Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 8801 | 12 Dec 2024
Klinis : Seorang pria berusia 87 tahun yang tinggal di rumah dan mandiri dalam aktivitas sehari-harinya mengunjungi rumah sakit dengan keluhan anoreksia. Tiga bulan sebelumnya, pasien mengunjungi rumah sakit dengan keluhan dispnea dan didiagnosis mengalami gagal jantung kongestif. Pasien dipulangkan pada hari ke-14 setelah dirawat dengan perbaikan gejala setelah pemberian furosemid oral dosis 40 mg per hari selama satu minggu. Selama perawatan, pasien mengalami pansitopenia, antibodi antinuklear (nukleus) sebesar 80 kali lipat, dan kadar imunoglobulin G sebesar 2.077 mg/dL; oleh karena itu, pasien diikuti lebih lanjut untuk kecurigaan hepatitis autoimun. Pemeriksaan antibodi antiribonukleoprotein, anti-Sm, dan anti-double-stranded deoxyribonucleic acid menunjukkan hasil negatif. Satu bulan sebelum kunjungan terakhir, pasien dirawat di rumah sakit dengan keluhan anoreksia dan didiagnosis pneumonia bakteri. Pasien diobati dengan seftriakson untuk pneumonia; namun, demam tetap bertahan dan anoreksia tidak membaik. Setelah memeriksa secara menyeluruh kemungkinan penyebab lain dari gejalanya, dicurigai adanya vaskulitis yang dimediasi imun. Pengobatan dimulai dengan prednisolon dosis 50 mg karena kadar komplemen yang rendah dan peningkatan protein urin (C3: 85 mg/dL, C4: 13 mg/dL, estimasi protein urin harian: 15,1 g/1,73 m²). Demam pasien mereda, dan ia dapat makan dengan baik; oleh karena itu, dosis prednisolon diturunkan menjadi 25 mg, dan pasien dipulangkan pada hari ke-13 perawatan. Dosis prednisolon kemudian dikurangi menjadi 10 mg; namun, pasien kembali ke rumah sakit satu minggu kemudian karena asupan makanannya menurun. Riwayat medis pasien meliputi emboli serebral kardiogenik sisi kanan, fibrilasi atrium, gastrektomi karena ulkus lambung, penyakit ginjal kronis, dan aneurisma aorta asendens. Obat-obatan yang digunakan termasuk edoksaban (30 mg/hari), silodosin (4 mg/hari), empagliflozin (10 mg/hari), spironolakton (25 mg/hari), dan prednisolon (10 mg/hari). Saat tiba di rumah sakit, tanda-tanda vital pasien adalah sebagai berikut: kesadaran sedikit somnolen, suhu 36,3°C, tekanan darah 137/107 mmHg, frekuensi napas 22 kali/menit, denyut nadi 101 kali/menit tidak teratur, dan saturasi oksigen (SpO2) sebesar 95% (udara ruangan). Pemeriksaan fisik tidak menunjukkan kekakuan leher; namun, konjungtiva kelopak mata tampak sedikit pucat, dan vena jugularis tampak distensi. Suara napas berkurang pada sisi dorsal kanan, tetapi tidak ada mengi atau bising jantung. Abdomen datar dan lunak, dengan nyeri tekan pada hipokondrium kanan. Tidak ditemukan edema tungkai, ruam kulit, atau pembengkakan sendi; namun, ditemukan dingin pada ekstremitas perifer. Pemeriksaan darah menunjukkan disfungsi hati dan ginjal serta peningkatan signifikan kadar brain natriuretic peptide. Radiografi toraks menunjukkan rasio kardiotoraks sebesar 57%, tanda-tanda kongesti paru, dan permeabilitas paru kanan yang menurun. Ekokardiografi transtorasik menunjukkan fraksi ejeksi ventrikel kiri sekitar 10%, hipokinesis difus, regurgitasi mitral ringan, dan regurgitasi trikuspid, tetapi tidak ditemukan efusi perikardial, stenosis katup aorta, atau bentuk D-shape. Diameter vena cava inferior tampak membesar, tetapi tidak ditemukan perubahan pernapasan. Computed tomography (CT) torakoabdominal menunjukkan efusi pleura bilateral dan sedikit asites, tetapi tidak ditemukan penebalan pleura atau perikardium. Aorta asendens memiliki diameter pendek 55 mm dan membesar. Tidak ditemukan penebalan atau pembesaran dinding kantong empedu maupun peningkatan densitas jaringan lemak di sekitar kantong empedu, meskipun terdapat batu empedu di dalamnya. Temuan ini menunjukkan diagnosis gagal jantung kongestif berdasarkan kardiomegali, distensi vena jugularis, dan efusi pleura. Tanda-tanda vital pasien stabil, tetapi sirkulasi perifer terasa dingin, dan kadar laktat serum meningkat. Pasien didiagnosis mengalami kegagalan sirkulasi perifer dan syok kardiogenik akibat penurunan tajam pada output jantung. Peningkatan kadar enzim hati dan memburuknya fungsi ginjal dikaitkan dengan kongesti sistem jantung kanan dan gangguan sirkulasi. Dobutamin diberikan untuk meningkatkan output jantung, furosemid untuk kontrol cairan, dan nicardipine digunakan karena tekanan darah yang terus meningkat. Pasien juga memiliki batu empedu dan nyeri pada kuadrisep kanan, sehingga kemungkinan sepsis akibat kolesistitis tidak dapat dikesampingkan; oleh karena itu, tazobactam/piperacillin diberikan. Ekokardiografi dan pengukuran laktat serum dilakukan untuk memantau fraksi ejeksi ventrikel kiri dan kegagalan sirkulasi perifer, serta dosis dobutamin diturunkan pada hari berikutnya. Terapi antimikroba dihentikan pada hari ketujuh setelah kultur darah menunjukkan hasil negatif. Pada hari kedelapan perawatan, dosis prednisolon dikurangi menjadi 7,5 mg; namun, pada hari berikutnya, asupan makanan pasien kembali menurun, dan respons inflamasi meningkat. Kami mempertimbangkan kemungkinan bahwa keadaan vaskulitis kompleks imun yang responsif terhadap steroid menjadi penyebab gejala umum pasien dan meninjau hasil laboratorium sebelumnya. Tes darah sebelum masuk rumah sakit menunjukkan peningkatan 80 kali lipat antibodi antinuklear (nukleolar), leukopenia <4.000/μL, trombositopenia <100.000/μL, protein urin >0,5 g/hari, serta penurunan C3 dan C4, yang memberikan skor 15 poin berdasarkan kriteria klasifikasi European League Against Rheumatism/American College of Rheumatology (EULAR/ACR) 2019. Karena pasien berusia lebih dari 50 tahun dan didiagnosis dengan SLE onset lambat, pada hari ke-16 perawatan, dosis prednisolon dinaikkan menjadi 30 mg. Kadar protein urin dan C-reactive protein (CRP) pasien menurun, dan pengobatan SLE berlangsung tanpa komplikasi. Pasien menjalani terapi nutrisi untuk menangani penurunan asupan makanan dan rehabilitasi untuk mempertahankan serta meningkatkan tingkat aktivitasnya. Pada hari ke-31, pasien dipulangkan ke panti jompo.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat dari SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien tersebut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan gagal jantung kongestif dan syok kardiogenik
SDKI:
Definisi - Penurunan sirkulasi darah ke bagian tubuh tertentu yang dapat mengancam fungsi jaringan.
Faktor Berhubungan - Penurunan curah jantung, penurunan aliran darah perifer, vasokonstriksi perifer.
SLKI:
Indikator Hasil - Suhu ekstremitas mencapai rentang normal, pengisian kapiler kurang dari 3 detik, tidak ada tanda-tanda kegagalan sirkulasi perifer.
SIKI:
Intervensi Keperawatan - Pantau tanda-tanda vital, monitor sirkulasi perifer, berikan oksigen, berikan vasopressor/inotropik, atur posisi untuk meningkatkan aliran darah.
2. Penurunan status nutrisi berhubungan dengan anoreksia
SDKI:
Definisi - Asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Faktor Berhubungan - Anoreksia, mual, gangguan absorbsi.
SLKI:
Indikator Hasil - Berat badan dalam batas normal, intake nutrisi adekuat, tidak ada tanda-tanda kekurangan nutrisi.
SIKI:
Intervensi Keperawatan - Identifikasi faktor penyebab penurunan status nutrisi, monitor asupan nutrisi, berikan nutrisi enteral/parenteral, konsultasi ahli gizi.
3. Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun
SDKI:
Definisi - Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat membahayakan kesehatan.
Faktor Berhubungan - Penurunan sistem imun, prosedur terapeutik.
SLKI:
Indikator Hasil - Tidak ada tanda-tanda infeksi, pemeriksaan laboratorium dalam batas normal.
SIKI:
Intervensi Keperawatan - Monitor tanda-tanda infeksi, berikan terapi antibiotik, pertahankan kebersihan, tingkatkan imunitas.
Penjelasan singkat:
Pasien mengalami gagal jantung kongestif yang menyebabkan penurunan perfusi jaringan perifer dan syok kardiogenik. Selain itu, pasien juga mengalami anoreksia yang menyebabkan penurunan status nutrisi. Kondisi pasien yang rentan terhadap infeksi akibat penurunan sistem imun juga perlu diantisipasi. Perawatan yang komprehensif diperlukan untuk mengatasi permasalahan kesehatan pasien secara holistik. -
Article No. 8802 | 12 Dec 2024
Klinis : S : Pasien mengatakan saat ini keluhan susah menelan O : Kesadaran CM, pupil isokor, Reflek cahaya +/+. TD : 200/100 mmhg, nadi : 90 x/m, respirasi : 22x/m, suhu : 36, spo2 : 98% IV line no. 20 di vena metacarpal sinistra ( 12/12/24 ) dengan infus Asering 1000 cc/24 jam. Nicardipin 0.5 mcg/kg/menit. drip Heparin 10.000 unit/24 jam. Terpasang NGT no. 16 ( 12/12/2024 ). Terpasang DC no. 16 ( 12/12/2024 ) produksi urine kuning jernih. Skala nyeri 0. Riwayat Stroke 5 tahun yang lalu ( hemiparese dextra ). Riwayat Hipertensi ( minum Amlodipin 1 x 10 mg ).
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Certainly, I will provide a detailed and comprehensive response as a nursing expert.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
1. Gangguan Menelan (Dysphagia) berhubungan dengan perubahan neurologis sekunder akibat riwayat stroke.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kemampuan Menelan Meningkat
- Pasien dapat menelan makanan dan cairan dengan aman tanpa komplikasi
- Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda aspirasi saat menelan
- Pasien dapat mempertahankan berat badan dan status nutrisi yang adekuat
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Disfagia
- Lakukan skrining dan evaluasi fungsi menelan
- Kolaborasi dengan tim terapi wicara untuk intervensi spesifik
- Berikan posisi yang aman saat makan/minum
- Modifikasi tekstur dan konsistensi makanan/minuman
- Perhatikan tanda-tanda aspirasi saat makan/minum
- Latih teknik menelan yang aman
- Lakukan stimulasi oral dan latihan menelan
Penjelasan:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI
- Gangguan Menelan (Dysphagia) adalah diagnosa yang sesuai karena pasien mengeluhkan kesulitan menelan, yang merupakan gejala umum pasca stroke.
- Kondisi ini terkait dengan perubahan neurologis akibat riwayat stroke yang dialami pasien.
2. Luaran/Output yang diharapkan (SLKI)
- Kemampuan Menelan Meningkat adalah luaran yang diharapkan, dengan tujuan agar pasien dapat menelan makanan dan cairan dengan aman tanpa komplikasi, tidak menunjukkan tanda-tanda aspirasi, serta dapat mempertahankan status nutrisi yang adekuat.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan (SIKI)
- Manajemen Disfagia merupakan intervensi utama yang perlu dilakukan, meliputi skrining dan evaluasi fungsi menelan, kolaborasi dengan tim terapi wicara, pengaturan posisi saat makan/minum, modifikasi tekstur dan konsistensi makanan/minuman, pemantauan tanda-tanda aspirasi, latihan teknik menelan yang aman, serta stimulasi oral dan latihan menelan.
Keseluruhan intervensi ini bertujuan untuk memulihkan kemampuan menelan pasien secara bertahap, sehingga dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu peningkatan kemampuan menelan dengan aman dan tanpa komplikasi. -
Article No. 8649 | 12 Dec 2024
Klinis : Tn. A, seorang pria berusia 55 tahun, didiagnosis dengan kanker paru-paru stadium III. Dalam tiga bulan terakhir, berat badan Tn. A mengalami penurunan signifikan sebesar 10 kg, disertai gejala batuk berdarah, nyeri dada yang menetap, serta sesak napas. Secara psikologis, ia sering merasa cemas yang berlebihan terkait hasil pengobatannya dan menunjukkan tanda-tanda putus asa. Sebagai kepala keluarga, Tn. A merasa sulit menerima dukungan dari keluarganya karena ia menganggap dirinya sebagai beban, yang semakin memperberat kondisi emosionalnya.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan mengenai Tn. A, seorang pria berusia 55 tahun yang didiagnosis dengan kanker paru-paru stadium III, berikut adalah diagnosa keperawatan, beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI sesuai dengan standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Malnutrisi berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat dan perubahan metabolisme akibat kanker paru-paru.
2. Nyeri kronis berhubungan dengan perubahan patologis pada paru-paru akibat kanker.
3. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan obstruksi jalan napas dan keletihan.
4. Ansietas berhubungan dengan kondisi penyakit terminal dan prognosis yang tidak pasti.
5. Gangguan harga diri situasional berhubungan dengan perubahan peran dan status sosial akibat penyakit.
Penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI:
1. Malnutrisi:
- SDKI: Keadaan di mana asupan nutrisi tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- SLKI: Peningkatan berat badan, perubahan komposisi tubuh, perbaikan status gizi.
- SIKI: Intervensi perawatan nutrisi, konseling gizi, dan pemantauan status nutrisi.
2. Nyeri Kronis:
- SDKI: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang berkepanjangan.
- SLKI: Penurunan intensitas, durasi, dan frekuensi nyeri.
- SIKI: Manajemen nyeri, terapi relaksasi, pemberian analgesik, dan edukasi.
3. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas:
- SDKI: Ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekresi atau obstruksi jalan napas.
- SLKI: Pemeliharaan jalan napas yang efektif, peningkatan kebersihan jalan napas.
- SIKI: Fisioterapi dada, pengisapan lendir, dan terapi oksigen.
4. Ansietas:
- SDKI: Respon individu terhadap ancaman yang tidak diketahui yang disebabkan oleh antisipasi bahaya.
- SLKI: Penurunan gejala ansietas, peningkatan koping yang efektif.
- SIKI: Terapi relaksasi, psikoterapi, dan pemberian obat anti-ansietas.
5. Gangguan Harga Diri Situasional:
- SDKI: Penilaian negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan diri yang disebabkan oleh perubahan situasi.
- SLKI: Peningkatan penerimaan diri, peningkatan persepsi diri yang positif.
- SIKI: Konseling, terapi kelompok, dan fasilitasi dukungan sosial.
Secara keseluruhan, pendekatan keperawatan yang holistik dan kolaboratif diperlukan untuk mengelola kondisi Tn. A, yang melibatkan aspek fisik, psikologis, dan sosial. -
Article No. 8650 | 12 Dec 2024
Klinis : . Seorang anak usia 4 tahun dirawat di ruang anak karena riwayat demam 3 hari yang lalu dan kurang nafsu makan. Hasil pemeriksaaan : kesadaran compos mentis, nadi reguler, kuat, frekuensi nadi 80 x/menit, RR 45 x/menit, suhu 39,5 oC, ekstremitas hangat, uji tourniquet positif. Hasil Laboratorium: trombosit 90.000 sel/mm3, leukosit 9.000/mm3, Ht 45%. Apakah rencana tindakan prioritas yang paling tepat untuk kasus diatas?
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, diagnosa keperawatan yang sesuai berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko Syok Hipovolemik
Definisi: Penurunan volume cairan intravaskuler yang dapat mengancam fungsi organ.
Faktor Risiko: Kehilangan cairan akibat demam, penurunan asupan cairan, dan trombositopenia.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Stabilitas Hemodinamik
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan curah jantung yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi jaringan.
Kriteria Hasil:
a. Mempertahankan tekanan darah dalam batas normal.
b. Mempertahankan frekuensi nadi dalam batas normal.
c. Mempertahankan oksigenasi jaringan yang adekuat.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Cairan
Definisi: Pengaturan masukan dan pengeluaran cairan untuk mempertahankan keseimbangan cairan.
Aktivitas Keperawatan:
a. Kaji tanda-tanda dehidrasi dan shock hipovolemik.
b. Monitor status cairan (intake, output, dan keseimbangan cairan).
c. Berikan cairan intravena sesuai indikasi untuk mempertahankan volume cairan.
d. Berikan antipiretik untuk mengurangi demam.
e. Pantau vital sign dan tanda-tanda vital secara berkala.
Penjelasan Rinci:
Kondisi anak usia 4 tahun dengan riwayat demam 3 hari, kurang nafsu makan, dan hasil laboratorium menunjukkan trombositopenia mengindikasikan risiko tinggi terjadinya syok hipovolemik. Penurunan volume cairan intravaskuler akibat demam dan penurunan asupan cairan dapat mengancam fungsi organ. Oleh karena itu, intervensi prioritas yang perlu dilakukan adalah manajemen cairan untuk mempertahankan stabilitas hemodinamik anak. Hal ini mencakup pengkajian tanda-tanda dehidrasi dan syok, pemantauan status cairan, pemberian cairan intravena, pemberian antipiretik, serta pemantauan tanda-tanda vital secara berkala. Dengan intervensi yang tepat, diharapkan status hemodinamik anak dapat stabil dan mencegah komplikasi lebih lanjut. -
Article No. 8651 | 12 Dec 2024
Klinis : Seorang anak usia 4 tahun dirawat di ruang anak karena riwayat demam 3 hari yang lalu dan kurang nafsu makan. Hasil pemeriksaaan : kesadaran compos mentis, nadi reguler, kuat, frekuensi nadi 80 x/menit, RR 45 x/menit, suhu 39,5 oC, ekstremitas hangat, uji tourniquet positif. Hasil Laboratorium: trombosit 90.000 sel/mm3, leukosit 9.000/mm3, Ht 45%. Apakah rencana tindakan prioritas yang paling tepat untuk kasus diatas? a. Monitor adanya perdarahan gusi dan epistaksis b. Berikan terapi antiperdarahan dan transfuse darah c. Lakukan kompres hangat dan kolaborasi antipiretik d. Observasi penurunan trombosit dan kenaikan hematokrit e. Anjurkan anak banyak minum dan kolaborasi pemberian cairan intravena
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan, luaran asuhan keperawatan, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi anak usia 4 tahun dengan riwayat demam 3 hari, kurang nafsu makan, dan hasil pemeriksaan laboratorium yang menunjukkan trombositopenia.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko Perdarahan berhubungan dengan penurunan trombosit yang ditandai dengan hasil laboratorium trombosit 90.000 sel/mm3.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Tidak terjadi perdarahan
- Indikator:
a. Tidak ada tanda-tanda perdarahan (perdarahan gusi, epistaksis, dll)
b. Tidak terjadi perdarahan spontan
c. Tidak ada peningkatan ukuran hematom
d. Hasil tes tourniquet negatif
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Monitor tanda-tanda perdarahan (perdarahan gusi, epistaksis, dll)
2. Kolaborasi pemberian terapi antiperdarahan (misalnya transfusi trombosit) jika perlu
3. Anjurkan anak untuk banyak minum dan kolaborasi pemberian cairan intravena
4. Lakukan kompres hangat pada area yang mudah perdarahan
5. Kolaborasi pemberian antipiretik untuk menurunkan demam
6. Observasi penurunan trombosit dan kenaikan hematokrit
Penjelasan:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI "Risiko Perdarahan" dipilih karena adanya penurunan trombosit yang dapat meningkatkan risiko perdarahan pada anak.
2. Luaran/Output yang diharapkan adalah tidak terjadi perdarahan, yang ditandai dengan indikator-indikator seperti tidak ada tanda-tanda perdarahan, tidak terjadi perdarahan spontan, tidak ada peningkatan ukuran hematom, dan hasil tes tourniquet negatif.
3. Intervensi Keperawatan yang dilakukan meliputi:
a. Monitor tanda-tanda perdarahan untuk mendeteksi dini adanya komplikasi.
b. Kolaborasi pemberian terapi antiperdarahan seperti transfusi trombosit jika diperlukan.
c. Anjurkan anak banyak minum dan berikan cairan intravena untuk mencegah dehidrasi.
d. Lakukan kompres hangat pada area yang mudah perdarahan untuk membantu hemostasis.
e. Kolaborasi pemberian antipiretik untuk menurunkan demam.
f. Observasi penurunan trombosit dan kenaikan hematokrit untuk memantau perkembangan kondisi. -
Article No. 8652 | 12 Dec 2024
Klinis : Seorang anak berusia 8 tahun dirawat dengan keluhan mengalami bengkak pada kelopak mata dan kaki sejak 1 bulan yang lalu serta mudah lelah. Hasil pengkajian: kesadaran compos mentis, Nadi 80 x/menit, RR 30 x/menit, suhu 37,2 oC. Edema pada palpebra, wajah, dan ekstremitas bawah, hasil laboratorium: Hb 10,5 g/dl, creatinin darah 0,5 g/dl, ureum darah 23 g/dl. LFG 40 ml/menit/1,73 m3.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan analisis yang rinci berdasarkan kondisi kasus yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kasus ini adalah:
1. Edema berhubungan dengan gangguan fungsi ginjal, ditandai dengan adanya edema pada palpebra, wajah, dan ekstremitas bawah.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan anemia, ditandai dengan mudah lelah.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Edema Terkontrol:
- Tanda-tanda vital dalam rentang normal
- Tidak ada edema pada palpebra, wajah, dan ekstremitas bawah
- Hasil laboratorium menunjukkan perbaikan fungsi ginjal (creatinin dan ureum darah menurun, LFG meningkat)
2. Toleransi Aktivitas Meningkat:
- Anak dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa merasa lelah
- Tidak ada keluhan kelelahan saat beraktivitas
- Anak terlihat aktif dan bersemangat
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Untuk mengatasi Edema:
- Pantau tanda-tanda vital secara rutin
- Lakukan pemeriksaan fisik untuk mendeteksi edema secara berkala
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, ahli gizi) untuk mengelola fungsi ginjal dan mengatur asupan cairan/elektrolit
- Ajarkan teknik elevasi ekstremitas untuk mengurangi edema
- Berikan obat-obatan sesuai resep dokter (diuretik, antihipertensi, dll.)
- Kolaborasi dengan dokter untuk melakukan pemeriksaan penunjang (laboratorium, pencitraan) untuk memantau perkembangan
2. Untuk meningkatkan Toleransi Aktivitas:
- Evaluasi tingkat energi dan kemampuan anak dalam beraktivitas
- Berikan edukasi tentang pentingnya istirahat yang cukup dan teknik manajemen energi
- Libatkan keluarga untuk membantu anak dalam beraktivitas sehari-hari
- Berikan latihan fisik yang sesuai dengan kondisi anak secara bertahap untuk meningkatkan daya tahan
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (fisioterapis, ahli gizi) untuk mengoptimalkan intervensi
- Berikan dukungan emosional dan psikologis untuk meningkatkan motivasi anak
Penjelasan di atas merupakan analisis yang rinci berdasarkan kasus yang diberikan, dengan menggunakan pendekatan berbasis bukti dan berpusat pada pasien. Saya harap informasi ini dapat membantu Anda dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk anak tersebut. -
Article No. 8653 | 12 Dec 2024
Klinis : a. Resiko tinggi kekurangan volume cairan b.d kehilangan protein plasma b. Kelebihan volume cairan b.d akumulasi cairan dalam jaringan c. Resiko tinggi infeksi b.d pertahanan tubuh yang menurun d. Intoleransi aktivitas b.d keletihan e. Kerusakan integritas kulit b.d edema
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, saya akan memberikan informasi terkait diagnosa keperawatan, luaran/output, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi-kondisi yang Anda sebutkan.
a. Resiko tinggi kekurangan volume cairan b.d kehilangan protein plasma
Diagnosa Keperawatan SDKI: Risiko Kekurangan Volume Cairan
Luaran/Output yang diharapkan SLKI:
1. Cairan tubuh dalam rentang normal
2. Tanda-tanda vital dalam batas normal
3. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
Intervensi Keperawatan SIKI:
1. Pantau status cairan (intake, output, turgor kulit, mukosa, pengisian kapiler)
2. Berikan cairan intravena sesuai kebutuhan
3. Monitoring laboratorium (kadar protein plasma, elektrolit)
4. Kolaborasi pemberian suplemen protein, jika diperlukan
b. Kelebihan volume cairan b.d akumulasi cairan dalam jaringan
Diagnosa Keperawatan SDKI: Kelebihan Volume Cairan
Luaran/Output yang diharapkan SLKI:
1. Berat badan stabil
2. Tanda-tanda vital dalam batas normal
3. Tidak ada edema
Intervensi Keperawatan SIKI:
1. Pantau status cairan (intake, output, berat badan, tanda-tanda edema)
2. Batasi asupan cairan sesuai kebutuhan
3. Kolaborasi pemberian diuretik, jika diperlukan
4. Edukasi pasien dan keluarga tentang pembatasan cairan
c. Resiko tinggi infeksi b.d pertahanan tubuh yang menurun
Diagnosa Keperawatan SDKI: Risiko Infeksi
Luaran/Output yang diharapkan SLKI:
1. Tidak ada tanda-tanda infeksi
2. Suhu tubuh dalam batas normal
3. Tidak ada peningkatan jumlah leukosit
Intervensi Keperawatan SIKI:
1. Pantau tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, kultur)
2. Berikan terapi antibiotik sesuai indikasi
3. Dorong peningkatan asupan nutrisi
4. Kolaborasi pemberian imunomodulator, jika diperlukan
d. Intoleransi aktivitas b.d keletihan
Diagnosa Keperawatan SDKI: Intoleransi Aktivitas
Luaran/Output yang diharapkan SLKI:
1. Mampu melakukan aktivitas sehari-hari dengan bantuan minimal
2. Tidak ada tanda-tanda kelelahan saat beraktivitas
3. Tidak ada penurunan saturasi oksigen saat beraktivitas
Intervensi Keperawatan SIKI:
1. Lakukan pengkajian toleransi aktivitas
2. Berikan aktivitas progresif sesuai kemampuan pasien
3. Monitoring tanda-tanda vital saat aktivitas
4. Edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen energi
e. Kerusakan integritas kulit b.d edema
Diagnosa Keperawatan SDKI: Kerusakan Integritas Kulit
Luaran/Output yang diharapkan SLKI:
1. Luka/kerusakan kulit berangsur membaik
2. Tidak ada tanda-tanda infeksi pada luka
3. Tidak ada peningkatan edema
Intervensi Keperawatan SIKI:
1. Lakukan perawatan luka secara adekuat
2. Kaji dan pantau status kulit dan edema
3. Berikan intervensi untuk mengatasi edema (elevasi, kompresi, diuretik)
4. Edukasi pasien dan keluarga tentang perawatan kulit dan pencegahan komplikasi
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berkualitas. Jangan ragu untuk bertanya lebih lanjut jika ada hal yang belum jelas. -
Article No. 8654 | 12 Dec 2024
Klinis : Seorang anak usia 4 tahun dirawat di ruang anak karena riwayat demam 3 hari yang lalu dan kurang nafsu makan. Hasil pemeriksaan : kesadaran compos mentis, nadi reguler, kuat, frekuensi nadi 80 x/menit, RR 45 x/menit, suhu 39,5 oC, ekstremitas hangat, uji tourniquet positif. Hasil Laboratorium: trombosit 90.000 sel/mm3, leukosit 9.000/mm3, Ht 45%. Apakah diagnosa keperawatan utama pada kasus tersebut?
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, baik Ibu/Bapak. Berikut saya sajikan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan utama yang sesuai dengan kondisi pasien adalah Risiko Perdarahan berhubungan dengan penurunan jumlah trombosit. Hal ini didasarkan pada temuan pemeriksaan laboratorium yang menunjukkan penurunan jumlah trombosit (90.000 sel/mm3) yang meningkatkan risiko perdarahan pada pasien.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Tidak terjadi perdarahan selama perawatan.
2. Jumlah trombosit dalam batas normal (150.000-400.000 sel/mm3).
3. Tanda-tanda vital dalam batas normal.
4. Anak menunjukkan peningkatan nafsu makan.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Pantau tanda-tanda vital secara berkala.
2. Pantau jumlah dan karakteristik perdarahan (jika ada).
3. Berikan terapi cairan dan produk darah sesuai indikasi.
4. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat-obatan (misalnya transfusi trombosit).
5. Anjurkan anak untuk mengonsumsi makanan dan minuman yang kaya protein, vitamin, dan mineral untuk mempercepat pemulihan.
6. Libatkan keluarga dalam perawatan anak dan edukasi mereka mengenai risiko perdarahan serta tanda-tanda bahaya.
7. Lakukan pemantauan yang ketat terhadap tanda-tanda perdarahan dan komplikasi lainnya.
8. Berikan lingkungan yang aman dan nyaman untuk anak selama perawatan.
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan Risiko Perdarahan dipilih karena pasien memiliki riwayat demam dan penurunan jumlah trombosit, yang meningkatkan risiko terjadinya perdarahan. Luaran yang diharapkan adalah mencegah komplikasi perdarahan, memulihkan jumlah trombosit, menjaga tanda-tanda vital dalam batas normal, serta meningkatkan nafsu makan anak. Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi pemantauan ketat, pemberian terapi cairan dan produk darah, kolaborasi dengan tim medis, serta edukasi dan keterlibatan keluarga dalam perawatan.
Semoga informasi ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lain, silakan sampaikan. Saya akan dengan senang hati membantu. Wassalamualaikum. -
Article No. 8655 | 12 Dec 2024
Klinis : Seorang anak berusia 8 tahun dirawat dengan keluhan mengalami bengkak pada kelopak mata dan kaki sejak 1 bulan yang lalu serta mudah lelah. Hasil pengkajian: kesadaran compos mentis, Nadi 80 x/menit, RR 30 x/menit, suhu 37,2 oC. Edema pada palpebra, wajah, dan ekstremitas bawah, hasil laboratorium: Hb 10,5 g/dl, creatinin darah 0,5 g/dl, ureum darah 23 g/dl. LFG 40 ml/menit/1,73 m3. Apakah masalah utama pada kasus tersebut?
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamu'alaikum, perkenankan saya sebagai perawat profesional untuk memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait kondisi pasien yang Anda paparkan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Berdasarkan data yang diberikan, masalah utama yang dapat diidentifikasi adalah Edema berhubungan dengan penurunan fungsi ginjal ditandai dengan adanya bengkak pada kelopak mata, wajah, dan ekstremitas bawah serta penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG) menjadi 40 ml/menit/1,73 m3.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pasien menunjukkan edema yang berkurang, ditandai dengan pengurangan bengkak pada kelopak mata, wajah, dan ekstremitas bawah.
2. Pasien menunjukkan peningkatan fungsi ginjal, ditandai dengan peningkatan nilai LFG mencapai rentang normal.
3. Pasien menunjukkan peningkatan toleransi aktivitas, ditandai dengan berkurangnya keluhan mudah lelah.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Cairan
- Kaji status cairan pasien, termasuk tanda-tanda edema dan pengukuran intake/output cairan.
- Atur pembatasan asupan cairan sesuai kebutuhan pasien.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan untuk pemberian diuretik dan obat-obatan lainnya sesuai indikasi.
2. Manajemen Nutrisi
- Kaji status nutrisi pasien, terutama asupan protein dan elektrolit.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun diet rendah garam dan protein sesuai kebutuhan pasien.
- Pantau berat badan dan edema pasien secara berkala.
3. Manajemen Aktivitas dan Istirahat
- Kaji toleransi aktivitas pasien, batasi aktivitas sesuai tingkat kelelahannya.
- Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai manajemen aktivitas dan istirahat yang tepat.
- Kolaborasi dengan tim rehabilitasi untuk menyusun program latihan fisik yang dapat meningkatkan toleransi aktivitas pasien.
4. Manajemen Fungsi Ginjal
- Kaji fungsi ginjal pasien secara berkala, termasuk pemeriksaan laboratorium.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan untuk pemberian terapi yang dapat memperbaiki fungsi ginjal.
- Pantau tanda-tanda perbaikan fungsi ginjal, seperti peningkatan nilai LFG.
Demikian penjelasan yang dapat saya sampaikan. Semoga informasi ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menghubungi saya. Terima kasih.
Wassalamu'alaikum. -
Article No. 8656 | 12 Dec 2024
Klinis : Seorang anak berusia 8 tahun dirawat dengan keluhan mengalami bengkak pada kelopak mata dan kaki sejak 1 bulan yang lalu serta mudah lelah. Hasil pengkajian: kesadaran compos mentis, Nadi 80 x/menit, RR 30 x/menit, suhu 37,2 oC. Edema pada palpebra, wajah, dan ekstremitas bawah, hasil laboratorium: Hb 10,5 g/dl, creatinin darah 0,5 g/dl, ureum darah 23 g/dl. LFG 40 ml/menit/1,73 m3. Apakah masalah utama pada kasus tersebut? a. Resiko tinggi kekurangan volume cairan b.d kehilangan protein plasma b. Kelebihan volume cairan b.d akumulasi cairan dalam jaringan c. Resiko tinggi infeksi b.d pertahanan tubuh yang menurun d. Intoleransi aktivitas b.d keletihan e. Kerusakan integritas kulit b.d edema
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, masalah utama pada kasus ini adalah:
Diagnosa Keperawatan SDKI: Kelebihan volume cairan b.d akumulasi cairan dalam jaringan
Penjelasan:
Pasien mengalami edema pada palpebra, wajah, dan ekstremitas bawah, yang menunjukkan adanya akumulasi cairan dalam jaringan. Hasil pemeriksaan laboratorium juga mendukung diagnosis ini, dengan nilai creatinin dan ureum darah yang cukup tinggi serta Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) yang rendah, mengindikasikan adanya gangguan fungsi ginjal yang dapat menyebabkan kelebihan cairan dalam tubuh.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Keseimbangan cairan terpelihara
2. Edema berkurang
3. Gejala komplikasi berkurang
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Monitor masukan dan pengeluaran cairan
2. Pantau tanda-tanda vital dan tanda-tanda kelebihan cairan (edema, peningkatan berat badan, gangguan pernafasan)
3. Berikan terapi diuretik sesuai dengan resep dokter
4. Batasi asupan cairan dan natrium
5. Ajarkan pasien dan keluarga tentang manajemen cairan dan diet rendah garam
6. Kolaborasi dengan dokter untuk penatalaksanaan kondisi medis yang mendasari
Dengan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat mencapai keseimbangan cairan, penurunan edema, dan perbaikan gejala komplikasi yang terjadi. Monitoring yang ketat dan kolaborasi dengan tim kesehatan lain sangat penting untuk memastikan tercapainya luaran yang diharapkan.