Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 8856 | 13 Dec 2024
Klinis : Pasien perempuan berusia 13 tahun dengan diagnosis medis CKD G3A5 ec Hipoplasia Ren Sinistra post CAPD airway bersih, paten, anak room air, tidak sesak, nadi kuat akral hangat, CRT <2 deti, compos mentis, iv line hari ke-3, terpasang CAPD = macet, injeksi ampisulbac hari ke-5, rencana repair CAPD (menunggu acc urologi), hasil laboratorium albumin 2,84, BUN 74, dan kreatinin 10,80
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat, serta standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
2. Risiko Infeksi
3. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
4. Kesiapan Peningkatan Manajemen Diri
Penjelasan Singkat:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
- SDKI: Ketidakmampuan untuk mempertahankan jalan napas bebas dari sekret atau obstruksi untuk memfasilitasi pertukaran gas.
- SLKI: Mempertahankan jalan napas bebas dari sekret atau obstruksi untuk memfasilitasi pertukaran gas.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk mempertahankan kebersihan jalan napas dengan meningkatkan ventilasi dan mengurangi produksi sekret.
2. Risiko Infeksi
- SDKI: Kerentanan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen, yang dapat mengkompromikan kesehatan.
- SLKI: Mencegah atau meminimalkan terjadinya infeksi.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk mencegah atau meminimalkan terjadinya infeksi.
3. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- SDKI: Asupan nutrisi yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- SLKI: Mempertahankan status nutrisi yang optimal.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh.
4. Kesiapan Peningkatan Manajemen Diri
- SDKI: Pola pikir, perilaku, dan tindakan yang mengarah pada peningkatan kemampuan untuk mengatur perawatan diri secara efektif.
- SLKI: Kemampuan untuk melakukan perawatan diri secara efektif.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk membantu pasien meningkatkan kemampuan dalam melakukan perawatan diri.
Standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari PPNI digunakan sebagai panduan dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandar bagi pasien. -
Article No. 8857 | 13 Dec 2024
Klinis : Pasien perempuan berusia 13 tahun dengan diagnosis medis CKD G3A5 ec Hipoplasia Ren Sinistra post CAPD airway bersih, paten, anak room air, tidak sesak, nadi kuat akral hangat, CRT <2 deti, compos mentis, iv line hari ke-3, terpasang CAPD = macet, injeksi ampisulbac hari ke-5, rencana repair CAPD (menunggu acc urologi), hasil laboratorium albumin 2,84, BUN 74, dan kreatinin 10,80
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda berikan, berikut adalah diagnosis keperawatan, penjelasan singkat, dan standar SDKI-SLKI-SIKI yang sesuai:
1. Diagnosis Keperawatan:
a. Gangguan cairan dan elektrolit berhubungan dengan penurunan fungsi ginjal ditandai dengan peningkatan BUN dan kreatinin.
2. Penjelasan Singkat:
- Pasien mengalami penurunan fungsi ginjal yang ditandai dengan peningkatan BUN dan kreatinin, sehingga terjadi gangguan cairan dan elektrolit.
3. Standar SDKI-SLKI-SIKI:
a. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Kode diagnosis: 00195 Gangguan Keseimbangan Cairan
- Definisi: Keadaan di mana individu mengalami peningkatan atau penurunan volume cairan intravaskular, interstisial, atau intraseluler.
b. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Kode luaran: 05004 Keseimbangan Cairan
- Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan keseimbangan cairan yang adekuat.
c. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Kode intervensi: 01205 Manajemen Cairan
- Definisi: Pengaturan jumlah dan komposisi cairan yang diberikan untuk mempertahankan keseimbangan cairan yang optimal.
Dalam pengelolaan kasus ini, perawat perlu melakukan intervensi yang meliputi pemantauan keseimbangan cairan, pemberian cairan sesuai kebutuhan, serta kolaborasi dengan ahli gizi dan ahli nefrologi untuk memastikan pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit pasien. -
Article No. 8858 | 13 Dec 2024
Klinis : Pasien perempuan berusia 13 tahun dengan diagnosis medis CKD G3A5 ec Hipoplasia Ren Sinistra post CAPD airway bersih, paten, anak room air, tidak sesak, nadi kuat akral hangat, CRT <2 deti, compos mentis, iv line hari ke-3, terpasang CAPD = macet, injeksi ampisulbac hari ke-5, rencana repair CAPD (menunggu acc urologi), hasil laboratorium albumin 2,84, BUN 74, dan kreatinin 10,80
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan melalui CAPD macet yang ditandai dengan peningkatan BUN dan kreatinin.
Luaran/Output yang Diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pasien akan mencapai keseimbangan cairan yang ditandai dengan:
a. Tanda-tanda vital dalam batas normal
b. Berat badan stabil
c. Intake dan output cairan seimbang
d. Laboratorium menunjukkan perbaikan nilai BUN dan kreatinin
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Kaji tanda-tanda kekurangan/kelebihan cairan
2. Timbang berat badan pasien secara rutin
3. Catat intake dan output cairan secara akurat
4. Berikan terapi cairan sesuai kebutuhan
5. Monitor hasil laboratorium dan interpretasikan perubahan yang terjadi
6. Kolaborasi dengan tim kesehatan dalam pengaturan terapi cairan
7. Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya menjaga keseimbangan cairan
Penjelasan:
Pasien perempuan usia 13 tahun dengan diagnosis medis CKD G3A5 ec Hipoplasia Ren Sinistra post CAPD memiliki masalah keperawatan utama yaitu kekurangan volume cairan. Hal ini ditandai dengan peningkatan nilai BUN dan kreatinin, yang menunjukkan adanya gangguan fungsi ginjal dan ketidakseimbangan cairan dalam tubuh.
Tujuan asuhan keperawatan adalah mencapai keseimbangan cairan yang ditandai dengan tanda-tanda vital dalam batas normal, berat badan stabil, intake dan output cairan seimbang, serta perbaikan nilai laboratorium BUN dan kreatinin. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi pengkajian tanda-tanda kekurangan/kelebihan cairan, pemantauan berat badan, pencatatan intake dan output cairan, pemberian terapi cairan sesuai kebutuhan, pemantauan hasil laboratorium, kolaborasi dengan tim kesehatan, serta edukasi pasien dan keluarga.
Dengan penerapan asuhan keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai keseimbangan cairan yang optimal dan mencegah komplikasi lebih lanjut akibat gangguan fungsi ginjal. -
Article No. 8859 | 13 Dec 2024
Klinis : Pusing
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pusing.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Ketidakstabilan Hemodinamik
Penjelasan:
Risiko Ketidakstabilan Hemodinamik adalah diagnosa keperawatan yang berkaitan dengan kondisi pusing. Pusing dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti gangguan pada sistem kardiovaskular, saraf, atau muskuloskeletal. Kondisi ini dapat menyebabkan perubahan pada parameter hemodinamik, seperti tekanan darah, denyut jantung, dan perfusi jaringan, yang dapat memengaruhi stabilitas sistem kardiovaskular.
SDKI (Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia):
Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia (SDKI) merupakan sistem standar yang digunakan untuk mengidentifikasi dan merumuskan diagnosa keperawatan. Dalam SDKI, Risiko Ketidakstabilan Hemodinamik memiliki definisi, karakteristik, faktor risiko, dan batasan karakteristik yang jelas.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) adalah sistem standar yang digunakan untuk menentukan luaran (outcome) yang diharapkan dari intervensi keperawatan. Untuk kondisi pusing dengan risiko ketidakstabilan hemodinamik, SLKI dapat mencakup indikator stabilitas hemodinamik, seperti kestabilan tekanan darah, denyut nadi, dan perfusi jaringan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) adalah sistem standar yang digunakan untuk menentukan intervensi keperawatan yang sesuai dengan diagnosa keperawatan. Untuk kondisi pusing dengan risiko ketidakstabilan hemodinamik, SIKI dapat mencakup intervensi seperti pemantauan tanda-tanda vital, manajemen cairan, dan intervensi lainnya yang bertujuan untuk menjaga stabilitas hemodinamik.
Dalam praktik keperawatan, penggunaan SDKI, SLKI, dan SIKI yang terintegrasi dapat membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang terstandar dan berkualitas, serta memfasilitasi komunikasi yang efektif dengan tim kesehatan lainnya. -
Article No. 8860 | 13 Dec 2024
Klinis : Kurang nafsu makan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi Kurang Nafsu Makan.
Diagnosa Keperawatan:
Penurunan Intake Nutrisi
Penjelasan Singkat:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Penurunan Intake Nutrisi didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk mengonsumsi makanan atau cairan dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Karakteristik definisi: Perubahan berat badan, Pemilihan makanan yang tidak adekuat, Perubahan selera makan, Penurunan nafsu makan.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah Intake Nutrisi yang Adekuat, yang ditandai dengan: Berat badan stabil, Tidak ada keluhan terkait asupan makanan, Tidak ada perubahan signifikan pada selera makan.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah:
a. Manajemen Nutrisi: Mengkaji pola makan, Memantau asupan nutrisi, Merencanakan dan memberikan makanan sesuai kebutuhan.
b. Peningkatan Intake Nutrisi: Menyediakan makanan yang disukai, Memfasilitasi lingkungan makan yang nyaman, Memberikan edukasi tentang pentingnya nutrisi.
c. Manajemen Masalah Gastrointestinal: Mengatasi masalah terkait saluran cerna yang mengganggu nafsu makan.
Dengan tone akademis, persona pakar, dan nurse, penjelasan ini disampaikan secara ringkas dan padat untuk memberikan pemahaman yang jelas mengenai diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi yang dapat dilakukan dalam mengelola kondisi Kurang Nafsu Makan. -
Article No. 8861 | 13 Dec 2024
Klinis : Demam
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan nada akademis dan dalam peran sebagai pakar perawat, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi demam:
Diagnosa Keperawatan:
Hipertermia berhubungan dengan proses patologis (contoh: infeksi).
Penjelasan:
- SDKI: Hipertermia didefinisikan sebagai peningkatan suhu tubuh di atas rentang normal (36,5-37,5°C) yang disebabkan oleh peningkatan produksi panas atau penurunan hilangnya panas dari tubuh.
- SLKI: Luaran yang diharapkan dari intervensi keperawatan pada pasien dengan hipertermia adalah penurunan suhu tubuh hingga rentang normal, peningkatan kenyamanan, dan pencegahan komplikasi.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi manajemen suhu tubuh, manajemen cairan dan elektrolit, serta edukasi pasien dan keluarga terkait penanggulangan demam.
Jadi, secara ringkas, pasien dengan kondisi demam memerlukan intervensi keperawatan yang fokus pada pengaturan suhu tubuh, manajemen cairan dan elektrolit, serta edukasi untuk mencapai penurunan suhu tubuh hingga rentang normal dan mencegah komplikasi yang mungkin timbul. -
Article No. 8862 | 13 Dec 2024
Klinis : DS : • Klien mengatakan sesak nafas. • Klien mengatakan pusing. • Klien mengatakan lemas. DO : • Klien tampak masih sesak. • Klien tampak lemas. • TD : 130/80 mmHg Nadi : 107 x/i Suhu : 38 ◦C Pernafasan: 26 x/i
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan mempertimbangkan data subjektif dan objektif yang diberikan, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Gangguan Pola Napas Tidak Efektif
SDKI: Individu mengalami ketidakmampuan untuk bernapas dengan mudah dan lancar.
SLKI: Klien menunjukkan pola napas tidak efektif yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan oksigen dan karbon dioksida.
SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah:
- Pantau tanda-tanda vital secara berkala
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Ajarkan teknik relaksasi pernapasan
- Kolaborasi dengan tenaga medis untuk pemberian terapi oksigen atau pengobatan lainnya.
2. Intoleransi Aktivitas
SDKI: Individu mengalami keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik yang diinginkan atau dibutuhkan.
SLKI: Klien menunjukkan tanda-tanda intoleransi aktivitas, seperti kelelahan, sesak napas, dan pusing.
SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah:
- Pantau tanda-tanda vital selama aktivitas
- Anjurkan untuk beristirahat yang cukup
- Berikan edukasi tentang manajemen aktivitas yang tepat
- Kolaborasi dengan tenaga medis untuk intervensi pengobatan yang sesuai.
3. Hipertermia
SDKI: Individu mengalami peningkatan suhu tubuh di atas rentang normal.
SLKI: Klien menunjukkan peningkatan suhu tubuh.
SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah:
- Pantau suhu tubuh secara berkala
- Berikan kompres hangat atau dingin sesuai indikasi
- Kolaborasi dengan tenaga medis untuk pemberian terapi farmakologi yang sesuai.
Penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah standar diagnosis keperawatan yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar luaran atau hasil keperawatan yang ditetapkan oleh PPNI.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar intervensi keperawatan yang ditetapkan oleh PPNI. -
Article No. 8863 | 13 Dec 2024
Klinis : manajemen stress
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi manajemen stres.
Diagnosa Keperawatan:
Manajemen Stres Tidak Efektif
Definisi:
Ketidakmampuan seseorang untuk melakukan tindakan yang tepat untuk mengurangi atau menghilangkan penyebab stres atau untuk menghadapi situasi yang menekan.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Domain: Perilaku
- Kelas: Adaptasi dan Toleransi Stres
- Kode: 00127
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Domain: Perilaku
- Kelas: Adaptasi dan Toleransi Stres
- Kode: 1210
- Judul: Manajemen Stres
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Domain: Perilaku
- Kelas: Adaptasi dan Toleransi Stres
- Kode: 6480
- Judul: Manajemen Stres
Penjelasan Singkat:
Manajemen stres tidak efektif adalah suatu diagnosa keperawatan yang mengidentifikasi ketidakmampuan seseorang untuk mengelola atau mengatasi tekanan atau tuntutan yang menyebabkan stres. Diagnosa ini memerlukan intervensi keperawatan yang komprehensif untuk membantu individu mengembangkan strategi dan keterampilan yang efektif dalam mengelola stres. Tujuan utamanya adalah untuk membantu pasien mencapai kemampuan manajemen stres yang optimal. -
Article No. 8864 | 13 Dec 2024
Klinis : manajemen stress
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI), dan Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI) dengan tone akademis dan persona pakar, nurse.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi manajemen stres:
Diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah "Koping tidak efektif". Diagnosa ini didefinisikan sebagai "Respon individu yang tidak konstitusional untuk mengatasi stresor atau perubahan yang signifikan dalam kehidupan yang mengganggu aktivitas sehari-hari". Pasien dengan manajemen stres yang tidak efektif cenderung menunjukkan gejala-gejala seperti ketegangan otot, iritabilitas, sulit berkonsentrasi, dan perubahan pola tidur.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Manajemen stres efektif
- Pasien mampu mengidentifikasi sumber stres
- Pasien mampu menggunakan strategi manajemen stres yang efektif
- Pasien menunjukkan tanda-tanda penurunan respons stres fisiologis (misalnya, denyut jantung normal, tekanan darah normal, otot relaks)
- Pasien mampu mempertahankan aktivitas sehari-hari
2. Koping efektif
- Pasien mampu mengidentifikasi strategi koping yang efektif
- Pasien mampu menerapkan strategi koping yang efektif dalam menghadapi situasi stres
- Pasien menunjukkan peningkatan kemampuan dalam mengatasi situasi sulit
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen stres
- Bantu pasien mengidentifikasi sumber stres
- Ajarkan teknik relaksasi (misalnya, pernapasan dalam, visualisasi, terapi musik)
- Dorong pasien untuk melakukan aktivitas fisik secara teratur
- Ajarkan teknik manajemen waktu dan pengambilan keputusan
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (misalnya, psikolog, konselor) jika diperlukan
2. Peningkatan koping
- Identifikasi strategi koping yang efektif yang dapat digunakan pasien
- Ajarkan teknik koping yang efektif (misalnya, problem-focused coping, emotion-focused coping)
- Dorong pasien untuk mengembangkan dukungan sosial
- Berikan umpan balik positif terhadap upaya koping yang efektif
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (misalnya, psikolog, konselor) jika diperlukan
Melalui intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu manajemen stres yang efektif dan koping yang efektif. Hal ini akan membantu pasien dalam beradaptasi dan mengatasi situasi stres sehingga dapat mempertahankan aktivitas sehari-hari dengan baik. -
Article No. 8865 | 13 Dec 2024
Klinis : tampak abses pada telapak kaki kanan, tidak nyeri, luas abses 1 cm, tampak merah keunguan dan ada pes terjadi pada pasien DM
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah:
Diagnosis Keperawatan:
Risiko Infeksi
Definisi (SDKI):
Kerentanan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen, yang dapat membahayakan kesehatan.
Faktor Risiko (SDKI):
1. Integritas kulit yang terganggu (abses pada telapak kaki kanan)
2. Penyakit kronis (Diabetes Melitus)
Tanda dan Gejala (SDKI):
1. Perubahan warna kulit (tampak merah keunguan)
2. Kerusakan jaringan (abses)
Rencana Keperawatan (SLKI):
1. Pantau tanda-tanda infeksi (suhu, karakteristik luka, dll.)
2. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan abses (pemberian antibiotik, perawatan luka, dll.)
3. Edukasi pasien dan keluarga tentang pencegahan infeksi dan perawatan luka
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Perawatan luka: Membersihkan dan merawat luka abses
2. Manajemen infeksi: Memantau dan menangani tanda-tanda infeksi
3. Edukasi kesehatan: Memberikan edukasi tentang pencegahan infeksi dan perawatan luka
Dengan pendekatan SDKI-SLKI-SIKI, rencana asuhan keperawatan dapat disusun secara komprehensif untuk mengelola risiko infeksi pada pasien dengan abses pada telapak kaki kanan dan Diabetes Melitus.