Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 8770 | 12 Dec 2024
Klinis : tampak lemah, menggunakan otot bantu napas, terlihat cemas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dalam menjawab pertanyaan ini, saya akan menggunakan pendekatan standar asuhan keperawatan dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), yaitu SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia).
Diagnosa Keperawatan:
Berdasarkan gejala yang dipaparkan, yaitu tampak lemah, menggunakan otot bantu napas, dan terlihat cemas, maka diagnosa keperawatan yang mungkin sesuai adalah:
1. Penurunan Bersihan Jalan Napas
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Pasien dapat mempertahankan jalan napas terbuka
- Pasien dapat mengeluarkan sekret dengan efektif
- Pasien tidak mengalami kesulitan bernapas
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen jalan napas
- Pemberian oksigen
- Fisioterapi dada
Penjelasan singkat:
Diagnosa keperawatan ini menggambarkan kondisi pasien yang mengalami kesulitan dalam mempertahankan jalan napas yang terbuka, sehingga membutuhkan intervensi keperawatan untuk membantu pasien dalam membersihkan saluran napas dan mempertahankan fungsi pernapasan yang optimal.
Sebagai perawat, saya akan bekerja sama dengan tim kesehatan lainnya untuk menerapkan intervensi keperawatan yang sesuai, seperti manajemen jalan napas, pemberian oksigen, dan fisioterapi dada, untuk membantu pasien mencapai luaran keperawatan yang diharapkan, yaitu dapat mempertahankan jalan napas terbuka, mengeluarkan sekret dengan efektif, dan tidak mengalami kesulitan bernapas. -
Article No. 8771 | 12 Dec 2024
Klinis : riwayat hipertensi, kolestrol tinggi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Selamat pagi. Saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi dengan riwayat hipertensi dan kolesterol tinggi.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh
Definisi: Keadaan di mana individu berisiko mengalami asupan nutrisi yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme.
Faktor Risiko: Riwayat hipertensi dan kolesterol tinggi.
2. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan
Definisi: Ketidakmampuan untuk mengidentifikasi, mengendalikan, dan mengatasi masalah kesehatan secara efektif.
Faktor Risiko: Riwayat hipertensi dan kolesterol tinggi.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
1. Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh
- Definisi: Keadaan di mana individu berisiko mengalami asupan nutrisi yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme.
- Faktor Risiko: Penyakit kronis, seperti hipertensi dan dislipidemia (kolesterol tinggi).
- Intervensi Keperawatan: Edukasi tentang diet yang sesuai, pemantauan asupan nutrisi, dan kolaborasi dengan ahli gizi.
2. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mengidentifikasi, mengendalikan, dan mengatasi masalah kesehatan secara efektif.
- Faktor Risiko: Kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam perawatan diri, seperti pada penyakit kronis.
- Intervensi Keperawatan: Edukasi tentang penyakit, manajemen gaya hidup, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Perilaku Nutrisi: Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa pasien dapat menjaga asupan nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan tubuh.
2. Manajemen Penyakit Kronis: Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa pasien dapat mengelola penyakit kronis secara efektif.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Nutrisi: Intervensi untuk memastikan asupan nutrisi yang adekuat.
2. Pendidikan Kesehatan: Intervensi untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pasien dalam mengelola penyakit kronis.
Semoga informasi ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, silakan tanyakan. -
Article No. 8772 | 12 Dec 2024
Klinis : nyeri
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dalam merespon pertanyaan mengenai kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis terkait kondisi "nyeri", saya sebagai seorang dokter atau perekam medik akan menjawab sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R52
- Deskripsi: Nyeri, tidak terspesifikasi
Penjelasan:
Kode ICD-10 R52 digunakan untuk mengklasifikasikan nyeri yang tidak terspesifikasi secara lebih detail. Ini merupakan kode yang mencakup berbagai jenis nyeri yang tidak dapat diklasifikasikan secara spesifik ke dalam kode lain.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ada kode prosedur ICD-9-CM yang spesifik untuk "nyeri" secara umum.
- Deskripsi: Tidak ada prosedur/tindakan medis yang spesifik untuk menangani nyeri tanpa diagnosis yang lebih spesifik. Penanganan nyeri biasanya terkait dengan diagnosis yang mendasarinya, seperti pemberian analgetik, terapi fisik, dan lain-lain.
Penjelasan:
Kode ICD-9-CM tidak memiliki kode prosedur yang spesifik untuk menangani "nyeri" secara umum. Penanganan nyeri biasanya disesuaikan dengan diagnosis yang mendasarinya, seperti pemberian analgetik, terapi fisik, intervensi bedah, dan lain-lain. Kode prosedur ICD-9-CM akan terkait dengan tindakan spesifik yang dilakukan untuk menangani penyebab nyeri tersebut. -
Article No. 8773 | 12 Dec 2024
Klinis : Pasien wanita, usia 60 tahun, mengalami nyeri dada yang hebat, menjalar ke lengan kiri, disertai dengan sesak napas, mual, dan keringat dingin. EKG menunjukkan infark miokard akut. Pasien memiliki riwayat hipertensi dan diabetes melitus tipe 2.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat sesuai dengan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut berhubungan dengan infark miokard akut, ditandai dengan pasien mengeluh nyeri dada yang hebat, menjalar ke lengan kiri, disertai dengan sesak napas, mual, dan keringat dingin.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Nyeri Akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau yang dijelaskan dalam istilah seperti itu (International Association for the Study of Pain).
- Tanda dan gejala utama: Pasien mengeluh nyeri dada yang hebat, menjalar ke lengan kiri, disertai dengan sesak napas, mual, dan keringat dingin.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Pasien dapat melaporkan penurunan nyeri, mampu melakukan aktivitas sehari-hari dengan nyaman, dan tidak menunjukkan tanda-tanda komplikasi yang mengancam jiwa.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Nyeri: Intervensi untuk mengidentifikasi dan mengendalikan faktor-faktor yang menyebabkan atau memperberat nyeri, serta meningkatkan kemampuan pasien untuk mentoleransi nyeri.
- Pemantauan Kardiovaskular: Intervensi untuk mengidentifikasi dan memantau tanda-tanda dan gejala gangguan kardiovaskular. -
Article No. 8774 | 12 Dec 2024
Klinis : Nyeri punggung bawah, nyeri perut, mual, muntah, nafsu makan menurun, BAB BAK dbn. Demam
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi yang Anda sebutkan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut
2. Mual
3. Penurunan Nafsu Makan
4. Perubahan Pola Eliminasi
Penjelasan Singkat:
1. Nyeri Akut:
- SDKI: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau yang digambarkan dalam istilah tersebut.
- SLKI: Tindakan untuk mengenali, mencegah, dan mengurangi nyeri.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk menilai, mencegah, dan mengurangi nyeri.
2. Mual:
- SDKI: Pengalaman subjektif tidak menyenangkan yang mengarah pada keinginan untuk memuntahkan isi perut.
- SLKI: Tindakan untuk mengenali, mencegah, dan mengurangi mual.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk menilai, mencegah, dan mengurangi mual.
3. Penurunan Nafsu Makan:
- SDKI: Berkurangnya keinginan untuk makan.
- SLKI: Tindakan untuk memelihara dan meningkatkan asupan nutrisi.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk mempertahankan atau meningkatkan asupan nutrisi.
4. Perubahan Pola Eliminasi:
- SDKI: Perubahan dalam frekuensi, konsistensi, atau karakteristik eliminasi urin dan/atau feses yang tidak sesuai dengan kondisi normal.
- SLKI: Tindakan untuk mempertahankan pola eliminasi yang optimal.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk mempertahankan pola eliminasi yang optimal.
Dalam konteks kondisi yang Anda sebutkan, yaitu nyeri punggung bawah, nyeri perut, mual, muntah, nafsu makan menurun, BAB BAK dengan demam, diagnosa keperawatan yang tepat mencakup nyeri akut, mual, penurunan nafsu makan, dan perubahan pola eliminasi. Setiap diagnosa keperawatan memiliki definisi, hasil yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang sesuai berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari PPNI. -
Article No. 8775 | 12 Dec 2024
Klinis : Nyeri punggung mual muntah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Nyeri akut berhubungan dengan cedera muskuloskeletal, ditandai dengan keluhan nyeri punggung dan gejala mual-muntah.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Nyeri akut didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau dijelaskan dalam istilah kerusakan tersebut. Gejala yang menyertai seperti mual-muntah merupakan respon tubuh terhadap nyeri.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari kondisi ini adalah pasien dapat melaporkan nyeri yang terkontrol, menggunakan teknik manajemen nyeri yang efektif, dan tidak lagi mengalami gejala mual-muntah.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan antara lain pengkajian nyeri secara komprehensif, pemberian analgesik sesuai indikasi, terapi non-farmakologi (kompres hangat, relaksasi, posisi yang nyaman), dan edukasi manajemen nyeri pada pasien.
Sebagai perawat, saya akan melakukan pengkajian menyeluruh, memberikan intervensi yang sesuai, dan memantau perkembangan pasien untuk mencapai luaran yang diharapkan. Penanganan secara holistik sangat penting untuk mengatasi nyeri akut dan gejala penyerta yang dialami pasien. -
Article No. 8776 | 12 Dec 2024
Klinis : Tentukan SDKI, SLKI, SIKI Pasien mengeluh nyeri punggung bawah, mual, muntah, nyeri perut, nafsu makan menurun, BAB BAK, demam
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut
2. Mual
3. Penurunan Nafsu Makan
4. Perubahan Eliminasi
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Nyeri Akut: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah seperti itu (International Association for the Study of Pain).
2. Mual: Sensasi tidak nyaman di perut yang dapat mengarah pada keinginan untuk muntah.
3. Penurunan Nafsu Makan: Berkurangnya keinginan untuk makan.
4. Perubahan Eliminasi: Perubahan dalam frekuensi, konsistensi, dan/atau karakteristik pengeluaran urin dan/atau feses.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Nyeri Terkontrol: Pasien melaporkan bahwa nyeri berada pada tingkat yang dapat diterima.
2. Mual Terkendali: Pasien melaporkan tidak ada mual atau mual terkendali.
3. Status Nutrisi Membaik: Pasien menunjukkan peningkatan berat badan dan/atau indeks massa tubuh.
4. Pola Eliminasi Membaik: Pasien menunjukkan pola eliminasi yang teratur dan nyaman.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Nyeri: Tindakan untuk mengidentifikasi dan mengendalikan faktor-faktor yang menyebabkan atau memperberat nyeri.
2. Manajemen Mual dan Muntah: Tindakan untuk mencegah, mengurangi, atau mengendalikan mual dan muntah.
3. Manajemen Nutrisi: Tindakan untuk mempertahankan atau meningkatkan status nutrisi pasien.
4. Manajemen Eliminasi: Tindakan untuk mempertahankan atau meningkatkan pola eliminasi yang normal.
Harap diperhatikan bahwa ini adalah diagnosa dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI dari PPNI. Dalam praktik keperawatan, evaluasi dan penerapan intervensi yang tepat harus dilakukan secara komprehensif berdasarkan kondisi pasien yang spesifik. -
Article No. 8777 | 12 Dec 2024
Klinis : Tentukan SDKI, SLKI, SIKI Pasien mengeluh nyeri punggung bawah, mual, muntah, nyeri perut, nafsu makan menurun, BAB BAK, demam
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan rincian yang lengkap untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan gejala yang dialami pasien, yaitu nyeri punggung bawah, mual, muntah, nyeri perut, nafsu makan menurun, BAB BAK, dan demam, maka diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
1. Nyeri Akut berhubungan dengan proses penyakit (SDKI)
2. Mual berhubungan dengan efek samping pengobatan (SDKI)
3. Gangguan Pola Eliminasi Usus berhubungan dengan ketidakseimbangan elektrolit (SDKI)
4. Gangguan Nutrisi: Intake Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan anoreksia (SDKI)
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan adalah:
1. Nyeri Terkontrol: Pasien melaporkan nyeri berkurang dan terkendali (SLKI)
2. Mual Terkontrol: Pasien melaporkan penurunan frekuensi dan intensitas mual (SLKI)
3. Keseimbangan Cairan: Pasien menunjukkan keseimbangan cairan yang adekuat (SLKI)
4. Status Gizi Adekuat: Pasien menunjukkan berat badan yang stabil dan asupan nutrisi yang adekuat (SLKI)
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran adalah:
1. Manajemen Nyeri:
- Lakukan pengkajian nyeri komprehensif
- Berikan analgesik sesuai indikasi
- Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk menangani nyeri
2. Manajemen Mual dan Muntah:
- Lakukan pengkajian mual dan muntah
- Berikan antiemetik sesuai indikasi
- Berikan intervensi nonfarmakologi untuk mengurangi mual dan muntah
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengatasi mual dan muntah
3. Manajemen Cairan dan Elektrolit:
- Lakukan pemantauan tanda-tanda vital dan balance cairan
- Berikan cairan dan elektrolit pengganti sesuai indikasi
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
4. Manajemen Nutrisi:
- Lakukan pengkajian status gizi dan kebutuhan nutrisi pasien
- Berikan makanan atau suplemen nutrisi sesuai kebutuhan
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan intervensi nutrisi yang adekuat
Penjelasan rinci dan terperinci:
Diagnosa keperawatan SDKI yang ditetapkan berdasarkan gejala yang dialami pasien mencakup empat masalah utama, yaitu nyeri akut, mual, gangguan pola eliminasi usus, dan gangguan nutrisi. Setiap diagnosa keperawatan memiliki definisi, penyebab, tanda dan gejala, serta kriteria diagnostik yang sesuai.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI) adalah pemulihan kondisi pasien sesuai dengan masalah yang ditemukan. Untuk setiap masalah, ada indikator-indikator yang menunjukkan bahwa tujuan telah tercapai, seperti pasien melaporkan nyeri berkurang, penurunan frekuensi dan intensitas mual, keseimbangan cairan yang adekuat, dan status gizi yang stabil.
Intervensi Keperawatan (SIKI) yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran meliputi tindakan farmakologis dan nonfarmakologis yang ditujukan untuk mengatasi setiap masalah yang teridentifikasi. Intervensi ini mencakup pengkajian, pemberian obat, edukasi, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk memastikan penanganan yang komprehensif dan efektif.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus menerapkan pendekatan yang berpusat pada pasien, mempertimbangkan faktor-faktor individual, dan bekerja sama dengan tim kesehatan lain untuk mencapai hasil yang optimal bagi pasien. -
Article No. 8778 | 12 Dec 2024
Klinis : Seorang perempuan berusia 23 tahun dengan cedera sengatan listrik dirujuk ke RS pusat luka bakar. Pasien tidak memiliki riwayat medis apapun. Saat kejadian, pasien sedang memegang pengisian daya smartphone di tangan kanannya saat akan mandi di bath tub. Tidak sengaja pasien tersengat listrik. Setelah mendengar teriakan keras, ibu dari pasien memutuskan listrik dari meteran listrik dan segera membawa putrinya keluar dari kamar mandi.Menurut sang ibu, pasien langsung tidak sadar dan menunjukkan kontraksi otot seperti kejang. Seorang tetangga yang mendengar teriakan segera datang dan membantu ibu pasien melakukan RJP pada pasien. Setelah itu pasien menjadi responsif lagi. Pasien langsung dibawa ke RS.Setelah penanganan di UGD, pasien dirawat di ruang HCU. Pemeriksaan fisik lebih lanjut menunjukkan dua luka bakar yang dalam: (1) lesi berbentuk oval yang dibatasi sekitar 1 × 1 cm, dengan zona tengah pucat di sisi palmar tangan antara ibu jari dan jari telunjuk, dan (2) stripe Laserasi -berbentuk kulit sekitar 1 × 12 cm, di perut, dekat daerah epigastrik, dikelilingi oleh zona hiperemia. Total luas permukaan tubuh pasien yang dibakar kurang dari 0,5%. Pemeriksaan darah: Level serum kreatinin kinase (CK) pasien adalah 1294 U/L (sangat meningkat). Tidak ada kelainan yang terlihat pada elektrokardiogram. Pasien dirawat di bangsal perawatan luka bakar untuk observasi dan survei tersier. Sehari setelah masuk, level CK -nya sedikit meningkat menjadi 1400 U/L. Urinnya diuji untuk mioglobinuria tetapi tidak menunjukkan tanda -tanda rhabdomyolysis. Selain itu, pasien tidak memiliki keluhan atau kelainan lain pada survei tersier dan karena itu pasien dipulangkan pada hari ke-2 paska luka bakar. Karena amnesia, pasien gagal memberikan rekonstruksi rinci tentang cedera. Kekakuan otot, keparahan luka bakar, dan pembusukan otot (peningkatan level CK) menunjukkan bahwa pasien terkena arus listrik. Mungkin tangan pasien tidak sengaja menyentuh bagian logam dari pengisi daya sehingga terjadi konduktansi langsung antara tangan pasien dengan sumber listrik. Atau kemungkinan ada arus mengalir di sisi luar kabel pengisian, sementara tangan pasien lembab akibat mandi. Awalnya, luka bakar diperlakukan secara konservatif dengan krim silver sulfadiazin, yang diubah menjadi krim asam fusida setelah 1 minggu. Perawatan ini memadai untuk luka terbakar di tangan dan menunjukkan penyembuhan. Namun, setelah 21 hari, luka bakar di perut perut tidak cukup menunjukkan penyembuhan. Oleh karena itu, dilakukan reseksi bedah dan transposisi kulit dilakukan dilakukan. Ini mengakibatkan penyembuhan yang memuaskan dengan hanya sedikit bekas luka.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi seorang perempuan berusia 23 tahun dengan cedera sengatan listrik:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Kerusakan Integritas Kulit (SDKI)
Definisi: Rentan terhadap perubahan epidermis dan/atau dermis yang dapat mengganggu fungsi kulit sebagai pelindung.
Etiologi: Sengatan listrik, luka bakar.
2. Risiko Gangguan Perfusi Jaringan (SDKI)
Definisi: Rentan terhadap penurunan sirkulasi darah ke jaringan tubuh yang dapat mengancam kesehatan.
Etiologi: Sengatan listrik, luka bakar.
3. Risiko Gangguan Metabolisme (SDKI)
Definisi: Rentan terhadap perubahan proses kimiawi dalam tubuh yang dapat mengganggu pertumbuhan, perbaikan, dan pemeliharaan sel.
Etiologi: Peningkatan enzim kreatinin kinase (CK) akibat sengatan listrik.
Rencana Keperawatan (SLKI):
1. Perawatan Luka Bakar (SIKI)
Intervensi: Pembersihan luka, aplikasi salep/krim, dan perawatan luka bakar.
2. Manajemen Risiko (SIKI)
Intervensi: Identifikasi faktor risiko, intervensi untuk mencegah komplikasi, dan monitoring kesehatan pasien.
3. Manajemen Cairan (SIKI)
Intervensi: Pemantauan intake dan output cairan, serta status hidrasi pasien.
Implementasi Keperawatan (SIKI):
1. Melakukan perawatan luka bakar dengan pembersihan, aplikasi salep/krim, dan penggantian balutan secara teratur.
2. Memantau tanda-tanda vital, status perfusi, dan gejala gangguan metabolisme seperti peningkatan enzim CK.
3. Mengevaluasi intake dan output cairan pasien, serta mempertahankan status hidrasi yang optimal.
4. Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai perawatan luka bakar, pencegahan komplikasi, dan tanda-tanda perburukan kondisi.
Dalam kasus ini, manajemen keperawatan yang komprehensif diperlukan untuk mengatasi risiko kerusakan integritas kulit, gangguan perfusi jaringan, dan gangguan metabolisme akibat cedera sengatan listrik. Perawatan luka bakar, manajemen risiko, dan manajemen cairan menjadi fokus utama dalam asuhan keperawatan pasien. -
Article No. 8779 | 12 Dec 2024
Klinis : Seorang perempuan berusia 23 tahun dengan cedera sengatan listrik dirujuk ke RS pusat luka bakar. Pasien tidak memiliki riwayat medis apapun. Saat kejadian, pasien sedang memegang pengisian daya smartphone di tangan kanannya saat akan mandi di bath tub. Tidak sengaja pasien tersengat listrik. Setelah mendengar teriakan keras, ibu dari pasien memutuskan listrik dari meteran listrik dan segera membawa putrinya keluar dari kamar mandi.Menurut sang ibu, pasien langsung tidak sadar dan menunjukkan kontraksi otot seperti kejang. Seorang tetangga yang mendengar teriakan segera datang dan membantu ibu pasien melakukan RJP pada pasien. Setelah itu pasien menjadi responsif lagi. Pasien langsung dibawa ke RS.Setelah penanganan di UGD, pasien dirawat di ruang HCU. Pemeriksaan fisik lebih lanjut menunjukkan dua luka bakar yang dalam: (1) lesi berbentuk oval yang dibatasi sekitar 1 × 1 cm, dengan zona tengah pucat di sisi palmar tangan antara ibu jari dan jari telunjuk, dan (2) stripe Laserasi -berbentuk kulit sekitar 1 × 12 cm, di perut, dekat daerah epigastrik, dikelilingi oleh zona hiperemia. Total luas permukaan tubuh pasien yang dibakar kurang dari 0,5%. Pemeriksaan darah: Level serum kreatinin kinase (CK) pasien adalah 1294 U/L (sangat meningkat). Tidak ada kelainan yang terlihat pada elektrokardiogram. Pasien dirawat di bangsal perawatan luka bakar untuk observasi dan survei tersier. Sehari setelah masuk, level CK -nya sedikit meningkat menjadi 1400 U/L. Urinnya diuji untuk mioglobinuria tetapi tidak menunjukkan tanda -tanda rhabdomyolysis. Selain itu, pasien tidak memiliki keluhan atau kelainan lain pada survei tersier dan karena itu pasien dipulangkan pada hari ke-2 paska luka bakar. Karena amnesia, pasien gagal memberikan rekonstruksi rinci tentang cedera. Kekakuan otot, keparahan luka bakar, dan pembusukan otot (peningkatan level CK) menunjukkan bahwa pasien terkena arus listrik. Mungkin tangan pasien tidak sengaja menyentuh bagian logam dari pengisi daya sehingga terjadi konduktansi langsung antara tangan pasien dengan sumber listrik. Atau kemungkinan ada arus mengalir di sisi luar kabel pengisian, sementara tangan pasien lembab akibat mandi. Awalnya, luka bakar diperlakukan secara konservatif dengan krim silver sulfadiazin, yang diubah menjadi krim asam fusida setelah 1 minggu. Perawatan ini memadai untuk luka terbakar di tangan dan menunjukkan penyembuhan. Namun, setelah 21 hari, luka bakar di perut perut tidak cukup menunjukkan penyembuhan. Oleh karena itu, dilakukan reseksi bedah dan transposisi kulit dilakukan dilakukan. Ini mengakibatkan penyembuhan yang memuaskan dengan hanya sedikit bekas luka.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah analisis diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko Kerusakan Integritas Kulit berhubungan dengan cedera sengatan listrik
Penjelasan: Pasien mengalami cedera sengatan listrik yang menyebabkan luka bakar pada tangan dan perut. Hal ini meningkatkan risiko terjadinya kerusakan pada integritas kulit.
2. Risiko Ketidakseimbangan Cairan berhubungan dengan cedera sengatan listrik
Penjelasan: Cedera sengatan listrik dapat menyebabkan gangguan keseimbangan cairan tubuh, seperti rhabdomyolisis yang ditandai dengan peningkatan kadar kreatinin kinase (CK) dalam darah.
3. Risiko Gangguan Perfusi Jaringan berhubungan dengan cedera sengatan listrik
Penjelasan: Cedera sengatan listrik dapat menyebabkan gangguan pada perfusi jaringan, seperti kontraksi otot yang terjadi saat pasien mengalami kejang.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Integritas Kulit: Luka Bakar
- Indikator: Luas luka, Kedalaman luka, Tanda-tanda infeksi, Penyembuhan luka
- Tujuan: Luka bakar membaik dan sembuh tanpa komplikasi.
2. Status Cairan
- Indikator: Intake dan output cairan, Kadar elektrolit, Berat badan
- Tujuan: Tercapai keseimbangan cairan yang adekuat.
3. Perfusi Jaringan: Perifer
- Indikator: Tekanan darah, Denyut nadi, Kapiler refill, Suhu ekstremitas
- Tujuan: Perfusi jaringan perifer membaik.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Luka Bakar
- Pengkajian luka bakar
- Perawatan luka bakar (debridemen, aplikasi salep, penutupan luka)
- Pencegahan komplikasi luka bakar (infeksi, kehilangan cairan, dll.)
2. Manajemen Cairan
- Pemantauan intake dan output cairan
- Pemberian cairan intravena sesuai kebutuhan
- Pemantauan elektrolit dan parameter laboratorium
3. Manajemen Perfusi
- Pemantauan tanda-tanda vital
- Pemberian oksigen sesuai indikasi
- Terapi farmakologis untuk memfasilitasi perfusi (vasopressor, dll.)
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan yang dirumuskan berdasarkan kondisi pasien meliputi risiko kerusakan integritas kulit, risiko ketidakseimbangan cairan, dan risiko gangguan perfusi jaringan, semuanya berhubungan dengan cedera sengatan listrik yang dialami pasien. Luaran/output yang diharapkan adalah perbaikan integritas kulit, keseimbangan cairan yang adekuat, dan peningkatan perfusi jaringan perifer. Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup manajemen luka bakar, manajemen cairan, dan manajemen perfusi, dengan tindakan-tindakan spesifik untuk mencapai tujuan yang diharapkan.