperlukan adalah A. Memberikan terapi cairan dengan IVFD. Hal ini bertujuan untuk mengatasi hipovolemia dan menjaga stabilitas tanda-tanda vital pasien. Tindakan ini merupakan penanganan kritis yang harus segera dilakukan pada pasien demam berdarah untuk mencegah komplikasi yang lebih berat.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Stabilitas Hemodinamik
Diharapkan setelah pemberian terapi cairan, kondisi hemodinamik pasien akan stabil, ditandai dengan peningkatan tekanan darah, perbaikan perfusi perifer, dan penurunan frekuensi nadi.
2. Peningkatan Volume Cairan
Diharapkan setelah pemberian terapi cairan, volume cairan tubuh pasien akan meningkat, ditandai dengan perbaikan turgor kulit dan perfusi perifer.
3. Penurunan Kecemasan
Diharapkan setelah mendapatkan penanganan yang sesuai, kecemasan pasien akan menurun, ditandai dengan pasien yang lebih tenang dan kooperatif.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan Cairan dan Elektrolit
- Pantau intake dan output cairan
- Pantau tanda-tanda vital
- Pantau laboratorium (Hb, trombosit, hematokrit)
2. Manajemen Cairan
- Berikan cairan intravena (IVFD) sesuai dengan kebutuhan
- Pantau kecepatan dan volume infus
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian cairan yang tepat
3. Manajemen Kecemasan
- Identifikasi penyebab kecemasan
- Berikan dukungan emosional
- Ajarkan teknik relaksasi
Dengan intervensi yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai stabilitas hemodinamik, peningkatan volume cairan, dan penurunan kecemasan, sehingga dapat mengatasi kondisi hipovolemia dan komplikasi demam berdarah. -
Article No. 8288 | 09 Dec 2024
Klinis : Laki-laki usia 68 tahun dirawat di Ruang Penyakit Dalam dengan keluhan sesak dan batuk terus-menerus. Hasil pengkajian: batuk selama 4 minggu yang disertai dengan dahak dan sulit di keluarkan, lemah, mual dan anoreksia. Hasil pemeriksaan fisik: TB 160, BB 55 kg, suara napas ronchi pada kedua lapang paru, TD 130/90 mmHg, frekuensi napas 32 x/menit dan frekuensi nadi 88 x/menit. Apakah masalah keperawatan utama pada kasus tersebut? A. Intoleransi aktivitas B. Gangguan pertukaran gas C. Ketidakseimbangan nutrisi D. Ketidakefektifan pola napas E. Ketidakefektifan bersihan jalan napas
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diberikan, masalah keperawatan utama yang paling sesuai adalah:
E. Ketidakefektifan bersihan jalan napas
Penjelasan:
Pasien mengalami batuk terus-menerus yang disertai dengan dahak yang sulit dikeluarkan. Selain itu, pasien juga mengalami sesak napas dengan frekuensi napas 32 x/menit. Temuan pemeriksaan fisik berupa suara napas ronchi pada kedua lapang paru menunjukkan adanya jalan napas yang tidak efektif. Oleh karena itu, masalah keperawatan utama yang paling sesuai adalah Ketidakefektifan bersihan jalan napas.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Bersihan jalan napas: Terbukanya jalan napas yang ditandai dengan perubahan suara napas normal, tidak ada sekret yang sulit dikeluarkan, dan frekuensi napas 16-20 x/menit.
2. Status pernapasan: Pernapasan dalam batas normal, tidak ada tanda-tanda distress pernapasan seperti penggunaan otot bantu pernapasan yang berlebihan.
3. Pengendalian batuk: Batuk produktif dengan hasil yang memadai, tidak mengganggu aktivitas sehari-hari.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen jalan napas
- Monitor status pernapasan: frekuensi, irama, kedalaman, dan penggunaan otot bantu pernapasan
- Auskultasi suara napas, identifikasi adanya suara tambahan (ronchi, wheezing, dll.)
- Berikan posisi semi fowler untuk memfasilitasi pernapasan
- Lakukan suction jika terdapat sekret yang tidak dapat dikeluarkan
- Berikan oksigen sesuai indikasi
2. Manajemen batuk
- Monitor karakteristik batuk: frekuensi, produktivitas, dan kemampuan pasien dalam mengontrol batuk
- Kolaborasi pemberian terapi bronkodilator dan mukolitik untuk membantu pengeluaran sekret
- Ajarkan teknik batuk efektif
- Lakukan fisioterapi dada jika diperlukan untuk memobilisasi sekret
3. Manajemen nutrisi
- Monitor berat badan dan intake nutrisi pasien
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan diet yang sesuai dengan kondisi pasien
- Berikan makanan tinggi kalori, protein, dan mudah dicerna untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan masalah Ketidakefektifan bersihan jalan napas pada pasien dapat teratasi dan mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 8289 | 09 Dec 2024
Klinis : Nyeri akut
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan: Nyeri Akut
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Nyeri akut didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut. Nyeri akut biasanya memiliki onset tiba-tiba, durasi relatif singkat, dan intensitas bervariasi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan nyeri akut adalah pasien dapat melaporkan nyeri terkendali, mendemonstrasikan perilaku relaksasi yang efektif, dan dapat beraktivitas sesuai kapasitas. Evaluasi dilakukan dengan mengukur intensitas nyeri, kemampuan melakukan aktivitas, dan penggunaan teknik manajemen nyeri yang efektif.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan untuk nyeri akut mencakup pengkajian nyeri secara komprehensif, pemberian analgesik, teknik nonfarmakologis (misalnya distraksi, relaksasi, terapi panas-dingin), edukasi pasien dan keluarga, serta kolaborasi dengan tim kesehatan lain. Intervensi disesuaikan dengan penyebab nyeri, karakteristik nyeri, dan respon pasien.
Sebagai perawat, saya akan melakukan pengkajian nyeri secara menyeluruh, menentukan intervensi yang sesuai, dan bekerja sama dengan tim kesehatan lain untuk mengelola nyeri akut pasien secara efektif, dengan mempertimbangkan standar praktik keperawatan yang berlaku. -
Article No. 8290 | 09 Dec 2024
Klinis : Seorang Perempuan berusia 64 tahun, dirawat di ICU dengan diagnosis pasca operasi laparatomi reseksi tumor + ileostomy, sepsis, hypoalbuminemia. Pasien dirawat di ICU hari perawatan ke-1. Terpasang ventilator mekanik dengan mode CPAP, PS 8, PEEP = 5 cmH2O dan FI O2 60%. Kesadaran pasien Compos Mentis dengan GCS E4M6 Vett. Berat badan pasien = 65 kg. Diketahui vital sign saat ini: TDS 110-125 mmHg, TDD 55-65 mmHg dengan terpasang obat norepinephrine 0,2 mcg/kgBB/menit dan Dobutamine 5 mcg/KgBB/menit. Urine output dalam 3 jam: 30cc, kuning pekat. Suhu: 37,6 sampai dengan 38,8 derajat Celcius Hasil laboratorium: Hb 8,4 g/dL, Hematokrit 25,1%, WBC (ribu/mm2) 27.6, Platelet (ribu/mm2) 450, Ur 58 mg/dL, Kreatinin 1,49 mg/dL, Natrium 141 mmol/L, Kalium 3 mmol/L, Clorida 107 mmol/L, GDS 143 mg/dL, Albumin 2, Bilirubin Total 0,7, Bilirubin Direk 0,6, Leukosit 22.000/mm3, CRP 221 mg/L AGD: pH 7,25, pCO2 45,9, PO2 95, SatO2 97,6, HCO3 22, BE -3,4 Saat dilakukan pengkajian pasien tampak kooperatif dengan bantuan ventilasi mekanik, namun napas cepat disertasi demam, diuresis menurun, nadi meningkat, tekanan darah unstable.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis:
1. Kode ICD-10:
- Kode: K91.2
- Deskripsi: Disfungsi usus pasca operasi
- Kode: A41.9
- Deskripsi: Sepsis, tidak spesifik
- Kode: E46
- Deskripsi: Malnutrisi protein-energi, tidak spesifik
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 45.75
- Deskripsi: Reseksi usus besar, tidak termasuk rektum
- Kode: 46.10
- Deskripsi: Penempatan ileostomi, tidak spesifik
Penjelasan:
- Pasien perempuan usia 64 tahun menunjukkan diagnosis pasca operasi laparatomi reseksi tumor dan ileostomi, yang dapat diklasifikasikan dengan kode ICD-10 K91.2 (Disfungsi usus pasca operasi).
- Pasien juga mengalami sepsis, yang dapat diklasifikasikan dengan kode ICD-10 A41.9 (Sepsis, tidak spesifik).
- Pasien juga mengalami hypoalbuminemia, yang dapat diklasifikasikan dengan kode ICD-10 E46 (Malnutrisi protein-energi, tidak spesifik).
- Prosedur medis yang dilakukan adalah reseksi usus besar, tidak termasuk rektum, yang dapat diklasifikasikan dengan kode ICD-9-CM 45.75, dan penempatan ileostomi, tidak spesifik, yang dapat diklasifikasikan dengan kode ICD-9-CM 46.10. -
Article No. 8291 | 09 Dec 2024
Klinis : Seorang Perempuan berusia 64 tahun, dirawat di ICU dengan diagnosis pasca operasi laparatomi reseksi tumor + ileostomy, sepsis, hypoalbuminemia. Pasien dirawat di ICU hari perawatan ke-1. Terpasang ventilator mekanik dengan mode CPAP, PS 8, PEEP = 5 cmH2O dan FI O2 60%. Kesadaran pasien Compos Mentis dengan GCS E4M6 Vett. Berat badan pasien = 65 kg. Diketahui vital sign saat ini: TDS 110-125 mmHg, TDD 55-65 mmHg dengan terpasang obat norepinephrine 0,2 mcg/kgBB/menit dan Dobutamine 5 mcg/KgBB/menit. Urine output dalam 3 jam: 30cc, kuning pekat. Suhu: 37,6 sampai dengan 38,8 derajat Celcius Hasil laboratorium: Hb 8,4 g/dL, Hematokrit 25,1%, WBC (ribu/mm2) 27.6, Platelet (ribu/mm2) 450, Ur 58 mg/dL, Kreatinin 1,49 mg/dL, Natrium 141 mmol/L, Kalium 3 mmol/L, Clorida 107 mmol/L, GDS 143 mg/dL, Albumin 2, Bilirubin Total 0,7, Bilirubin Direk 0,6, Leukosit 22.000/mm3, CRP 221 mg/L AGD: pH 7,25, pCO2 45,9, PO2 95, SatO2 97,6, HCO3 22, BE -3,4 Saat dilakukan pengkajian pasien tampak kooperatif dengan bantuan ventilasi mekanik, namun napas cepat disertasi demam, diuresis menurun, nadi meningkat, tekanan darah unstable.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI):
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi dan sepsis, ditandai dengan suhu tubuh 37,6°C - 38,8°C.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan fungsi paru-paru, ditandai dengan nilai pO2 95 mmHg, saturasi oksigen 97,6%, dan penggunaan ventilator mekanik.
3. Ketidakstabilan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan, dibuktikan dengan urin output 30 cc dalam 3 jam, hipoalbuminemia, dan adanya norepinefrin dan dobutamin.
4. Kelelahan berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik, ditandai dengan napas cepat dan kesadaran kompos mentis.
5. Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur pembedahan, terpasang ventilator mekanik, dan kondisi imunitas yang terganggu (leukositosis dan peningkatan CRP).
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Hipertermia teratasi: Suhu tubuh kembali normal (36,5°C - 37,5°C).
2. Pertukaran gas membaik: Nilai pO2, saturasi oksigen, dan ventilasi mekanik sesuai target.
3. Volume cairan seimbang: Urin output meningkat, tanda-tanda hipovolemia tidak ada, dan kadar albumin meningkat.
4. Kelelahan teratasi: Respiratory rate normal, kesadaran membaik.
5. Tidak terjadi infeksi: Tanda-tanda infeksi tidak ada, hasil laboratorium menunjukkan perbaikan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen hipertermia:
a. Monitor suhu tubuh secara berkala.
b. Berikan kompres hangat/dingin sesuai kebutuhan.
c. Kolaborasi dengan tenaga medis untuk pemberian antipiretik.
2. Manajemen ventilasi:
a. Monitor parameter ventilator dan nilai oksigenasi.
b. Kolaborasi dengan tenaga medis untuk mengoptimalkan setting ventilator.
c. Lakukan suction dan fisioterapi dada sesuai kebutuhan.
3. Manajemen cairan:
a. Monitor input dan output cairan.
b. Ganti cairan intravena sesuai dengan kebutuhan.
c. Monitor kadar albumin dan kolaborasi dengan tenaga medis untuk pemberian albumin.
4. Manajemen kelelahan:
a. Monitor tanda-tanda vital dan kelelahan.
b. Pertahankan posisi semi-fowler untuk meningkatkan ventilasi.
c. Berikan istirahat yang cukup dan upaya untuk mengurangi stres.
5. Manajemen risiko infeksi:
a. Lakukan hand hygiene dengan benar.
b. Pertahankan teknik aseptik pada tindakan invasif.
c. Monitor tanda-tanda infeksi dan lakukan kolaborasi dengan tenaga medis untuk terapi antibiotik.
Penjelasan rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi dan sepsis, ditandai dengan suhu tubuh 37,6°C - 38,8°C.
Pasien mengalami peningkatan suhu tubuh yang dapat disebabkan oleh proses infeksi atau sepsis yang sedang dialami. Kondisi ini perlu ditangani dengan cepat untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan fungsi paru-paru, ditandai dengan nilai pO2 95 mmHg, saturasi oksigen 97,6%, dan penggunaan ventilator mekanik.
Pasien mengalami gangguan pertukaran gas yang ditandai dengan nilai pO2 yang masih kurang optimal dan penggunaan ventilator mekanik. Kondisi ini perlu ditangani untuk memastikan oksigenasi yang adekuat.
3. Ketidakstabilan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan, dibuktikan dengan urin output 30 cc dalam 3 jam, hipoalbuminemia, dan adanya norepinefrin dan dobutamin.
Pasien mengalami ketidakstabilan volume cairan yang ditandai dengan output urin yang rendah, hipoalbuminemia, serta penggunaan obat-obatan vasoaktif. Kondisi ini perlu dikelola untuk mencegah terjadinya hipovolemia atau overload cairan.
4. Kelelahan berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik, ditandai dengan napas cepat dan kesadaran kompos mentis.
Pasien mengalami kelelahan yang ditandai dengan napas cepat dan kesadaran kompos mentis. Hal ini dapat disebabkan oleh peningkatan kebutuhan metabolik akibat kondisi penyakit yang dialami.
5. Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur pembedahan, terpasang ventilator mekanik, dan kondisi imunitas yang terganggu (leukositosis dan peningkatan CRP).
Pasien memiliki risiko tinggi untuk mengalami infeksi yang disebabkan oleh prosedur pembedahan, pemasangan ventilator mekanik, dan kondisi imunitas yang terganggu. Hal ini perlu dikelola dengan baik untuk mencegah terjadinya komplikasi.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Hipertermia teratasi: Suhu tubuh kembali normal (36,5°C - 37,5°C).
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan suhu tubuh pasien dapat kembali normal, menandakan bahwa hipertermia telah teratasi.
2. Pertukaran gas membaik: Nilai pO2, saturasi oksigen, dan ventilasi mekanik sesuai target.
Setelah asuhan keperawatan, diharapkan pertukaran gas pasien membaik, ditandai dengan nilai pO2, saturasi oksigen, dan parameter ventilasi mekanik yang sesuai dengan target.
3. Volume cairan seimbang: Urin output meningkat, tanda-tanda hipovolemia tidak ada, dan kadar albumin meningkat.
Setelah asuhan keperawatan, diharapkan volume cairan pasien menjadi seimbang, ditandai dengan peningkatan output urin, tidak ada tanda-tanda hipovolemia, dan kadar albumin yang meningkat.
4. Kelelahan teratasi: Respiratory rate normal, kesadaran membaik.
Setelah asuhan keperawatan, diharapkan kelelahan pasien teratasi, ditandai dengan respiratory rate yang normal dan kesadaran yang membaik.
5. Tidak terjadi infeksi: Tanda-tanda infeksi tidak ada, hasil laboratorium menunjukkan perbaikan.
Setelah asuhan keperawatan, diharapkan tidak terjadi infeksi pada pasien, ditandai dengan tidak adanya tanda-tanda infeksi dan hasil laboratorium yang -
Article No. 8292 | 09 Dec 2024
Klinis : Laki-laki usia 54 tahun di rawat di ruang penyakit dalam karena demam naik turun selama 4 hari. Hasil pengkajian: Pasien samnolen, kulit kering dan akral dingin, TD 90/70 mmHg, frekuensi nadi 115 x/menit, suhu 380C, CRT 3 detik. Hasil laboratorium: Hb 10 gr/dL, trombosit 100.000/mm3, hematokrit 70%. Diagnosis medis: Demam berdarah. Apakah masalah keperawatan pada kasus tersebut? A. Hipertermia B. Risiko perdarahan C. Defisit volume cairan D. Ketidakefektifan pola napas E. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Terima kasih atas pertanyaan Anda. Saya akan mencoba memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi yang sesuai untuk kasus yang Anda sajikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan informasi yang diberikan, masalah keperawatan utama yang sesuai adalah:
E. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
Kondisi pasien menunjukkan adanya penurunan perfusi jaringan perifer yang ditandai dengan kulit kering dan akral dingin, serta tekanan darah rendah (90/70 mmHg). Demam berdarah dapat menyebabkan kebocoran plasma yang memicu terjadinya hipovolemia dan gangguan perfusi jaringan. Oleh karena itu, diagnosa keperawatan yang paling tepat adalah Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer.
Luaran/Output yang Diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Perfusi Jaringan Perifer
- Indikator: Warna kulit, suhu kulit, pengisian kapiler, dan tekanan darah
- Kriteria Hasil: Warna kulit normal, suhu kulit hangat, pengisian kapiler kurang dari 3 detik, dan tekanan darah dalam rentang normal.
2. Hipovolemia
- Indikator: Turgor kulit, pengisian vena, dan frekuensi nadi
- Kriteria Hasil: Turgor kulit baik, pengisian vena adekuat, dan frekuensi nadi dalam rentang normal.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Hipovolemia
- Pantau tanda-tanda vital (tekanan darah, frekuensi nadi, suhu tubuh)
- Berikan cairan intravena sesuai dengan kebutuhan untuk mempertahankan volume cairan yang adekuat
- Pantau intake dan output cairan
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemeriksaan dan penanganan lebih lanjut
2. Peningkatan Perfusi Jaringan
- Pantau tanda-tanda perfusi jaringan (warna, suhu, pengisian kapiler)
- Posisikan pasien dengan kaki lebih tinggi dari jantung untuk meningkatkan aliran balik vena
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian obat-obatan (misalnya cairan intravena, vasopressor) sesuai indikasi
3. Manajemen Demam
- Pantau suhu tubuh secara berkala
- Berikan kompres hangat atau dingin sesuai kebutuhan untuk menurunkan suhu tubuh
- Berikan obat penurun demam sesuai indikasi dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain
Dengan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan dapat meningkatkan perfusi jaringan perifer, mengatasi hipovolemia, dan mengendalikan demam pada pasien sehingga dapat mencapai luaran yang diharapkan.
Semoga penjelasan ini bermanfaat. Jika Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menanyakannya. Wassalamu'alaikum.