Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 8467 | 10 Dec 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang dikeluarkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan jalan napas untuk mempertahankan batas pertukaran gas.
- Faktor Berhubungan: Produksi sekret yang berlebihan dan respons inflamasi.
- Gejala dan Tanda: Batuk berdahak, sesak napas, suara napas bronkial.
2. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- Definisi: Asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Faktor Berhubungan: Kehilangan nafsu makan.
- Gejala dan Tanda: Penurunan berat badan.
3. Intoleransi Aktivitas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk bertoleransi terhadap aktivitas fisik.
- Faktor Berhubungan: Keterbatasan fungsi pernafasan.
- Gejala dan Tanda: Sesak napas saat beraktivitas.
Penjelasan Singkat Standar SDKI, SLKI, dan SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia): Merupakan standar yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan pasien dan merumuskan diagnosa keperawatan.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Merupakan standar yang digunakan untuk menentukan tujuan atau hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Merupakan standar yang digunakan untuk menentukan tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan atau hasil yang diharapkan.
Penggunaan standar ini memastikan bahwa perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang terstruktur, sistematis, dan sesuai dengan praktik keperawatan yang diakui secara nasional. -
Article No. 8468 | 10 Dec 2024
Klinis : Pasien wanita, usia 60 tahun, mengalami nyeri dada yang hebat, menjalar ke lengan kiri, disertai dengan sesak napas, mual, dan keringat dingin. EKG menunjukkan infark miokard akut. Pasien memiliki riwayat hipertensi dan diabetes melitus tipe 2.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi yang Anda paparkan, saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan infark miokard akut
Penjelasan singkat:
a. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
- Faktor yang berhubungan: Infark miokard akut.
b. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien dapat mengontrol nyeri.
- Indikator: Pasien melaporkan nyeri berkurang, pasien dapat beristirahat dengan nyaman.
c. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi: Manajemen nyeri, yaitu tindakan untuk mengurangi atau mengontrol nyeri yang dirasakan pasien.
- Aktivitas: Memberikan analgesik sesuai instruksi, mengobservasi respons pasien terhadap analgesik, mengajarkan teknik relaksasi dan distraksi untuk mengurangi nyeri.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan infark miokard akut
Penjelasan singkat:
a. SDKI:
- Definisi: Ketidakmampuan sistem pernapasan untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan/atau mengeluarkan karbon dioksida.
- Faktor yang berhubungan: Infark miokard akut.
b. SLKI:
- Luaran yang diharapkan: Pasien dapat mempertahankan ventilasi yang adekuat.
- Indikator: Pasien dapat bernapas dengan mudah, nilai saturasi oksigen dalam batas normal.
c. SIKI:
- Intervensi: Manajemen jalan napas, yaitu tindakan untuk memastikan jalan napas tetap terbuka dan berfungsi.
- Aktivitas: Memberikan oksigen sesuai instruksi, memantau status pernapasan dan tanda-tanda vital, mengajarkan teknik bernapas dalam dan relaksasi.
Dengan menggunakan kerangka SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang terstandar dan komprehensif untuk menangani kondisi pasien dengan infark miokard akut. -
Article No. 8469 | 10 Dec 2024
Klinis : Pandangan mata kiri kabur dan berkabut
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan untuk kondisi pandangan mata kiri yang kabur dan berkabut.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi ini adalah Gangguan Penglihatan, yang didefinisikan sebagai perubahan kemampuan visual yang mengganggu aktivitas sehari-hari. Beberapa karakteristik definisi dari diagnosa ini adalah penglihatan kabur, pandangan berkabut, dan penurunan ketajaman visual.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Pemulihan Penglihatan: Pasien dapat mempertahankan atau meningkatkan ketajaman penglihatan mata kiri, ditandai dengan penurunan keluhan pandangan kabur dan berkabut.
2. Manajemen Gejala: Pasien dapat mengelola gejala gangguan penglihatan dengan efektif, seperti menggunakan teknik kompres hangat, menjaga kebersihan mata, dan menghindari aktivitas yang memicu gejala.
3. Adaptasi Perilaku: Pasien dapat beradaptasi dengan perubahan penglihatan dan melakukan penyesuaian dalam aktivitas sehari-hari untuk mempertahankan kemandirian dan keselamatan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang dapat diterapkan:
1. Pengkajian Penglihatan
- Melakukan pengkajian komprehensif terhadap status penglihatan pasien, termasuk riwayat, gejala, dan faktor risiko yang memengaruhi.
- Mengidentifikasi penyebab dan faktor yang dapat memengaruhi gangguan penglihatan.
2. Edukasi Kesehatan
- Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai penyebab, gejala, dan manajemen gangguan penglihatan.
- Mengajarkan teknik-teknik sederhana untuk meningkatkan penglihatan, seperti kompres hangat, mengatur pencahayaan, dan penggunaan alat bantu penglihatan.
3. Manajemen Gejala
- Membantu pasien dalam mengelola gejala gangguan penglihatan, seperti rasa tidak nyaman, mata kabur, dan pandangan berkabut.
- Memantau respons pasien terhadap intervensi dan melakukan penyesuaian jika diperlukan.
4. Perawatan Mata
- Membantu pasien dalam melakukan perawatan mata, seperti membersihkan mata, menggunakan tetes mata, dan menjaga kebersihan area mata.
- Berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter mata, untuk mendapatkan perawatan lanjutan jika diperlukan.
5. Adaptasi Aktivitas
- Membantu pasien dalam melakukan penyesuaian aktivitas sehari-hari untuk mengakomodasi perubahan penglihatan, seperti pengaturan pencahayaan, penggunaan alat bantu, dan modifikasi tugas.
- Melibatkan pasien dan keluarga dalam proses adaptasi aktivitas untuk meningkatkan kemandirian dan keselamatan.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu pemulihan penglihatan, manajemen gejala, dan adaptasi perilaku yang efektif. -
Article No. 8470 | 10 Dec 2024
Klinis : Pandangan mata kiri kabur dan berkabut
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda sampaikan, yaitu pandangan mata kiri kabur dan berkabut, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Penglihatan Parsial
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gangguan Penglihatan Parsial didefinisikan sebagai penurunan atau perubahan kemampuan penglihatan sebagian pada satu atau kedua mata.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan Gangguan Penglihatan Parsial adalah pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan bantuan minimal, mempertahankan keselamatan, dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Identifikasi penyebab dan faktor risiko gangguan penglihatan
2. Monitoring tanda-tanda vital dan status penglihatan pasien
3. Pemberian edukasi dan konseling tentang manajemen gangguan penglihatan
4. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (oftalmolog, optometris) untuk penatalaksanaan lebih lanjut.
Dengan penatalaksanaan yang tepat, diharapkan pasien dapat mempertahankan fungsi penglihatan yang tersisa dan mencegah komplikasi lebih lanjut. -
Article No. 8471 | 10 Dec 2024
Klinis : Klien mengatakan anggota gerak kanannya melemah Klien mengatakan pusing keluhan dirasakan tiba tiba, Pasien mengatakan menolak melakukan shalat karena khawatir sholatnya tidak diterima oleh Allah karena wudhu dan gerakan sholat tidak diterima Data Tambahan: Pasien mengatakan hidupnya menderita karena penyakit yang dideritanya Bibir klien terlihat mencong Bicara klien pelo Ronchi Sulit mengeluarkan dahak Sulit menelan TD: 140/90 mmHg P: 22x/menit Kelainan nervus VII Mulut menyeringai Sudut mulut deviasi ke kiri Kekuatan tonus ekstremitas superior 5/3 Kekuatan tonus ekstremitas inferior 5/3 Gerakan pasif pada ekstremitas kiri Hasil CT Scan: Infark Serebri Klien mengalami disatria
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan kondisi klien yang Anda berikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Hambatan Mobilitas Fisik berhubungan dengan kelemahan anggota gerak kanan dan gerakan pasif pada ekstremitas kiri akibat infark serebri.
b. Gangguan Komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan bicara (disartria) akibat kelainan nervus VII.
c. Gangguan Proses Berpikir berhubungan dengan gejala pusing dan perubahan persepsi terkait penyakit yang diderita.
d. Risiko Ketidakefektifan Aktivitas Ibadah berhubungan dengan penolakan untuk melakukan shalat karena kekhawatiran wudhu dan gerakan shalat tidak diterima.
2. Penjelasan Singkat:
a. Hambatan Mobilitas Fisik: Kelemahan anggota gerak kanan dan gerakan pasif pada ekstremitas kiri akibat infark serebri, yang menghambat kemampuan klien untuk beraktivitas secara mandiri.
b. Gangguan Komunikasi Verbal: Gangguan bicara (disartria) akibat kelainan nervus VII, yang menyebabkan kesulitan klien dalam berkomunikasi secara efektif.
c. Gangguan Proses Berpikir: Gejala pusing dan perubahan persepsi terkait penyakit yang diderita, yang dapat mempengaruhi kemampuan klien dalam memproses informasi dan mengambil keputusan.
d. Risiko Ketidakefektifan Aktivitas Ibadah: Penolakan klien untuk melakukan shalat karena kekhawatiran wudhu dan gerakan shalat tidak diterima, yang dapat berdampak pada kesejahteraan spiritual klien.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus menerapkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh PPNI untuk memastikan kualitas dan keamanan praktik keperawatan yang berpusat pada klien. -
Article No. 8472 | 10 Dec 2024
Klinis : Seorang laki-laki, 60 tahun dirawat di unit stroke dengan keluhan kelemahan anggota gerak kanan dan bicara pelo 1 hari sebelum masuk rumah sakit (SMRS). Hasil pengkajian: pusing, bibir mencong, bicara pelo, keluhan dirasakan tiba tiba, riwayat hipertensi, ronchi, sulit mengeluarkan dahak, sulit menelan, GCS E4V5M6, TD 140/90 mmHg, frekuensi nadi 82x/menit, frekuensi napas 22x/menit, SpO2 99%, suhu 36,60C. Pada pemeriksaan neurologis didapatkan kelainan Nervus VII, menyeringai dengan sudut mulut deviasi ke arah kiri, gerakan pasif pada ekstremitas kiri dan gerakan aktif pada ekstremitas kanan. Kekuatan tonus ekstremitas superior adalah 5/3 dan ekstremitas inferior adalah 5/3. Fungsi luhur bahasa yaitu disartria. Hasil CT Scan didapatkan adanya Infark serebri, tidak tampak tanda-tanda SOL, malformasil vaskuler maupun pendarahan intrakranial. Pasien mendapatkan infus NaCL 0,09%, nebulizer Ventolin, O2 NRM 10 lpm, citicolin 250 mg/12 jam, Ceftriaxon 1 g/ 8 jam, paracetamol 1 g/8jam, Sucralfat. Pasien menolak melakukan sholat karena merasa sholatnya tidak akan diterima Allah karena tidak sempurna wudhu dan gerakan sholatnya.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan analisis yang rinci berdasarkan kondisi pasien yang dideskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Ditandai dengan adanya ronchi, sulit mengeluarkan dahak, dan sulit menelan.
- Faktorfaktor yang berkontribusi adalah kelemahan otot-otot pernapasan dan dinamika menelan yang terganggu akibat stroke.
2. Gangguan Mobilitas Fisik
- Ditandai dengan kelemahan anggota gerak kanan, gerakan pasif pada ekstremitas kiri, dan kekuatan otot ekstremitas 5/3.
- Faktor yang berkontribusi adalah gangguan neurologis akibat infark serebri.
3. Gangguan Komunikasi: Verbal
- Ditandai dengan bicara pelo (disartria) sebagai gangguan fungsi luhur bahasa.
- Faktor yang berkontribusi adalah kelainan Nervus VII yang menyebabkan deviasi sudut mulut.
4. Defisit Perawatan Diri
- Ditandai dengan pasien menolak melakukan sholat karena merasa tidak sempurna.
- Faktor yang berkontribusi adalah adanya gangguan fisik dan psikologis akibat stroke.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas Efektif
- Indikator: Bebas dari sumbatan jalan napas, mampu mengeluarkan dahak, dan mampu menelan dengan baik.
2. Mobilitas Fisik Membaik
- Indikator: Peningkatan kekuatan otot ekstremitas, mampu bergerak secara mandiri, dan tidak ada kontraktur.
3. Komunikasi: Verbal Membaik
- Indikator: Pasien dapat berbicara dengan jelas, dapat menyampaikan kebutuhan, dan dapat berpartisipasi dalam diskusi.
4. Perawatan Diri Membaik
- Indikator: Pasien dapat melakukan sholat dengan bantuan minimal, merasa nyaman dan diterima dalam beribadah.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Manajemen jalan napas: Memfasilitasi batuk efektif, suction, dan penggunaan alat bantu pernapasan.
- Manajemen mukus: Memfasilitasi pengeluaran dahak melalui hidroterapi, pengisapan, dan penggunaan ekspektoran.
- Terapi deglutisi: Memfasilitasi menelan dengan baik melalui latihan menelan dan pemberian makanan/cairan yang sesuai.
2. Gangguan Mobilitas Fisik
- Terapi latihan: Latihan rentang gerak, latihan kekuatan otot, dan latihan keseimbangan.
- Perawatan anggota gerak: Memfasilitasi posisi yang tepat, pencegahan kontraktur, dan stimulasi sensorik.
- Manajemen nyeri: Pemberian analgesik dan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri.
3. Gangguan Komunikasi: Verbal
- Terapi wicara: Latihan artikulasi, latihan fonasi, dan latihan bahasa.
- Komunikasi alternatif: Penggunaan media komunikasi bantu (papan komunikasi, gambar, dll).
- Dukungan psikologis: Memfasilitasi pasien untuk mengekspresikan perasaan dan kebutuhan.
4. Defisit Perawatan Diri
- Terapi aktivitas: Latihan perawatan diri dengan bantuan alat bantu dan/atau pendamping.
- Dukungan spiritual: Memfasilitasi pasien untuk beribadah dengan nyaman dan diterima.
- Edukasi dan konseling: Memberikan edukasi tentang perawatan diri dan dukungan psikologis.
Penjelasan rinci di atas menunjukkan pendekatan komprehensif untuk menangani kondisi pasien yang mengalami stroke. Diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang direkomendasikan bertujuan untuk memulihkan kondisi pasien secara holistik. -
Article No. 8473 | 10 Dec 2024
Klinis : Bibir klien terlihat mencong Bicara klien pelo Ronchi Sulit mengeluarkan dahak Sulit menelan TD: 140/90 mmHg P: 22x/menit Kelainan nervus VII Mulut menyeringai Sudut mulut deviasi ke kiri Kekuatan tonus ekstremitas superior 5/3 Kekuatan tonus ekstremitas inferior 5/3 Gerakan pasif pada ekstremitas kiri Hasil CT Scan: Infark Serebri Klien mengalami disatria Klien mengatakan anggota gerak kanannya melemah Klien mengatakan pusing keluhan dirasakan tiba tiba, Pasien mengatakan menolak melakukan shalat karena khawatir sholatnya tidak diterima oleh Allah karena wudhu dan gerakan sholat tidak diterima Data Tambahan: Pasien mengatakan hidupnya menderita karena penyakit yang dideritanya
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output SLKI, dan intervensi keperawatan SIKI yang sesuai dengan kondisi klien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Hambatan Komunikasi Verbal berhubungan dengan kelainan saraf VII (nervus facialis), disartria, dan bibir mencong.
2. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan kelemahan ekstremitas superior dan inferior, serta gejala infark serebri.
3. Gangguan Menelan berhubungan dengan kesulitan menelan dan sulit mengeluarkan dahak.
4. Ansietas berhubungan dengan persepsi klien terhadap penyakitnya dan ketidakmampuan melakukan ibadah.
Luaran/Output SLKI:
1. Komunikasi Verbal: Klien dapat berkomunikasi secara efektif dengan bantuan alat bantu komunikasi.
2. Mobilitas Fisik: Klien dapat melakukan pergerakan anggota tubuh secara mandiri atau dengan bantuan.
3. Menelan: Klien dapat menelan makanan dan minuman dengan aman.
4. Kontrol Ansietas: Klien dapat mengelola kecemasan yang dirasakan terkait penyakit dan ketidakmampuan beribadah.
Intervensi Keperawatan SIKI:
1. Komunikasi Verbal:
- Identifikasi faktor yang mempengaruhi komunikasi verbal klien.
- Gunakan alat bantu komunikasi yang sesuai (misalnya papan tulis, aplikasi komunikasi).
- Latih klien menggunakan alat bantu komunikasi.
- Libatkan keluarga dalam proses komunikasi.
2. Mobilitas Fisik:
- Lakukan penilaian komprehensif terhadap fungsi motorik klien.
- Berikan latihan fisik sesuai dengan kondisi klien (misalnya ROM, latihan kekuatan).
- Ajarkan klien dan keluarga teknik mobilisasi yang aman.
- Fasilitasi penggunaan alat bantu mobilisasi jika diperlukan.
3. Menelan:
- Lakukan penilaian fungsi menelan klien.
- Berikan informasi tentang diet yang sesuai dan aman untuk menelan.
- Ajarkan teknik menelan yang tepat.
- Pantau intake dan output cairan klien.
- Berikan bantuan dalam proses makan dan minum jika diperlukan.
4. Kontrol Ansietas:
- Identifikasi sumber kecemasan klien terkait penyakit dan ketidakmampuan beribadah.
- Berikan pendidikan kesehatan tentang penyakit dan proses penyembuhannya.
- Libatkan konsultan agama untuk membantu klien dalam beribadah.
- Ajarkan teknik relaksasi dan manajemen stres.
- Berikan dukungan emosional dan spiritual kepada klien.
Penjelasan ini mencakup diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output SLKI, dan intervensi keperawatan SIKI yang sesuai dengan kondisi klien yang Anda deskripsikan. Harapannya, asuhan keperawatan ini dapat membantu klien mencapai kondisi yang lebih baik secara holistik. -
Article No. 8474 | 10 Dec 2024
Klinis : Ny. I mengatakan anaknya mengalami demam sejak 2 hari belum turun juga. Demam pada seluruh tubuh, demam timbul hilang dan untuk batuk pileknya Ny. I mengatakan sputum keluar banyak. ada sputum di bifung
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Risiko Infeksi Akut
Penjelasan:
Berdasarkan kondisi yang dideskripsikan, Ny. I mengatakan bahwa anaknya mengalami demam yang belum turun selama 2 hari dan disertai dengan batuk pilek dengan sputum yang keluar banyak. Hal ini menunjukkan adanya risiko infeksi akut pada anak Ny. I.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Infeksi Akut adalah kerentanan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen, yang dapat membahayakan kesehatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Tanda-tanda vital dalam batas normal
2. Tidak ditemukan tanda-tanda infeksi
3. Tidak ditemukan komplikasi infeksi
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Identifikasi penyebab infeksi
2. Observasi tanda-tanda vital
3. Kolaborasi pemberian terapi antibiotik, antipiretik, dan terapi suportif lainnya
4. Edukasi tentang pencegahan dan penanganan infeksi
Sebagai perawat, saya akan melakukan pengkajian lebih lanjut, membuat rencana asuhan keperawatan, dan melakukan intervensi yang sesuai untuk mengelola risiko infeksi akut pada anak Ny. I. Tujuannya adalah untuk mencegah komplikasi, mempercepat pemulihan, dan memastikan anak Ny. I mendapatkan perawatan yang optimal. -
Article No. 8475 | 10 Dec 2024
Klinis : Ny. I mengatakan anaknya mengalami demam sejak 2 hari belum turun juga. Demam pada seluruh tubuh, demam timbul hilang dan untuk batuk pileknya Ny. I mengatakan sputum keluar banyak. ada sputum di hidung
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI:
Hipertermia
Definisi: Peningkatan suhu tubuh di atas nilai normal akibat dari peningkatan produksi panas atau penurunan hilangnya panas.
Karakteristik Definisi: Demam, peningkatan suhu tubuh, merasa dingin, tremor, sakit kepala, kulit kemerahan.
Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran nafas untuk mempertahankan jalan nafas yang terbuka.
Karakteristik Definisi: Adanya sputum/sekret, dispnea, batuk tidak efektif, iritasi saluran nafas, suara nafas tambahan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Hipertermia:
- Suhu tubuh kembali normal
- Tidak ada tanda-tanda peningkatan suhu tubuh
- Klien menyatakan nyaman dengan suhu tubuh
Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif:
- Jalan nafas paten
- Tidak ada sputum/sekret yang tertahan
- Tidak ada suara nafas tambahan
- Klien dapat batuk dan bernapas dengan mudah
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Hipertermia:
- Monitoring suhu tubuh secara berkala
- Memberikan obat penurun demam sesuai instruksi dokter
- Mengompres hangat area tubuh untuk menurunkan suhu
- Menjaga kebersihan dan kenyamanan lingkungan
- Menganjurkan asupan cairan yang cukup
Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif:
- Memantau status pernapasan dan bunyi napas
- Memberikan posisi semi-fowler untuk memfasilitasi ekspansi dada
- Mengajarkan teknik batuk efektif dan senam napas
- Memberikan humidifikasi oksigen sesuai indikasi
- Melakukan suction untuk mengeluarkan sekret/sputum jika perlu
- Menganjurkan asupan cairan yang cukup untuk melembabkan sekresi
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) yang sesuai dengan kondisi klien. Hipertermia dan Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif merupakan diagnosa yang tepat untuk kondisi Ny. I yang mengalami demam dan kesulitan membersihkan jalan napas akibat banyaknya sputum.
Luaran/output yang diharapkan sesuai SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) mencakup tujuan yang ingin dicapai setelah intervensi keperawatan dilakukan, seperti kondisi suhu tubuh kembali normal, jalan napas paten, dan klien merasa nyaman dengan pernapasannya.
Intervensi keperawatan yang diberikan sesuai SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) meliputi tindakan-tindakan untuk mengatasi hipertermia dan mempertahankan bersihan jalan napas. Intervensi ini dirancang secara komprehensif untuk mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 8476 | 10 Dec 2024
Klinis : Pasien mengalami kekakuan syaraf pada seluruh ekstremitas setelah kejang dengan durasi 3-5menit ec epilepsi, mual +, pasien juga mengeluh pusing, dan TD :150/100Mmhg
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan kekakuan syaraf pada seluruh ekstremitas akibat kejang.
Penjelasan SDKI, SLKI, dan SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gangguan Mobilitas Fisik adalah keterbatasan kemampuan untuk melakukan pergerakan tubuh secara mandiri dan terkoordinasi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosis ini adalah pasien dapat mempertahankan atau meningkatkan kemampuan pergerakan dan mobilitas fisik.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan antara lain:
- Manajemen Aktivitas: Membantu pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai kemampuan.
- Terapi Latihan: Memberikan latihan-latihan fisik untuk meningkatkan kekuatan, koordinasi, dan fleksibilitas otot.
- Manajemen Nyeri: Mengenali dan mengelola nyeri yang dapat menyebabkan gangguan mobilitas.
- Perawatan Cedera: Memberikan perawatan pada area yang mengalami cedera atau kekakuan.
Secara akademis, sebagai perawat, saya menyarankan agar pasien mendapatkan pemeriksaan medis lebih lanjut untuk menentukan penyebab kekakuan syaraf dan penanganan yang tepat. Selain itu, pasien juga perlu mendapatkan intervensi keperawatan yang sesuai untuk mempertahankan dan meningkatkan mobilitas fisiknya.