Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 8447 | 10 Dec 2024
Klinis : Sebuah keluarga dengan seorang suami mengalami gagal ginjal kronis, kondisi sangat lemah dan sudah 5 tahun berhenti bekerja. Istri harus merawat suami dan berjualan di rumah untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Keluarga memutuskan untuk berhenti cuci darah karena tidak memiliki biaya. Istri tampak lelah dan mengeluh sering tidak bisa tidur karena memikirkan suami dan masa depan keluarganya. Apa masalah keperawatan pada keluarga tersebut? Select one: a. Ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga b. Ketegangan peran pemberi asuhan c. Koping keluarga tidak efektif d. Ketidakefektifan performa peran e. Gangguan proses keluarga
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan menggunakan pendekatan standar SDKI-SLKI-SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia, saya menyarankan diagnosis keperawatan yang sesuai untuk kondisi keluarga yang Anda deskripsikan adalah:
e. Gangguan proses keluarga
Penjelasan:
Gangguan proses keluarga merupakan diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi keluarga ini. Berdasarkan informasi yang diberikan, keluarga ini mengalami berbagai masalah yang berdampak pada dinamika dan fungsi keluarga secara keseluruhan, seperti:
- Kondisi suami yang menderita gagal ginjal kronis dan sangat lemah, sehingga membutuhkan perawatan intensif dari istri.
- Istri harus bekerja sebagai penjual untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga karena suami sudah tidak bekerja selama 5 tahun.
- Keluarga memutuskan untuk berhenti cuci darah karena tidak memiliki biaya, padahal hal ini sangat penting bagi kondisi kesehatan suami.
- Istri tampak lelah dan sering mengalami kesulitan tidur karena memikirkan suami dan masa depan keluarganya.
Kondisi-kondisi tersebut menunjukkan adanya gangguan dalam proses keluarga, seperti perubahan peran, kemampuan keluarga dalam beradaptasi, komunikasi, dan dukungan antar anggota keluarga. Oleh karena itu, diagnosa keperawatan "Gangguan proses keluarga" merupakan yang paling sesuai untuk menggambarkan permasalahan pada keluarga ini. -
Article No. 8244 | 09 Dec 2024
Klinis : Seorang pasien laki-laki berusia 24 tahun, korban kecelakaan lalu lintas dibawa ke IGD. Hasil pemeriksaan: terdapat suara nafas stridor, nafas cepat, nadi teraba lemah, gcs 8. 1. Apa frekuensi nafasnya 2. Apa suara yang di dapatkan saat auskultasi dalan batas normal
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Sebagai seorang dokter/perekam medik, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai dengan kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
1. Kode ICD-10:
- Kode: J38.3
- Deskripsi: Edema glotis
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 31.1
- Deskripsi: Intubasi trakea
Penjelasan:
1. Frekuensi Nafas:
Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien memiliki nafas yang cepat. Diberikan pemeriksaan yang lebih rinci, frekuensi nafasnya kemungkinan lebih dari 20 kali per menit, yang menunjukkan adanya takipnea (peningkatan frekuensi nafas).
2. Suara Auskultasi:
Pasien memiliki suara nafas stridor, yang menunjukkan adanya hambatan pada jalur napas bagian atas, seperti edema glotis. Suara stridor biasanya terdengar selama inspirasi dan disebabkan oleh penyempitan atau obstruksi pada laring, trakea, atau bronkus.
Berdasarkan temuan pemeriksaan, pasien ini mengalami edema glotis, yang merupakan suatu kondisi di mana terjadi pembengkakan pada daerah glotis (celah antara pita suara) sehingga menyebabkan obstruksi pada jalur napas bagian atas. Hal ini dapat disebabkan oleh cedera pada leher akibat kecelakaan lalu lintas. Untuk mengatasi kondisi ini, diperlukan tindakan intubasi trakea untuk mempertahankan jalan napas. -
Article No. 8245 | 09 Dec 2024
Klinis : Seorang pasien laki-laki berusia 24 tahun, korban kecelakaan lalu lintas dibawa ke IGD. Hasil pemeriksaan: terdapat suara nafas stridor, nafas cepat, nadi teraba lemah, gcs 8. 1. Apa frekuensi nafasnya 2. Apa suara yang di dapatkan saat auskultasi dalan batas normal
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan format SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang Anda berikan.
1. Frekuensi nafas:
Berdasarkan hasil pemeriksaan, pasien mengalami nafas cepat. Normalnya, frekuensi nafas orang dewasa berkisar antara 12-20 kali per menit.
2. Suara nafas saat auskultasi:
Hasil pemeriksaan menunjukkan adanya suara nafas stridor. Suara nafas stridor adalah suara bising/mengi yang terjadi saat inspirasi dan ekspirasi, biasanya disebabkan oleh penyempitan atau obstruksi pada jalan napas atas.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan obstruksi jalan napas ditandai dengan suara nafas stridor, nafas cepat, dan nadi lemah.
Penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI:
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
Gangguan Pertukaran Gas: Keadaan di mana individu mengalami ketidakseimbangan antara ventilasi dan perfusi di alveoli, yang dapat menyebabkan perubahan oksigenasi dan/atau eliminasi karbondioksida.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
Luaran yang diharapkan: Ventilasi efektif, Oksigenasi adekuat, dan Pertukaran gas normal.
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
- Pemantauan tanda-tanda vital
- Pemberian oksigen
- Manajemen jalan napas
- Manajemen obstruksi jalan napas
Tujuan intervensi adalah untuk mempertahankan dan memulihkan fungsi pernapasan yang optimal pada pasien. -
Article No. 8246 | 09 Dec 2024
Klinis : Melena
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan untuk kondisi melena, dengan nada akademis dan persona pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi melena:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi melena adalah "Perdarahan Gastrointestinal" (SDKI, 2017). Perdarahan gastrointestinal merupakan kondisi klinis di mana terjadi perdarahan yang berasal dari saluran cerna, yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti ulkus peptik, varises esofagus, neoplasma, atau lesi vaskular. Tanda klinisnya dapat berupa melena (feses berwarna hitam seperti ter), hematoemesis (muntah darah), atau penurunan kadar hemoglobin.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dengan kondisi melena dapat mencapai beberapa luaran, antara lain:
1. Pemulihan Kondisi Fisiologis: Pasien dapat menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil, tidak terjadi penurunan kadar hemoglobin, dan tidak ada tanda-tanda perdarahan aktif.
2. Pengendalian Nyeri: Pasien dapat melaporkan penurunan tingkat nyeri yang dirasakan.
3. Peningkatan Pengetahuan: Pasien dapat mendemonstrasikan pemahaman yang baik tentang penyebab, gejala, dan tatalaksana melena.
4. Kepatuhan Terapi: Pasien dapat menunjukkan kepatuhan terhadap regimen terapi yang diberikan, seperti minum obat-obatan dan mengikuti diet.
5. Pencegahan Komplikasi: Pasien tidak mengalami komplikasi yang dapat memperburuk kondisinya, seperti syok hipovolemik atau perdarahan yang tidak terkendali.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, beberapa intervensi keperawatan yang perlu dilakukan, antara lain:
1. Manajemen Perdarahan:
- Observasi tanda-tanda vital secara berkala untuk mendeteksi perdarahan aktif.
- Pantau karakteristik feses (warna, konsistensi, volume) untuk mengevaluasi perdarahan.
- Berikan cairan intravena untuk mempertahankan volume cairan dan status hemodinamik.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat-obatan hemostatik atau intervensi endoskopi, jika diperlukan.
2. Manajemen Nyeri:
- Identifikasi skala nyeri pasien dan berikan analgesik sesuai kebutuhan.
- Anjurkan pasien untuk melakukan teknik distraksi atau relaksasi untuk mengurangi nyeri.
- Berikan kenyamanan fisik dengan posisi yang sesuai.
3. Edukasi Kesehatan:
- Jelaskan penyebab, gejala, dan tatalaksana melena kepada pasien dan keluarga.
- Ajarkan pasien untuk mengenali tanda-tanda perdarahan dan kapan harus meminta bantuan.
- Berikan edukasi tentang diet yang sesuai untuk membantu pemulihan.
4. Dukungan Nutrisi:
- Pantau asupan nutrisi dan cairan pasien.
- Berikan diet yang sesuai untuk mencegah iritasi saluran cerna.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk memastikan pemenuhan kebutuhan nutrisi.
5. Pencegahan Komplikasi:
- Pantau tanda-tanda vital dan gejala perdarahan aktif secara ketat.
- Berikan tindakan pencegahan, seperti posisi semi-Fowler, untuk mencegah aspirasi.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk intervensi lebih lanjut, jika diperlukan.
Penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif diharapkan dapat membantu pasien dengan kondisi melena mencapai luaran yang diinginkan, yaitu pemulihan kondisi fisiologis, pengendalian nyeri, peningkatan pengetahuan, kepatuhan terapi, dan pencegahan komplikasi. -
Article No. 8247 | 09 Dec 2024
Klinis : intoleransi aktivitas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan: Intoleransi Aktivitas
Penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
SDKI (Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia):
Intoleransi Aktivitas adalah ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan, disebabkan oleh keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan intoleransi aktivitas adalah pasien dapat mempertahankan atau meningkatkan toleransi aktivitas sesuai kemampuan, mengelola gejala yang menyebabkan intoleransi aktivitas, dan mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri atau dengan bantuan minimal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi intoleransi aktivitas antara lain:
1. Manajemen Energi: membantu pasien mengatur penggunaan energi agar dapat melakukan aktivitas sehari-hari.
2. Peningkatan Aktivitas: membantu pasien meningkatkan toleransi terhadap aktivitas secara bertahap.
3. Manajemen Gejala: mengelola gejala-gejala yang menyebabkan intoleransi aktivitas, seperti nyeri, sesak napas, kelelahan, dan lain-lain.
4. Edukasi Kesehatan: memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang intoleransi aktivitas, manajemen energi, dan latihan aktivitas yang dapat dilakukan.
Sebagai pakar keperawatan, saya dapat membantu Anda dalam mengkaji, merencanakan, dan melaksanakan intervensi keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien dengan intoleransi aktivitas, serta mengevaluasi efektivitas intervensi tersebut. -
Article No. 8248 | 09 Dec 2024
Klinis : ganguan mobilitas fisik
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi gangguan mobilitas fisik.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Mobilitas Fisik
Definisi:
Keterbatasan dalam pergerakan mandiri, yang terkait dengan penurunan kekuatan, daya tahan, fleksibilitas, atau koordinasi otot.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Gangguan Mobilitas Fisik dicirikan oleh karakteristik utama: Keterbatasan dalam pergerakan sendi, Penurunan kekuatan otot, Penurunan toleransi aktivitas, dan Perubahan pola berjalan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah peningkatan mobilitas fisik, yang ditandai dengan: Peningkatan rentang gerak sendi, Peningkatan kekuatan otot, Peningkatan toleransi aktivitas, dan Perbaikan pola berjalan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasi gangguan mobilitas fisik antara lain: Terapi latihan, Pelatihan aktivitas sehari-hari, Manajemen nyeri, Terapi komplementer, dan Edukasi terkait mobilitas fisik.
Secara akademis, pemahaman dan penerapan standar SDKI-SLKI-SIKI ini penting bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang terstruktur, komprehensif, dan berpusat pada pasien. Sebagai seorang pakar, perawat harus menguasai dan mengimplementasikan standar tersebut untuk meningkatkan kualitas dan keamanan praktik keperawatan. -
Article No. 8249 | 09 Dec 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan pilek
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat dari SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) untuk kondisi pasien dengan keluhan pilek.
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Pasien dapat mempertahankan jalan napas yang bersih.
- Pasien dapat mendemonstrasikan teknik pembersihan jalan napas yang efektif.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Observasi tanda-tanda infeksi saluran pernapasan atas.
- Ajarkan teknik pembersihan jalan napas yang efektif.
- Berikan terapi oksigen sesuai indikasi.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengatasi penyebab.
Penjelasan singkat:
Pasien dengan keluhan pilek mengalami Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif, yang ditandai dengan adanya sekresi berlebih di saluran pernapasan. Perawat perlu melakukan observasi tanda-tanda infeksi, mengajarkan teknik pembersihan jalan napas yang efektif, memberikan terapi oksigen jika diperlukan, serta berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengatasi penyebab. -
Article No. 8250 | 09 Dec 2024
Klinis : Hipovolemia
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dalam menangani kondisi hipovolemia, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang relevan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: E86.0
- Deskripsi: Hipovolemia
Hipovolemia adalah kondisi medis yang ditandai dengan penurunan volume cairan dan elektrolit dalam tubuh. Hal ini dapat disebabkan oleh kehilangan cairan yang berlebihan, seperti akibat diare, muntah, perdarahan, atau dehidrasi. Pasien dengan hipovolemia dapat mengalami gejala seperti pusing, lemah, dan tekanan darah rendah.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.19
- Deskripsi: Pemberian cairan intravena
Pada kasus hipovolemia, prosedur yang umum dilakukan adalah pemberian cairan intravena untuk mengembalikan volume cairan dan elektrolit yang hilang. Pemberian cairan intravena dapat membantu menstabilkan tanda-tanda vital pasien dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
Penanganan hipovolemia secara komprehensif melibatkan identifikasi dan penanganan penyebab mendasar, pemberian cairan dan elektrolit yang sesuai, serta pemantauan ketat kondisi pasien. Kode-kode ini dapat digunakan oleh dokter, perekam medis, dan tenaga kesehatan lainnya untuk dokumentasi dan pelaporan medis yang akurat. -
Article No. 8251 | 09 Dec 2024
Klinis : Perawatan trakheostomi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati akan saya berikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) terkait dengan kondisi perawatan trakheostomi.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Pertukaran Gas
- Definisi: Ketidakmampuan mempertahankan oksigenasi dan/atau eliminasi karbon dioksida yang adekuat.
- Penyebab: Obstruksi jalan napas, perubahan fungsi paru, dan/atau perubahan pada struktur paru.
- Gejala: Dispnea, sianosis, dan keterbatasan aktivitas.
2. Risiko Infeksi
- Definisi: Rentan mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat mengganggu kesehatan.
- Penyebab: Tindakan invasif, prosedur pembedahan, dan/atau gangguan sistem imun.
- Gejala: Peningkatan suhu tubuh, erythema, dan/atau drainage dari luka.
3. Risiko Cedera
- Definisi: Rentan mengalami luka fisik yang dapat mengganggu integritas tubuh.
- Penyebab: Tindakan invasif, prosedur pembedahan, dan/atau kurangnya pengetahuan.
- Gejala: Perdarahan, edema, dan/atau nyeri.
SDKI, SLKI, dan SIKI:
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) menyediakan daftar diagnosis keperawatan yang terstandar dan diakui secara nasional. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) menetapkan luaran yang diharapkan dari intervensi keperawatan. Sedangkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) memberikan panduan intervensi keperawatan yang terstandar.
Perawat dapat menggunakan SDKI, SLKI, dan SIKI sebagai acuan dalam memberikan perawatan yang berkualitas dan terstandar bagi pasien dengan trakheostomi. Hal ini akan memastikan bahwa pasien menerima perawatan yang komprehensif dan sesuai dengan praktik keperawatan yang baik. -
Article No. 8252 | 09 Dec 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan atau mempertahankan jalan napas terbuka untuk memfasilitasi pertukaran gas.
Penyebab: Peningkatan produksi sekret, penyempitan jalan napas, dan ketidakmampuan untuk batuk atau bernapas secara efektif.
Tanda dan Gejala: Batuk tidak efektif, sputum yang berlebih, suara napas bronkial, dan sesak napas.
2. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Definisi: Asupan nutrisi yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Penyebab: Anoreksia, gangguan menelan, dan gangguan absorpsi.
Tanda dan Gejala: Penurunan berat badan, kehilangan nafsu makan, dan malnutrisi.
3. Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin.
Penyebab: Keletihan, ketidakseimbangan nutrisi, dan penyakit.
Tanda dan Gejala: Sesak napas, kelelahan, dan penurunan toleransi terhadap aktivitas.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas Efektif
- Pasien dapat batuk produktif untuk mengeluarkan sekret dengan bantuan.
- Pasien memiliki suara napas normal.
- Pasien tidak mengalami sesak napas saat beraktivitas.
2. Keseimbangan Nutrisi
- Pasien mencapai berat badan yang diinginkan.
- Pasien memiliki nafsu makan yang baik.
- Pasien menunjukkan tanda-tanda gizi yang baik.
3. Toleransi Aktivitas Meningkat
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa merasa kelelahan.
- Pasien dapat berpartisipasi dalam program rehabilitasi.
- Pasien menunjukkan peningkatan daya tahan fisik.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Atur posisi semifowler untuk memfasilitasi ekspansi paru
- Lakukan fisioterapi dada dan suction untuk membantu mengeluarkan sekret
- Berikan bronkodilator dan mukolitik sesuai resep
- Ajarkan teknik batuk efektif dan latihan napas dalam
2. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- Kaji asupan nutrisi dan kebutuhan kalori pasien
- Berikan makanan dengan kalori dan protein yang tinggi
- Lakukan konsultasi dengan ahli gizi untuk menyusun rencana diet yang sesuai
- Pantau berat badan dan intake nutrisi pasien secara rutin
3. Intoleransi Aktivitas
- Kaji kemampuan dan toleransi pasien terhadap aktivitas
- Berikan program rehabilitasi yang sesuai, seperti latihan fisik dan latihan pernapasan
- Ajarkan teknik konservasi energi dan manajemen kelelahan
- Kolaborasi dengan fisioterapis untuk membantu meningkatkan daya tahan pasien
Dengan penerapan diagnosa, luaran, dan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat memperoleh perawatan yang komprehensif dan mencapai perbaikan kondisi sesuai dengan tujuan yang diharapkan.