Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 10518 | 07 Jan 2025
Klinis : pasien tidak nafsu makan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan rekomendasi yang rinci dan terperinci terkait diagnosis keperawatan, luaran yang diharapkan, serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk menangani kondisi pasien dengan tidak nafsu makan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosis keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien yang tidak nafsu makan adalah "Penurunan Nafsu Makan" (SDKI, 2017). Diagnosis ini didefinisikan sebagai "Pengurangan keinginan untuk makan yang dapat mengakibatkan asupan nutrisi yang tidak adekuat".
Penjelasan:
Diagnosis ini dipilih karena pasien mengalami gejala utama berupa tidak nafsu makan, yang dapat menyebabkan asupan nutrisi yang tidak adekuat dan berdampak pada status kesehatan pasien. Diagnosis ini memfokuskan pada pengurangan keinginan untuk makan sebagai masalah utama yang perlu diatasi melalui asuhan keperawatan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Peningkatan Nafsu Makan (SLKI, 2019)
Definisi: Peningkatan keinginan untuk mengonsumsi makanan.
Kriteria hasil:
a. Pasien melaporkan peningkatan keinginan untuk makan.
b. Pasien mampu mengonsumsi makanan sesuai dengan kebutuhan.
c. Pasien menunjukkan peningkatan berat badan sesuai dengan kebutuhan.
Penjelasan:
Luaran ini dipilih karena sejalan dengan diagnosis keperawatan "Penurunan Nafsu Makan". Dengan tercapainya peningkatan nafsu makan, diharapkan pasien dapat memenuhi kebutuhan nutrisinya secara adekuat dan mencapai status kesehatan yang optimal.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran "Peningkatan Nafsu Makan", diperlukan intervensi keperawatan sebagai berikut:
1. Manajemen Nutrisi (SIKI, 2018)
Definisi: Pengaturan asupan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
Aktivitas:
a. Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi nafsu makan pasien.
b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan kebutuhan nutrisi pasien.
c. Kolaborasi dengan pasien/keluarga dalam merencanakan menu makanan yang menarik.
d. Monitoring asupan nutrisi pasien dan mencatat intake harian.
e. Evaluasi status nutrisi pasien secara berkala.
2. Terapi Relaksasi (SIKI, 2018)
Definisi: Intervensi untuk mengurangi ketegangan, kecemasan, dan stres.
Aktivitas:
a. Ajarkan teknik relaksasi, seperti napas dalam, visualisasi, atau meditasi.
b. Fasilitasi pasien untuk melakukan teknik relaksasi secara rutin.
c. Evaluasi efektivitas terapi relaksasi dalam meningkatkan nafsu makan.
3. Edukasi Gizi (SIKI, 2018)
Definisi: Pemberian informasi terkait kebutuhan nutrisi dan pola makan yang sehat.
Aktivitas:
a. Identifikasi tingkat pemahaman pasien dan keluarga tentang nutrisi.
b. Berikan edukasi tentang pentingnya asupan nutrisi yang adekuat.
c. Ajarkan teknik peningkatan nafsu makan, seperti mengonsumsi makanan kecil dan sering.
d. Libatkan pasien dan keluarga dalam penyusunan rencana makan.
e. Evaluasi pemahaman pasien dan keluarga tentang nutrisi.
Penjelasan:
Intervensi-intervensi di atas dipilih untuk mengatasi masalah penurunan nafsu makan pada pasien. Manajemen nutrisi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien, terapi relaksasi dapat membantu mengurangi faktor-faktor yang memengaruhi penurunan nafsu makan, sedangkan edukasi gizi meningkatkan pemahaman pasien dan keluarga tentang pentingnya asupan nutrisi yang adekuat. Melalui kolaborasi antara perawat, pasien, dan keluarga, diharapkan intervensi-intervensi ini dapat meningkatkan nafsu makan dan status kesehatan pasien. -
Article No. 10519 | 07 Jan 2025
Klinis : pasien tidak nafsu makan sudah 1 Minggu
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien yang tidak nafsu makan selama 1 minggu adalah:
1. Gangguan Nutrisi: Intake Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Definisi: Asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Tanda dan gejala: Pasien tidak memiliki nafsu makan selama 1 minggu, dapat terjadi penurunan berat badan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Keseimbangan Nutrisi
Definisi: Keadaan seimbang antara asupan dan kebutuhan nutrisi tubuh.
Kriteria hasil:
a. Pasien menunjukkan tanda-tanda peningkatan nafsu makan.
b. Pasien menunjukkan peningkatan berat badan sesuai dengan target.
c. Pasien menunjukkan kadar laboratorium yang sesuai (misalnya, albumin, hemoglobin, dll.).
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nutrisi
Tujuan: Memastikan asupan nutrisi yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
Aktivitas:
a. Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi nafsu makan pasien (misalnya, penyakit, obat-obatan, depresi, dll.).
b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan kebutuhan nutrisi yang sesuai.
c. Berikan makanan yang menarik dan sesuai dengan preferensi pasien.
d. Terapkan teknik makan yang dapat meningkatkan nafsu makan (misalnya, makan di lingkungan yang nyaman, makan bersama keluarga, dll.).
e. Pantau asupan nutrisi dan berat badan pasien secara teratur.
f. Berikan dukungan dan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya nutrisi yang adekuat.
2. Manajemen Komunikasi
Tujuan: Memfasilitasi komunikasi yang efektif antara pasien, keluarga, dan tim kesehatan.
Aktivitas:
a. Terapkan teknik komunikasi yang sesuai dengan kondisi pasien (misalnya, aktif mendengarkan, empati, dll.).
b. Kolaborasi dengan tim kesehatan untuk membahas strategi peningkatan nafsu makan.
c. Libatkan keluarga dalam proses perawatan dan pengambilan keputusan.
d. Berikan umpan balik yang konstruktif kepada pasien dan keluarga tentang kemajuan perawatan.
Dengan penerapan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi yang sesuai, diharapkan pasien dapat meningkatkan nafsu makannya, mempertahankan berat badan yang adekuat, dan mencapai keseimbangan nutrisi yang optimal. -
Article No. 10520 | 07 Jan 2025
Klinis : Klien mengeluh mutah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan kondisi klien yang mengeluh muntah, berikut adalah Diagnosa Keperawatan beserta penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
Mual (NANDA-I: 00134)
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Sensasi tidak nyaman di perut yang dapat menyebabkan keinginan untuk muntah.
- Penyebab: Faktor farmakologis, psikologis, gastrointestinal, metabolik, atau neurologis.
- Karakteristik Definisi: Keluhan mual, rasa tidak nyaman di perut, perasaan ingin muntah.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang Diharapkan: Klien melaporkan rasa mual berkurang, mampu menjaga asupan nutrisi dan cairan, tidak terjadi komplikasi.
- Kriteria Hasil: Keluhan mual berkurang, tidak ada tanda-tanda dehidrasi, asupan nutrisi dan cairan adekuat.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Manajemen Mual (M 0106), Intervensi Keperawatan untuk mengatasi mual, seperti pemberian antiemetik, manajemen makanan/cairan, dan teknik relaksasi.
- Aktivitas Keperawatan: Identifikasi penyebab mual, monitor tanda-tanda vital, pantau asupan makanan/cairan, ajarkan teknik relaksasi, berikan obat antiemetik sesuai indikasi.
Dengan tone akademis dan persona pakar, perawat dapat memberikan penjelasan yang rinci dan komprehensif mengenai diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, serta intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi keluhan mual pada klien. -
Article No. 10521 | 07 Jan 2025
Klinis : Klien mengeluh demam dan mutah
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan rinci untuk setiap poin yang Anda minta:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Berdasarkan kondisi klien yang mengeluh demam dan muntah, diagnosa keperawatan yang sesuai dari SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah:
1. Intoleransi aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan akibat keterbatasan fisik.
Penyebab: Faktor biologis, seperti penyakit atau cedera yang menyebabkan demam dan muntah.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah pemberian asuhan keperawatan, diharapkan klien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Toleransi aktivitas meningkat
Definisi: Kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan tanpa mengalami kelelahan berlebih.
Kriteria hasil:
a. Klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa mengalami kelelahan berlebih.
b. Tanda-tanda vital klien stabil selama aktivitas.
c. Klien dapat beristirahat yang cukup setelah aktivitas.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah:
1. Manajemen energi
Definisi: Upaya untuk mengatur penggunaan energi klien agar dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa mengalami kelelahan berlebih.
Aktivitas keperawatan:
a. Kaji tingkat aktivitas dan toleransi klien terhadap aktivitas.
b. Bantu klien merencanakan aktivitas sehari-hari dengan memperhatikan kebutuhan istirahat.
c. Ajarkan teknik-teknik konservasi energi, seperti melakukan aktivitas secara bertahap dan bergantian dengan istirahat.
d. Observasi tanda-tanda vital klien selama aktivitas.
e. Berikan dukungan dan motivasi kepada klien untuk melakukan aktivitas sesuai kemampuan.
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan "Intoleransi aktivitas" dipilih karena klien mengalami kondisi yang menyebabkan keterbatasan fisik, yaitu demam dan muntah. Kondisi ini dapat menyebabkan klien tidak mampu melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan.
Luaran/output yang diharapkan adalah "Toleransi aktivitas meningkat", di mana klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa mengalami kelelahan berlebih. Kriteria hasil mencakup kemampuan klien dalam melakukan aktivitas, stabilitas tanda-tanda vital, dan kemampuan beristirahat yang cukup.
Intervensi keperawatan yang diperlukan adalah "Manajemen energi", di mana perawat akan mengatur penggunaan energi klien agar dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa mengalami kelelahan berlebih. Aktivitas keperawatan mencakup pengkajian, perencanaan aktivitas, edukasi teknik konservasi energi, observasi tanda-tanda vital, serta pemberian dukungan dan motivasi.
Dengan penerapan asuhan keperawatan yang komprehensif, diharapkan klien dapat meningkatkan toleransi aktivitasnya dan kembali melakukan aktivitas sehari-hari dengan baik. -
Article No. 10522 | 07 Jan 2025
Klinis : Klien mengeluh demam dan mutah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Risiko Infeksi
Penjelasan singkat berdasarkan SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Risiko Infeksi adalah kerentanan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat menimbulkan kerusakan jaringan selular. Klien yang mengeluh demam dan muntah memiliki risiko infeksi karena adanya gejala-gejala infeksi seperti demam dan muntah.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan pada klien dengan risiko infeksi adalah:
1. Tidak terjadi infeksi
2. Tanda-tanda vital dalam batas normal
3. Tidak ada tanda-tanda infeksi
4. Tidak ada komplikasi akibat infeksi
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat diberikan untuk mengelola risiko infeksi pada klien antara lain:
1. Identifikasi faktor risiko infeksi
2. Monitor tanda dan gejala infeksi
3. Berikan terapi antipiretik untuk menurunkan demam
4. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian terapi antibiotik jika diperlukan
5. Ajarkan klien dan keluarga tentang pencegahan infeksi
Tone: Akademis
Persona: Pakar/Perawat
Penjelasan singkat ini diharapkan dapat memberikan gambaran umum mengenai diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi yang sesuai untuk klien dengan keluhan demam dan muntah berdasarkan standar yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia. -
Article No. 10523 | 07 Jan 2025
Klinis : Pasien mengeluh demam dan muntah
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait kondisi pasien yang mengeluh demam dan muntah.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien yang mengeluh demam dan muntah adalah "Hipertermia". Hipertermia adalah suatu keadaan di mana suhu tubuh pasien berada di atas batas normal, biasanya diakibatkan oleh proses infeksi atau peradangan. Ciri-ciri utama hipertermia meliputi peningkatan suhu tubuh, kulit terasa panas, sakit kepala, menggigil, dan rasa tidak nyaman.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Suhu tubuh kembali normal: Pasien menunjukkan suhu tubuh dalam batas normal (36,5°C - 37,5°C).
2. Tanda-tanda vital stabil: Pasien menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil, seperti frekuensi nadi, respiratory rate, dan tekanan darah dalam batas normal.
3. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi: Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda dehidrasi, seperti mulut kering, turgor kulit buruk, dan output urin yang menurun.
4. Tidak ada keluhan mual dan muntah: Pasien tidak lagi mengeluhkan mual dan muntah.
5. Peningkatan rasa nyaman: Pasien merasa lebih nyaman dan menunjukkan perbaikan secara umum.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut intervensi keperawatan yang perlu dilakukan:
1. Pengkajian komprehensif:
- Mengkaji tanda-tanda vital pasien, suhu tubuh, dan keluhan lainnya secara berkala.
- Mengevaluasi status hidrasi pasien, seperti output urin, turgor kulit, dan kondisi membran mukosa.
2. Manajemen suhu tubuh:
- Memberikan kompres hangat atau dingin sesuai kondisi pasien untuk menurunkan demam.
- Memantau suhu tubuh pasien secara teratur dan melakukan intervensi sesuai kebutuhan.
3. Manajemen cairan dan elektrolit:
- Memberikan cairan intravena atau oral untuk mencegah dehidrasi.
- Memantau asupan dan pengeluaran cairan pasien.
- Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang akibat muntah.
4. Manajemen mual dan muntah:
- Memberikan anti-mual dan anti-muntah sesuai instruksi dokter.
- Memberikan makanan dan minuman dalam jumlah sedikit tapi sering.
- Menganjurkan pasien untuk beristirahat cukup.
5. Edukasi dan dukungan:
- Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai penyebab, gejala, dan penatalaksanaan hipertermia.
- Melibatkan keluarga dalam perawatan pasien dan memberikan dukungan psikologis.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diinginkan dan memulihkan kondisi kesehatannya. -
Article No. 10524 | 07 Jan 2025
Klinis : Pasien mengeluh demam dan muntah
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan yang rinci dan terperinci untuk kondisi pasien yang mengeluh demam dan muntah:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi ini adalah:
a. Hipertermia (Hyperthermia): Peningkatan suhu tubuh di atas batas normal, ditandai dengan demam.
b. Mual (Nausea): Sensasi tidak nyaman di perut yang mengarah pada keinginan untuk muntah.
c. Risiko Deklinasi Cairan Volume (Risk for Fluid Volume Deficit): Potensi penurunan cairan tubuh yang dapat terjadi akibat muntah.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI)
a. Hipertermia terkontrol: Suhu tubuh kembali ke batas normal.
b. Mual terkontrol: Pasien tidak lagi merasakan mual atau keinginan untuk muntah.
c. Keseimbangan Cairan terjaga: Volume cairan tubuh terjaga dalam batas normal.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI)
a. Hipertermia terkontrol:
- Monitoring suhu tubuh secara berkala.
- Memberikan intervensi penurun demam, seperti kompres hangat atau obat antipiretik.
- Menjaga asupan cairan yang adekuat.
- Memfasilitasi istirahat yang cukup.
b. Mual terkontrol:
- Monitoring tanda-tanda mual dan kemungkinan muntah.
- Mengidentifikasi dan menghindari faktor pencetus mual, seperti bau atau makanan tertentu.
- Memberikan obat antiemetik sesuai indikasi.
- Mengatur posisi pasien untuk mengurangi sensasi mual.
- Memberikan terapi non-farmakologis, seperti relaksasi dan distraksi.
c. Keseimbangan Cairan terjaga:
- Monitoring intake dan output cairan.
- Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang akibat muntah.
- Memberikan cairan dan elektrolit secara intravena atau per oral, sesuai kondisi pasien.
- Memantau tanda-tanda dehidrasi atau kelebihan cairan.
- Melakukan kolaborasi dengan tenaga medis lain jika diperlukan.
Penerapan intervensi keperawatan ini secara komprehensif dan terpadu diharapkan dapat membantu mencapai luaran yang diharapkan, yaitu kontrol terhadap hipertermia, mual, dan keseimbangan cairan pada pasien. -
Article No. 10525 | 07 Jan 2025
Klinis : Pasien mengeluh diare dan mudah terbangun
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait kondisi pasien yang mengeluh diare dan mudah terbangun, sesuai dengan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI).
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Diare
- Definisi: Pengeluaran feses cair atau lebih lembek dari normal yang terjadi lebih dari 3 kali dalam 24 jam.
- Penyebab: Infeksi, malabsorpsi, iritasi usus, dan faktor psikologis.
- Tanda dan Gejala: Feses cair atau lembek, sering buang air besar, dehidrasi, nyeri perut, mual, dan lemas.
2. Gangguan Pola Tidur
- Definisi: Gangguan dalam kualitas dan/atau kuantitas tidur yang mengganggu fungsi sehari-hari.
- Penyebab: Stres, rasa sakit, lingkungan yang tidak nyaman, dan obat-obatan.
- Tanda dan Gejala: Sulit memulai atau mempertahankan tidur, terbangun sering, mengantuk di siang hari, dan tidak merasa segar setelah tidur.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Kontrol Diare
- Definisi: Kemampuan untuk mengendalikan frekuensi dan konsistensi buang air besar.
- Kriteria Hasil:
a. Frekuensi buang air besar menurun.
b. Konsistensi feses membaik.
c. Tidak terjadi dehidrasi.
d. Rasa nyeri perut berkurang.
2. Pola Tidur yang Efektif
- Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan pola tidur yang cukup dan berkualitas.
- Kriteria Hasil:
a. Waktu yang dihabiskan untuk tidur meningkat.
b. Kualitas tidur meningkat.
c. Tidak terjadi gangguan tidur.
d. Merasa segar setelah bangun tidur.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Intervensi untuk Mengatasi Diare:
a. Monitor tanda-tanda vital dan intake/output cairan.
b. Tatalaksana diet dan nutrisi yang sesuai.
c. Edukasi pasien mengenai manajemen diare.
d. Berikan terapi farmakologi sesuai indikasi (misalnya antidiare, cairan elektrolit).
e. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, ahli gizi) jika diperlukan.
2. Intervensi untuk Meningkatkan Kualitas Tidur:
a. Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang untuk tidur.
b. Anjurkan teknik relaksasi (misalnya pernafasan dalam, meditasi).
c. Atur jadwal tidur dan bangun yang teratur.
d. Identifikasi dan minimalisir faktor-faktor yang mengganggu tidur.
e. Berikan terapi farmakologi (misalnya obat tidur) jika diperlukan, dalam kolaborasi dengan dokter.
Dengan memahami diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang tepat, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan efektif untuk mengatasi kondisi diare dan gangguan pola tidur pada pasien. -
Article No. 10526 | 07 Jan 2025
Klinis : Meyakini dirinya terkena penyakit karena guna guna dan akibat kesalahan masa lalu.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa Keperawatan yang sesuai dengan kondisi yang diberikan adalah "Gangguan Citra Tubuh" (SDKI). Pasien meyakini dirinya terkena penyakit karena guna-guna dan akibat kesalahan masa lalu, menunjukkan adanya gangguan dalam persepsi dan penerimaan terhadap kondisi fisik atau penampilan dirinya.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Citra Tubuh Positif
- Pasien dapat mengidentifikasi persepsi dan perasaannya terhadap kondisi tubuhnya.
- Pasien dapat menerima kondisi tubuhnya dan menunjukkan rasa percaya diri.
- Pasien dapat mengekspresikan penerimaan diri secara verbal dan non-verbal.
2. Kontrol Diri
- Pasien dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dirinya.
- Pasien dapat mengembangkan strategi untuk mengatasi persepsi negatif terhadap dirinya.
- Pasien dapat menunjukkan perilaku yang mencerminkan kontrol diri yang baik.
3. Interaksi Sosial
- Pasien dapat berinteraksi secara efektif dengan orang lain.
- Pasien dapat membangun hubungan interpersonal yang positif.
- Pasien dapat menunjukkan kemampuan untuk menyesuaikan diri dalam berbagai situasi sosial.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan (SIKI):
1. Terapi Kognitif
- Membantu pasien mengidentifikasi pikiran, keyakinan, dan sikap yang berhubungan dengan gangguan citra tubuh.
- Mendorong pasien untuk mengevaluasi dan menantang persepsi negatif terhadap dirinya.
- Membantu pasien mengembangkan pemikiran yang lebih realistis dan positif tentang dirinya.
2. Terapi Perilaku
- Membantu pasien mengembangkan perilaku yang mendukung penerimaan diri dan peningkatan citra tubuh.
- Memfasilitasi pasien untuk melakukan aktivitas dan tindakan yang dapat meningkatkan harga diri dan kepercayaan diri.
- Mendorong pasien untuk melakukan eksplorasi dan pemajanan bertahap terhadap situasi yang membuat dirinya merasa tidak nyaman.
3. Edukasi Kesehatan
- Memberikan informasi yang akurat dan tepat kepada pasien tentang konsep citra tubuh, faktor-faktor yang memengaruhinya, dan strategi pengelolaan.
- Membantu pasien memahami hubungan antara persepsi diri, keyakinan, dan perilaku.
- Mendorong pasien untuk mencari sumber informasi yang tepercaya dan melibatkan keluarga atau orang terdekat dalam proses edukasi.
4. Dukungan Sosial
- Memfasilitasi pasien untuk membangun hubungan interpersonal yang positif dan mendukung.
- Melibatkan keluarga atau orang terdekat dalam proses asuhan keperawatan untuk memberikan dukungan emosional dan praktis.
- Mengidentifikasi dan memanfaatkan sumber-sumber dukungan sosial yang tersedia bagi pasien.
Dengan menerapkan intervensi-intervensi tersebut, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diinginkan, yaitu citra tubuh yang positif, kontrol diri yang baik, dan interaksi sosial yang efektif, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan pasien. -
Article No. 10527 | 07 Jan 2025
Klinis : Pada tanggal 29 september 2024, Jam 09.00 WIB. Tn. X berusia 60 thn dibawa ke rumah sakit mengalami penurunan kesadaran setelah jatuh di kamar mandi. Klien bisa membuka mata dengan stimulus nyeri, tidak bisa berkomunikasi hanya rintihan saja. Klien mengalami hemiplegi pada ekstremitas kanannya,klien menekuk dan memutar bahu saat diberi ransangan nyeri. TTV: TD: 170/100mmhg, N: 88x/menit, RR: 24x/menit. Hb: 11mg/dl. Pemeriksaan penunjang: CT scan pembuluh darah pecah, terpasang oksigen melalui nasal canule 2 L/menit dengan suara nafas ngorok.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, sebagai perawat profesional saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk kondisi Tn. X berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI).
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan perdarahan serebral, ditandai dengan penurunan kesadaran, hemiplegi pada ekstremitas kanan, dan peningkatan tanda-tanda vital.
2. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan kesadaran, ditandai dengan ketidakmampuan klien untuk berkomunikasi verbal.
3. Risiko cedera berhubungan dengan penurunan kesadaran, ditandai dengan jatuh di kamar mandi.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral:
a. Perfusi jaringan serebral membaik, ditandai dengan peningkatan kesadaran, mobilitas ekstremitas kanan, dan penurunan tanda-tanda vital.
b. Tidak terjadi komplikasi lanjutan, seperti kerusakan otak lebih lanjut atau kematian.
2. Gangguan komunikasi verbal:
a. Klien dapat berkomunikasi secara verbal dengan baik.
b. Klien dapat memahami dan merespons pertanyaan atau instruksi dengan baik.
3. Risiko cedera:
a. Klien tidak mengalami cedera tambahan selama perawatan.
b. Klien dapat beraktivitas dengan aman dan tidak jatuh kembali.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral:
a. Monitor tanda-tanda vital secara berkala.
b. Berikan oksigen sesuai kebutuhan klien.
c. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi antihipertensi dan penanganan perdarahan serebral.
d. Lakukan mobilisasi dini dan latihan fisik untuk meningkatkan fungsi ekstremitas.
e. Observasi dan catat tanda-tanda perubahan status neurologis.
2. Gangguan komunikasi verbal:
a. Kaji tingkat kesadaran klien dan kemampuan komunikasinya.
b. Gunakan alat bantu komunikasi yang sesuai, seperti papan komunikasi.
c. Libatkan keluarga dalam proses komunikasi dan edukasi.
d. Lakukan stimulasi peningkatan kemampuan komunikasi verbal.
3. Risiko cedera:
a. Kaji lingkungan sekitar klien dan identifikasi potensi risiko jatuh.
b. Berikan bantuan dalam beraktivitas dan hindari aktivitas tanpa pengawasan.
c. Kolaborasi dengan tim multidisiplin untuk mencegah cedera lebih lanjut.
d. Edukasi keluarga tentang pencegahan jatuh dan perawatan klien.
Penerapan asuhan keperawatan ini diharapkan dapat membantu Tn. X untuk mencapai luaran yang optimal dan mencegah komplikasi lebih lanjut. Saya sebagai perawat akan bekerja sama dengan tim kesehatan lainnya untuk memberikan perawatan yang komprehensif dan berpusat pada klien. Jangan ragu untuk menghubungi saya jika ada pertanyaan atau membutuhkan informasi lebih lanjut.