Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 8253 | 09 Dec 2024
Klinis : Ryan, 31 tahun datang ke praktek dokter umum untuk memeriksa dirinya. Selama 3 bulan terakhir ryan mengeluh badannya semakin kurus, pucat pada kulitnya, timbul bercak merah di kakinya dan sering batuk. Dari pemeriksaan teraba spt massa di bagian kuadran perut sinistra diduga pembesaran dari limpa. Dokter dihampiri pemeriksaan darah, dan tak disangka pada darah tepinya byk terdapat sel muda atau sel blast sekitar 40%. Dari penjelasan diatas, apa diagnosa pada Ryan..?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat pakar, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang dialami oleh Ryan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan kadar hemoglobin dan peningkatan jumlah sel blast.
Penjelasan:
Berdasarkan gejala yang dialami Ryan, yaitu semakin kurus, pucat, dan sering batuk, serta hasil pemeriksaan darah yang menunjukkan adanya peningkatan jumlah sel blast (sel muda) sekitar 40%, hal ini mengindikasikan adanya gangguan pada sistem hematologi yang dapat menyebabkan intoleransi aktivitas. Intoleransi aktivitas adalah ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin akibat keterbatasan fisik.
2. Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun.
Penjelasan:
Peningkatan jumlah sel blast yang signifikan pada darah tepi Ryan dapat menandakan adanya gangguan pada sistem imun, sehingga meningkatkan risiko infeksi. Risiko infeksi adalah kerentanan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat membahayakan kesehatan.
3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
Penjelasan:
Gejala penurunan berat badan yang dialami Ryan menunjukkan adanya ketidakseimbangan nutrisi, di mana asupan nutrisi yang masuk ke dalam tubuh tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan energi tubuh. Hal ini dapat disebabkan oleh anoreksia atau gangguan nafsu makan.
Standar Luaran Keperawatan (SLKI) dan Standar Intervensi Keperawatan (SIKI) yang dapat digunakan untuk mengelola kondisi Ryan antara lain:
1. Intoleransi aktivitas:
- Luaran: Toleransi aktivitas meningkat
- Intervensi: Manajemen aktivitas, Edukasi tentang aktivitas, Terapi latihan
2. Risiko infeksi:
- Luaran: Tidak terjadi infeksi
- Intervensi: Manajemen infeksi, Pencegahan infeksi
3. Ketidakseimbangan nutrisi:
- Luaran: Keseimbangan nutrisi tercapai
- Intervensi: Manajemen nutrisi, Edukasi gizi
Dengan menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstruktur untuk mengelola kondisi Ryan secara efektif. -
Article No. 8254 | 09 Dec 2024
Klinis : Ryan, 31 tahun datang ke praktek dokter umum untuk memeriksa dirinya. Selama 3 bulan terakhir ryan mengeluh badannya semakin kurus, pucat pada kulitnya, timbul bercak merah di kakinya dan sering batuk. Dari pemeriksaan teraba spt massa di bagian kuadran perut sinistra diduga pembesaran dari limpa. Dokter dihampiri pemeriksaan darah, dan tak disangka pada darah tepinya byk terdapat sel muda atau sel blast sekitar 40%. Dari penjelasan diatas, apa diagnosa leukimia apa pada Ryan..?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Ryan, 31 tahun.
Berdasarkan gejala yang dipaparkan, yaitu penurunan berat badan, pucat, bercak merah di kaki, batuk sering, serta ditemukannya pembesaran limpa dan sel blast yang tinggi pada darah tepi, dapat disimpulkan bahwa Ryan kemungkinan besar menderita Leukemia.
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan penurunan fungsi hematopoietik akibat Leukemia.
- SDKI: Intoleransi Aktivitas
- SLKI: Peningkatan Toleransi Aktivitas
- SIKI: Manajemen Energi
2. Risiko Perdarahan berhubungan dengan trombositopenia akibat Leukemia.
- SDKI: Risiko Perdarahan
- SLKI: Pemulihan Integritas Jaringan
- SIKI: Manajemen Perdarahan
3. Risiko Infeksi berhubungan dengan neutropenia akibat Leukemia.
- SDKI: Risiko Infeksi
- SLKI: Pemulihan Status Imun
- SIKI: Manajemen Infeksi
Penjelasan Singkat:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan penurunan fungsi hematopoietik akibat Leukemia:
- Leukemia dapat menyebabkan penurunan produksi sel darah normal, termasuk sel darah merah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas transportasi oksigen dan intoleransi terhadap aktivitas.
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen energi, seperti memantau tanda-tanda vital, membantu aktivitas sesuai toleransi, dan mengatur istirahat yang cukup.
2. Risiko Perdarahan berhubungan dengan trombositopenia akibat Leukemia:
- Leukemia dapat menyebabkan penurunan produksi trombosit, yang berperan dalam proses pembekuan darah, sehingga meningkatkan risiko perdarahan.
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen perdarahan, seperti memantau tanda-tanda perdarahan, memberikan perawatan pada area luka, dan mempertahankan kadar trombosit yang optimal.
3. Risiko Infeksi berhubungan dengan neutropenia akibat Leukemia:
- Leukemia dapat menyebabkan penurunan produksi sel darah putih, khususnya neutrofil, yang berperan dalam sistem pertahanan tubuh terhadap infeksi.
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen infeksi, seperti memantau tanda-tanda infeksi, menjaga kebersihan, dan memberikan perawatan sesuai dengan kondisi pasien.
Semoga informasi ini dapat membantu Anda dalam memahami diagnosa keperawatan dan penjelasan singkatnya berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Ryan. -
Article No. 8255 | 09 Dec 2024
Klinis : Seorang laki †“ laki berusia 51 tahun dirawat dengan Ca paru awalnya dating dengan keluhan sesak dan saat ini sudah berkurang. Hasil pengkajian kesadaran somnolent, tampak terpasang NGT, skala morse : risiko tinggi jatuh, masih nampak sesak dan saat ini terpasang oksigen nasal. Hasil laboratorium GDS: 322 mg/dl, albumin 2,19 g/dl, bilirubin direk 0,43 mg/ Apakah masalah keperawatan utama kasus di atas?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) berdasarkan kasus yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan Utama:
Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan penyakit pernapasan (Ca paru).
Penjelasan:
Berdasarkan hasil pengkajian, pasien menunjukkan gejala sesak napas yang masih nampak, meskipun sudah berkurang. Pasien juga terpasang oksigen nasal, mengindikasikan adanya masalah dalam pola napas yang tidak efektif. Hal ini dapat disebabkan oleh kondisi penyakit pernapasan yang diderita (Ca paru).
SDKI:
Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah panduan resmi untuk mengidentifikasi masalah kesehatan pasien yang dapat ditangani oleh perawat. Dalam kasus ini, "Ketidakefektifan pola napas" merupakan diagnosa keperawatan yang sesuai dengan SDKI.
SLKI:
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) adalah panduan resmi untuk menentukan hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan. Dalam kasus ini, luaran yang diharapkan dapat mencakup: Pola napas efektif, Oksigenasi adekuat, dan Tidak terjadi komplikasi.
SIKI:
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) adalah panduan resmi untuk menentukan tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan pasien. Intervensi yang mungkin dilakukan antara lain: Manajemen oksigen, Manajemen jalan napas, Manajemen ventilasi, dan Manajemen nyeri.
Dengan demikian, berdasarkan kasus yang diberikan, masalah keperawatan utama adalah Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan penyakit pernapasan (Ca paru), yang dapat ditangani dengan mengacu pada standar keperawatan nasional (SDKI, SLKI, dan SIKI). -
Article No. 8256 | 09 Dec 2024
Klinis : Seorang laki †“ laki berusia 51 tahun dirawat dengan Ca paru awalnya dating dengan keluhan sesak dan saat ini sudah berkurang. Hasil pengkajian kesadaran somnolent, tampak terpasang NGT, skala morse : risiko tinggi jatuh, masih nampak sesak dan saat ini terpasang oksigen nasal. Hasil laboratorium GDS: 322 mg/dl, albumin 2,19 g/dl, bilirubin direk 0,43 mg/ Apakah masalah keperawatan utama kasus di atas?
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, saya akan memberikan diagnosis keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan SLKI, serta intervensi keperawatan SIKI yang sesuai dengan kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosis Keperawatan SDKI yang sesuai:
1. Kekurangan Volume Cairan (00027) berhubungan dengan peningkatan kehilangan cairan yang ditandai dengan ketidakseimbangan antara asupan dan kehilangan cairan, serum glukosa tinggi, dan hipoalbuminemia.
Luaran/Output yang Diharapkan SLKI:
1. Keseimbangan Cairan (0601)
a. Cairan masuk dan keluar seimbang
b. Tanda-tanda vital dalam batas normal
c. Tidak terjadi edema
d. Berat badan stabil
Intervensi Keperawatan SIKI:
1. Pantau tanda-tanda vital secara berkala
2. Kaji status hidrasi pasien (turgor kulit, mukosa, pengisian kapiler)
3. Lakukan pengukuran cairan masuk dan keluar secara akurat
4. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian cairan intravena atau elektrolit yang sesuai
5. Lakukan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya menjaga keseimbangan cairan
6. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diet yang sesuai dengan kondisi pasien
Selain diagnosis keperawatan Kekurangan Volume Cairan, ada beberapa diagnosis keperawatan lain yang juga perlu dipertimbangkan, yaitu:
2. Kesiapan Meningkatkan Manajemen Kesehatan (00162) berhubungan dengan perubahan status kesehatan yang ditandai dengan adanya kanker paru dan pemasangan NGT.
a. Luaran/Output yang Diharapkan SLKI: Manajemen Kesehatan (1813)
b. Intervensi Keperawatan SIKI: Edukasi tentang manajemen penyakit, bantuan dalam meningkatkan kepatuhan pengobatan, kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya.
3. Risiko Jatuh (00155) berhubungan dengan kelemahan fisik yang ditandai dengan skor Morse tinggi.
a. Luaran/Output yang Diharapkan SLKI: Bebas Dari Cedera (1911)
b. Intervensi Keperawatan SIKI: Identifikasi faktor risiko jatuh, terapkan intervensi pencegahan jatuh, edukasi pasien dan keluarga tentang pencegahan jatuh.
Berdasarkan informasi yang diberikan, masalah keperawatan utama yang perlu menjadi prioritas adalah Kekurangan Volume Cairan, karena kondisi pasien menunjukkan adanya ketidakseimbangan cairan dengan tanda-tanda hiperglikemia dan hipoalbuminemia. Penanganan masalah Kekurangan Volume Cairan ini akan menjadi dasar bagi penanganan masalah keperawatan lainnya.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk bertanya. -
Article No. 8257 | 09 Dec 2024
Klinis : Seorang laki laki berusia 51 tahun dirawat dengan Ca paru awalnya dating dengan keluhan sesak dan saat ini sudah berkurang. Hasil pengkajian kesadaran somnolent, tampak terpasang NGT, skala morse : risiko tinggi jatuh, masih nampak sesak dan saat ini terpasang oksigen nasal. Hasil laboratorium GDS: 322 mg/dl, albumin 2,19 g/dl, bilirubin direk 0,43 mg/ Apakah masalah keperawatan utama kasus di atas?
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan analisa yang rinci dan terperinci sesuai dengan kondisi kasus yang Anda berikan.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
a. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang bebas.
Penyebab: Sekresi yang berlebihan, kelemahan otot pernapasan, dan obstruksi jalan napas.
Tanda dan Gejala: Sesak napas, takipnea, dispnea, penggunaan otot bantu pernapasan, suara napas abnormal, sianosis, dan hipoksemia.
b. Risiko Jatuh
Definisi: Kerentanan untuk mengalami jatuh yang dapat menyebabkan cidera fisik.
Faktor Risiko: Gangguan mobilitas fisik, perubahan status mental, dan penggunaan obat-obatan.
Tanda dan Gejala: Skala Morse menunjukkan risiko tinggi jatuh.
2. Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
a. Bersihan Jalan Napas Efektif
- Pasien dapat mempertahankan jalan napas yang bebas dari obstruksi.
- Pasien dapat mengeluarkan sekret dengan batuk yang efektif.
- Pasien menunjukkan pola pernapasan yang efektif.
b. Bebas Risiko Jatuh
- Pasien tidak mengalami jatuh selama perawatan.
- Pasien dan keluarga dapat mengidentifikasi faktor risiko jatuh.
- Pasien dan keluarga dapat menerapkan strategi pencegahan jatuh.
3. Intervensi Keperawatan (SIKI):
a. Bersihan Jalan Napas Efektif:
- Pantau status pernapasan: frekuensi, kedalaman, irama, dan penggunaan otot bantu pernapasan.
- Auskultasi suara napas dan perkusi dada untuk mendeteksi adanya sekret.
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan pasien.
- Lakukan suction, jika diperlukan, untuk mengeluarkan sekret.
- Dorong pasien untuk batuk dan bernapas dalam secara rutin.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian bronkodilator atau mukolitik, jika diperlukan.
b. Risiko Jatuh:
- Terapkan pengkajian risiko jatuh menggunakan Skala Morse.
- Identifikasi faktor risiko jatuh, seperti gangguan mobilitas, perubahan status mental, dan penggunaan obat-obatan.
- Berikan lingkungan yang aman, seperti penerangan yang memadai, mengunci roda tempat tidur, dan menyediakan alat bantu mobilisasi.
- Edukasikan pasien dan keluarga tentang risiko jatuh dan strategi pencegahan.
- Kolaborasi dengan tim multidisiplin untuk intervensi fisioterapi atau penggunaan alat bantu mobilisasi, jika diperlukan.
Penjelasan:
Berdasarkan kondisi pasien yang disajikan, masalah keperawatan utama adalah Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas dan Risiko Jatuh. Pasien mengalami sesak napas, meskipun saat ini sudah berkurang, dan terpasang oksigen nasal, serta terdapat tanda-tanda ketidakefektifan jalan napas. Selain itu, pasien juga memiliki risiko tinggi jatuh berdasarkan Skala Morse.
Luaran yang diharapkan adalah Bersihan Jalan Napas Efektif dan Bebas Risiko Jatuh. Pasien diharapkan dapat mempertahankan jalan napas yang bebas dari obstruksi, mengeluarkan sekret dengan batuk yang efektif, dan menunjukkan pola pernapasan yang efektif. Selain itu, pasien diharapkan tidak mengalami jatuh selama perawatan, dapat mengidentifikasi faktor risiko jatuh, dan dapat menerapkan strategi pencegahan jatuh.
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran tersebut meliputi pemantauan status pernapasan, suction sekret, pemberian oksigen, edukasi batuk dan napas dalam, serta manajemen risiko jatuh melalui pengkajian risiko, identifikasi faktor risiko, penyediaan lingkungan yang aman, dan edukasi pasien dan keluarga.
Penanganan yang komprehensif dan kolaboratif dengan tim medis diharapkan dapat membantu mengatasi masalah keperawatan utama pasien dan mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 8258 | 09 Dec 2024
Klinis : Seorang laki laki berusia 51 tahun dirawat dengan Ca paru awalnya dating dengan keluhan sesak dan saat ini sudah berkurang. Hasil pengkajian kesadaran somnolent, tampak terpasang NGT, skala morse : risiko tinggi jatuh, masih nampak sesak dan saat ini terpasang oksigen nasal. Hasil laboratorium GDS: 322 mg/dl, albumin 2,19 g/dl, bilirubin direk 0,43 mg/ Apakah masalah keperawatan utama kasus di atas?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan analisis diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan Utama:
1. Ketidakefektifan Pola Napas berhubungan dengan proses penyakit (Ca paru)
Penjelasan singkat:
Berdasarkan data yang diberikan, pasien mengalami sesak napas yang awalnya tinggi namun saat ini sudah berkurang. Hal ini menunjukkan adanya ketidakefektifan pola napas yang berhubungan dengan proses penyakit, yaitu Ca paru.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan pola napas yang efektif untuk memenuhi kebutuhan oksigen.
Faktor Berhubungan: Proses penyakit
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan: Pola napas efektif
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi Keperawatan:
1. Observasi tanda-tanda vital, terutama frekuensi dan irama napas
2. Berikan oksigen sesuai dengan kebutuhan
3. Ajarkan teknik pernapasan yang efektif
4. Mobilisasi dini sesuai kondisi
Dengan penanganan yang tepat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI, diharapkan pasien dapat mencapai pola napas yang efektif dan terbebas dari sesak napas. -
Article No. 8259 | 09 Dec 2024
Klinis : Diare
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan untuk kondisi diare:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi diare adalah "Diare" (00013). Diare didefinisikan sebagai eliminasi feses yang tidak normal, yaitu frekuensi, konsistensi, atau jumlah yang meningkat. Karakteristik ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti infeksi, intoleransi makanan, efek obat-obatan, dan gangguan struktur atau fungsi saluran cerna.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pemulihan pola eliminasi (0501): Pasien menunjukkan pola eliminasi feses yang kembali normal dalam hal frekuensi, konsistensi, dan jumlah.
2. Manajemen diare (0501): Pasien menunjukkan kemampuan untuk mengelola episode diare dengan efektif.
3. Keseimbangan cairan (0601): Pasien mempertahankan volume cairan dalam rentang normal.
4. Pengendalian nyeri (1605): Pasien melaporkan nyeri saluran cerna yang terkontrol.
5. Pengetahuan: Manajemen diare (1806): Pasien menunjukkan pemahaman yang baik tentang penyebab, gejala, dan penatalaksanaan diare.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen diare (3420):
a. Kaji pola eliminasi pasien, termasuk frekuensi, konsistensi, dan jumlah feses.
b. Identifikasi penyebab diare, seperti infeksi, intoleransi makanan, atau efek obat-obatan.
c. Monitor intake dan output cairan, serta tanda-tanda dehidrasi.
d. Berikan cairan elektrolit yang sesuai untuk mengganti cairan dan elektrolit yang hilang.
d. Anjurkan pasien untuk mengkonsumsi makanan dan minuman yang mudah dicerna.
e. Edukasikan pasien tentang manajemen diare, termasuk penyebab, gejala, dan tindakan yang harus dilakukan.
2. Manajemen nyeri (1400):
a. Kaji intensitas, frekuensi, dan karakteristik nyeri saluran cerna yang dialami pasien.
b. Berikan analgesik sesuai dengan resep dokter untuk mengurangi nyeri.
c. Ajarkan teknik pengalihan rasa nyeri, seperti relaksasi, distraksi, dan pijatan.
d. Evaluasi efektivitas intervensi dan lakukan penyesuaian jika diperlukan.
3. Manajemen cairan (4120):
a. Monitor intake dan output cairan, serta tanda-tanda dehidrasi.
b. Berikan cairan elektrolit yang sesuai untuk mengganti cairan dan elektrolit yang hilang.
c. Awasi tanda-tanda kelebihan atau kekurangan cairan dan lakukan intervensi yang sesuai.
d. Edukasikan pasien tentang pentingnya asupan cairan yang adekuat selama diare.
Dengan melaksanakan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dengan diare dapat pulih dengan cepat, mempertahankan keseimbangan cairan, mencegah komplikasi, dan meningkatkan pengetahuannya tentang manajemen diare. -
Article No. 8260 | 09 Dec 2024
Klinis : Seorang laki -laki 50 tahun di rawat di ICU dengan Covid-19 dengan keluhan sesak napas. Di dapatkan hasil pCO2?, PO2?, pH abnormal dan takikardi Masalah keperawatan yang muncul pada pasien di atas adalah?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
Berdasarkan informasi yang Anda berikan, diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien laki-laki berusia 50 tahun dengan COVID-19 yang dirawat di ICU dengan keluhan sesak napas, hasil pCO2, pO2, dan pH abnormal serta takikardi, adalah:
1. Gangguan Pertukaran Gas
Berhubungan dengan penurunan fungsi paru-paru akibat infeksi COVID-19 yang ditandai dengan hasil pCO2, pO2, dan pH yang abnormal, serta sesak napas.
2. Intoleransi Aktivitas
Berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik dan penurunan kapasitas fungsional paru-paru yang ditandai dengan takikardi.
Penjelasan Singkat SDKI, SLKI, dan SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
- Gangguan Pertukaran Gas: Ketidakseimbangan antara ventilasi dan perfusi di dalam paru-paru.
- Intoleransi Aktivitas: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
- Gangguan Pertukaran Gas: Pasien menunjukkan pertukaran gas yang adekuat, dengan tanda-tanda vital yang stabil.
- Intoleransi Aktivitas: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa sesak napas atau kelelahan.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
- Gangguan Pertukaran Gas: Intervensi yang dapat dilakukan adalah manajemen oksigen, monitoring status pernapasan, dan manajemen ventilasi.
- Intoleransi Aktivitas: Intervensi yang dapat dilakukan adalah manajemen aktivitas, manajemen energi, dan terapi latihan.
Sebagai perawat profesional, saya akan menggunakan standar diagnosis, luaran, dan intervensi keperawatan yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berkualitas untuk pasien ini. -
Article No. 8261 | 09 Dec 2024
Klinis : Seorang laki-laki berusia 20 tahun dirawat diruang penyakit dalam dan mengatakan sering sekali mengalami sesak napas saat terkena serbuk kecil dan debu. Dari hasil pengkajian didapatkan data pernapasan dengan cuping hidung, terdengar suara ronkhi, batuk nonproduktif, frekuensi napas 35 x/menit, frekuensi nadi 84x/menit, suhu 37,8 derajat celcius Apakah masalah keperawatan utama pada kasus tersebut?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, masalah keperawatan utama pada kasus tersebut adalah:
Diagnosa Keperawatan: Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi (SDKI):
Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
Karakteristik Definisi (SDKI):
- Pernapasan dengan cuping hidung
- Terdengar suara ronki
- Batuk tidak produktif
- Peningkatan frekuensi napas
Faktor Berhubungan (SDKI):
- Reaksi alergi terhadap debu dan serbuk kecil
Rencana Intervensi Keperawatan (SIKI):
- Monitor status pernapasan
- Posisikan klien untuk memaksimalkan ventilasi
- Ajarkan teknik batuk efektif
- Berikan bronkodilator sesuai indikasi
- Lakukan suction jika diperlukan
- Edukasi mengenai pencegahan pajanan terhadap pencetus alergi
Hasil yang Diharapkan (SLKI):
- Jalan napas tetap paten
- Frekuensi napas kembali normal
- Tidak ada tanda-tanda distres pernapasan
Dalam kasus ini, pasien mengalami sesak napas yang disebabkan oleh reaksi alergi terhadap debu dan serbuk kecil, yang menyebabkan obstruksi jalan napas. Oleh karena itu, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif, dan rencana intervensi serta hasil yang diharapkan fokus pada peningkatan bersihan jalan napas dan manajemen respons alergi. -
Article No. 8262 | 09 Dec 2024
Klinis : Diare karena tumor
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Tentu, saya akan memberikan penjelasan rinci terkait diagnosis keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi diare akibat tumor.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi diare akibat tumor adalah "Diare Kronis". Diare kronis merupakan buang air besar yang tidak normal, yaitu frekuensi lebih dari 3 kali per hari dengan konsistensi yang encer, yang berlangsung selama lebih dari 4 minggu. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk keganasan seperti tumor yang menyebabkan gangguan pada sistem pencernaan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Keseimbangan Cairan: Pasien menunjukkan tanda-tanda keseimbangan cairan yang memadai, seperti membran mukosa yang lembab, turgor kulit normal, dan produksi urin yang adekuat.
2. Kontrol Diare: Pasien menunjukkan frekuensi buang air besar yang berkurang hingga mencapai frekuensi normal, dengan konsistensi feses yang membaik.
3. Manajemen Nyeri: Pasien melaporkan nyeri yang terkontrol dan dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan baik.
4. Peningkatan Kualitas Hidup: Pasien menunjukkan peningkatan dalam kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari dan berpartisipasi dalam kegiatan sosial.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Cairan:
- Memantau asupan dan output cairan, termasuk frekuensi, volume, dan karakteristik urin.
- Mempertahankan keseimbangan cairan dengan pemberian cairan intravena atau oral, sesuai kebutuhan.
- Mengidentifikasi dan mengatasi penyebab kehilangan cairan, seperti diare.
2. Manajemen Diare:
- Mengevaluasi penyebab diare, termasuk investigasi lebih lanjut untuk mengidentifikasi tumor.
- Memberikan terapi farmakologis, seperti antidiare dan antimotilitas, sesuai resep dokter.
- Mengajarkan pasien dan keluarga tentang manajemen diare, termasuk diet yang sesuai.
3. Manajemen Nyeri:
- Mengevaluasi intensitas, karakteristik, dan lokasi nyeri yang dialami pasien.
- Memberikan intervensi farmakologis dan nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri, sesuai kebutuhan.
- Mengajarkan teknik manajemen nyeri kepada pasien dan keluarga.
4. Peningkatan Kualitas Hidup:
- Membantu pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai kemampuan.
- Memberikan dukungan emosional dan psikologis kepada pasien dan keluarga.
- Berkoordinasi dengan tim kesehatan lainnya (dokter, ahli gizi, dll.) untuk optimalisasi perawatan.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif, diharapkan pasien dengan diare akibat tumor dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu keseimbangan cairan yang memadai, kontrol diare yang baik, manajemen nyeri yang efektif, serta peningkatan kualitas hidup.