Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 8397 | 10 Dec 2024
Klinis : tidak bisa gerak
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien yang tidak bisa bergerak, dengan tone akademis dan persona sebagai perawat profesional.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien yang tidak bisa bergerak adalah "Mobilitas fisik terganggu" (SDKI, 2016). Diagnosa ini menggambarkan kondisi pasien yang mengalami keterbatasan dalam melakukan pergerakan fisik secara mandiri. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kondisi medis, efek samping obat, atau kelemahan otot.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan yang tepat, luaran yang diharapkan adalah:
1. Pasien dapat mempertahankan rentang gerak sendi yang optimal (SLKI, 2019).
2. Pasien dapat melakukan pergerakan tubuh secara mandiri sesuai kemampuannya (SLKI, 2019).
3. Pasien dapat berpartisipasi dalam aktivitas perawatan diri sesuai kemampuannya (SLKI, 2019).
4. Pasien dapat mempertahankan kekuatan otot yang optimal (SLKI, 2019).
5. Pasien dapat mempertahankan fungsi muskuloskeletal yang optimal (SLKI, 2019).
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Mobilisasi fisik: Membantu pasien melakukan latihan pergerakan anggota tubuh secara bertahap, sesuai dengan kemampuan pasien, untuk mempertahankan dan meningkatkan mobilitas fisik (SIKI, 2018).
2. Terapi rentang gerak: Melakukan latihan peregangan dan gerakan sendi secara bertahap untuk mempertahankan dan meningkatkan rentang gerak sendi (SIKI, 2018).
3. Pelatihan aktivitas sehari-hari: Membantu pasien berlatih melakukan aktivitas perawatan diri, seperti makan, mandi, dan berpakaian, sesuai dengan kemampuannya, untuk meningkatkan kemandirian (SIKI, 2018).
4. Terapi kekuatan otot: Melakukan latihan untuk meningkatkan kekuatan otot, seperti latihan isometrik dan isotonis, untuk mempertahankan dan meningkatkan fungsi muskuloskeletal (SIKI, 2018).
5. Manajemen nyeri: Mengenali dan mengelola rasa nyeri yang mungkin timbul akibat keterbatasan mobilitas, untuk memfasilitasi proses rehabilitasi (SIKI, 2018).
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan tepat sasaran, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu mempertahankan dan meningkatkan mobilitas fisik, kemandirian dalam aktivitas sehari-hari, serta fungsi muskuloskeletal yang optimal. -
Article No. 8398 | 10 Dec 2024
Klinis : tidak bisa gerak
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Terima kasih atas permintaan Anda. Berikut adalah informasi yang saya dapat berikan terkait kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis untuk kondisi "tidak bisa gerak":
1. Kode ICD-10:
- Kode: G80.0
- Deskripsi: Paralisis serebral spastik, hemiparetik
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.01
- Deskripsi: Fisioterapi, latihan motorik dan sensori-motorik
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 G80.0 (Paralisis serebral spastik, hemiparetik) menggambarkan kondisi di mana seseorang mengalami kelumpuhan atau kelemahan satu sisi tubuh yang disebabkan oleh disfungsi otak, biasanya akibat cedera sebelum, selama, atau segera setelah kelahiran.
2. Kode ICD-9-CM 93.01 (Fisioterapi, latihan motorik dan sensori-motorik) mengacu pada prosedur fisioterapi yang dilakukan untuk membantu meningkatkan fungsi motorik dan sensorik pada pasien dengan kondisi seperti paralisis serebral spastik hemiparetik. Tindakan ini bertujuan untuk memperbaiki atau mempertahankan fungsi fisik, mengurangi kecacatan, dan meningkatkan kualitas hidup pasien.
Jika Anda membutuhkan informasi lebih lanjut atau memiliki pertanyaan lain, jangan ragu untuk menghubungi saya. -
Article No. 8399 | 10 Dec 2024
Klinis : tidak bisa gerak
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Mobilitas Fisik Berhubungan dengan Penurunan Kekuatan Otot
Penjelasan:
- Standar SDKI (Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia): Gangguan dalam kemampuan untuk melakukan gerakan yang disengaja dan terarah secara bebas, mudah, dan terkontrol.
- Standar SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Kemampuan individu untuk melakukan pergerakan yang diinginkan secara mandiri.
- Standar SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi untuk memfasilitasi dan mempertahankan kemampuan individu dalam melakukan pergerakan secara mandiri.
2. Risiko Jatuh Berhubungan dengan Gangguan Mobilitas Fisik
Penjelasan:
- Standar SDKI: Kondisi di mana individu berisiko mengalami cedera akibat terjatuh.
- Standar SLKI: Kemampuan individu untuk mencegah dan mengendalikan risiko jatuh.
- Standar SIKI: Intervensi untuk mencegah terjadinya jatuh dan mengurangi risiko cedera akibat jatuh.
3. Defisit Perawatan Diri Berhubungan dengan Gangguan Mobilitas Fisik
Penjelasan:
- Standar SDKI: Keterbatasan dalam melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri secara mandiri.
- Standar SLKI: Kemampuan individu untuk melakukan aktivitas perawatan diri secara mandiri.
- Standar SIKI: Intervensi untuk memfasilitasi dan meningkatkan kemampuan individu dalam melakukan aktivitas perawatan diri secara mandiri.
Dalam kondisi tidak bisa bergerak dengan tone akademis dan persona sebagai pakar, perawat perlu melakukan penilaian komprehensif untuk mengidentifikasi masalah-masalah keperawatan yang terkait, serta merencanakan intervensi yang sesuai untuk membantu pasien dalam memulihkan dan mempertahankan kemampuan mobilitas, mencegah risiko jatuh, dan meningkatkan kemandirian dalam perawatan diri. -
Article No. 8400 | 10 Dec 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan vertigo
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait diagnosis keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk pasien dengan keluhan vertigo.
Diagnosis Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk pasien dengan keluhan vertigo adalah "Gangguan Persepsi Sensori: Vertigo" (SDKI, 2017). Diagnosa ini menggambarkan kondisi di mana pasien mengalami gangguan dalam persepsi sensorik, yaitu adanya sensasi berputar atau hilangnya keseimbangan yang disebut vertigo. Vertigo dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti gangguan pada sistem vestibular, masalah neurologis, atau kondisi medis lainnya.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Kontrol Vertigo: Pasien dapat mengendalikan sensasi vertigo dan gejala-gejala terkait, seperti mual, pusing, dan hilang keseimbangan.
2. Peningkatan Keseimbangan: Pasien dapat meningkatkan kemampuan menjaga keseimbangan dan koordinasi tubuh.
3. Peningkatan Kemampuan Aktivitas Sehari-hari: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri dengan aman dan nyaman.
4. Penurunan Risiko Jatuh: Pasien dapat mengurangi risiko jatuh akibat vertigo yang dialami.
5. Peningkatan Pengetahuan: Pasien memahami penyebab, gejala, dan penanganan vertigo.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Manajemen Vertigo
- Identifikasi faktor penyebab vertigo, seperti gangguan sistem vestibular, neurologis, atau kondisi medis lainnya.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (misalnya dokter) untuk menentukan diagnosis dan penanganan medis yang tepat.
- Ajarkan teknik-teknik untuk mengurangi sensasi vertigo, seperti latihan rehabilitasi vestibular, pergerakan kepala dan mata yang terkontrol, dan pembiasaan aktivitas.
- Beri edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai faktor penyebab, gejala, dan penanganan vertigo.
2. Manajemen Risiko Jatuh
- Lakukan penilaian risiko jatuh pada pasien dengan vertigo.
- Berikan lingkungan yang aman, seperti memastikan pencahayaan yang memadai, permukaan lantai yang tidak licin, dan penggunaan alat bantu jika diperlukan.
- Ajarkan teknik berjalan dan pergerakan yang aman untuk menghindari jatuh.
- Kolaborasi dengan fisioterapis untuk memberikan latihan keseimbangan dan koordinasi.
3. Peningkatan Aktivitas Sehari-hari
- Identifikasi kemampuan dan keterbatasan pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
- Berikan bantuan dan asisten yang diperlukan, seperti alat bantu mobilisasi atau peralatan adaptif.
- Ajarkan teknik-teknik untuk melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri dan aman.
- Kolaborasi dengan terapis okupasi untuk meningkatkan kemampuan fungsional pasien.
Dengan pendekatan yang komprehensif dan kolaboratif, diharapkan asuhan keperawatan yang diberikan dapat membantu pasien dengan keluhan vertigo untuk mencapai luaran yang diharapkan dan meningkatkan kualitas hidup. -
Article No. 8401 | 10 Dec 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan vertigo
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan kondisi pasien yang datang dengan keluhan vertigo, berikut adalah contoh diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Jatuh berhubungan dengan gangguan keseimbangan akibat vertigo
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Risiko Jatuh: Rentan terhadap terjadinya terjatuh, yang dapat menyebabkan cedera fisik.
- Gangguan Keseimbangan: Perubahan kemampuan untuk mempertahankan posisi tubuh.
- Vertigo: Persepsi palsu gerakan atau rotasi objek, biasanya disertai dengan rasa mual dan mabuk.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Keamanan: Terhindar dari bahaya dan cedera.
- Keseimbangan: Kemampuan mempertahankan posisi tubuh.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Risiko Jatuh: Upaya mencegah dan mengendalikan faktor risiko jatuh.
- Terapi Modalitas: Penggunaan modalitas terapeutik untuk mengatasi masalah kesehatan.
- Edukasi Kesehatan: Pemberian informasi untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan.
Penjelasan singkat:
Pasien dengan vertigo memiliki risiko jatuh yang tinggi karena gangguan keseimbangan. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain manajemen risiko jatuh, terapi modalitas untuk mengatasi vertigo, serta edukasi kesehatan untuk meningkatkan pemahaman pasien dan mencegah terjadinya jatuh. -
Article No. 8402 | 10 Dec 2024
Klinis : ketergantungan terhadap smartphone atau game sebagai pelarian dari masalah.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Kecanduan Smartphone/Game
Penjelasan:
Berdasarkan Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), kondisi ketergantungan terhadap smartphone atau game sebagai pelarian dari masalah dapat diklasifikasikan sebagai "Kecanduan Smartphone/Game". Kondisi ini dicirikan oleh penggunaan smartphone atau bermain game secara berlebihan dan tidak terkendali, yang berdampak negatif pada fungsi sosial, pekerjaan, atau aktivitas sehari-hari individu.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) menyatakan bahwa luaran yang diharapkan dari penanganan kondisi ini adalah:
1. Penurunan frekuensi penggunaan smartphone/game.
2. Peningkatan kemampuan mengatur penggunaan smartphone/game.
3. Peningkatan kemampuan mengatasi masalah.
4. Peningkatan keterlibatan dalam aktivitas sosial.
Selanjutnya, Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) menyarankan intervensi-intervensi berikut untuk menangani kondisi ini:
1. Terapi Kognitif Perilaku: Membantu individu mengidentifikasi dan mengubah pola pikir serta perilaku yang mendorong kecanduan.
2. Manajemen Waktu: Membantu individu menyusun jadwal dan rutinitas harian yang seimbang, dengan mengurangi waktu yang dihabiskan untuk menggunakan smartphone atau bermain game.
3. Edukasi Kesehatan: Memberikan informasi mengenai dampak negatif kecanduan smartphone/game dan pentingnya menjaga keseimbangan hidup.
4. Dukungan Sosial: Melibatkan keluarga, teman, atau kelompok pendukung untuk membantu individu mengatasi kecanduan.
5. Relaksasi: Mengajarkan teknik-teknik relaksasi untuk mengurangi stres dan kecemasan yang dapat memicu penggunaan smartphone/game secara berlebihan.
Dengan pendekatan holistik yang melibatkan aspek fisik, psikologis, sosial, dan spiritual, diharapkan individu dapat mengatasi kondisi kecanduan smartphone/game dan kembali menjalankan fungsi kehidupan secara optimal. -
Article No. 8403 | 10 Dec 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan demam
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk pasien yang datang dengan keluhan demam:
Diagnosa Keperawatan:
1. Hipertermia
Penjelasan:
Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas batas normal (>37,5°C) yang disebabkan oleh gangguan mekanisme pengaturan suhu tubuh.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Peningkatan suhu tubuh di atas batas normal
- Penyebab: Infeksi, dehidrasi, gangguan sistem termoregulasi
- Gejala: Kulit terasa panas, wajah kemerahan, nadi cepat, dan menggigil
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Suhu tubuh dalam batas normal, tidak ada tanda-tanda infeksi, dan ketidaknyamanan berkurang.
- Intervensi keperawatan: Pemantauan suhu tubuh, pemberian cairan, kompres hangat/dingin, dan manajemen lingkungan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan: Manajemen hipertermia, pemberian cairan, dan manajemen nyeri.
- Tindakan keperawatan: Pemeriksaan tanda-tanda vital, pemberian kompres hangat/dingin, dan pemberian obat penurun demam jika diperlukan.
Harapannya, dengan memahami standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang tepat dan terstandar dalam menangani pasien dengan keluhan demam. -
Article No. 8404 | 10 Dec 2024
Klinis : Di wilayah X, terdapat 75% anak usia sekolah yang mengalami obesitas, dari hasil wawancara, orang tua mengatakan anaknya hobi main game di smart phone ataupun di komputer lebih dari 6 jam sehari, anak-anak tidak pernah melakukan aktivitas olahraga dan tidak pernah keluar kamar untuk komunikasi dengan keluarga karena orang tua sibuk bekerja. Perawat melakukan observasi diwilayah tersebut bahwa tidak ada sarana olahraga atau tempat terbuka diwilayah tersebut. Wilayah X merupakan wilayah perkotaan sehingga akses makanan cepat saji lebih mudah . Susunlah diagnosis-intervensi keperawatan pada kasus tersebut !
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Aktivitas Fisik Kurang Dari Kebutuhan
- Definisi: Berkurangnya aktivitas fisik yang tidak mencapai rekomendasi minimal.
- Penyebab: Keterbatasan fasilitas olahraga di sekitar, kebiasaan menggunakan perangkat elektronik yang berlebihan, orang tua yang sibuk bekerja.
- Gejala/Tanda: Anak-anak menghabiskan waktu lebih dari 6 jam sehari untuk bermain game di smartphone atau komputer, tidak pernah melakukan aktivitas olahraga, dan tidak pernah keluar kamar untuk berkomunikasi dengan keluarga.
2. Obesitas
- Definisi: Penimbunan lemak berlebihan di jaringan adiposa sehingga dapat mengganggu kesehatan.
- Penyebab: Asupan makanan yang tidak seimbang, sedentary lifestyle, akses yang mudah ke makanan cepat saji.
- Gejala/Tanda: 75% anak usia sekolah di wilayah X mengalami obesitas.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Aktivitas Fisik
- Kriteria Hasil: Anak-anak meningkatkan aktivitas fisik sesuai rekomendasi minimal.
- Indikator:
- Anak-anak mengikuti aktivitas olahraga minimal 3 kali seminggu.
- Anak-anak mengurangi penggunaan perangkat elektronik menjadi kurang dari 2 jam per hari.
- Anak-anak aktif berinteraksi dengan keluarga di luar kamar.
2. Berat Badan
- Kriteria Hasil: Anak-anak mencapai berat badan ideal.
- Indikator:
- Indeks Massa Tubuh (IMT) anak-anak berada dalam rentang normal.
- Lingkar pinggang anak-anak berada dalam batas normal.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Intervensi terkait Aktivitas Fisik Kurang Dari Kebutuhan:
- Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas fisik anak-anak.
- Berkoordinasi dengan pemangku kepentingan setempat untuk menyediakan sarana dan prasarana olahraga di wilayah tersebut.
- Memberikan edukasi kepada orang tua tentang pentingnya aktivitas fisik dan pembatasan penggunaan perangkat elektronik.
- Memfasilitasi dan mendukung anak-anak untuk terlibat dalam aktivitas olahraga rutin.
- Memantau dan mengevaluasi peningkatan aktivitas fisik anak-anak secara berkala.
2. Intervensi terkait Obesitas:
- Melakukan skrining dan penilaian status gizi anak-anak secara berkala.
- Memberikan edukasi kepada orang tua dan anak-anak tentang gaya hidup sehat, termasuk pola makan seimbang dan aktivitas fisik yang cukup.
- Berkolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun rencana diet dan program penurunan berat badan yang sesuai bagi anak-anak.
- Memantau dan mengevaluasi perubahan berat badan anak-anak secara rutin.
- Memberikan dukungan dan motivasi kepada anak-anak dan keluarga dalam mencapai berat badan ideal.
Dengan intervensi yang komprehensif dan kerja sama yang baik antara perawat, orang tua, dan pemangku kepentingan setempat, diharapkan dapat meningkatkan aktivitas fisik dan mencapai berat badan ideal bagi anak-anak di wilayah X. -
Article No. 8405 | 10 Dec 2024
Klinis : resiko infeksi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan: Risiko Infeksi
Penjelasan singkat menggunakan SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Definisi (SDKI):
Risiko Infeksi adalah kerentanan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen, yang dapat menimbulkan kerusakan jaringan.
Faktor Risiko (SDKI):
1. Prosedur invasif
2. Penurunan sistem kekebalan tubuh
3. Malnutrisi
4. Usia ekstrem (balita dan lansia)
5. Luka/cedera pada kulit
6. Riwayat infeksi sebelumnya
Karakteristik Definisi (SLKI):
1. Tanda dan gejala infeksi (suhu tubuh, perubahan warna, pembengkakan, dll.)
2. Hasil tes diagnostik yang positif
3. Riwayat infeksi sebelumnya
4. Faktor risiko infeksi
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Identifikasi faktor risiko infeksi
2. Monitor tanda dan gejala infeksi
3. Kolaborasi dengan tim kesehatan untuk penanganan infeksi
4. Edukasi pasien dan keluarga tentang pencegahan infeksi
5. Terapkan prosedur pencegahan dan pengendalian infeksi
Sebagai seorang perawat profesional, saya akan melakukan assessment menyeluruh, mengidentifikasi faktor risiko, dan menerapkan intervensi keperawatan yang komprehensif untuk mengelola risiko infeksi pada pasien. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain juga akan dilakukan untuk memastikan perawatan yang optimal. -
Article No. 8406 | 10 Dec 2024
Klinis : resiko infeksi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan nada akademis dan mewakili persona seorang pakar perawat, berikut saya berikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi risiko infeksi:
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Infeksi
Penjelasan:
1. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
- Risiko Infeksi didefinisikan sebagai kerentanan terhadap invasi dan proliferasi organisme patogen yang dapat menimbulkan kerusakan sel atau jaringan.
- Faktor risiko yang dapat menyebabkan risiko infeksi antara lain: prosedur invasif, kondisi imunokompromais, malnutrisi, usia ekstrem, dan higiene yang buruk.
2. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
- Luaran yang diharapkan dari penanganan risiko infeksi adalah: Tidak terjadi infeksi, Tanda-tanda infeksi terkendali, dan Kemampuan klien/keluarga dalam pencegahan infeksi.
- Indikator SLKI yang dapat digunakan antara lain: Tanda-tanda vital dalam rentang normal, Tidak ada tanda-tanda infeksi, dan Klien/keluarga dapat menjelaskan cara pencegahan infeksi.
3. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk menangani risiko infeksi meliputi: Manajemen Infeksi, Pencegahan Infeksi, dan Edukasi Pencegahan Infeksi.
- Contoh intervensi spesifik yaitu: Memantau tanda-tanda infeksi, Melakukan prosedur aseptik, dan Mengajarkan teknik cuci tangan yang benar.
Penerapan standar SDKI, SLKI, dan SIKI ini akan membantu perawat dalam mengidentifikasi, merencanakan, dan melaksanakan intervensi yang tepat untuk menangani risiko infeksi pada pasien secara komprehensif.