Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 8866 | 13 Dec 2024
Klinis : Mohon buatkan DS dan DO pasien DM terkena abses
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Infeksi (NANDA-I)
Definisi: Peningkatan risiko terkena organisme patogen
Etiologi:
- Penurunan imunitas akibat Diabetes Mellitus
- Adanya luka/abses pada kulit
Gejala Subjektif (DS):
- Keluhan nyeri pada area abses
- Perasaan tidak nyaman dan cemas terkait kondisi abses
Gejala Objektif (DO):
- Tampak abses pada kulit
- Kemerahan, pembengkakan, dan peningkatan suhu di area abses
- Hasil pemeriksaan laboratorium: peningkatan kadar gula darah, leukositosis
Rencana Intervensi Keperawatan (SLKI-SIKI):
- Manajemen Infeksi (7820)
- Perawatan Luka (3660)
- Kontrol Glukosa Darah (2120)
- Terapi Cairan (4120)
Penjelasan Singkat:
Pasien dengan Diabetes Mellitus memiliki risiko tinggi terkena infeksi, termasuk abses pada kulit, akibat penurunan imunitas. Hal ini ditandai dengan gejala nyeri, kemerahan, pembengkakan, dan peningkatan suhu di area abses. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen infeksi, perawatan luka, kontrol glukosa darah, dan terapi cairan untuk mencegah komplikasi lebih lanjut. -
Article No. 8867 | 13 Dec 2024
Klinis : a. Riwayat Kesehatan Sekarang Pasien mengatakan sering merasa pusing, lemas, demam, berat badan menurun tanpa sebab sariawan tidak kunjung sembuh, sering mengalami perdarahan pada gusi pada tiap beberapa jam sekali. b. Riwayat Kesehatan Dahulu Pasien mengatakan bahwa pernah dirawat di rumah sakit lebih kurang 2 tahun yang lalu dirawat selama 2 minggu akibat sakit maag. Keluarga klien mengatakan sebelumnya tidak ada riwayat leukemia pada klien.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan mempertimbangkan riwayat kesehatan sekarang dan masa lalu yang anda sampaikan, saya sebagai perawat profesional memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat sesuai standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia sebagai berikut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
2. Perdarahan
3. Risiko Infeksi
Penjelasan singkat:
1. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- Definisi: Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Penyebab: Penurunan berat badan, anoreksia, mual, dan demam.
- Gejala: Pusing, lemah, dan penurunan berat badan.
2. Perdarahan
- Definisi: Kehilangan darah dari pembuluh darah, baik internal maupun eksternal, dalam jumlah yang melebihi normal.
- Penyebab: Gangguan sistem pembekuan darah.
- Gejala: Perdarahan pada gusi yang sering terjadi.
3. Risiko Infeksi
- Definisi: Rentan terhadap masuknya organisme patogen yang dapat menimbulkan penyakit.
- Penyebab: Penurunan sistem imun, malnutrisi, dan sariawan yang tidak kunjung sembuh.
- Gejala: Demam, sariawan, dan rentan terhadap infeksi.
Berdasarkan diagnosa keperawatan di atas, pasien perlu mendapatkan evaluasi medis lebih lanjut untuk menentukan diagnosis penyakitnya. Penatalaksanaan keperawatan yang mungkin diperlukan adalah pemantauan tanda vital, asupan nutrisi, pencegahan perdarahan dan infeksi, serta edukasi kesehatan bagi pasien dan keluarga. -
Article No. 8868 | 13 Dec 2024
Klinis : a. Riwayat Kesehatan Sekarang Pasien mengatakan sering merasa pusing, lemas, demam, berat badan menurun tanpa sebab sariawan tidak kunjung sembuh, sering mengalami perdarahan pada gusi pada tiap beberapa jam sekali. b. Riwayat Kesehatan Dahulu Pasien mengatakan bahwa pernah dirawat di rumah sakit lebih kurang 2 tahun yang lalu dirawat selama 2 minggu akibat sakit maag. Keluarga klien mengatakan sebelumnya tidak ada riwayat leukemia pada klien.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan keterangan yang diberikan, dapat disimpulkan bahwa pasien ini kemungkinan mengalami kondisi medis terkait dengan keluhan sering pusing, lemas, demam, berat badan menurun, sariawan tidak kembuh, dan perdarahan pada gusi. Setelah menelaah informasi yang ada, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang mungkin sesuai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R53.1
- Deskripsi: Kelemahan (asthenia)
2. Kode ICD-10:
- Kode: R50.9
- Deskripsi: Demam, tak-terklasifikasi
3. Kode ICD-10:
- Kode: R63.4
- Deskripsi: Penurunan berat badan abnormal
4. Kode ICD-10:
- Kode: K12.0
- Deskripsi: Stomatitis aphtosa
5. Kode ICD-10:
- Kode: K06.1
- Deskripsi: Perdarahan gingiva
Terkait dengan riwayat kesehatan dahulu, pasien pernah dirawat di rumah sakit akibat sakit maag sekitar 2 tahun yang lalu. Untuk kondisi ini, dapat digunakan kode ICD-10 sebagai berikut:
6. Kode ICD-10:
- Kode: K29.7
- Deskripsi: Gastritis, tak-terklasifikasi
Tidak ditemukan informasi spesifik mengenai prosedur/tindakan medis yang dilakukan pada pasien, sehingga tidak ada kode ICD-9-CM yang dapat digunakan.
Perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk menegakkan diagnosis yang tepat dan menentukan tindakan/prosedur medis yang sesuai. -
Article No. 8869 | 13 Dec 2024
Klinis : a. Riwayat Kesehatan Sekarang Pasien mengatakan sering merasa pusing, lemas, demam, berat badan menurun tanpa sebab sariawan tidak kunjung sembuh, sering mengalami perdarahan pada gusi pada tiap beberapa jam sekali. b. Riwayat Kesehatan Dahulu Pasien mengatakan bahwa pernah dirawat di rumah sakit lebih kurang 2 tahun yang lalu dirawat selama 2 minggu akibat sakit maag. Keluarga klien mengatakan sebelumnya tidak ada riwayat leukemia pada klien.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan mempertimbangkan riwayat kesehatan pasien yang Anda paparkan, maka dapat diberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat sesuai dengan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang dikeluarkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko perubahan perfusi jaringan b.d. penurunan sel darah (trombosit, leukosit, eritrosit)
Penjelasan:
Risiko perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan sel darah yang ditandai dengan gejala sering pusing, lemas, demam, penurunan berat badan, sariawan tidak kunjung sembuh, dan perdarahan pada gusi. Kondisi ini dapat mengindikasikan adanya kelainan pada sistem hematologi, seperti kemungkinan leukemia.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Perfusi jaringan: Sirkulasi
2. Perdarahan
3. Integritas jaringan
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Pemantauan tanda-tanda vital
2. Pemantauan perdarahan
3. Manajemen nutrisi
4. Edukasi tentang tanda dan gejala perubahan perfusi jaringan
5. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk pemeriksaan diagnostik dan penanganan lebih lanjut
Kesimpulannya, diagnosa keperawatan yang paling sesuai dengan kondisi pasien adalah "Risiko perubahan perfusi jaringan b.d. penurunan sel darah (trombosit, leukosit, eritrosit)". Intervensi keperawatan yang dapat diberikan berfokus pada pemantauan, manajemen nutrisi, edukasi, dan kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk penanganan lebih lanjut. -
Article No. 8870 | 13 Dec 2024
Klinis : a. Riwayat Kesehatan Sekarang Pasien mengatakan sering merasa pusing, lemas, demam, berat badan menurun tanpa sebab sariawan tidak kunjung sembuh, sering mengalami perdarahan pada gusi pada tiap beberapa jam sekali. b. Riwayat Kesehatan Dahulu Pasien mengatakan bahwa pernah dirawat di rumah sakit lebih kurang 2 tahun yang lalu dirawat selama 2 minggu akibat sakit maag. Keluarga klien mengatakan sebelumnya tidak ada riwayat leukemia pada klien.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan riwayat kesehatan yang diberikan, kemungkinan besar pasien mengalami kondisi yang sesuai dengan Diagnosa Keperawatan "Risiko Perdarahan" menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI).
Penjelasan singkat:
a. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Risiko Perdarahan adalah kerentanan terhadap pengurangan volume darah yang dapat mengancam kesehatan.
- Gejala dan tanda yang muncul pada pasien, seperti sering merasa pusing, lemas, demam, berat badan menurun, sariawan tidak kunjung sembuh, dan sering mengalami perdarahan pada gusi, sesuai dengan karakteristik definisi diagnosis keperawatan Risiko Perdarahan.
b. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran keperawatan yang diharapkan untuk diagnosis Risiko Perdarahan adalah Pemeliharaan Integritas Jaringan, di mana pasien menunjukkan integritas jaringan yang terpelihara.
c. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain Monitoring Perdarahan, Manajemen Perdarahan, dan Edukasi Kesehatan terkait faktor-faktor risiko perdarahan.
Sebagai perawat, saya akan melakukan pengkajian lebih lanjut, pemantauan status klinis, serta memberikan intervensi yang sesuai untuk mengelola risiko perdarahan pada pasien. Tujuannya adalah untuk mempertahankan integritas jaringan dan mencegah komplikasi yang lebih serius. -
Article No. 8871 | 13 Dec 2024
Klinis : a. Riwayat Kesehatan Sekarang Pasien mengatakan sering merasa pusing, lemas, demam, berat badan menurun tanpa sebab sariawan tidak kunjung sembuh, sering mengalami perdarahan pada gusi pada tiap beberapa jam sekali.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan bahasa akademis dan persona sebagai seorang pakar perawat, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat dari SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang Anda paparkan:
Diagnosa Keperawatan:
Penurunan Volume Cairan Tubuh (SDKI: Imbalance of Fluid Volume)
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Kondisi di mana individu mengalami pengurangan cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intrasellular.
- Gejala dan tanda: Pasien mengeluhkan sering merasa pusing, lemas, demam, berat badan menurun, sariawan yang tidak kunjung sembuh, dan sering mengalami perdarahan pada gusi.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien dapat mempertahankan volume cairan tubuh yang adekuat.
- Kriteria hasil: Tanda-tanda vital dalam batas normal, tidak ada tanda-tanda dehidrasi, dan tidak ada keluhan terkait penurunan volume cairan.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan: Pemantauan status cairan, pemberian cairan intravena, edukasi tentang asupan cairan yang adekuat, serta pemantauan tanda-tanda vital dan tanda-tanda dehidrasi.
Dengan diagnosa keperawatan Penurunan Volume Cairan Tubuh, perawat dapat melakukan intervensi yang sesuai untuk mempertahankan volume cairan pasien dan mencegah komplikasi lebih lanjut. -
Article No. 8704 | 12 Dec 2024
Klinis : Pada tanggal 9 Desember 2024 terjadi gempa bumi, guncangannya sangat terasa di rumah sakit lantai 2,3,4. Pada saat terjadi guncangan, seluruh karyawan melakukan drop, hold dan cover. Perawat yang bertugas di masing-masing lantai berjumlah 4 perawat pelaksana, 1 ketua tim dan 1 kepala ruangan dengan jumlah pasien 8-10 orang. Setelah gempa berhenti, tim K3 menginformasikan di grup skala MMI gempa yang terjadi, petugas security menghubungi komandan bencana RS dan menginformasikan kondisi bangunan. Komandan bencana segera memerintahkan kepada tim security untuk memeriksa apakah ada korban di seluruh lantai, tim IPSRS memeriksa bangunan seluruh lantai, kepala ruangan cek kondisi pasien dan menelepon operator untuk membunyikan code green. Pasien lantai 4 berteriak kebakaran di ruangannya, api muncul akibat konsleting listrik dan menyambar dokumen sehingga menyebabkan smoke detector berbunyi, perawat segera datang dan membantu mengevakuasi pasien, petugas operator menyampaikan code red di lantai 4, kepala ruangan segera membagi tugas kepada tim code red (petugas helm merah, helm biru, dan helm kuning). Gempa kembali terjadi, komandan bencana meminta operator mengaktifkan code purple. Gempa susulan ini mengakibatkan gedung area kantin RS roboh yang menyebabkan beberapa korban. Adapun rincian korban : 5 orang luka ringan. Satu orang perempuan usia 37 tahun, GCS E2M2V2, TD : 70/45 mmhg, frekuensi nadi= 74x/mnt, dispnea, terdengar snoring, palpitasi, bradikardi, perdarahan dari area ankle, retraksi intercostea, S 35,3ºC, akral dingin dengan cyanosis, laserasi pada temporal dextra, racoon eyes, Seorang laki-laki, usia 52 tahun terdapat open fraktur femoral sinistra, GCS E3 M4 V3, terdapat perdarahan pada daerah luka, deformitas, crepitasi pada os tibia sinistra, laserasi klavikula sinistra. Cyanosis dan akral dingin pada daerah ekstermitas, CRT > 3 detik. Tekanan Darah 100/70 mmhg, frekuensi nadi 122x/mnt, frekuensi napas 32x/mnt, suhu = 35,3ºC.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Cedera Fisik Berhubungan Dengan Bencana Alam (Gempa Bumi)
- SDKI: Definisi - Kerentanan terhadap potensi cedera fisik akibat faktor eksternal yang bersumber dari situasi bencana alam.
- SLKI: Kriteria Hasil - Bebas dari cedera fisik selama bencana alam, Kemampuan penanganan saat bencana alam, Kesiapan dalam menghadapi bencana alam.
- SIKI: Intervensi Keperawatan - Manajemen Bencana, Promosi Keselamatan, Pemberian Obat.
2. Gangguan Pola Napas Berhubungan Dengan Trauma Fisik
- SDKI: Definisi - Ketidakmampuan untuk bernapas secara normal.
- SLKI: Kriteria Hasil - Frekuensi napas normal, Irama napas normal, Kedalaman napas normal.
- SIKI: Intervensi Keperawatan - Manajemen Jalan Napas, Oksigenasi, Observasi Tanda Vital.
3. Risiko Perdarahan Berhubungan Dengan Trauma Fisik
- SDKI: Definisi - Kerentanan terhadap kehilangan darah yang berlebihan dari pembuluh darah.
- SLKI: Kriteria Hasil - Tidak ada perdarahan aktif, Tanda vital stabil, Jumlah darah dalam batas normal.
- SIKI: Intervensi Keperawatan - Manajemen Perdarahan, Pemberian Cairan Intravena, Pemantauan Tanda Vital.
4. Risiko Syok Berhubungan Dengan Trauma Fisik
- SDKI: Definisi - Kerentanan terhadap penurunan curah jantung yang dapat mengancam kehidupan.
- SLKI: Kriteria Hasil - Hemodinamik stabil, Perfusi jaringan adekuat, Tidak ada tanda-tanda syok.
- SIKI: Intervensi Keperawatan - Manajemen Syok, Manajemen Cairan, Pemantauan Tanda Vital.
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) merupakan standar yang mengidentifikasi masalah kesehatan pasien. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) menetapkan kriteria hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) menjelaskan intervensi yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 8705 | 12 Dec 2024
Klinis : Kasus 2: Pasien perempuan, 60 tahun, mengeluh sakit kepala hebat, pusing, dan mual. Sakit kepala dirasakan sejak tadi malam. Pasien memiliki riwayat hipertensi. Hasil pemeriksaan menunjukkan pasien tampak menringis, skala nyeri 8/10, Tekanan darah: 180/100 mmHg, HR: 80 x/menit, Pernapasan: 22 x/menit, Suhu: 36,7°C, Saturasi oksigen: 98%, hasil pemeriksaan Diagnostik menunjukkan Tidak ada kelainan struktural pada CT scan kepala.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis keperawatan yang sesuai untuk kasus ini adalah:
1. Nyeri akut
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
- Etiologi: Hipertensi, penyebab tidak jelas.
- Gejala dan tanda: Pasien mengeluh sakit kepala hebat, pusing, dan mual. Pasien tampak meringis dengan skala nyeri 8/10.
2. Intoleransi aktivitas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk bertahan atau menyelesaikan aktivitas rutin akibat kelelahan yang dirasakan.
- Etiologi: Nyeri akut.
- Gejala dan tanda: Pasien tampak kelelahan dan tidak mampu melakukan aktivitas rutin.
3. Risiko perubahan perfusi serebral
- Definisi: Berisiko mengalami penurunan aliran darah ke otak, yang dapat mengancam kesehatan dan kelangsungan hidup.
- Etiologi: Hipertensi.
- Gejala dan tanda: Pasien memiliki riwayat hipertensi dan tekanan darah yang tinggi (180/100 mmHg).
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Nyeri akut: Kode Dx - 00132
2. Intoleransi aktivitas: Kode Dx - 00092
3. Risiko perubahan perfusi serebral: Kode Dx - 00236
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Nyeri akut: Kode LO - 00132 "Kontrol Nyeri"
2. Intoleransi aktivitas: Kode LO - 00092 "Toleransi Aktivitas"
3. Risiko perubahan perfusi serebral: Kode LO - 00236 "Perfusi Serebral"
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Nyeri akut: Kode IP - 00132 "Manajemen Nyeri"
2. Intoleransi aktivitas: Kode IP - 00092 "Peningkatan Toleransi Aktivitas"
3. Risiko perubahan perfusi serebral: Kode IP - 00236 "Manajemen Perfusi Serebral"
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus mengacu pada Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang diterbitkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk memastikan kualitas dan keseragaman praktik keperawatan di Indonesia. -
Article No. 8706 | 12 Dec 2024
Klinis : Seorang pasien laki-laki, 45 tahun, datang ke IGD dengan keluhan nyeri dada sejak 3 jam yang lalu, terutama saat aktivitas. Nyeri berkurang saat istirahat. Pasien juga merasa sesak napas dan keringat dingin. Dari hasil pemeriksaan di dapatkan akral teraba dingin, turgor kulit menurun, tekanan darah: 160/100 mmHg, HR: 98 x/menit, Pernapasan: 24 x/menit, Suhu: 36,5°C, saturasi oksigen: 95%.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang sesuai:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Nyeri akut berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen miokardium, ditandai dengan keluhan nyeri dada, nyeri yang berkurang saat istirahat, dan pembatasan aktivitas.
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan kontraktilitas miokardium, ditandai dengan akral teraba dingin, turgor kulit menurun, tekanan darah tinggi, dan sesak napas.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Nyeri akut:
a. Kriteria hasil: Pasien melaporkan berkurangnya nyeri dada, skala nyeri menurun dari 8 menjadi 3 atau kurang.
b. Kriteria hasil: Pasien dapat beraktivitas tanpa pembatasan akibat nyeri.
2. Perfusi jaringan kardiak:
a. Kriteria hasil: Pasien mendemonstrasikan tanda-tanda perfusi jaringan yang membaik, ditandai dengan akral hangat, turgor kulit baik, dan tekanan darah dalam batas normal.
b. Kriteria hasil: Pasien melaporkan berkurangnya sesak napas.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen nyeri:
a. Identifikasi karakteristik nyeri (lokasi, intensitas, durasi, frekuensi, kualitas).
b. Berikan analgesik sesuai dengan resep dokter.
c. Ajarkan teknik relaksasi untuk mengurangi nyeri.
d. Kolaborasi dengan dokter dalam penatalaksanaan nyeri.
2. Manajemen perfusi jaringan:
a. Pantau tanda-tanda vital secara berkala.
b. Berikan oksigen sesuai kebutuhan.
c. Kaji tanda-tanda hipoperfusi jaringan (akral dingin, turgor kulit, tekanan darah).
d. Kolaborasi dengan dokter dalam penatalaksanaan penurunan curah jantung.
3. Manajemen aktivitas:
a. Batasi aktivitas sesuai dengan toleransi pasien.
b. Ajarkan teknik untuk melakukan aktivitas secara bertahap.
c. Berikan edukasi terkait pentingnya aktivitas yang teratur.
Penjelasan rinci:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
- Nyeri akut berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen miokardium, ditandai dengan keluhan nyeri dada, nyeri yang berkurang saat istirahat, dan pembatasan aktivitas. Hal ini menunjukkan adanya gangguan pada jantung yang menyebabkan nyeri.
- Penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan kontraktilitas miokardium, ditandai dengan akral teraba dingin, turgor kulit menurun, tekanan darah tinggi, dan sesak napas. Ini menunjukkan adanya penurunan kemampuan jantung dalam memompa darah yang cukup ke seluruh tubuh.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
- Kriteria hasil pada nyeri akut adalah pasien melaporkan berkurangnya nyeri dada dan dapat beraktivitas tanpa pembatasan akibat nyeri. Hal ini menunjukkan bahwa intervensi keperawatan yang diberikan berhasil mengurangi nyeri pasien.
- Kriteria hasil pada perfusi jaringan kardiak adalah pasien mendemonstrasikan tanda-tanda perfusi jaringan yang membaik, seperti akral hangat, turgor kulit baik, tekanan darah dalam batas normal, serta pasien melaporkan berkurangnya sesak napas. Hal ini menunjukkan bahwa intervensi keperawatan berhasil meningkatkan perfusi jaringan kardiak.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
- Manajemen nyeri: Mengidentifikasi karakteristik nyeri, memberikan analgesik, mengajarkan teknik relaksasi, serta berkolaborasi dengan dokter dalam penatalaksanaan nyeri. Hal ini bertujuan untuk mengurangi nyeri yang dirasakan pasien.
- Manajemen perfusi jaringan: Memantau tanda-tanda vital, memberikan oksigen, mengkaji tanda-tanda hipoperfusi jaringan, serta berkolaborasi dengan dokter dalam penatalaksanaan penurunan curah jantung. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan perfusi jaringan kardiak.
- Manajemen aktivitas: Membatasi aktivitas sesuai dengan toleransi pasien, mengajarkan teknik untuk melakukan aktivitas secara bertahap, serta memberikan edukasi terkait pentingnya aktivitas yang teratur. Hal ini bertujuan untuk membantu pasien beraktivitas dengan aman dan efektif. -
Article No. 8707 | 12 Dec 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan digigit tawon
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan kondisi pasien yang digigit tawon, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan gigitan tawon
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah seperti itu.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Ekspresi nyeri menurun
2. Durasi nyeri menurun
3. Tingkat ketidaknyamanan menurun
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen nyeri
2. Terapi farmakologis
3. Kompres dingin
4. Edukasi manajemen nyeri
Sebagai perawat, saya akan melakukan pengkajian yang komprehensif, menentukan diagnosa keperawatan yang tepat, dan merencanakan intervensi yang sesuai untuk membantu mengurangi nyeri akibat gigitan tawon yang dialami oleh pasien. Kami akan bekerja sama untuk memastikan pemulihan yang optimal.