Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 8638 | 11 Dec 2024
Klinis : Seorang anak perempuan usia 11 tahun dirawat karena leukemia dan mendapatkan kemoterapi sejak 3 bulan yang lalu. Hasil pengkajian: anak tampak lemah, menghindar bila ada yang berkunjung, terkadang nyeri abdomen, skala nyeri 3, tidak nafsu makan dan mual, hanya menghabiskan ΒΌ dari porsi makanan, status gizi kurang. Apakah diagnosa keperawatan utama pada anak tersebut? a. Nyeri akut abdomen b.d iritasi lambung b. Gangguan citra tubuh b.d penyakit yang diderita c. Cemas b.d perpisahan dengan teman dekat d. Intoleransi aktivitas b.d menurunnya agen transportasi oksigen e. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual, anoreksia
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diderita anak perempuan usia 11 tahun dengan leukemia yang mendapatkan kemoterapi sejak 3 bulan yang lalu, maka diagnosa keperawatan utama yang sesuai adalah:
e. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual, anoreksia
Penjelasan:
Berdasarkan Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), diagnosa keperawatan utama pada kasus ini adalah:
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Definisi: Asupan nutrisi tidak dapat memenuhi kebutuhan metabolik.
Berhubungan dengan: Mual, anoreksia
Ditandai dengan: Anak tampak lemah, tidak nafsu makan dan hanya menghabiskan 1/4 dari porsi makanan, status gizi kurang.
Diagnosa ini sesuai karena anak mengalami penurunan asupan nutrisi yang disebabkan oleh mual dan anoreksia sebagai efek samping dari kemoterapi, sehingga menyebabkan status gizi yang kurang.
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
- Monitoring asupan nutrisi dan cairan
- Manajemen mual dan muntah
- Edukasi tentang pentingnya nutrisi
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan diet yang sesuai -
Article No. 8639 | 11 Dec 2024
Klinis : Seorang ibu dari anak yang dirawat karena kanker menanyakan pada perawat apakah penyakit ini bisa disembuhkan. Ibu tampak murung, sedih dan mengatakan pada perawat bahwa salah seorang abangnya meninggal karena kanker. Apakah stressor yang dialami ibu pada kasus tersebut? a. Beban keuangan b. Tekanan dari kerabat c. Sifat penyakit yang diturunkan d. Takut akan kehamilan e. Hilangnya kesempurnaan anak
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum. Berikut adalah penjelasan rinci berdasarkan kasus yang diberikan:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa Keperawatan yang paling sesuai untuk kondisi tersebut adalah "Kecemasan". Kecemasan adalah respon emosional yang tidak menyenangkan terhadap persepsi ancaman yang tidak jelas dan melibatkan perasaan, perilaku, dan respons fisiologis.
Dalam kasus ini, ibu tampak murung, sedih, dan mencemaskan apakah penyakit anaknya dapat disembuhkan, serta teringat akan saudara yang meninggal karena kanker. Hal ini menunjukkan adanya kecemasan yang dirasakan oleh ibu terkait kondisi anaknya.
Stressor yang dialami ibu:
c. Sifat penyakit yang diturunkan
Ibu tampak sedih dan cemas karena teringat saudara yang meninggal karena kanker, yang dapat menimbulkan persepsi bahwa penyakit anaknya juga bersifat genetik atau diturunkan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Tingkat Kecemasan Terkontrol: Pasien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan perasaan cemas, serta menunjukkan tanda-tanda fisiologis kecemasan yang terkontrol.
2. Koping Efektif: Pasien mampu menggunakan strategi koping yang efektif untuk mengatasi kecemasan terkait penyakit anaknya.
3. Dukungan Sosial Adekuat: Pasien menerima dukungan yang memadai dari keluarga, teman, dan tenaga kesehatan untuk mengatasi kecemasan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Kecemasan:
- Identifikasi penyebab dan tingkat kecemasan pasien.
- Ajarkan teknik relaksasi (misalnya, napas dalam, visualisasi) untuk mengurangi kecemasan.
- Libatkan pasien dalam aktivitas yang dapat menurunkan kecemasan.
- Berikan dukungan emosional dan informasi yang dibutuhkan pasien.
2. Peningkatan Koping:
- Identifikasi strategi koping yang telah digunakan pasien.
- Ajarkan teknik koping yang efektif, seperti manajemen stres dan pemecahan masalah.
- Dorong pasien untuk menggunakan sumber daya internal dan eksternal untuk mengatasi kecemasan.
- Berikan umpan balik positif saat pasien menerapkan strategi koping yang efektif.
3. Dukungan Sosial:
- Identifikasi dukungan sosial yang tersedia bagi pasien.
- Libatkan keluarga dan significant others dalam proses asuhan keperawatan.
- Fasilitasi komunikasi yang efektif antara pasien, keluarga, dan tenaga kesehatan.
- Rujuk pasien ke kelompok dukungan atau sumber dukungan lainnya jika diperlukan.
Melalui intervensi-intervensi tersebut, diharapkan pasien dapat mengontrol kecemasan, menggunakan koping yang efektif, dan menerima dukungan sosial yang memadai untuk menghadapi kondisi anaknya yang sedang dirawat karena kanker.
Semoga penjelasan ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menanyakannya. Terima kasih. -
Article No. 8640 | 11 Dec 2024
Klinis : Seorang anak usia 7 tahun dibawa ibunya ke RS dengan keluhan konstipasi berulang dan perut semakin membuncit. Ibu tampak sangat cemas dengan kondisi anaknya dan mengatakan anaknya sering mual dan tidak mau makan. Hasil pemeriksaan: konjungtiva anemis, distensi abdomen, dullnes area abdomen kiri bawah, teraba massa feses pada palpasi abdomen, anak tampak kurus.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan kondisi yang Anda berikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Konstipasi Kronis
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Konstipasi kronis adalah penurunan frekuensi, kesulitan, atau rasa tidak nyaman dalam defekasi yang berlangsung lama.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pola Eliminasi Gastrointestinal Membaik
2. Manajemen Nyeri Efektif
3. Status Gizi Membaik
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Konstipasi
2. Fasilitasi Eliminasi
3. Perawatan Nutrisi
4. Manajemen Nyeri
Penjelasan:
Berdasarkan kondisi yang diberikan, anak usia 7 tahun ini mengalami konstipasi kronis, yang ditandai dengan keluhan konstipasi berulang, perut membuncit, distensi abdomen, dullness area abdomen kiri bawah, dan teraba massa feses pada palpasi abdomen. Kondisi ini juga menyebabkan anak mual, tidak mau makan, dan tampak kurus. Perawatan yang diperlukan meliputi manajemen konstipasi, fasilitasi eliminasi, perawatan nutrisi, dan manajemen nyeri untuk mengatasi kondisi konstipasi dan dampaknya pada status nutrisi dan kesejahteraan anak.
Tujuan asuhan keperawatan adalah untuk memulihkan pola eliminasi gastrointestinal, meningkatkan status gizi, dan mengelola nyeri yang dialami anak. -
Article No. 8641 | 11 Dec 2024
Klinis : Seorang anak usia 7 tahun dibawa ke IGD dengan keluhan demam 4 hari yang lalu, perdarahan pada hidung dan BAB. Hasil pemeriksaan: penurunan kesadaran, letargi, frekuensi nadi 120 x/m, nadi regular, kekuatan nadi sangat lemah, RR 45 x/m, ekstremitas dingin, kulit lembab, CRT > 3 detik, anuria. Pasien didiagnosis dengue hemorrhagic fever. Apakah indentifikasi kondisi anak tersebut? a. Syok hipovolemi b. Hypoglikemia c. Dehidrasi berat d. Fase kritis e. Kesadaran menurun
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, saya adalah perawat profesional yang akan memberikan penjelasan atas pertanyaan Anda.
Indentifikasi kondisi anak tersebut:
a. Syok hipovolemi
Berdasarkan gejala yang ditunjukkan oleh pasien, kondisi yang paling sesuai adalah syok hipovolemi. Syok hipovolemi terjadi akibat hilangnya volume cairan tubuh secara signifikan, seperti yang terlihat pada pasien dengan demam tinggi, perdarahan, dan anuria. Gejala yang mendukung adalah penurunan kesadaran, nadi cepat dan lemah, ekstremitas dingin, kulit lembab, serta CRT > 3 detik.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Perfusi Jaringan Terganggu
- Indikator: Tekanan darah sistolik, Frekuensi nadi, Suhu ekstremitas, Pengisian kapiler
- Kriteria Hasil: Tekanan darah sistolik dalam batas normal, Frekuensi nadi dalam batas normal, Suhu ekstremitas hangat, Pengisian kapiler < 3 detik
2. Hipovolemia
- Indikator: Intake dan output cairan, Warna kulit, Turgor kulit, Edema
- Kriteria Hasil: Intake dan output cairan seimbang, Kulit berwarna normal, Turgor kulit baik, Tidak ada edema
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan Hemodinamik
- Pemantauan tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, napas, suhu)
- Pemantauan intake dan output cairan
- Pemantauan kondisi kulit dan pengisian kapiler
2. Manajemen Cairan
- Pemberian cairan intravena sesuai dengan kebutuhan
- Pemantauan respon terhadap pemberian cairan
- Dokumentasi intake dan output cairan
3. Manajemen Perdarahan
- Pemantauan tanda-tanda perdarahan
- Pemberian obat-obatan untuk menghentikan perdarahan (jika perlu)
- Kolaborasi dengan dokter untuk tindakan lebih lanjut
Tujuan dari intervensi tersebut adalah untuk memperbaiki perfusi jaringan dan memulihkan volume cairan tubuh, sehingga kondisi pasien dapat stabil dan mencegah komplikasi yang lebih parah. -
Article No. 8642 | 11 Dec 2024
Klinis : Seorang anak usia 7 tahun dibawa ke IGD dengan keluhan demam 4 hari yang lalu, perdarahan pada hidung dan BAB. Hasil pemeriksaan: penurunan kesadaran, letargi, frekuensi nadi 120 x/m, nadi regular, kekuatan nadi sangat lemah, RR 45 x/m, ekstremitas dingin, kulit lembab, CRT > 3 detik, anuria. Pasien didiagnosis dengue hemorrhagic fever. Apakah indentifikasi kondisi anak tersebut? a. Syok hipovolemi b. Hypoglikemia c. Dehidrasi berat d. Fase kritis e. Kesadaran menurun
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum. Berikut adalah analisis kondisi anak tersebut dan intervensi keperawatan yang diperlukan:
Identifikasi kondisi anak:
a. Syok hipovolemik
Penjelasan: Kondisi anak tersebut menunjukkan tanda-tanda syok hipovolemik, yaitu penurunan kesadaran, nadi cepat dan lemah, ekstremitas dingin, kulit lembab, CRT >3 detik, dan anuria. Hal ini disebabkan oleh kehilangan cairan tubuh yang signifikan akibat perdarahan dan demam tinggi.
b. Salah
c. Salah
d. Fase kritis
Penjelasan: Kondisi anak juga menunjukkan fase kritis pada infeksi virus dengue, ditandai dengan perdarahan, penurunan kesadaran, dan tanda-tanda syok.
e. Salah
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Perfusi jaringan yang adekuat
2. Tidak terjadi syok
3. Tanda-tanda vital stabil
4. Peningkatan kesadaran
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Pantau tanda-tanda vital secara ketat (nadi, RR, suhu, TD)
2. Berikan oksigen sesuai kebutuhan
3. Lakukan penggantian cairan secara cepat dan adekuat (cairan kristaloid) untuk mengatasi hipovolemia
4. Pantau intake dan output cairan secara cermat
5. Berikan antipiretik dan analgetik sesuai indikasi
6. Observasi tanda-tanda perdarahan dan kewaspadaan terhadap komplikasi syok
7. Kolaborasi dengan tim medis untuk penanganan lebih lanjut
Kesimpulan:
Berdasarkan kondisi anak tersebut, intervensi keperawatan utama yang diperlukan adalah mengatasi syok hipovolemik dan mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat melalui pemberian cairan kristaloid, pemantauan ketat, dan kewaspadaan terhadap komplikasi. Peningkatan kesadaran diharapkan akan tercapai seiring dengan koreksi hipovolemia dan perbaikan kondisi.
Semoga penjelasan ini bermanfaat. Bila ada pertanyaan lebih lanjut, silakan tanyakan. Wassalam. -
Article No. 8643 | 11 Dec 2024
Klinis : Seorang anak usia 3 tahun pasca operasi satu jam yang lalu. Sekarang dalam pemantauan perawat anak di ruang pemulihan. Hasil pemeriksaan: kesadaran apatis, nadi 90 x/m, pernapasan 50 x/m, suhu tubuh 37,5 oC, terpasang cairan infus 15 tt/m mikro, terapi oksigen 4 L. Apakah tindakan yang paling tepat perawat lakukan untuk mempertahankan jalan nafas pasien? a. Mempertahankan posisi kepala normal dan lebih miring b. Mempertahankan sirkulasi darah c. Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit d. Mengkaji tanda mual dan muntah e. Mengatur posisi semi fowler
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan.
Faktor Berhubungan: Efek pembedahan, Nyeri.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas
Kriteria Hasil:
- Jalan napas paten
- Tidak ada suara napas tambahan
- Frekuensi napas dalam rentang normal
- Kedalaman napas dalam rentang normal
- Tidak ada retraksi dinding dada
- Saturasi oksigen dalam batas normal
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Mempertahankan Jalan Napas
- Posisikan kepala pasien lebih miring untuk mempertahankan jalan napas yang efektif.
- Pertahankan posisi semi-fowler untuk memfasilitasi ekspansi paru.
- Lakukan suction jika diperlukan untuk membersihkan saluran napas.
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan untuk mempertahankan saturasi oksigen dalam batas normal.
2. Manajemen Nyeri
- Berikan analgetik sesuai instruksi medis untuk mengurangi nyeri.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain dalam pengelolaan nyeri.
3. Monitor Tanda Vital
- Pantau tanda-tanda vital secara berkala (nadi, pernapasan, suhu, tekanan darah) untuk mendeteksi perubahan kondisi.
- Dokumentasikan temuan dan laporkan hasil pemantauan kepada tenaga kesehatan lain.
4. Manajemen Cairan
- Pertahankan intake dan output cairan yang adekuat sesuai kebutuhan.
- Monitor tanda-tanda ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain dalam pengelolaan cairan dan elektrolit.
Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, tindakan yang paling tepat untuk mempertahankan jalan napas pasien adalah mempertahankan posisi kepala normal dan lebih miring (pilihan a). Hal ini penting untuk menjaga jalan napas tetap terbuka dan mencegah obstruksi. Selain itu, intervensi lainnya seperti manajemen nyeri, pemantauan tanda vital, dan manajemen cairan juga perlu dilakukan untuk mendukung proses pemulihan pasien. -
Article No. 8644 | 11 Dec 2024
Klinis : Seorang anak berusia 8 tahun dirawat dengan keluhan mengalami bengkak pada kelopak mata dan kaki sejak 1 bulan yang lalu serta mudah lelah. Hasil pengkajian: kesadaran compos mentis, Nadi 80 x/menit, RR 30 x/menit, suhu 37,2 oC. Edema pada palpebra, wajah, dan ekstremitas bawah, Apakah intervensi keperawatan mandiri yang utama dilakukan pada anak tersebut a. Berikan terapi diuretik furosemid oral b. Ubah posisi per 2 jam dan tinggikan area edema c. Pembatasan intake cairan sesuai program d. Beri kompres hangat pada area bengkak e. Lindungi anak dari kontak dengan individu terinfeksi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, diagnosis keperawatan yang sesuai dengan SDKI adalah:
Diagnosa Keperawatan SDKI: Edema Perifer
Definisi: Akumulasi cairan berlebih di jaringan interstisial yang menyebabkan pembengkakan anggota tubuh.
Intervensi Keperawatan Mandiri yang Utama:
b. Ubah posisi per 2 jam dan tinggikan area edema
Rasional: Mengubah posisi tubuh dan mengelevasi ekstremitas dapat membantu drainase cairan dan mengurangi edema.
Luaran/Output yang Diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Luaran Keperawatan: Keseimbangan Cairan
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh yang adekuat.
Kriteria Hasil:
1. Tanda-tanda vital dalam batas normal
2. Tidak ada edema
3. Berat badan stabil
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Cairan
a. Pantau tanda-tanda vital
b. Timbang berat badan harian
c. Batasi asupan cairan sesuai kebutuhan
d. Elevasi ekstremitas untuk memfasilitasi drainase cairan
2. Manajemen Edema
a. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan untuk pengobatan diuretik
b. Aplikasikan kompres hangat pada area edema
c. Ajarkan pasien dan keluarga teknik elevasi ekstremitas
Penjelasan Rinci:
Kondisi yang ditunjukkan pada kasus ini, yaitu edema pada palpebra, wajah, dan ekstremitas bawah serta keluhan mudah lelah, mengarah pada diagnosis keperawatan Edema Perifer. Intervensi utama yang harus dilakukan adalah mengubah posisi pasien dan mengelevasi area edema untuk memfasilitasi drainase cairan, serta melakukan pembatasan intake cairan sesuai program.
Luaran yang diharapkan setelah pemberian asuhan keperawatan adalah pasien dapat mencapai Keseimbangan Cairan, dengan tanda-tanda vital dalam batas normal, tidak ada edema, dan berat badan stabil. Untuk mencapai luaran tersebut, diperlukan intervensi keperawatan seperti manajemen cairan (pantau tanda-tanda vital, timbang berat badan, batasi asupan cairan) dan manajemen edema (kolaborasi pengobatan diuretik, kompres hangat, elevasi ekstremitas). -
Article No. 8645 | 11 Dec 2024
Klinis : Pada anak dengan TOF darah yang dipompakan jantung ke sirkulasi sitemik merupakan darah yang bercampur dengan darah miskin oksigen. Hal ini terjadi karena: a. Adanya Defek septum ventrikel dan dekstroposisi aorta di sekat b. Adanya defek septum atrium dan dekstroposisi aorta di sekat c. Stenosis pulmunal dan obstruksi aliran darah ke paru d. Hipertropi ventrikel kanan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosis Keperawatan yang paling tepat untuk kondisi yang Anda gambarkan adalah "Pola Napas Tidak Efektif" (SDKI). Hal ini dikarenakan pada anak dengan Tetrologi Fallot (TOF), darah yang dipompakan jantung ke sirkulasi sistemik merupakan darah yang bercampur dengan darah miskin oksigen. Kondisi ini terjadi karena adanya stenosis pulmunal dan obstruksi aliran darah ke paru (opsi c), yang menyebabkan ketidakefektifan ventilasi dan pertukaran gas.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Perbaikan Pola Napas: Setelah diberikan asuhan keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat mempertahankan pola napas yang efektif, dengan parameter seperti frekuensi napas dalam rentang normal, irama napas teratur, serta penggunaan otot bantu napas yang minimal.
2. Peningkatan Pertukaran Gas: Luaran yang diharapkan adalah adanya peningkatan oksigenasi, yang ditandai dengan nilai saturasi oksigen (SpO2) dalam rentang normal dan tidak ada sianosis.
3. Penurunan Risiko Komplikasi: Dengan manajemen pola napas yang efektif, diharapkan dapat menurunkan risiko komplikasi seperti hipoksemia, asidosis, dan gangguan kardiovaskular.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas
- Pemberian oksigen sesuai kebutuhan
- Pengisapan lendir/sekret jika perlu
- Posisioning untuk memfasilitasi ventilasi
2. Manajemen Ventilasi
- Pemantauan tanda-tanda vital secara berkala
- Pemberian terapi pernapasan (misal: nebulizer, incentive spirometer)
- Edukasi pasien dan keluarga terkait teknik bernapas efektif
3. Manajemen Kardiovaskular
- Pemantauan tanda-tanda vital terkait fungsi kardiovaskular
- Pemberian terapi medikamentosa sesuai indikasi
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, fisioterapi, dll.)
Implementasi intervensi-intervensi tersebut diharapkan dapat membantu mencapai luaran yang diinginkan, yaitu perbaikan pola napas, peningkatan pertukaran gas, dan penurunan risiko komplikasi pada pasien anak dengan Tetrologi Fallot (TOF).
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda. Jika ada pertanyaan lain, jangan ragu untuk menanyakannya. Wassalamualaikum. -
Article No. 8646 | 11 Dec 2024
Klinis : Pada anak dengan TOF darah yang dipompakan jantung ke sirkulasi sitemik merupakan darah yang bercampur dengan darah miskin oksigen. Hal ini terjadi karena: a. Adanya Defek septum ventrikel dan dekstroposisi aorta di sekat b. Adanya defek septum atrium dan dekstroposisi aorta di sekat c. Stenosis pulmunal dan obstruksi aliran darah ke paru d. Hipertropi ventrikel kanan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan analisis yang rinci dan terperinci terkait kondisi anak dengan Tetralogi Fallot (TOF) yang Anda paparkan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa Keperawatan yang sesuai untuk kondisi tersebut adalah "Intoleransi Aktivitas" yang disebabkan oleh Ketidakseimbangan antara Suplai dan Kebutuhan Oksigen.
Penjelasan:
Pada anak dengan TOF, darah yang dipompakan jantung ke sirkulasi sistemik merupakan darah yang bercampur dengan darah miskin oksigen. Hal ini terjadi karena adanya stenosis pulmonal dan obstruksi aliran darah ke paru, serta hipertrofi ventrikel kanan. Kondisi ini menyebabkan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, yang dapat menimbulkan intoleransi aktivitas pada anak.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Toleransi Aktivitas Meningkat
2. Perfusi Jaringan Membaik
3. Coping Anak dan Keluarga Efektif
Penjelasan:
Setelah diberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, diharapkan anak dapat meningkatkan toleransi aktivitasnya, dengan perfusi jaringan yang membaik. Selain itu, diharapkan anak dan keluarga dapat mengembangkan coping yang efektif dalam menghadapi kondisi TOF.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Aktivitas
2. Manajemen Oksigenasi
3. Dukungan Emosional
4. Edukasi Kesehatan
5. Kolaborasi dengan Tenaga Kesehatan Lain
Penjelasan:
Manajemen aktivitas diperlukan untuk membantu anak menyesuaikan diri dengan tingkat aktivitas yang tepat. Manajemen oksigenasi bertujuan untuk memastikan kebutuhan oksigen anak terpenuhi. Dukungan emosional diberikan untuk membantu anak dan keluarga menghadapi kondisi TOF. Edukasi kesehatan diperlukan untuk meningkatkan pemahaman anak dan keluarga tentang TOF dan perawatannya. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter spesialis, diperlukan untuk memberikan perawatan komprehensif bagi anak.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif, diharapkan dapat membantu anak dengan TOF mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 8647 | 11 Dec 2024
Klinis : Seorang anak usia 3 tahun dirawat di ruang onkologi karena kanker. Hasil pengkajian hari ini; anak mengeluh nyeri karena penyakitnya, skala nyeri 5, anak kurang nafsu makan. Apa manajemen nyeri yang tepat untuk mengatasi masalah utama pada kasus tersebut? a. Meminta anak bercerita b. Memberikan imaginasi terbimbing c. Mengajak anak bermain game d. Memberikan sukrose e. Meminta anak menarik nafas dalam
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi tersebut adalah:
1. Nyeri Akut (00132)
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau yang digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
2. Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh (00002)
Definisi: Berisiko mengalami asupan nutrisi yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Manajemen nyeri yang tepat untuk mengatasi masalah utama pada kasus tersebut adalah:
b. Memberikan imaginasi terbimbing
Definisi: Memandu pasien untuk berimajinasi tentang situasi yang menyenangkan dan relaksasi untuk mengurangi persepsi nyeri.
Rasionale: Teknik ini dapat membantu mengalihkan perhatian anak dari nyeri yang dialaminya serta memicu respons relaksasi yang dapat menurunkan persepsi nyeri.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kontrol Nyeri (1605)
Indikator:
- Melaporkan nyeri terkontrol
- Menggunakan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
- Mengenali faktor-faktor yang memperberat/memperparah nyeri
2. Status Nutrisi: Asupan Makanan dan Cairan (1009)
Indikator:
- Asupan makanan dan cairan adekuat
- Tidak ada tanda-tanda kekurangan nutrisi
- Berat badan sesuai usia
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nyeri (1400)
- Evaluasi nyeri secara komprehensif, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor pencetus
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk memberikan terapi farmakologis sesuai indikasi
- Ajarkan teknik nonfarmakologis, seperti imaginasi terbimbing, untuk mengurangi nyeri
- Evaluasi efektivitas intervensi dan lakukan modifikasi jika diperlukan
2. Peningkatan Nutrisi (1130)
- Kaji status nutrisi anak, termasuk asupan makanan dan cairan
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun rencana diet yang sesuai kebutuhan anak
- Dorong anak untuk makan makanan yang disukai dan bergizi
- Pantau asupan makanan dan cairan secara berkala
- Berikan dukungan emosional dan motivasi untuk meningkatkan nafsu makan anak
Penjelasan rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Nyeri Akut (00132) dipilih karena anak mengeluh nyeri akibat penyakitnya, dengan skala nyeri yang cukup tinggi (5). Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh (00002) dipilih karena anak mengalami penurunan nafsu makan, yang dapat berisiko menimbulkan masalah nutrisi.
Manajemen nyeri:
Memberikan imaginasi terbimbing adalah pilihan yang tepat karena teknik ini dapat membantu anak untuk beralih dari fokus pada nyeri yang dialaminya. Dengan membayangkan situasi yang menyenangkan, anak dapat mencapai relaksasi yang dapat menurunkan persepsi nyeri. Teknik ini juga sesuai untuk anak yang berusia 3 tahun karena mudah dipahami dan diikuti.
Luaran/Output yang diharapkan:
1. Kontrol Nyeri (1605) merupakan luaran yang tepat karena bertujuan untuk memastikan anak dapat mengendalikan nyerinya, baik melalui penggunaan teknik nonfarmakologis maupun pengurangan faktor-faktor yang dapat memperberat nyeri.
2. Status Nutrisi: Asupan Makanan dan Cairan (1009) dipilih karena anak mengalami penurunan nafsu makan, sehingga perlu dipantau status nutrisinya agar asupan makanan dan cairan tetap adekuat.
Intervensi Keperawatan:
1. Manajemen Nyeri (1400) mencakup evaluasi nyeri secara komprehensif, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk terapi farmakologis, dan pengajaran teknik nonfarmakologis seperti imaginasi terbimbing. Evaluasi efektivitas intervensi juga penting untuk modifikasi jika diperlukan.
2. Peningkatan Nutrisi (1130) bertujuan untuk memastikan anak mendapatkan asupan nutrisi yang adekuat melalui kaji status nutrisi, kolaborasi dengan ahli gizi, dorongan untuk makan makanan yang disukai, serta pemantauan asupan makanan dan cairan secara berkala. Dukungan emosional dan motivasi juga diperlukan untuk meningkatkan nafsu makan anak.