Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 20934 | 21 Aug 2025
Klinis : Seorang perempuan usia 45 tahun tertawa sendiri, tidak mau makan, mondar mandir, tidak mau mandi. Sebutkan diagnosa ICD, SDKI, SLKI, siki, Nanda, sebutkan pula pemeriksaan penunjang, obat obatan yang sesuai dengan kasus diatas.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, saya akan menjawab pertanyaan Anda dengan rinci dan terperinci sebagai seorang perawat profesional.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan gejala yang ditampilkan oleh pasien perempuan usia 45 tahun, yaitu tertawa sendiri, tidak mau makan, mondar-mandir, dan tidak mau mandi, maka diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
a. Diagnosa Keperawatan SDKI: Perubahan Proses Pikir
- Definisi: Perubahan dalam kemampuan untuk berpikir, memproses informasi, dan membuat keputusan yang efektif.
- Kode: 10027
- Penyebab: Gangguan neurobiologis, stres, kecemasan, depresi.
b. Diagnosa Keperawatan SDKI: Risiko Perilaku Kekerasan
- Definisi: Berisiko untuk berperilaku yang menyakiti diri sendiri atau orang lain secara fisik, verbal, atau psikologis.
- Kode: 10031
- Penyebab: Gangguan psikiatri, masalah psikososial, stres.
c. Diagnosa Keperawatan SDKI: Risiko Ketidakefektifan Perawatan Diri
- Definisi: Berisiko mengalami ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri secara mandiri.
- Kode: 10023
- Penyebab: Gangguan fisik, psikologis, kognitif, atau emosional.
Diagnosa ICD yang sesuai adalah:
- F20-F29 Skizofrenia, gangguan skizotipal dan gangguan waham
- F30-F39 Gangguan mood (afektif)
Pemeriksaan Penunjang yang Diperlukan:
- Pemeriksaan laboratorium: darah lengkap, tes fungsi hati, tes fungsi ginjal
- Pemeriksaan pencitraan: CT scan atau MRI otak
- Pemeriksaan psikologis: tes psikologi, wawancara dengan psikiater
Obat-Obatan yang Sesuai:
- Antipsikotik: Risperidon, Olanzapin, Haloperidol
- Antidepresan: Fluoksetin, Sertralin, Paroxetin
- Stabilisator mood: Valproat, Karbamazepin, Litium
2. Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
- Peningkatan Proses Pikir
- Kontrol Risiko Perilaku Kekerasan
- Peningkatan Perawatan Diri
3. Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
a. Intervensi untuk Peningkatan Proses Pikir:
- Terapi realitas: Membantu pasien untuk berfokus pada realitas saat ini
- Terapi kognitif: Membantu pasien mengidentifikasi dan mengubah pola pikir yang maladaptif
- Pemberian dukungan emosional: Memberikan empati, kepedulian, dan dukungan kepada pasien
b. Intervensi untuk Kontrol Risiko Perilaku Kekerasan:
- Manajemen perilaku: Mengidentifikasi pemicu perilaku agresif dan membantu pasien mengembangkan strategi koping yang efektif
- Pembatasan lingkungan: Menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung untuk mencegah perilaku kekerasan
- Terapi okupasi: Melibatkan pasien dalam aktivitas yang konstruktif untuk mengurangi stres dan agitasi
c. Intervensi untuk Peningkatan Perawatan Diri:
- Pelatihan Aktivitas Hidup Sehari-hari (AHS): Mengajarkan dan membantu pasien dalam melakukan aktivitas perawatan diri secara bertahap
- Modifikasi lingkungan: Menyediakan alat bantu dan lingkungan yang mendukung perawatan diri pasien
- Pendidikan kesehatan: Memberikan informasi dan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya perawatan diri
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memahami diagnosa, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien yang Anda berikan. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menanyakannya. Wassalamualaikum. -
Article No. 20935 | 21 Aug 2025
Klinis : reumatik
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Reumatik adalah kondisi yang luas dan dapat mencakup berbagai jenis penyakit yang memengaruhi sistem muskuloskeletal. Berikut adalah kode ICD-10 dan ICD-9-CM yang mungkin sesuai untuk kondisi reumatik:
1. Kode ICD-10:
- Kode: M00-M99
- Deskripsi: Penyakit sistem muskuloskeletal dan jaringan ikat
Dalam kode ICD-10, penyakit reumatik dapat diklasifikasikan ke dalam berbagai subkelompok, termasuk:
- M05-M14: Poliartropati inflamasi
- M15-M19: Osteoartritis
- M20-M25: Lesi muskuloskeletal lain
- M30-M36: Penyakit sistemik jaringan ikat
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 81.00-81.99
- Deskripsi: Prosedur operasi pada sistem muskuloskeletal
Pada kode ICD-9-CM, prosedur atau tindakan medis yang mungkin terkait dengan kondisi reumatik dapat mencakup:
- 81.00-81.19: Prosedur pada tulang
- 81.20-81.39: Prosedur pada sendi
- 81.40-81.59: Prosedur pada otot, tendon, dan fasia
- 81.70-81.79: Prosedur lain pada sistem muskuloskeletal
Penting untuk dicatat bahwa kode ICD-10 dan ICD-9-CM yang tepat untuk kondisi reumatik akan bergantung pada diagnosis spesifik dan riwayat medis pasien. Oleh karena itu, pemilihan kode yang tepat harus dilakukan oleh profesional kesehatan yang kompeten, seperti dokter atau perekam medis. -
Article No. 20936 | 21 Aug 2025
Klinis : hnp
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis untuk kondisi hernia nukleus pulposus (HNP):
1. Kode ICD-10:
- Kode: M51.16
- Deskripsi: Hernia nukleus pulposus lumbar dan sakral dengan radikulopati
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 80.51
- Deskripsi: Disektomi, dekompresi saraf, prosedur pada diskus intervertebral, lumbar
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 M51.16 menunjukkan diagnosis hernia nukleus pulposus pada regio lumbal dan sakral dengan radikulopati (gejala radang saraf). Kode ini termasuk ke dalam kategori "Lain-lain gangguan diskus intervertebral" pada bab "Penyakit Sistem Otot-Rangka dan Jaringan Pengikat" dalam Klasifikasi Internasional Penyakit-10.
2. Kode ICD-9-CM 80.51 merujuk pada prosedur disektomi atau dekompresi saraf pada diskus intervertebral di regio lumbar. Tindakan ini dilakukan untuk mengurangi tekanan pada akar saraf yang disebabkan oleh herniasi nukleus pulposus.
Kode-kode tersebut digunakan oleh tenaga kesehatan, seperti dokter dan perekam medis, untuk mengkodekan diagnosis dan prosedur medis dalam rekam medis pasien. Penggunaan kode yang tepat sangat penting untuk memastikan dokumentasi yang akurat, penagihan yang sesuai, serta analisis data epidemiologi dan penelitian medis yang akurat. -
Article No. 20937 | 21 Aug 2025
Klinis : Pasien rencana kemoterapi ke 5,tabgan kesemutan sampai ke bahu
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi pasien yang Anda berikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI beserta kodenya dan definisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Sensori Persepsi: Somatosensorik (00122)
Definisi: Perubahan dalam persepsi dan respons terhadap rangsangan sensorik, yang berhubungan dengan sentuhan, tekanan, getaran, suhu, dan rasa nyeri.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Kode: 00122
Judul: Gangguan Sensori Persepsi: Somatosensorik
Definisi: Perubahan dalam persepsi dan respons terhadap rangsangan sensorik, yang berhubungan dengan sentuhan, tekanan, getaran, suhu, dan rasa nyeri.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Kode: 1613
Judul: Kontrol Sensorik: Somatosensorik
Definisi: Kemampuan untuk mengatur dan mengintegrasikan informasi sensorik yang diterima dari kulit, otot, sendi, dan organ dalam.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Kode: 5820
Judul: Manajemen Nyeri
Definisi: Pengaturan aktivitas dan lingkungan untuk mengurangi rasa sakit yang dialami individu.
2. Kode: 6482
Judul: Terapi Aktivitas
Definisi: Intervensi yang dirancang untuk memfasilitasi partisipasi dalam aktivitas yang bermakna dan terapeutik.
Penjelasan singkat:
Pasien dengan rencana kemoterapi ke-5 mengalami gangguan sensori persepsi somatosensorik berupa kesemutan sampai ke bahu. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Gangguan Sensori Persepsi: Somatosensorik. Intervensi keperawatan yang dapat diberikan adalah Manajemen Nyeri dan Terapi Aktivitas untuk mengurangi gejala dan mempertahankan fungsi sensorik pasien. -
Article No. 20938 | 21 Aug 2025
Klinis : Pasien rencana kemoterapi ke 5,tabgan kesemutan sampai ke bahu
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan, serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran, dengan tone akademis dan persona pakar, nurse.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien rencana kemoterapi ke-5 dengan keluhan tangan dan bahu terasa kesemutan adalah "Gangguan sensasi perifer" (SDKI, 2017).
Penjelasan:
Gangguan sensasi perifer merupakan diagnosa keperawatan yang didefinisikan sebagai "perubahan sensorik dan motorik yang disebabkan oleh penyakit atau cedera pada sistem saraf perifer" (SDKI, 2017). Dalam kasus ini, pasien mengeluhkan kesemutan hingga ke bahu, yang dapat disebabkan oleh efek samping kemoterapi.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah "Pemulihan sensasi perifer" (SLKI, 2019).
Penjelasan:
Pemulihan sensasi perifer merupakan luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan, yang didefinisikan sebagai "Individu menunjukkan pemulihan atau peningkatan sensasi dan fungsi motorik yang hilang atau berkurang akibat penyakit atau cedera pada sistem saraf perifer" (SLKI, 2019). Tujuan utamanya adalah agar pasien dapat memulihkan sensasi dan fungsi motoriknya secara optimal.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran "Pemulihan sensasi perifer" adalah:
a. Manajemen sensasi perifer (SIKI, 2018)
b. Manajemen nyeri (SIKI, 2018)
c. Edukasi terkait sensasi perifer (SIKI, 2018)
Penjelasan:
a. Manajemen sensasi perifer: Intervensi ini bertujuan untuk meningkatkan atau mempertahankan sensasi dan fungsi motorik yang hilang atau berkurang akibat penyakit atau cedera pada sistem saraf perifer. Contoh tindakan: memantau sensasi dan fungsi motorik, memberikan stimulasi sensorik, menerapkan terapi latihan, dan menggunakan modalitas terapeutik.
b. Manajemen nyeri: Intervensi ini bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri yang dirasakan pasien. Contoh tindakan: mengevaluasi nyeri, memberikan analgesik, dan menerapkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis.
c. Edukasi terkait sensasi perifer: Intervensi ini bertujuan untuk memfasilitasi pemahaman pasien dan keluarga mengenai gangguan sensasi perifer, pentingnya pemulihan, serta peran aktif pasien dalam proses pemulihan. Contoh tindakan: memberikan informasi tentang penyebab, gejala, dan penatalaksanaan gangguan sensasi perifer.
Dengan melaksanakan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran "Pemulihan sensasi perifer" secara optimal. -
Article No. 20939 | 21 Aug 2025
Klinis : pasien datang dnegan keluhan lemas dengan riwayat diabetes melitus tipe 1
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien:
Berdasarkan informasi yang diberikan, yaitu pasien datang dengan keluhan lemas dan riwayat diabetes melitus tipe 1, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
a. Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan, dibutuhkan, atau diharapkan pada tingkat energi yang tersedia.
Penyebab potensial:
- Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
- Penurunan kekuatan, stamina, atau daya tahan
- Malnutrisi
- Diabetes Melitus
Tanda dan Gejala:
- Lemas
- Mudah lelah
- Aktivitas terbatas
- Tidak dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari
Diagnosa ini sesuai dengan kondisi pasien yang datang dengan keluhan lemas dan riwayat diabetes melitus tipe 1, yang dapat menyebabkan intoleransi aktivitas.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Berdasarkan diagnosa keperawatan Intoleransi Aktivitas, luaran yang diharapkan setelah pemberian asuhan keperawatan adalah:
a. Toleransi Aktivitas Meningkat
Definisi: Kemampuan individu untuk melakukan aktivitas fisik tanpa kelelahan yang berlebihan.
Kriteria Hasil:
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan energi yang memadai
- Pasien tidak mengalami kelelahan yang berlebihan setelah beraktivitas
- Pasien dapat mempertahankan denyut jantung, tekanan darah, dan frekuensi pernapasan dalam batas normal selama beraktivitas
- Pasien dapat mempertahankan glukosa darah dalam rentang yang diinginkan selama beraktivitas
Luaran ini diharapkan dapat tercapai setelah pemberian intervensi keperawatan yang tepat untuk mengatasi intoleransi aktivitas pada pasien dengan diabetes melitus tipe 1.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran Toleransi Aktivitas Meningkat pada pasien dengan diagnosa keperawatan Intoleransi Aktivitas akibat diabetes melitus tipe 1, intervensi keperawatan yang diperlukan adalah:
a. Manajemen Energi
Definisi: Upaya untuk mengatur penggunaan energi yang tersedia agar aktivitas dapat dilakukan secara efektif.
Aktivitas Keperawatan:
- Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi energi pasien, seperti pola tidur, nutrisi, dan kadar glukosa darah
- Bantu pasien merencanakan dan melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuan energi yang dimiliki
- Ajarkan teknik menghemat energi, seperti pengaturan posisi dan penggunaan alat bantu
- Pantau tanda-tanda kelelahan selama aktivitas
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemenuhan nutrisi yang adekuat
- Kolaborasi dengan dokter untuk pengaturan obat-obatan terkait diabetes
b. Edukasi Aktivitas
Definisi: Pemberian informasi dan pelatihan tentang aktivitas fisik yang sesuai untuk meningkatkan kemampuan dan kemandirian pasien.
Aktivitas Keperawatan:
- Identifikasi aktivitas sehari-hari yang dapat dilakukan oleh pasien
- Ajarkan teknik-teknik aktivitas yang aman dan sesuai dengan kondisi pasien
- Berikan motivasi dan dukungan kepada pasien untuk melakukan aktivitas secara rutin
- Evaluasi kemampuan dan progres pasien dalam melakukan aktivitas
c. Manajemen Diabetes
Definisi: Upaya untuk membantu pasien mengontrol kadar glukosa darah dalam rentang normal.
Aktivitas Keperawatan:
- Identifikasi pola diet, obat-obatan, dan aktivitas fisik pasien
- Ajarkan teknik pemantauan kadar glukosa darah secara mandiri
- Kolaborasi dengan dokter untuk pengaturan obat-obatan antidiabetes
- Edukasi tentang pentingnya manajemen diabetes untuk mencegah komplikasi
Intervensi-intervensi tersebut diharapkan dapat membantu pasien mencapai luaran Toleransi Aktivitas Meningkat sehingga dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan lebih baik. -
Article No. 20940 | 21 Aug 2025
Klinis : alergi
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis alergi serta kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis terkait:
1. Kode ICD-10:
- Kode: T78.2
- Deskripsi: Anafilaksis, tidak tergolongkan di tempat lain
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 95.12
- Deskripsi: Pemberian epinefrin atau analog adrenergik
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 T78.2 digunakan untuk mengidentifikasi kondisi anafilaksis, yang merupakan reaksi alergi berat yang dapat mengancam jiwa. Kode ini mencakup berbagai jenis reaksi alergi yang tidak diklasifikasikan di tempat lain, seperti reaksi anafilaktik atau anafilaktoid tidak tergolongkan.
2. Kode ICD-9-CM 95.12 merujuk pada prosedur pemberian epinefrin atau analog adrenergik lainnya. Ini adalah tindakan medis yang sering dilakukan dalam penanganan reaksi alergi berat atau anafilaksis untuk mengatasi gejala-gejala yang mengancam jiwa, seperti penurunan tekanan darah, pembengkakan, dan gangguan pernapasan. Pemberian obat ini dapat menyelamatkan nyawa pasien.
Dengan menggunakan kode-kode ini, tenaga medis dapat dengan tepat mengidentifikasi kondisi alergi serta tindakan yang dilakukan untuk menanganinya. Hal ini penting untuk mendokumentasikan diagnosis dan perawatan dengan akurat dalam rekam medis pasien. -
Article No. 20941 | 21 Aug 2025
Klinis : alergi kulit
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis untuk kondisi alergi kulit:
1. Kode ICD-10:
- Kode: L23
- Deskripsi: Dermatitis alergi kontak
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 95.12
- Deskripsi: Pemberian obat desensitisasi allergi, injeksi
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 L23 (Dermatitis alergi kontak) digunakan untuk mengkodekan kondisi alergi kulit yang disebabkan oleh paparan zat atau bahan yang memicu reaksi alergi pada kulit pasien. Kode ini mencakup berbagai manifestasi alergi kulit seperti ruam, gatal, pembengkakan, dan eritema.
2. Kode ICD-9-CM 95.12 (Pemberian obat desensitisasi allergi, injeksi) dapat digunakan untuk mengkodekan prosedur pemberian imuniterapi atau desensitisasi alergi melalui injeksi untuk mengatasi reaksi alergi pada pasien. Tindakan ini bertujuan untuk meningkatkan toleransi tubuh terhadap alergen dan mengurangi gejala alergi.
Catatan: Pemilihan kode yang tepat bergantung pada penegakan diagnosis yang akurat oleh dokter berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan hasil pemeriksaan penunjang lainnya. Selalu konsultasikan dengan dokter atau perekam medis yang berwenang untuk memastikan pengkodean yang sesuai. -
Article No. 20942 | 21 Aug 2025
Klinis : gatal gatal
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis "gatal-gatal" dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang mungkin terkait:
1. Kode ICD-10:
- Kode: L29.9
- Deskripsi: Pruritus, tidak diklasifikasikan di tempat lain.
Penjelasan:
Kode L29.9 dalam ICD-10 digunakan untuk menggambarkan kondisi pruritus atau gatal-gatal yang tidak diklasifikasikan di tempat lain. Pruritus adalah gejala yang dapat disebabkan oleh berbagai kondisi kulit, sistemik, atau neurologi, dan dapat menjadi sangat mengganggu bagi pasien.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.59
- Deskripsi: Pemberian obat atau bahan biologis, lainnya.
Penjelasan:
Kode 99.59 dalam ICD-9-CM dapat digunakan untuk mengkodekan pemberian obat atau bahan biologis lainnya yang digunakan untuk mengatasi gatal-gatal. Hal ini dapat mencakup penggunaan antihistamin, kortikosteroid topikal, atau obat-obatan lain yang diresepkan untuk mengurangi gejala pruritus pada pasien.
Penting untuk dicatat bahwa diagnosis dan tindakan medis yang tepat harus ditentukan oleh dokter berdasarkan penilaian klinis yang menyeluruh terhadap pasien. Kode-kode yang diberikan di sini hanya sebagai referensi umum dan mungkin perlu disesuaikan sesuai dengan kondisi spesifik pasien. -
Article No. 20943 | 21 Aug 2025
Klinis : Orang tua pasien mengatakan anaknya demam naik turun sejak 4 hari yang lalu, demam turun saat di berikan obat penurun panas, namun setelah reaksi obat habis demam kembali naik, sebelumnya keluarga membawa anak ke puskesmas namun tidak ada perubahan. Suhu saat ke IGD 37.7 °C, Nadi 123 x/menit. Usia anak 8 tahun.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda berikan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang dapat ditetapkan:
1. Diagnosa Keperawatan: Hipertermia
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Kode D.0102, Definisi: Peningkatan suhu tubuh di atas batas normal.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Kode L.0102, Definisi: Stabilitas suhu tubuh dalam rentang normal.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Kode I.0102, Definisi: Serangkaian tindakan yang dilakukan untuk mengontrol suhu tubuh pasien agar tetap dalam rentang normal.
Penjelasan singkat:
Anak mengalami demam tinggi yang naik turun. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Hipertermia, yang ditandai dengan peningkatan suhu tubuh di atas batas normal. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah mengontrol suhu tubuh agar tetap dalam rentang normal, misalnya dengan pemberian kompres hangat, pemberian obat penurun panas, dan pemantauan tanda-tanda vital.