Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 8679 | 12 Dec 2024
Klinis : Seorang anak laki-laki usia 14 bulan dibawa ibunya ke rumah sakit. Ibu merasa sangat khawatir karena kepala anaknya semakin membesar. Hasil pengkajian: lingkar kepala 52 cm (diatas percentile 97%), adanya tanda setting-sun, anak rewel, dan sulit menggerakkan kepala.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan kondisi yang digambarkan, saya sebagai seorang perawat berpengalaman akan memberikan diagnosa keperawatan yang sesuai dengan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Diagnosa Keperawatan: Peningkatan Tekanan Intrakranial
Penjelasan:
1. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
- Definisi: Peningkatan tekanan pada ruang intrakranial yang dapat menyebabkan perubahan pada fungsi saraf pusat.
- Karakteristik Utama: Pembesaran lingkar kepala, tanda setting-sun, anak rewel, sulit menggerakkan kepala.
2. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
- Luaran yang diharapkan: Tekanan intrakranial menurun, tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial berkurang, dan fungsi saraf pusat membaik.
3. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
- Intervensi Keperawatan:
- Pemantauan tanda-tanda vital dan tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial.
- Pemberian obat-obatan sesuai indikasi medis untuk menurunkan tekanan intrakranial.
- Posisioning kepala dan tubuh untuk memfasilitasi drainase cairan serebrospinal.
- Pemberian nutrisi yang adekuat untuk mendukung perkembangan dan pertumbuhan.
- Edukasi dan dukungan psikologis bagi keluarga.
Sebagai seorang perawat, saya akan melakukan pengkajian yang komprehensif, merumuskan diagnosa keperawatan yang sesuai, dan merancang rencana asuhan keperawatan yang berpedoman pada SDKI, SLKI, dan SIKI untuk membantu mengatasi peningkatan tekanan intrakranial pada anak tersebut. Tujuan akhirnya adalah untuk menurunkan tekanan intrakranial, memperbaiki fungsi saraf pusat, dan memfasilitasi perkembangan yang optimal pada anak. -
Article No. 8680 | 12 Dec 2024
Klinis : Seorang anak laki-laki usia 5 tahun dirawat di ruang anak karena mengalami demam tifoid. Hasil pengkajian: anak rewel, mual dan muntah, kulit teraba hangat, suhu 38,8 oC. Apakah intervensi keperawatan mandiri yang tepat pada kasus tersebut?
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi tersebut:
Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi anak laki-laki usia 5 tahun yang dirawat karena demam tifoid dengan gejala rewel, mual dan muntah, serta suhu tubuh 38,8°C adalah:
Diagnosa Keperawatan SDKI: Hipertermia
Hipertermia didefinisikan sebagai peningkatan suhu tubuh di atas 37,5°C (99,5°F) yang disebabkan oleh peningkatan produksi atau penurunan kehilangan panas. Kondisi ini sesuai dengan gejala yang dialami oleh anak, yaitu suhu tubuh 38,8°C, mual dan muntah, serta rewel yang dapat disebabkan oleh peningkatan suhu tubuh akibat infeksi demam tifoid.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan pada anak dengan diagnosa Hipertermia, diharapkan dapat tercapai luaran/output sebagai berikut:
a. Suhu tubuh dalam rentang normal (36,5-37,5°C)
b. Anak tampak nyaman dan kooperatif
c. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
d. Tidak terjadi komplikasi akibat hipertermia, seperti kejang demam
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah:
a. Pemantauan Tanda-Tanda Vital
- Mengukur suhu tubuh secara rutin
- Memantau nadi, respirasi, dan tekanan darah
- Mencatat hasil pemantauan secara akurat
b. Manajemen Demam
- Memberikan kompres hangat/dingin pada daerah aksila atau lipatan paha untuk menurunkan suhu tubuh
- Memberikan obat penurun demam sesuai dengan resep dokter
- Memastikan anak cukup minum untuk menghindari dehidrasi
c. Manajemen Mual dan Muntah
- Memberikan antiemetik sesuai dengan resep dokter
- Mengatur diet menjadi lebih sering dan sedikit-sedikit
- Mempertahankan hidrasi dengan memberikan cairan intravena atau oral sesuai kebutuhan
d. Peningkatan Kenyamanan
- Menciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman
- Memberikan dukungan emosional dan pengalihan perhatian anak
e. Edukasi dan Konseling Keluarga
- Menjelaskan kondisi anak, penyebab, dan penatalaksanaannya
- Memberikan pendidikan kesehatan terkait cara merawat anak di rumah
Dengan melakukan intervensi keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien, diharapkan dapat membantu mencapai luaran/output yang diinginkan, yaitu penurunan suhu tubuh, kenyamanan anak, serta pencegahan komplikasi akibat hipertermia. -
Article No. 8681 | 12 Dec 2024
Klinis : Seorang anak perempuan usia 4 tahun dibawa ibunya ke Puskesmas karena diare dan tidak mau makan. Hasil pengkajian: tampak rewel, wajah moon face, lemak subkutan tipis, kulit kering, akral dingin dan edema pada kaki, pengukuran berat badan sesuai tinggi badan berada pada < -3 SD. Perawat menganjurkan anak untuk dirawat inap. Apakah status gizi yang tepat pada kasus tersebut? * Gizi buruk Normal Gizi kurang Obesitas Gizi lebih
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, status gizi yang tepat pada kasus tersebut adalah Gizi buruk.
Penjelasan:
Seorang anak perempuan usia 4 tahun dengan gejala diare, tidak mau makan, tampak rewel, wajah moon face, lemak subkutan tipis, kulit kering, akral dingin, edema pada kaki, dan pengukuran berat badan sesuai tinggi badan berada pada < -3 SD menunjukkan adanya kondisi gizi buruk. Gizi buruk adalah status gizi yang didasarkan pada indeks Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB) dengan nilai Z-score < -3 SD.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Keseimbangan Cairan dan Elektrolit Terpelihara
2. Status Gizi Membaik
3. Tingkat Kenyamanan Meningkat
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan Intake dan Output Cairan
- Catat jumlah dan frekuensi pemberian cairan
- Pantau tanda-tanda dehidrasi
- Pantau status hidrasi
2. Manajemen Gizi
- Tingkatkan asupan nutrisi yang sesuai
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan kebutuhan nutrisi
- Berikan makanan yang mudah dicerna dan menarik
3. Manajemen Kenyamanan
- Berikan lingkungan yang nyaman dan kondusif
- Lakukan tindakan keperawatan untuk mengurangi rasa tidak nyaman
- Libatkan keluarga dalam upaya meningkatkan kenyamanan anak
Penjelasan rinci:
1. Keseimbangan Cairan dan Elektrolit Terpelihara
Tujuannya adalah untuk mempertahankan status hidrasi yang optimal dan mencegah komplikasi akibat gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Intervensi keperawatan yang diperlukan adalah pemantauan intake dan output cairan.
2. Status Gizi Membaik
Tujuannya adalah untuk memulihkan status gizi anak dan mencegah komplikasi akibat malnutrisi. Intervensi keperawatan yang diperlukan adalah manajemen gizi, seperti meningkatkan asupan nutrisi yang sesuai, berkolaborasi dengan ahli gizi, dan memberikan makanan yang mudah dicerna dan menarik.
3. Tingkat Kenyamanan Meningkat
Tujuannya adalah untuk meningkatkan kenyamanan anak dan mendukung proses pemulihan. Intervensi keperawatan yang diperlukan adalah manajemen kenyamanan, seperti menyediakan lingkungan yang nyaman dan kondusif, melakukan tindakan keperawatan untuk mengurangi rasa tidak nyaman, dan melibatkan keluarga dalam upaya meningkatkan kenyamanan anak. -
Article No. 8682 | 12 Dec 2024
Klinis : Neonatus perempuan, berat badan lahir 1800 gram dan usia gestasi 32 minggu dirawat di ruang perinatologi. Hasil pengkajian: frekuensi nadi 130 x/mnt, frekuensi nafas 50 x/mnt, suhu 36,5 oC, BB saat ini 2000 gram dan pasien sudah dapat dipulangkan. Apakah edukasi perencanaan pulang yang utama pada kasus tersebut? * Cara mengganti diapers Teknik pijat bayi Perawatan Metode Kanguru Cara memberikan cairan Cara kompres hangat
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan analisis yang komprehensif terkait kondisi neonatus perempuan dengan berat badan lahir 1800 gram dan usia gestasi 32 minggu yang sedang dirawat di ruang perinatologi.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Risiko Hipotermia Berhubungan Dengan Ketidakstabilan Suhu Tubuh
Tanda dan gejala yang muncul pada kasus ini adalah suhu tubuh 36,5°C, yang menunjukkan adanya risiko hipotermia. Neonatus prematur mudah mengalami kehilangan panas tubuh karena belum sempurnanya mekanisme pengaturan suhu tubuh.
Edukasi Perencanaan Pulang yang Utama:
Edukasi yang paling utama pada kasus ini adalah Perawatan Metode Kanguru. Perawatan Metode Kanguru merupakan cara efektif untuk mempertahankan suhu tubuh bayi dan meningkatkan ikatan antara bayi dan orang tua. Selain itu, edukasi lain yang penting adalah:
1. Cara mengganti diapers
2. Teknik pijat bayi
3. Cara memberikan cairan
4. Cara kompres hangat
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Suhu tubuh dalam rentang normal (36,5-37,5°C)
2. Berat badan meningkat sesuai usia gestasi
3. Tidak terjadi komplikasi terkait prematuritas
4. Orang tua mampu melakukan perawatan dengan mandiri dan tepat
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Pantau suhu tubuh secara berkala
2. Pertahankan suhu ruangan dan kelembaban yang sesuai
3. Berikan Perawatan Metode Kanguru secara teratur
4. Ajarkan orang tua teknik pijat bayi dan cara memberikan cairan
5. Pantau asupan dan pengeluaran cairan bayi
6. Berikan kompres hangat jika suhu tubuh menurun
7. Edukasi orang tua terkait perawatan bayi prematur di rumah
Dengan intervensi keperawatan yang tepat dan edukasi yang komprehensif kepada orang tua, diharapkan neonatus perempuan ini dapat pulih dengan baik, mencapai berat badan yang sesuai, dan orang tua mampu merawatnya dengan mandiri di rumah.
Semoga penjelasan ini bermanfaat. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. -
Article No. 8683 | 12 Dec 2024
Klinis : Seorang bayi usia 1 bulan dengan hidrosefalus, dirawat di ruang anak setelah operasi pemasangan ventriculoperitoneal shunt (VP-shunt). Hasil pengkajian: bayi tampak lemah, rewel, frekuensi nadi 100 x/menit, frekuensi nafas 36 x/ menit, suhu 37,5 oC.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan jawaban yang rinci dan terperinci untuk kasus di atas dengan gaya akademis dan persona pakar, nurse.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
1. Intoleransi Aktivitas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan, yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara pasokan dan kebutuhan oksigen.
- Karakteristik Definisi: Bayi tampak lemah, frekuensi nadi meningkat, frekuensi napas meningkat.
2. Nyeri Akut
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau yang digambarkan dalam istilah-istilah kerusakan jaringan.
- Karakteristik Definisi: Bayi tampak rewel, yang dapat mengindikasikan adanya nyeri.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Peningkatan Toleransi Aktivitas
- Definisi: Peningkatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan.
- Kriteria Hasil:
a. Frekuensi nadi dalam batas normal untuk usia
b. Frekuensi napas dalam batas normal untuk usia
c. Tidak tampak lemah
2. Kontrol Nyeri
- Definisi: Tingkat kenyamanan sensorik dan emosional yang dapat diterima sesuai dengan toleransi individu.
- Kriteria Hasil:
a. Ekspresi wajah rileks
b. Tidak tampak rewel
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Untuk Intoleransi Aktivitas:
a. Monitor tanda-tanda vital secara berkala
b.Atur posisi dan berikan istirahat yang cukup
c. Berikan bantuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari
d. Kolaborasi dengan tim medis untuk mengatasi penyebab
2. Untuk Nyeri Akut:
a. Identifikasi karakteristik, lokasi, durasi, dan faktor pencetus nyeri
b. Lakukan pengkajian nyeri secara berkala
c. Berikan intervensi farmakologis sesuai rekomendasi tim medis
d. Berikan teknik nonfarmakologis, seperti distraksi, relaksasi, dan kompres hangat/dingin
e. Berikan rasa aman dan nyaman
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada bayi dengan hidrosefalus pasca pemasangan VP-shunt, perawat harus memperhatikan kondisi bayi secara komprehensif, mulai dari pengkajian, penetapan diagnosa keperawatan, penyusunan luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang tepat untuk mencapai luaran tersebut. Pemantauan tanda-tanda vital, manajemen nyeri, dan perawatan aktivitas sehari-hari menjadi kunci dalam pengelolaan kasus ini. -
Article No. 8684 | 12 Dec 2024
Klinis : Seorang bayi usia 1 bulan dengan hidrosefalus, dirawat di ruang anak setelah operasi pemasangan ventriculoperitoneal shunt (VP-shunt). Hasil pengkajian: bayi tampak lemah, rewel, frekuensi nadi 100 x/menit, frekuensi nafas 36 x/ menit, suhu 37,5 oC. Apakah masalah keperawatan utama pada kasus tersebut ? * Risiko infeksi Gangguan mobilisasi Risiko cedera Gangguan pola nafas Gangguan rasa nyaman
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan jawaban yang rinci dan terperinci untuk kasus tersebut.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Masalah keperawatan utama pada kasus ini adalah Risiko Cedera, yang ditandai dengan adanya kondisi hidrosefalus pada bayi, serta operasi pemasangan ventriculoperitoneal shunt (VP-shunt) yang dilakukan.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Risiko Cedera
a. Tujuan: Tidak terjadi cedera pada bayi selama perawatan
b. Kriteria Hasil:
- Tanda-tanda vital dalam rentang normal
- Tidak ada tanda-tanda infeksi pada luka operasi
- Tidak terjadi perdarahan atau cairan yang keluar dari luka operasi
- Fungsi saraf motorik dan sensorik bayi dalam batas normal
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Risiko Cedera
a. Monitoring tanda-tanda vital secara berkala (sesuai prosedur di rumah sakit)
b. Perawatan luka operasi secara aseptik
c. Pemantauan tanda-tanda infeksi luka operasi (seperti kemerahan, pembengkakan, atau drainage)
d. Pemantauan perdarahan atau cairan yang keluar dari luka operasi
e. Pemantauan fungsi saraf motorik dan sensorik bayi
f. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi farmakologis (antibiotik, analgesik, dll)
g. Edukasi kepada keluarga tentang perawatan luka operasi, pemantauan tanda-tanda komplikasi, dan pentingnya menjaga kebersihan
h. Pengaturan posisi yang nyaman dan aman bagi bayi
Penjelasan:
1. Risiko Cedera
- Masalah keperawatan ini menjadi prioritas utama karena bayi dengan hidrosefalus yang baru menjalani operasi VP-shunt memiliki risiko tinggi untuk mengalami cedera, seperti infeksi, perdarahan, atau kerusakan fungsi saraf.
- Tujuan asuhan keperawatan adalah mencegah terjadinya cedera pada bayi selama perawatan di rumah sakit.
- Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup pemantauan tanda-tanda vital, perawatan luka operasi, deteksi dini tanda-tanda komplikasi, kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi, edukasi keluarga, dan pengaturan posisi yang aman bagi bayi.
- Luaran yang diharapkan adalah stabilnya tanda-tanda vital, tidak adanya tanda-tanda infeksi atau komplikasi lain, serta fungsi saraf bayi yang tetap normal.
Dengan menerapkan asuhan keperawatan yang berfokus pada Risiko Cedera, diharapkan dapat mencegah terjadinya komplikasi dan membantu pemulihan bayi setelah operasi VP-shunt. -
Article No. 8685 | 12 Dec 2024
Klinis : Seorang anak usia 5 tahun dibawa ibunya ke Puskesmas karena demam tinggi disertai batuk, pilek, dan muncul ruam kemerahan di wajah yang kemudian menyebar ke seluruh tubuh sejak 1 hari yang lalu. Hasil pengkajian: TD 125/60 mmHg, frekuensi nadi 86x/menit, frekuensi napas 36x/menit, suhu tubuh 38,5℃, kulit pasien tampak kemerahan dengan ruam di wajah, badan dan ekstremitas. Anak hanya menghabiskan ¼ porsi makan. Pasien didiagnosis campak. Apakah intervensi kolaborasi utama saat ini pada kasus tersebut? * Injeksi antibiotic Pemberian vitamin A Pemberian imunisasi campak Pemberian obat penghenti batuk Pemberian vitamin penambah nafsu makan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi tersebut adalah:
1. Risiko infeksi b.d respons imun yang terganggu
2. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d sekresi yang berlebihan
3. Intoleransi aktivitas b.d kelelahan
4. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia
Intervensi kolaborasi utama saat ini pada kasus tersebut adalah:
Pemberian vitamin A
Pemberian vitamin A dapat membantu memperkuat sistem kekebalan tubuh anak, mengurangi komplikasi, dan mempercepat pemulihan pada kasus campak.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Risiko infeksi terkendali
2. Bersihan jalan napas efektif
3. Toleransi aktivitas meningkat
4. Keseimbangan nutrisi tercapai
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Risiko infeksi terkendali:
- Pantau tanda-tanda vital
- Observasi tanda infeksi
- Kolaborasi pemberian antibiotik jika diperlukan
2. Bersihan jalan napas efektif:
- Auskultasi suara napas
- Berikan posisi semi fowler
- Lakukan fisioterapi dada jika diperlukan
3. Toleransi aktivitas meningkat:
- Evaluasi tingkat aktivitas
- Atur istirahat yang cukup
- Berikan bantuan aktivitas sesuai kebutuhan
4. Keseimbangan nutrisi tercapai:
- Catat asupan dan output
- Kolaborasi pemberian suplemen nutrisi
- Berikan makanan sesuai preferensi dan kebutuhan
Penjelasan rinci:
1. Risiko infeksi b.d respons imun yang terganggu: Anak dengan campak memiliki risiko tinggi terinfeksi karena sistem kekebalan tubuh yang terganggu. Intervensi keperawatan bertujuan untuk memantau tanda-tanda infeksi dan berkolaborasi dengan pemberian antibiotik jika diperlukan.
2. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d sekresi yang berlebihan: Campak dapat menyebabkan peningkatan sekresi dan obstruksi jalan napas. Intervensi keperawatan bertujuan untuk memantau pernapasan, memberikan posisi semi fowler, dan melakukan fisioterapi dada jika diperlukan.
3. Intoleransi aktivitas b.d kelelahan: Anak dengan campak akan mengalami kelelahan dan penurunan toleransi aktivitas. Intervensi keperawatan bertujuan untuk mengevaluasi tingkat aktivitas, mengatur istirahat yang cukup, dan memberikan bantuan aktivitas sesuai kebutuhan.
4. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia: Anak dengan campak sering mengalami anoreksia, sehingga asupan nutrisi tidak mencukupi. Intervensi keperawatan bertujuan untuk memantau asupan dan output, berkolaborasi dengan pemberian suplemen nutrisi, serta memberikan makanan sesuai preferensi dan kebutuhan. -
Article No. 8686 | 12 Dec 2024
Klinis : Seorang perempuan, 25 tahun, G1P0AO, hamil 38 minggu, datang ke BPS pukul 08.00 WIB, mengeluh perut kenceng-kenceng, hasil pemeriksaan: KU baik, TD: 110/70 mmHg, Nadi 80x/menit, respirasi 24x/menit, TFU 30 cm, kepala sudah masuk 2/5, hasil VT pembukaan serviks 8 cm, selaput ketuban masih utuh, ibu mengatakan cemas menghadapi persalinan. Apakah diagnosa pembedahan yang paling tepat dapat dilakukan?? Fase aktif persalinan Inpartu kala i fase aktif dilatasi maksimal Persalinan pada fase laten Inpartu kala I fase aktif akselerasi Inpartu kala I fase aktif deselerasi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi uterus, ditandai dengan perut kenceng-kenceng.
2. Kecemasan berhubungan dengan ketakutan menghadapi persalinan, ditandai dengan ibu mengatakan cemas menghadapi persalinan.
Fase Aktif Persalinan:
Berdasarkan data yang diberikan, pasien berada pada fase aktif persalinan, dengan pembukaan serviks 8 cm. Fase aktif persalinan ditandai dengan pembukaan serviks 4 cm hingga lengkap (10 cm).
Diagnosa Pembedahan Paling Tepat:
Pada kasus ini, tidak ada indikasi untuk dilakukan tindakan pembedahan. Kondisi pasien berada pada fase aktif persalinan dan dapat dilanjutkan dengan persalinan normal.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Nyeri Akut:
- Pasien dapat melaporkan nyeri berkurang.
- Pasien dapat mendemonstrasikan teknik manajemen nyeri yang efektif.
- Pasien dapat beristirahat dengan cukup.
2. Kecemasan:
- Pasien dapat mengidentifikasi penyebab kecemasan.
- Pasien dapat mendemonstrasikan strategi koping yang efektif.
- Pasien dapat melaporkan tingkat kecemasan menurun.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Nyeri Akut:
- Lakukan pengkajian nyeri komprehensif.
- Ajarkan teknik manajemen nyeri (napas dalam, relaksasi, kompres hangat/dingin).
- Kolaborasi pemberian analgesik sesuai indikasi.
- Monitoring tanda-tanda vital.
2. Kecemasan:
- Lakukan pengkajian faktor penyebab kecemasan.
- Berikan informasi yang adekuat tentang proses persalinan.
- Ajarkan teknik manajemen kecemasan (teknik relaksasi, distraksi).
- Berikan dukungan emosional dan pendampingan selama proses persalinan.
- Kolaborasi pemberian obat anti-cemas jika diindikasikan.
Penjelasan rinci dan terperinci telah diberikan sesuai dengan kondisi pasien dan fase persalinan yang terjadi. -
Article No. 8687 | 12 Dec 2024
Klinis : Seorang perempuan, 25 tahun, G1P0AO, hamil 38 minggu, datang ke BPS pukul 08.00 WIB, mengeluh perut kenceng-kenceng, hasil pemeriksaan: KU baik, TD: 110/70 mmHg, Nadi 80x/menit, respirasi 24x/menit, TFU 30 cm, kepala sudah masuk 2/5, hasil VT pembukaan serviks 8 cm, selaput ketuban masih utuh, ibu mengatakan cemas menghadapi persalinan. Apakah diagnosa pembedahan yang paling tepat dapat dilakukan?? Fase aktif persalinan Inpartu kala i fase aktif dilatasi maksimal Persalinan pada fase laten Inpartu kala I fase aktif akselerasi Inpartu kala I fase aktif deselerasi
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, diagnosis yang paling sesuai adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: O62.1
- Deskripsi: Kontraksi rahim yang aktif berlebihan selama persalinan
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 72.1
- Deskripsi: Persalinan normal dengan ekstraksi, menggunakan alat bantu (forceps atau vakum)
Penjelasan:
Pasien merupakan seorang perempuan berusia 25 tahun, G1P0A0, hamil 38 minggu, yang datang dengan keluhan perut kenceng-kenceng. Hasil pemeriksaan menunjukkan pasien dalam kondisi baik dengan tanda-tanda vital normal, dan pemeriksaan dalam (VT) menunjukkan pembukaan serviks 8 cm. Hal ini menunjukkan bahwa pasien berada dalam fase aktif persalinan, khususnya pada fase aktif dilatasi maksimal.
Kode ICD-10 O62.1 (Kontraksi rahim yang aktif berlebihan selama persalinan) sesuai dengan kondisi pasien yang mengalami kontraksi rahim yang aktif dan berlebihan selama proses persalinan. Hal ini dapat menyebabkan pembukaan serviks yang cepat dan kemungkinan memerlukan intervensi medis.
Kode ICD-9-CM Procedure 72.1 (Persalinan normal dengan ekstraksi, menggunakan alat bantu (forceps atau vakum)) dapat dipertimbangkan jika diperlukan tindakan medis untuk membantu proses persalinan, seperti penggunaan forceps atau vakum ekstraktor, untuk memfasilitasi kelahiran bayi.
Perlu diperhatikan bahwa keputusan tindakan medis harus dilakukan secara hati-hati dan berdasarkan evaluasi menyeluruh oleh tenaga kesehatan yang berwenang, dengan mempertimbangkan kondisi ibu dan janin, serta risiko dan manfaat yang mungkin timbul. -
Article No. 8688 | 12 Dec 2024
Klinis : Seorang anak laki-laki usia 14 bulan dibawa ibunya ke rumah sakit. Ibu merasa sangat khawatir karena kepala anaknya semakin membesar. Hasil pengkajian: lingkar kepala 52 cm (diatas percentile 97%), adanya tanda setting-sun, anak rewel, dan sulit menggerakkan kepala. Apakah masalah keperawatan utama pada kasus tersebut?
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosis keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai dengan kondisi yang Anda berikan.
1. Diagnosis Keperawatan SDKI:
Berdasarkan gejala yang dipaparkan, yaitu kepala yang semakin membesar, adanya tanda setting-sun, anak rewel, dan sulit menggerakkan kepala, maka diagnosis keperawatan utama yang sesuai adalah:
Kelebihan volume cairan serebral, yang didefinisikan sebagai akumulasi berlebihan dari cairan serebrospinal di dalam ruang intrakranial, yang ditandai dengan pembesaran kepala, peningkatan tekanan intrakranial, dan perubahan kesadaran.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran sebagai berikut:
a. Tanda-tanda vital stabil: tekanan darah, nadi, pernapasan, dan suhu tubuh berada dalam rentang normal.
b. Intrakranial tekanan darah terkontrol: nilai tekanan intrakranial (ICP) berada dalam batas normal.
c. Fungsi saraf kranial membaik: pasien mampu menggerakkan kepala dengan baik, mata tidak lagi menunjukkan tanda setting-sun, dan kesadaran meningkat.
d. Tidak terjadi komplikasi: pasien tidak mengalami komplikasi seperti herniasi otak atau kerusakan permanen pada otak.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, intervensi keperawatan yang perlu dilakukan adalah:
a. Pemantauan tanda-tanda vital secara berkala: memantau tekanan darah, nadi, pernapasan, dan suhu tubuh untuk memastikan kestabilan kondisi pasien.
b. Pemantauan tekanan intrakranial: menggunakan alat pemantau ICP untuk mendeteksi peningkatan tekanan intrakranial dan mengambil tindakan yang sesuai.
c. Manajemen hipertensi intrakranial: memberikan obat-obatan yang dapat menurunkan tekanan intrakranial, seperti diuretik, kortikosteroid, atau barbiturat.
d. Perawatan kepala: menjaga kebersihan dan kenyamanan kepala pasien, serta menempatkan kepala dalam posisi yang dapat meningkatkan drainase cairan serebrospinal.
e. Edukasi dan dukungan bagi keluarga: memberikan informasi mengenai kondisi pasien, prognosis, dan rencana perawatan, serta memberikan dukungan emosional bagi keluarga.
f. Kolaborasi dengan profesi kesehatan lain: bekerja sama dengan dokter, ahli gizi, dan terapis untuk memberikan perawatan yang komprehensif bagi pasien.
Dengan intervensi keperawatan yang tepat dan kolaborasi dengan tim kesehatan lain, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diinginkan, yaitu stabilitas tanda-tanda vital, kontrol tekanan intrakranial, perbaikan fungsi saraf kranial, dan pencegahan komplikasi.