Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 8538 | 11 Dec 2024
Klinis : pasien gatal pada kaki
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait dengan kondisi pasien yang mengalami gatal pada kaki, dengan menggunakan format yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien yang mengalami gatal pada kaki adalah "Intoleransi Aktivitas". Intoleransi Aktivitas didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang diinginkan, disebabkan oleh ketidakseimbangan antara pasokan dan kebutuhan oksigen dan/atau energi.
Dalam kasus pasien yang mengalami gatal pada kaki, Intoleransi Aktivitas dapat terjadi karena adanya rasa tidak nyaman dan gangguan pada mobilitas yang disebabkan oleh gejala gatal. Gatal pada kaki dapat menghambat kemampuan pasien untuk melakukan aktivitas sehari-hari, seperti berjalan, bekerja, atau melakukan pekerjaan rumah tangga.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan yang sesuai, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Tingkat Kenyamanan Meningkat
- Pasien melaporkan penurunan gejala gatal pada kaki
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan nyaman
2. Tingkat Mobilitas Meningkat
- Pasien dapat berjalan dan bergerak dengan lebih mudah
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan lebih baik
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Manajemen Gejala
- Identifikasi penyebab dan faktor yang memperburuk gejala gatal pada kaki
- Berikan intervensi untuk mengurangi gejala gatal, seperti penggunaan obat anti-gatal, kompres dingin, atau tindakan hidrasi kulit
- Edukasi pasien tentang manajemen gejala gatal dan tindakan pencegahan
2. Manajemen Aktivitas
- Evaluasi kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari
- Bantu pasien dalam menyesuaikan aktivitas sesuai dengan tingkat kenyamanan dan kemampuan
- Berikan latihan fisik yang sesuai untuk meningkatkan mobilitas dan daya tahan
- Berikan bantuan alat bantu mobilitas jika diperlukan
3. Dukungan Psikologis
- Identifikasi masalah psikologis yang muncul akibat gejala gatal dan keterbatasan aktivitas
- Berikan konseling dan dukungan emosional untuk membantu pasien beradaptasi dengan kondisinya
- Libatkan keluarga atau orang terdekat dalam memberikan dukungan psikologis
Melalui intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output yang diinginkan, yaitu peningkatan tingkat kenyamanan dan mobilitas sehingga dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan lebih baik. -
Article No. 8539 | 11 Dec 2024
Klinis : pasien gatal pada kaki
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Pruritus (Gatal)
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Pruritus adalah sensasi tidak nyaman pada kulit yang menimbulkan keinginan untuk menggaruk.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Pasien dapat melaporkan penurunan sensasi gatal, kulit tampak lembab dan membaik, dan tidak ada tanda-tanda infeksi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Identifikasi penyebab dan faktor yang memperburuk pruritus.
2. Berikan tindakan sedatif dan antihistamin sesuai indikasi.
3. Ajarkan teknik meredakan gatal tanpa menggaruk (penggunaan losion, kompresi dingin, dsb).
4. Pantau tanda-tanda infeksi dan komplikasi akibat gatal.
5. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penatalaksanaan pruritus.
Persona: Sebagai seorang perawat, saya dapat memberikan penjelasan singkat mengenai diagnosa keperawatan pruritus (gatal) beserta standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Pruritus merupakan sensasi tidak nyaman pada kulit yang menimbulkan keinginan untuk menggaruk. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain mengidentifikasi penyebab, memberikan tindakan sedatif dan antihistamin, mengajarkan teknik meredakan gatal tanpa menggaruk, memantau tanda-tanda infeksi, serta berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain. Tujuan akhirnya adalah pasien dapat melaporkan penurunan sensasi gatal, kulit tampak lembab dan membaik, serta tidak ada tanda-tanda infeksi. -
Article No. 8540 | 11 Dec 2024
Klinis : pasien tranfusi darah lalu ada reaksi alergi gatal seluruh tubuh
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Selamat siang. Sebagai perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang mengalami reaksi alergi gatal seluruh tubuh setelah transfusi darah.
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi Aktivitas Berhubungan dengan Keterbatasan Toleransi Aktivitas Akibat Reaksi Alergi Transfusi Darah
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Intoleransi Aktivitas: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas harian yang diinginkan karena keterbatasan kapasitas fisik.
- Karakteristik Definisi: Gejala kelelahan, nyeri, sesak napas, dan/atau kelemahan saat melakukan aktivitas.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Toleransi Aktivitas: Kemampuan pasien untuk melakukan aktivitas tanpa mengalami kelelahan, nyeri, sesak napas, dan/atau kelemahan yang signifikan.
- Luaran yang Diharapkan: Pasien dapat melakukan aktivitas harian dengan tingkat kelelahan, nyeri, sesak napas, dan/atau kelemahan minimal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Aktivitas: Intervensi untuk mengatur dan meminimalkan gejala yang membatasi aktivitas pasien.
- Intervensi Keperawatan: Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi toleransi aktivitas, mengatur ulang aktivitas, dan memantau respons pasien terhadap aktivitas.
Semoga penjelasan ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, saya siap membantu. Terima kasih.
Wassalamualaikum. -
Article No. 8541 | 11 Dec 2024
Klinis : alergi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi alergi.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Reaksi Alergi Berat
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Reaksi Alergi Berat didefinisikan sebagai kondisi di mana individu berisiko mengalami respons tubuh yang berlebihan terhadap pajanan alergen, yang dapat mengancam nyawa.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penatalaksanaan Risiko Reaksi Alergi Berat adalah individu dapat mengenali tanda dan gejala reaksi alergi berat, mampu menghindari pajanan alergen, serta dapat segera mendapatkan penanganan yang tepat saat terjadi reaksi alergi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi edukasi tentang alergi, identifikasi dan penghindaran alergen, pemberian obat anti-alergi, serta kesiapan dalam menghadapi reaksi alergi berat (termasuk penggunaan epinefrin auto-injector).
Sebagai seorang perawat, saya akan bekerja sama dengan pasien untuk memastikan ia mampu mengenali tanda dan gejala reaksi alergi berat, serta melakukan tindakan pencegahan dan penanganan yang tepat. Hal ini penting untuk mencegah komplikasi yang dapat mengancam nyawa. -
Article No. 8542 | 11 Dec 2024
Klinis : alergi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk kondisi alergi, sesuai dengan format yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi alergi berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah "Intoleransi Aktivitas". Intoleransi Aktivitas didefinisikan sebagai ketidakcukupan energi fisiologis untuk mempertahankan aktivitas sehari-hari yang diinginkan atau diperlukan.
Dalam kasus alergi, pasien dapat mengalami gejala-gejala seperti pembengkakan, ruam kulit, gatal-gatal, kesulitan bernapas, dan penurunan fungsi organ yang dapat menyebabkan ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari secara normal. Oleh karena itu, diagnosa "Intoleransi Aktivitas" sesuai untuk menggambarkan kondisi pasien dengan alergi.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan, luaran yang diharapkan untuk pasien dengan alergi adalah:
1. Toleransi Aktivitas Meningkat
Indikator yang dapat digunakan untuk mengukur luaran ini adalah:
a. Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan lebih baik.
b. Pasien dapat meningkatkan durasi dan frekuensi aktivitas.
c. Pasien melaporkan peningkatan energi dan stamina.
2. Manajemen Gejala Membaik
Indikator yang dapat digunakan untuk mengukur luaran ini adalah:
a. Pasien dapat mengenali dan mengelola gejala alergi.
b. Pasien melaporkan penurunan intensitas dan frekuensi gejala alergi.
c. Pasien dapat menerapkan tindakan pencegahan dan penanganan gejala alergi.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Manajemen Aktivitas
a. Mengidentifikasi aktivitas yang dapat ditoleransi oleh pasien.
b. Membantu pasien merencanakan dan melakukan aktivitas secara bertahap.
c. Mengajarkan teknik-teknik untuk meningkatkan toleransi aktivitas, seperti pengaturan napas dan istirahat.
2. Manajemen Gejala
a. Mengidentifikasi pemicu dan penyebab alergi pasien.
b. Memberikan edukasi tentang penggunaan obat-obatan, terapi, dan tindakan pencegahan alergi.
c. Memantau respon pasien terhadap terapi dan melakukan penyesuaian jika diperlukan.
d. Mengajarkan teknik manajemen gejala, seperti penanganan ruam kulit, pengelolaan rasa gatal, dan penanganan kesulitan bernapas.
3. Dukungan Psikososial
a. Memberikan dukungan emosional dan motivasi kepada pasien.
b. Melibatkan keluarga dalam proses perawatan dan edukasi.
c. Membantu pasien dalam mengelola stres dan kecemasan terkait kondisi alergi.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dengan alergi dapat meningkatkan toleransi aktivitas, mengelola gejala alergi dengan baik, dan mencapai kualitas hidup yang optimal. -
Article No. 8543 | 11 Dec 2024
Klinis : hamil dengan lilitan tali pusat
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi hamil dengan lilitan tali pusat, dengan nada akademis dan persona sebagai pakar/perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Hipoksia Janin berhubungan dengan lilitan tali pusat
Penjelasan:
1. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
- Risiko Hipoksia Janin adalah diagnosa keperawatan yang menggambarkan adanya kemungkinan terjadi penurunan suplai oksigen ke janin yang dapat mengancam kesehatan dan kelangsungan hidup janin.
- Faktor risiko yang dapat menyebabkan kondisi ini salah satunya adalah lilitan tali pusat.
2. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
- Luaran yang diharapkan untuk kondisi ini adalah bayi dapat menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil, tidak ada tanda-tanda distress janin, dan tidak terjadi komplikasi akibat hipoksia.
3. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
- Intervensi yang dapat dilakukan antara lain memantau denyut jantung janin, melakukan penilaian terhadap tanda-tanda hipoksia janin, mengatur posisi ibu, dan berkoordinasi dengan tenaga kesehatan lain untuk intervensi lebih lanjut jika diperlukan.
Penerapan standar asuhan keperawatan SDKI, SLKI, dan SIKI ini diharapkan dapat membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandar untuk mengelola risiko hipoksia janin pada ibu hamil dengan lilitan tali pusat. -
Article No. 8544 | 11 Dec 2024
Klinis : Seorang pasien laki-laki Tn B berusia 47 tahun dibawa ke IGD pasca kecelakaan lalu lintas. Pasien membuka mata saat dipanggil. Saat dikaji, terdapat jejas diarea clavicula bagian kanan dan terdengar suara snoring. RR 34 x/m, SpO2 85%, pergerakan dada tidak simestris menajuh ke kanan, JVP (-). deviasi trakea terdorong kekanan, suara napas vesikuler, menjauh kesebelah kanan, perkusi ICS kiri sonor, ICS kanan hipersonor, terdapat jejas pada costa 3&4. Nadi 103x/m, akral teraba dingin, CRT 2 detik, TD 110/75 mmHg, terdapat luka terbuka dibagian tangan sinistra sepanjang 4 cm dengan kedalaman Icm, terdapat luka terbuka dan perdarahan di kaki sinistra sepanjang 10cm dengan kedalaman 4cm. Pasien membuka mata saat dipanggil, menangkis tangan pemeriksa, dan bicara bingung dan tampak memegangi dada. Pupil isokor, lateralisasi sama kanan dan kiri. Terdapat luka lecet pada tangan kiri, luka terbuka pada femur sinistra bagian beakang. Saat dikaji Kembali, Tingkat kesadaran masih sama, frekuensi napas 26 x/m, SpO2 94%, TD 110/80 x/m, T: 36,9C, Tidak ada darah atau cairan yang keluar dari hidung , mulut, telinga, dan lubang lainnya. Tidak terdapat luka pada bagian kepala dan wajah, terdapat deviasi trakea, JVP (-), terdapat jejas dibagian clavicula dextra dan costa 3 4, dada tidak simestris, suara napas vesikuler menjauh ke kanan, perkusi hipersonor kanan, tidak ada krepitasi/fraktur. S1S2 normal. Abdomen tidak ada distensi, bising usus 9 x/m, tidak ada nyeri tekan. Tidak ada luka/jejas pada bagian punggung. Terdapat luka lecet pada tangan kanan, terdapat luka terbuka dibagian tangan sinistra sudah dibalut, terdapat luka terbuka dan perdarahan di kaki sinistra sudah dihecting. Pasien tampak kesakitan dan memegangu dada sebelah kanan, pasien tidak ada mengonsumsi obat-obatan sebelum kejadian, pasien tidak ada memiliki Riwayat penyakit, pasien sudah makan sebelum kejadian, tidak memiliki alergi, pasien datang ke IGD pasca kecelakaan lalu lintas. Pasien awalnya naik sepeda motor kemudian ditabrak mobil dari belakang dan dada membentur stang motor. Setelah kejadian pasien lagsung dibawa warga ke RS. Hb 11,2 mg/dl, Ht 31%, Leukosit 18.200, trombosit 132.000. Terapi yang diberikan adalah infus NaCl 0,9% loading 500cc, ranitidine 2x50 mg IV, citicolin 2x 250mg IV, ceftriaxone 2 x 1 gr IV, ketorolac 3 x 30mg IV, tetagam 250 iu IM.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan (SIKI):
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Karakteristik: Suara napas tidak normal, perubahan frekuensi napas, perubahan irama napas, distres pernapasan
Faktor Berhubungan: Cedera trauma, hipoventilasi, obstruksi jalan napas
2. Perfusi Jaringan Tidak Efektif
Karakteristik: Perubahan nadi perifer, penurunan tekanan darah, pengisian kapiler lambat, akral dingin
Faktor Berhubungan: Cedera vaskuler, hipovolemia
3. Integritas Jaringan Rusak
Karakteristik: Kerusakan pada kulit, tidak adanya keutuhan jaringan
Faktor Berhubungan: Trauma mekanik, luka terbuka
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas Efektif
Indikator: Frekuensi napas dalam rentang normal, irama napas teratur, suara napas normal, status ventilasi adekuat (SpO2 ≥94%)
2. Perfusi Jaringan Membaik
Indikator: Nadi perifer kuat dan teraba hangat, tekanan darah dalam rentang normal, pengisian kapiler <2 detik, ekstremitas hangat
3. Integritas Jaringan Membaik
Indikator: Luka tertutup, jaringan terlihat sehat, tidak ada tanda-tanda infeksi
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
a. Posisikan pasien untuk memfasilitasi ventilasi
b. Hisap lendir/sekret dari jalan napas
c. Berikan oksigen sesuai kebutuhan
d. Latih batuk efektif dan napas dalam
e. Pantau tanda-tanda vital dan status oksigenasi
2. Perfusi Jaringan Tidak Efektif
a. Kaji status hemodinamik secara kontinyu
b. Berikan cairan intravena sesuai kebutuhan
c. Pertahankan posisi ekstremitas lebih tinggi dari jantung
d. Berikan obat vasokonstriksi jika perlu
e. Pantau intake dan output cairan
3. Integritas Jaringan Rusak
a. Lakukan perawatan luka secara aseptik
b. Pertahankan lingkungan luka yang lembab
c. Berikan nutrisi adekuat untuk penyembuhan luka
d. Berikan obat analgesik dan antiinflamasi sesuai indikasi
e. Pantau tanda-tanda infeksi dan penyembuhan luka
Penjelasan rinci:
Berdasarkan kondisi pasien, terdapat beberapa masalah keperawatan yang perlu ditangani, yaitu bersihan jalan napas tidak efektif, perfusi jaringan tidak efektif, dan integritas jaringan rusak. Setiap diagnosa keperawatan memiliki karakteristik dan faktor-faktor yang berhubungan yang perlu dipertimbangkan dalam memberikan asuhan keperawatan.
Luaran/output yang diharapkan adalah pasien dapat mencapai bersihan jalan napas efektif, perfusi jaringan yang membaik, dan integritas jaringan yang membaik. Indikator-indikator ini akan menjadi acuan dalam mengevaluasi keberhasilan asuhan keperawatan.
Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi tindakan-tindakan untuk mengatasi setiap diagnosa keperawatan. Pada bersihan jalan napas tidak efektif, intervensi yang dilakukan antara lain menjaga posisi pasien, membersihkan jalan napas, memberikan oksigen, dan melatih napas dalam. Untuk perfusi jaringan tidak efektif, intervensi yang diberikan adalah memantau status hemodinamik, memberikan cairan intravena, dan mempertahankan posisi ekstremitas. Sedangkan untuk integritas jaringan rusak, intervensi yang dilakukan meliputi perawatan luka, menjaga lingkungan luka, memberikan nutrisi, dan pemberian obat-obatan sesuai indikasi.
Setiap intervensi keperawatan harus dilakukan secara komprehensif dan terintegrasi untuk mencapai luaran yang diharapkan dan memulihkan kondisi pasien secara optimal. -
Article No. 8545 | 11 Dec 2024
Klinis : kejang 1 kali kurang dari 5 menit
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi yang Anda berikan, yaitu kejang 1 kali kurang dari 5 menit, maka berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat, serta standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Cedera Fisik berhubungan dengan Aktivitas Kejang
Penjelasan Singkat:
Risiko Cedera Fisik berhubungan dengan Aktivitas Kejang merupakan diagnosa keperawatan yang menggambarkan kemungkinan terjadinya bahaya atau kerusakan fisik yang dapat terjadi pada pasien selama mengalami kejang. Kejang yang terjadi dapat menyebabkan pasien jatuh, terpukul, atau terluka akibat gerakan yang tidak terkontrol.
Standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Definisi: Kemungkinan terjadinya bahaya atau kerusakan fisik yang dapat terjadi pada pasien.
Faktor Risiko: Aktivitas kejang.
Gejala dan Tanda: Kemungkinan terjatuh, terpukul, atau terluka akibat gerakan yang tidak terkontrol.
Standar SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan: Pasien bebas dari cedera fisik selama aktivitas kejang.
Kriteria Hasil: Tidak ada cedera fisik yang terjadi selama aktivitas kejang.
Standar SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi Keperawatan:
1. Observasi tanda-tanda vital dan aktivitas kejang.
2. Memposisikan pasien dengan aman selama kejang.
3. Mencegah pasien jatuh atau terluka.
4. Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang risiko cedera fisik.
5. Mengkaji faktor-faktor yang dapat memicu terjadinya kejang.
Dengan demikian, diagnosa keperawatan, penjelasan singkat, dan standar SDKI, SLKI, serta SIKI dari PPNI untuk kondisi kejang 1 kali kurang dari 5 menit adalah Risiko Cedera Fisik berhubungan dengan Aktivitas Kejang. -
Article No. 8546 | 11 Dec 2024
Klinis : Seorang pasien laki-laki Tn B berusia 47 tahun dibawa ke IGD pasca kecelakaan lalu lintas. Pasien membuka mata saat dipanggil. Saat dikaji, terdapat jejas diarea clavicula bagian kanan dan terdengar suara snoring. RR 34 x/m, SpO2 85%, pergerakan dada tidak simestris menajuh ke kanan, JVP (-). deviasi trakea terdorong kekanan, suara napas vesikuler, menjauh kesebelah kanan, perkusi ICS kiri sonor, ICS kanan hipersonor, terdapat jejas pada costa 3&4. Nadi 103x/m, akral teraba dingin, CRT 2 detik, TD 110/75 mmHg, terdapat luka terbuka dibagian tangan sinistra sepanjang 4 cm dengan kedalaman Icm, terdapat luka terbuka dan perdarahan di kaki sinistra sepanjang 10cm dengan kedalaman 4cm. Pasien membuka mata saat dipanggil, menangkis tangan pemeriksa, dan bicara bingung dan tampak memegangi dada. Pupil isokor, lateralisasi sama kanan dan kiri. Terdapat luka lecet pada tangan kiri, luka terbuka pada femur sinistra bagian beakang. Saat dikaji Kembali, Tingkat kesadaran masih sama, frekuensi napas 26 x/m, SpO2 94%, TD 110/80 x/m, T: 36,9C, Tidak ada darah atau cairan yang keluar dari hidung , mulut, telinga, dan lubang lainnya. Tidak terdapat luka pada bagian kepala dan wajah, terdapat deviasi trakea, JVP (-), terdapat jejas dibagian clavicula dextra dan costa 3 4, dada tidak simestris, suara napas vesikuler menjauh ke kanan, perkusi hipersonor kanan, tidak ada krepitasi/fraktur. S1S2 normal. Abdomen tidak ada distensi, bising usus 9 x/m, tidak ada nyeri tekan. Tidak ada luka/jejas pada bagian punggung. Terdapat luka lecet pada tangan kanan, terdapat luka terbuka dibagian tangan sinistra sudah dibalut, terdapat luka terbuka dan perdarahan di kaki sinistra sudah dihecting. Pasien tampak kesakitan dan memegangu dada sebelah kanan, pasien tidak ada mengonsumsi obat-obatan sebelum kejadian, pasien tidak ada memiliki Riwayat penyakit, pasien sudah makan sebelum kejadian, tidak memiliki alergi, pasien datang ke IGD pasca kecelakaan lalu lintas. Pasien awalnya naik sepeda motor kemudian ditabrak mobil dari belakang dan dada membentur stang motor. Setelah kejadian pasien lagsung dibawa warga ke RS. Hb 11,2 mg/dl, Ht 31%, Leukosit 18.200, trombosit 132.000. Terapi yang diberikan adalah infus NaCl 0,9% loading 500cc, ranitidine 2x50 mg IV, citicolin 2x 250mg IV, ceftriaxone 2 x 1 gr IV, ketorolac 3 x 30mg IV, tetagam 250 iu IM.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai untuk Kondisi Pasien Tn B
Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk pasien Tn B adalah:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan pembersihan sekret atau obstruksi jalan napas untuk mempertahankan pertukaran gas yang adekuat.
- Ditandai dengan: Suara napas snoring, Pergerakan dada tidak simetris, Frekuensi napas meningkat (34x/menit), Spo2 menurun (85%), Suara napas vesikuler menjauh ke kanan.
2. Nyeri Akut
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang dijelaskan dalam istilah kerusakan tersebut (International Association for the Study of Pain).
- Ditandai dengan: Pasien tampak kesakitan dan memegangi dada sebelah kanan, Respon perilaku terhadap nyeri (menangkis tangan pemeriksa).
3. Risiko Perdarahan
- Definisi: Rentan mengalami hilangnya volume darah yang melebihi laju pembekuan, yang dapat mengancam kesehatan.
- Ditandai dengan: Luka terbuka dan perdarahan di kaki sinistra sepanjang 10 cm dengan kedalaman 4 cm, Luka terbuka di tangan sinistra sepanjang 4 cm dengan kedalaman 1 cm.
4. Risiko Cedera
- Definisi: Rentan mengalami luka fisik akibat interaksi dengan lingkungan.
- Ditandai dengan: Jejas di area clavicula bagian kanan, Jejas pada costa 3 dan 4, Luka lecet pada tangan kiri.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI)
1. Bersihan Jalan Napas Efektif
- Kriteria Hasil:
a. Jalan napas paten
b. Tidak ada suara napas abnormal
c. Pergerakan dada simetris
d. Frekuensi napas dalam rentang normal
e. Saturasi oksigen dalam rentang normal
2. Kontrol Nyeri
- Kriteria Hasil:
a. Nyeri terkontrol
b. Perilaku yang menunjukkan kontrol nyeri
c. Mampu melakukan aktivitas sehari-hari
3. Integritas Jaringan Perifer Membaik
- Kriteria Hasil:
a. Perdarahan terkendali
b. Penyembuhan luka yang memadai
c. Tidak ada tanda-tanda infeksi
4. Tidak Terjadi Cedera
- Kriteria Hasil:
a. Tidak ada risiko kecelakaan yang dapat dicegah
b. Tidak ada cedera fisik baru
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI)
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Intervensi:
a. Monitor pernapasan (frekuensi, kedalaman, dan irama)
b. Atur posisi semifowler untuk memaksimalkan ventilasi
c. Berikan terapi oksigen sesuai kebutuhan
d. Lakukan suction jika diperlukan
e. Kolaborasi pemberian bronkodilator dan mukolitik
2. Nyeri Akut
- Intervensi:
a. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif
b. Berikan analgesik sesuai indikasi
c. Gunakan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri (misalnya kompres dingin)
d. Edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen nyeri
3. Risiko Perdarahan
- Intervensi:
a. Monitor tanda-tanda perdarahan
b. Tingkatkan pemantauan tanda vital
c. Kolaborasi pemberian cairan intravena dan produk darah jika diperlukan
d. Lakukan perawatan luka yang tepat
4. Risiko Cedera
- Intervensi:
a. Identifikasi faktor risiko cedera
b. Lakukan pencegahan cedera (misalnya penggunaan alat pelindung diri)
c. Berikan perawatan luka yang tepat
d. Kolaborasi pemberian terapi untuk mempercepat penyembuhan
Penjelasan di atas menggambarkan secara rinci dan terperinci diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk menangani kondisi pasien Tn B pasca kecelakaan lalu lintas. Sebagai perawat, saya akan memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk memulihkan kondisi pasien secara optimal. -
Article No. 8547 | 11 Dec 2024
Klinis : Tingkat kesadaran masih sama, frekuensi napas 26 x/m, SpO2 94%. TD 110/80 x/m, T: 36,9C, Tidak ada darah atau cairan yang keluar dari hidung, mulut, telinga, dan lubang lainnya. Tidak terdapat luka pada bagian kepala dan wajah, terdapat deviasi trakea, JVP (-), terdapat jejas dibagian clavicula dextra dan costa 3 4, dada tidak simestris, suara napas vesikuler menjauh ke kanan, perkusi hipersonor kanan, tidak ada krepitasi/fraktur. SIS2 normal. Abdomen tidak ada distensi, bising usus 9 x/m, tidak ada nyeri tekan. Tidak ada luka/jejas pada bagian punggung. Terdapat luka lecet pada tangan kanan, terdapat luka terbuka dibagian tangan sinistra sudah dibalut, terdapat luka terbuka dan perdarahan di kaki sinistra sudah dihecting.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosis keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosis Keperawatan SDKI:
1. Penurunan Perfusi Jaringan Perifer Berhubungan Dengan Trauma Ekstremitas
2. Gangguan Pertukaran Gas Berhubungan Dengan Cedera Toraks
3. Risiko Infeksi Berhubungan Dengan Luka Terbuka
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Penurunan Perfusi Jaringan Perifer Berhubungan Dengan Trauma Ekstremitas:
- Pasien akan menunjukkan tanda-tanda perbaikan perfusi jaringan perifer, seperti ekstremitas hangat, warna kulit membaik, dan pengisian kapiler kurang dari 3 detik.
- Pasien akan melaporkan tidak ada nyeri atau rasa kebas pada ekstremitas.
- Pasien akan menunjukkan perbaikan sirkulasi darah pada ekstremitas yang terluka.
2. Gangguan Pertukaran Gas Berhubungan Dengan Cedera Toraks:
- Pasien akan menunjukkan peningkatan saturasi oksigen (SpO2) menjadi ≥97%.
- Pasien akan menunjukkan frekuensi napas dalam rentang normal (12-20 kali per menit).
- Pasien akan melaporkan tidak ada sesak napas atau nyeri saat bernapas.
3. Risiko Infeksi Berhubungan Dengan Luka Terbuka:
- Tidak terjadi tanda-tanda infeksi pada luka, seperti peningkatan suhu, nyeri, kemerahan, atau pembengkakan.
- Luka terbuka akan menunjukkan perbaikan, seperti pengurangan eksudat dan penutupan yang progresif.
- Pasien akan melaporkan tidak ada keluhan terkait infeksi, seperti demam atau menggigil.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan (SIKI):
1. Penurunan Perfusi Jaringan Perifer Berhubungan Dengan Trauma Ekstremitas:
- Kaji tanda-tanda vital, perfusi jaringan, dan sirkulasi ekstremitas yang terluka.
- Elevasi dan imobilisasi ekstremitas yang terluka.
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan untuk mempertahankan saturasi oksigen.
- Berikan analgetik sesuai resep untuk mengurangi nyeri.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemeriksaan dan intervensi lebih lanjut terkait cedera ekstremitas.
2. Gangguan Pertukaran Gas Berhubungan Dengan Cedera Toraks:
- Kaji fungsi respirasi, seperti frekuensi napas, kedalaman napas, dan suara napas.
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan untuk mempertahankan saturasi oksigen.
- Auskultasi suara napas dan identifikasi adanya perubahan.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemeriksaan dan intervensi lebih lanjut terkait cedera toraks.
3. Risiko Infeksi Berhubungan Dengan Luka Terbuka:
- Kaji tanda-tanda infeksi pada luka terbuka.
- Lakukan perawatan luka secara aseptik dan ganti balutan sesuai kebutuhan.
- Berikan antibiotik sesuai resep untuk mencegah infeksi.
- Anjurkan pasien untuk menjaga kebersihan luka dan mencegah kontaminasi.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemantauan dan intervensi terkait infeksi.
Penjelasan rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas telah saya berikan. Jika ada pertanyaan atau membutuhkan klarifikasi lebih lanjut, jangan ragu untuk menanyakannya.