Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 10630 | 09 Jan 2025
Klinis : pasien umur 40 tahun mengalami pusing kepala , nyeri di punggung ,muntah muntah setiap makan , dengan td 120/80 nadi 80 nafas 20
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang diberikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Mual Muntah Berhubungan Dengan Gangguan Gastrointestinal
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Mual muntah adalah sensasi ketidaknyamanan yang dapat menyebabkan keinginan untuk memuntahkan isi perut.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Klien dapat mengendalikan mual dan muntah, tidak terjadi dehidrasi, dan tidak ada komplikasi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Monitoring tanda-tanda vital
2. Manajemen mual dan muntah
3. Pemberian antiemetik
4. Edukasi klien dan keluarga
2. Nyeri Punggung Berhubungan Dengan Gangguan Muskuloskeletal
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Nyeri punggung adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan di daerah punggung.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Klien dapat mengendalikan nyeri punggung, tidak ada komplikasi, dan dapat melakukan aktivitas sehari-hari.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen nyeri
2. Terapi modalitas
3. Edukasi klien dan keluarga
3. Pusing Berhubungan Dengan Gangguan Neurologis
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Pusing adalah sensasi tidak nyaman berupa rasa berputar, berguncang, atau tidak stabil yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Klien dapat mengendalikan pusing, tidak ada komplikasi, dan dapat melakukan aktivitas sehari-hari.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen pusing
2. Edukasi klien dan keluarga
3. Monitoring tanda-tanda vital
Penjelasan singkat:
Pasien berusia 40 tahun mengalami pusing kepala, nyeri di punggung, dan muntah-muntah setiap makan. Tanda-tanda vital dalam batas normal. Diagnosa keperawatan yang muncul adalah mual muntah berhubungan dengan gangguan gastrointestinal, nyeri punggung berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal, dan pusing berhubungan dengan gangguan neurologis. Intervensi keperawatan berfokus pada manajemen gejala-gejala tersebut, pemantauan tanda-tanda vital, serta edukasi klien dan keluarga. -
Article No. 10631 | 09 Jan 2025
Klinis : pasien umur 40 tahun mengalami pusing kepala , nyeri di punggung ,muntah muntah setiap makan , dengan td 120/80 nadi 80 nafas 20
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan rincian yang lengkap untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan kondisi pasien umur 40 tahun dengan gejala pusing kepala, nyeri di punggung, muntah-muntah setiap makan, dan tanda-tanda vital (TD 120/80, nadi 80, napas 20), maka diagnosa keperawatan yang sesuai berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah:
1. Mual (00004)
Definisi: Sensasi tidak nyaman di perut yang dapat menyebabkan keinginan untuk muntah.
Karakteristik Definitif: Keluhan mual, perubahan pola makan, nafsu makan menurun.
2. Nyeri Akut (00132)
Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
Karakteristik Definitif: Laporan pasien tentang nyeri, ekspresi wajah mengernyit, gelisah.
3. Intoleransi Aktivitas (00092)
Definisi: Ketidakmampuan untuk bertoleransi atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari.
Karakteristik Definitif: Keluhan kelelahan, pusing, napas pendek saat beraktivitas.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Manajemen Mual (1618)
Kriteria Hasil:
- Pasien melaporkan mual berkurang
- Frekuensi muntah berkurang
- Tidak tampak pucat atau berkeringat
2. Manajemen Nyeri (1400)
Kriteria Hasil:
- Pasien melaporkan nyeri berkurang
- Pasien tampak lebih rileks
- Aktivitas sehari-hari dapat dilakukan dengan lebih baik
3. Peningkatan Toleransi Aktivitas (0005)
Kriteria Hasil:
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan lebih baik
- Tidak tampak kelelahan, pusing, atau napas pendek saat beraktivitas
- Tanda-tanda vital stabil saat beraktivitas
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Mual (3820)
- Kaji faktor-faktor yang menyebabkan mual
- Anjurkan pasien untuk makan makanan yang ringan dan mudah dicerna
- Berikan obat-obatan antiemetik sesuai instruksi medis
- Ajarkan teknik relaksasi untuk mengurangi mual
2. Manajemen Nyeri (1400)
- Kaji karakteristik nyeri (lokasi, frekuensi, durasi, intensitas)
- Berikan teknik non-farmakologis seperti kompres hangat/dingin, massase
- Berikan analgesik sesuai instruksi medis
- Ajarkan pasien teknik-teknik pengelolaan nyeri mandiri
3. Peningkatan Toleransi Aktivitas (0180)
- Kaji kemampuan dan batasan aktivitas pasien
- Ajarkan teknik-teknik konservasi energi saat beraktivitas
- Tingkatkan aktivitas secara bertahap sesuai toleransi pasien
- Monitor tanda-tanda vital saat aktivitas
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien, diharapkan dapat meningkatkan manajemen mual, nyeri, dan toleransi aktivitas pasien, sehingga mencapai luaran yang diharapkan. Perawat harus terus memantau dan mengevaluasi respon pasien terhadap asuhan keperawatan yang diberikan. -
Article No. 10632 | 09 Jan 2025
Klinis : termoregulasi tidak efektif
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi termoregulasi tidak efektif.
Diagnosa Keperawatan:
Ketidakefektifan Termoregulasi
Definisi:
Ketidakmampuan untuk mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal.
Faktor Terkait:
1. Gangguan mekanisme termoregulasi
2. Ketidakmampuan mempertahankan suhu tubuh
3. Perubahan suhu lingkungan
Karakteristik Mayor:
1. Suhu tubuh di luar rentang normal
2. Peningkatan atau penurunan suhu tubuh
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Ketidakefektifan Termoregulasi berfokus pada pemantauan suhu tubuh, upaya menjaga suhu tubuh, serta intervensi untuk mencegah komplikasi akibat suhu tubuh yang tidak efektif.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan pada kasus ini adalah pasien dapat mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal, mengenali tanda-tanda perubahan suhu tubuh, serta mampu melakukan tindakan untuk menjaga suhu tubuh.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi pemantauan suhu tubuh, pengaturan lingkungan, pemberian cairan, penggunaan alat bantu termoregulasi, dan edukasi terkait perawatan diri untuk menjaga suhu tubuh.
Dengan pemahaman yang komprehensif mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas dan berpusat pada pasien untuk mengatasi masalah ketidakefektifan termoregulasi. -
Article No. 10532 | 08 Jan 2025
Klinis : resiko penurunan curah jantung
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan rinci dan terperinci mengenai diagnosis keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan untuk kondisi risiko penurunan curah jantung.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi risiko penurunan curah jantung adalah "Risiko Penurunan Curah Jantung". Risiko penurunan curah jantung didefinisikan sebagai "Susceptible to a decrease in the volume of blood pumped by the heart per unit of time, which may compromise health" (PPNI, 2017). Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti gangguan kontraktilitas miokard, gangguan irama jantung, atau peningkatan afterload.
Luaran/Output SLKI:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, luaran atau output yang diharapkan adalah:
1. Pasien menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil (frekuensi nadi, tekanan darah, frekuensi pernapasan, suhu tubuh).
2. Pasien menunjukkan tidak ada tanda-tanda gagal jantung (ortopnea, dispnea, edema, distress pernapasan).
3. Pasien melaporkan tidak ada gejala penurunan curah jantung (pusing, sinkop, kelelahan).
4. Pasien menunjukkan perfusi jaringan yang adekuat (ekstremitas hangat, capillary refill < 3 detik).
5. Pasien menunjukkan tidak ada tanda-tanda komplikasi (aritmia, penyakit paru, atau masalah ginjal).
Intervensi Keperawatan SIKI:
Untuk mencapai tujuan luaran yang diharapkan, berikut adalah beberapa intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Pemantauan Tanda Vital
- Mengukur dan memantau tanda-tanda vital pasien secara teratur (frekuensi nadi, tekanan darah, frekuensi pernapasan, suhu tubuh).
- Mengkaji adanya perubahan tanda-tanda vital yang dapat mengindikasikan penurunan curah jantung.
2. Pemantauan Perfusi Jaringan
- Mengkaji tanda-tanda perfusi jaringan yang adekuat (ekstremitas hangat, capillary refill < 3 detik, urine output).
- Memantau adanya tanda-tanda gagal jantung (ortopnea, dispnea, edema, distress pernapasan).
3. Manajemen Gejala
- Mengkaji gejala yang dialami pasien, seperti pusing, sinkop, atau kelelahan.
- Memberikan intervensi untuk mengatasi gejala, misalnya dengan pemberian oksigen, posisi yang nyaman, atau pemberian obat-obatan sesuai indikasi.
4. Edukasi Pasien dan Keluarga
- Menjelaskan kondisi pasien dan pentingnya pemantauan tanda-tanda vital serta gejala.
- Mengajarkan pasien dan keluarga mengenai manajemen gejala dan perawatan diri.
- Mendorong kepatuhan pasien terhadap pengobatan dan rencana perawatan.
Pemantauan yang ketat, manajemen gejala yang efektif, serta edukasi pasien dan keluarga merupakan komponen penting dalam asuhan keperawatan untuk pasien dengan risiko penurunan curah jantung. Tujuannya adalah untuk mempertahankan fungsi kardiovaskular yang optimal dan mencegah komplikasi yang dapat terjadi. -
Article No. 10533 | 08 Jan 2025
Klinis : risiko perfusi perifer tidak efektif
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi risiko perfusi perifer tidak efektif.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Perfusi Perifer Tidak Efektif
Definisi:
Risiko mengalami penurunan sirkulasi darah ke bagian tubuh perifer, yang dapat menimbulkan komplikasi.
Penyebab:
1. Disfungsi vaskular
2. Penyakit kardiovaskular
3. Cedera traumatik
4. Gangguan metabolik
5. Dehidrasi
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Identifikasi tanda dan gejala penurunan perfusi perifer, seperti ekstremitas dingin, pucat, atau sianosis.
2. Evaluasi faktor risiko yang mempengaruhi perfusi perifer, seperti penyakit kardiovaskular, diabetes, atau trauma.
3. Pantau tanda-tanda vital untuk mendeteksi perubahan yang dapat mempengaruhi perfusi perifer.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pasien menunjukkan perfusi perifer yang memadai, dengan ekstremitas hangat, warna kulit normal, dan nadi perifer teraba.
2. Pasien bebas dari komplikasi akibat penurunan perfusi perifer, seperti nekrosis atau gangren.
3. Pasien dan keluarga memahami faktor-faktor yang mempengaruhi perfusi perifer dan dapat melakukan tindakan pencegahan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Posisikan pasien untuk meningkatkan sirkulasi darah, seperti mengangkat ekstremitas.
2. Lakukan terapi hangat, seperti kompres hangat atau terapi panas, untuk meningkatkan perfusi perifer.
3. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter, untuk menangani penyebab mendasar dari penurunan perfusi perifer.
4. Edukasi pasien dan keluarga tentang tanda-tanda penurunan perfusi perifer, faktor risiko, dan tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi.
Dengan menerapkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memantau, mengevaluasi, dan mengelola risiko perfusi perifer tidak efektif secara komprehensif, sehingga dapat mencegah komplikasi dan meningkatkan kualitas hidup pasien. -
Article No. 10534 | 08 Jan 2025
Klinis : Pasien datang pada dari IGD ke bangsal Sakura pada tanggal 30 Desember 2024, pasien datang dengan keluhan lemas dan bab berwarna hitam, pasien mengatakan perut terasa nyeri dan terasa napas terasa sesak, saat datang ke IGD dilakukan pemeriksaan darah dengan hasil hemoglobin pasien rendah yaitu 7.3 gr/dL saat dipindahkan ke bangsal pasien mendapatkan transfusi pertama sejumlah 3 kolf Packed Red Cell dengan pemberian /12 jam, setelah transfusi pertama berhasil diberikan dilakukan pemeriksaan darah kembali namun hasilnya hemoglobin mengalami penurunan yaitu 6.8 gr/dL sehingga diberikan transfusi kedua sejumlah 3 kolf Packed Red Cell dengan pemberian /12 jam. Pengkajian pada tanggal 3 Januari 2025 pasien mengatakan sudah dilakukan transfusi sebanyak 6 kantong darah, pasien mengatakan badan sudah tidak selemas kemarin, bab kemarin masih sedikit kehitaman dan sudah tidak merasa sesak lagi. Setelah dilakukan pemeriksaan pasien tampak masih sedikit pucat, tampak lemas, mengantuk, akral teraba dingin, pemeriksaan CRT >3 detik, serta konjungtiva tampak anemis, setelah dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan hasil TD 114/74 mmHg, nadi 70x/menit, suhu 36.6oC, respirasi 22x/menit, SPO2 98%.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Defisiensi volume cairan berhubungan dengan perdarahan gastrointestinal, ditandai dengan lemas, pucat, CRT >3 detik, dan konjungtiva anemis.
2. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan kadar hemoglobin, ditandai dengan lemas, mengantuk, dan akral dingin.
3. Nyeri akut berhubungan dengan perdarahan gastrointestinal, ditandai dengan pasien mengeluh nyeri perut.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan kadar hemoglobin, ditandai dengan pasien tampak lemas dan mengantuk.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Defisiensi volume cairan:
a. Pasien menunjukkan tanda-tanda perfusi jaringan yang adekuat.
b. Pasien menunjukkan peningkatan volume cairan.
c. Pasien menunjukkan peningkatan energi.
2. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan:
a. Pasien menunjukkan perfusi jaringan yang efektif.
b. Pasien menunjukkan peningkatan nilai hemoglobin.
c. Pasien menunjukkan peningkatan aktivitas.
3. Nyeri akut:
a. Pasien melaporkan penurunan tingkat nyeri.
b. Pasien menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil.
c. Pasien menunjukkan peningkatan kemampuan untuk beraktivitas.
4. Intoleransi aktivitas:
a. Pasien menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas.
b. Pasien menunjukkan peningkatan energi.
c. Pasien menunjukkan peningkatan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Defisiensi volume cairan:
a. Pantau tanda-tanda vital, input dan output cairan, serta berat badan.
b. Berikan cairan intravena sesuai dengan kebutuhan.
c. Lakukan transfusi darah sesuai dengan kebutuhan.
d. Pantau tanda-tanda dan gejala dehidrasi.
e. Berikan dukungan nutrisi yang adekuat.
2. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan:
a. Pantau tanda-tanda vital dan status kardiovaskular.
b. Berikan transfusi darah sesuai dengan kebutuhan.
c. Lakukan pemantauan laboratorium, termasuk pemeriksaan hemoglobin.
d. Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya transfusi darah.
e. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengatasi penyebab perdarahan.
3. Nyeri akut:
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif.
b. Berikan manajemen nyeri yang sesuai, termasuk pemberian analgesik.
c. Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis.
d. Pantau tanda-tanda vital dan respon pasien terhadap intervensi.
4. Intoleransi aktivitas:
a. Pantau tanda-tanda vital sebelum, selama, dan setelah aktivitas.
b. Tingkatkan aktivitas secara bertahap sesuai dengan toleransi pasien.
c. Berikan edukasi dan dukungan kepada pasien dan keluarga tentang manajemen aktivitas.
d. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk membantu peningkatan toleransi aktivitas.
Semoga informasi ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lain, silakan tanyakan. -
Article No. 10535 | 08 Jan 2025
Klinis : Pasien datang pada dari IGD ke bangsal Sakura pada tanggal 30 Desember 2024, pasien datang dengan keluhan lemas dan bab berwarna hitam, pasien mengatakan perut terasa nyeri dan terasa napas terasa sesak, saat datang ke IGD dilakukan pemeriksaan darah dengan hasil hemoglobin pasien rendah yaitu 7.3 gr/dL saat dipindahkan ke bangsal pasien mendapatkan transfusi pertama sejumlah 3 kolf Packed Red Cell dengan pemberian /12 jam, setelah transfusi pertama berhasil diberikan dilakukan pemeriksaan darah kembali namun hasilnya hemoglobin mengalami penurunan yaitu 6.8 gr/dL sehingga diberikan transfusi kedua sejumlah 3 kolf Packed Red Cell dengan pemberian /12 jam dan saat ini dilakukan pengambilan darah untuk mengetahui kadar hemoglobin pada pasien. Pengkajian pada tanggal 3 Januari 2025 pasien mengatakan sudah dilakukan transfusi sebanyak 6 kantong darah, pasien mengatakan badan sudah tidak selemas kemarin, bab kemarin masih sedikit kehitaman dan sudah tidak merasa sesak lagi. Setelah dilakukan pemeriksaan pasien tampak masih sedikit pucat, tampak lemas, mengantuk, akral teraba dingin, pemeriksaan CRT >3 detik, serta konjungtiva tampak anemis, setelah dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan hasil TD 114/74 mmHg, nadi 70x/menit, suhu 36.6oC, respirasi 22x/menit, SPO2 98%.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan SDKI, luaran SLKI, dan intervensi SIKI yang sesuai dengan kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan kebutuhan nutrisi akibat anemia.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan kadar hemoglobin.
3. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan kadar hemoglobin.
Luaran SLKI:
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh:
- Intake nutrisi adekuat
- Berat badan meningkat ke rentang normal
- Hasil pemeriksaan laboratorium (Hb) dalam batas normal
2. Intoleransi aktivitas:
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kelelahan
- Pasien melaporkan peningkatan energi
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
3. Perubahan perfusi jaringan:
- Akral teraba hangat
- Capillary refill time (CRT) kurang dari 3 detik
- Konjungtiva tampak merah muda
Intervensi SIKI:
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh:
- Kaji status nutrisi pasien (intake, berat badan, parameter laboratorium)
- Berikan makanan dan suplemen sesuai kebutuhan
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya asupan nutrisi yang adekuat
2. Intoleransi aktivitas:
- Kaji tingkat aktivitas dan toleransi pasien
- Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari
- Berikan latihan fisik yang sesuai dengan toleransi pasien
- Evaluasi tanda-tanda vital saat dan setelah aktivitas
3. Perubahan perfusi jaringan:
- Kaji tanda-tanda perfusi jaringan (akral, CRT, konjungtiva)
- Pantau tanda-tanda vital secara teratur
- Berikan oksigen sesuai indikasi
- Berikan transfusi darah sesuai kebutuhan
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat
Penjelasan rinci dan terperinci:
Berdasarkan kondisi pasien yang Anda deskripsikan, pasien mengalami anemia dengan penurunan kadar hemoglobin yang signifikan. Hal ini menyebabkan ketidakseimbangan nutrisi, intoleransi aktivitas, dan perubahan perfusi jaringan. Diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, Intoleransi aktivitas, dan Perubahan perfusi jaringan.
Luaran SLKI yang diharapkan adalah pasien dapat mempertahankan intake nutrisi yang adekuat, meningkatkan berat badan ke rentang normal, serta memiliki kadar hemoglobin yang normal. Selain itu, diharapkan pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa mengalami kelelahan, dengan tanda-tanda vital yang stabil. Terkait perfusi jaringan, diharapkan akral terasa hangat, CRT kurang dari 3 detik, dan konjungtiva tampak merah muda.
Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup pengkajian status nutrisi, pemberian makanan dan suplemen, edukasi, pengkajian dan bantuan aktivitas, pemberian oksigen dan transfusi darah sesuai kebutuhan, serta pemantauan tanda-tanda vital dan perfusi jaringan. Evaluasi secara berkala perlu dilakukan untuk memastikan tercapainya luaran yang diharapkan. -
Article No. 10536 | 08 Jan 2025
Klinis : Bersihan jalan nafas tidak efektif
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan rinci mengenai kondisi "Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif" berdasarkan Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa Keperawatan: Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
Penyebab: Kelemahan otot pernapasan, sekresi berlebihan, obstruksi jalan napas, kecemasan, dan ketidakcukupan pengetahuan tentang teknik pembersihan jalan napas.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Permeabilitas Jalan Napas
- Indikator: Frekuensi napas, Irama napas, Penggunaan otot bantu pernapasan, Sputum/sekret, Bunyi napas
- Kriteria hasil: Frekuensi napas dalam batas normal, Irama napas teratur, Tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan, Jumlah sputum/sekret minimal, Tidak ada bunyi napas abnormal.
b. Pengetahuan Manajemen Kesehatan
- Indikator: Menjelaskan prosedur pembersihan jalan napas, Menjelaskan pentingnya pembersihan jalan napas, Mendemonstrasikan teknik pembersihan jalan napas
- Kriteria hasil: Pasien dapat menjelaskan prosedur pembersihan jalan napas dengan benar, Pasien dapat menjelaskan pentingnya pembersihan jalan napas, Pasien dapat mendemonstrasikan teknik pembersihan jalan napas dengan benar.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Manajemen Jalan Napas
- Tujuan: Mempertahankan permeabilitas jalan napas.
- Aktivitas:
- Lakukan suction/pengisapan sekret
- Berikan posisi semi-fowler untuk memfasilitasi ekspansi paru
- Dorong batuk efektif dan latihan napas dalam
- Pantau pola napas, irama, dan bunyi napas
- Kolaborasi pemberian oksigenasi dan terapi inhalasi sesuai indikasi
b. Edukasi Kesehatan
- Tujuan: Meningkatkan pengetahuan pasien tentang manajemen jalan napas.
- Aktivitas:
- Jelaskan pentingnya mempertahankan jalan napas yang terbuka
- Ajarkan teknik pembersihan jalan napas (suction, batuk, napas dalam)
- Berikan kesempatan pasien untuk mempraktikkan teknik pembersihan jalan napas
- Evaluasi pemahaman pasien dan berikan umpan balik
Penjelasan rinci di atas diharapkan dapat membantu Anda memahami pendekatan keperawatan yang komprehensif dalam menangani kondisi "Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif" berdasarkan Standar Asuhan Keperawatan Indonesia. Sebagai perawat, saya akan fokus pada upaya mempertahankan permeabilitas jalan napas dan meningkatkan pengetahuan pasien dalam manajemen jalan napas untuk mencapai hasil yang optimal. -
Article No. 10537 | 08 Jan 2025
Klinis : Bersihan jalan nafas tidak efektif
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, perkenalkan saya adalah seorang perawat profesional. Saya akan memberikan penjelasan rinci dan terperinci terkait kondisi "Bersihan jalan nafas tidak efektif" sesuai dengan format yang Anda minta.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi "Bersihan jalan nafas tidak efektif" adalah:
a. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang bersih.
Penyebab: Penumpukan sekret, kelemahan otot pernapasan, obstruksi jalan napas, dan penurunan refleks batuk.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Bersihan Jalan Napas
Definisi: Kemampuan untuk membersihkan dan mempertahankan jalan napas yang bersih.
Kriteria Hasil:
1) Jalan napas paten
2) Tidak ada suara napas tambahan
3) Frekuensi napas dalam rentang normal
4) Irama napas teratur
5) Pasien dapat mengeluarkan sekret dengan efektif
6) Tidak ada tanda-tanda distress pernapasan
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Manajemen Jalan Napas
1) Kaji status pernapasan dan identifikasi penyebab bersihan jalan napas tidak efektif
2) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
3) Lakukan suction untuk mengeluarkan sekret
4) Berikan oksigen sesuai kebutuhan
5) Ajarkan teknik batuk dan napas dalam
6) Lakukan fisioterapi dada jika perlu
b. Pemantauan Pernapasan
1) Pantau frekuensi, irama, dan kedalaman napas
2) Pantau adanya penggunaan otot tambahan, retraksi, dan dispnea
3) Auskultasi suara napas
4) Pantau saturasi oksigen
c. Manajemen Nyeri
1) Identifikasi sumber dan karakteristik nyeri
2) Berikan analgesik sesuai indikasi
3) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengatasi nyeri
Penjelasan rinci:
Diagnosa Keperawatan SDKI "Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif" menggambarkan kondisi dimana pasien mengalami ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas, sehingga jalan napas menjadi tidak bersih dan dapat menimbulkan distres pernapasan. Penyebab dapat berupa penumpukan sekret, kelemahan otot pernapasan, obstruksi jalan napas, dan penurunan refleks batuk.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI) adalah Bersihan Jalan Napas, yaitu kemampuan pasien untuk membersihkan dan mempertahankan jalan napas yang bersih. Kriteria hasil yang diharapkan adalah jalan napas paten, tidak ada suara napas tambahan, frekuensi napas dalam rentang normal, irama napas teratur, pasien dapat mengeluarkan sekret dengan efektif, dan tidak ada tanda-tanda distress pernapasan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI) meliputi Manajemen Jalan Napas, Pemantauan Pernapasan, dan Manajemen Nyeri. Manajemen Jalan Napas bertujuan untuk mempertahankan jalan napas yang bersih, seperti melakukan suction, memberikan oksigen, dan mengajarkan teknik batuk dan napas dalam. Pemantauan Pernapasan dilakukan untuk mengevaluasi status pernapasan pasien. Manajemen Nyeri bertujuan untuk mengatasi nyeri yang mungkin timbul akibat prosedur terkait jalan napas.
Penerapan intervensi ini secara komprehensif diharapkan dapat membantu pasien mencapai luaran yang diharapkan, yaitu bersihan jalan napas yang efektif, sehingga mengurangi risiko komplikasi pernapasan dan meningkatkan kualitas hidup pasien. -
Article No. 10538 | 08 Jan 2025
Klinis : pasien terpasang ventilator
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang terpasang ventilator.
Diagnosa Keperawatan:
Pola Napas Tidak Efektif
Penjelasan:
Pola Napas Tidak Efektif didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk memelihara ventilasi yang adekuat dan memenuhi kebutuhan oksigen. Kondisi ini dapat terjadi pada pasien yang terpasang ventilator akibat penyakit atau kondisi yang menyebabkan gangguan pertukaran gas.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Pola Napas Tidak Efektif dicirikan oleh gejala-gejala seperti frekuensi napas tidak sesuai kebutuhan, irama napas tidak teratur, penggunaan otot bantu napas yang berlebihan, dan ketidakmampuan mempertahankan volume tidal yang adekuat.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan pada pasien dengan Pola Napas Tidak Efektif adalah pasien dapat mempertahankan pola napas yang efektif, ditandai dengan frekuensi napas, irama napas, dan volume tidal yang sesuai kebutuhan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi Pola Napas Tidak Efektif pada pasien terpasang ventilator antara lain:
1. Memantau tanda-tanda vital, termasuk frekuensi napas, irama napas, dan saturasi oksigen.
2. Menyesuaikan pengaturan ventilator sesuai kebutuhan pasien.
3. Memberikan posisi semi-fowler untuk memfasilitasi ekspansi paru.
4. Melakukan suction untuk mempertahankan jalan napas tetap bersih.
5. Mengajarkan teknik napas dalam dan batuk efektif.
Dengan penerapan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi yang tepat, diharapkan pasien dapat mempertahankan pola napas yang efektif sehingga dapat memenuhi kebutuhan oksigenasi tubuh secara adekuat.