Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 8846 | 13 Dec 2024
Klinis : 6. Nn J 35 tahun, di rawat di rs jiwa sejak 3 bulan yang lalu, saat ini gejala yang tampak dari Nn J adalah rambut kotor dan kusut, kancing baju tidak sesuai, masalah keperawatan yang di tegakkan oleh perawat adalah defisit perawatan diri……. a.Penampilan diri b.Berpakaian c.Berhias d.Mandi e.Makan dan minum
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI-SLKI-SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Nn J.
Diagnosa Keperawatan: Defisit Perawatan Diri
Penjelasan:
a. Penampilan Diri
- Karakteristik: Kemampuan individu untuk menjaga penampilan diri secara keseluruhan.
- Gejala yang tampak pada Nn J: Rambut kotor dan kusut, menunjukkan ketidakmampuan dalam merawat penampilan diri.
b. Berpakaian
- Karakteristik: Kemampuan individu untuk memilih, memakai, dan merawat pakaian.
- Gejala yang tampak pada Nn J: Kancing baju tidak sesuai, menunjukkan ketidakmampuan dalam berpakaian secara tepat.
c. Berhias
- Karakteristik: Kemampuan individu untuk menjaga dan merawat bagian tubuh tertentu seperti rambut, kuku, dan kulit.
- Gejala yang tampak pada Nn J: Rambut kotor dan kusut, menunjukkan ketidakmampuan dalam berhias.
d. Mandi
- Karakteristik: Kemampuan individu untuk membersihkan seluruh tubuh.
- Gejala yang tampak pada Nn J: Tidak disebutkan, namun dapat disimpulkan bahwa Nn J mengalami masalah dalam mandi.
e. Makan dan Minum
- Karakteristik: Kemampuan individu untuk memilih, menyiapkan, dan mengonsumsi makanan dan minuman.
- Gejala yang tampak pada Nn J: Tidak disebutkan, namun dapat disimpulkan bahwa Nn J mengalami masalah dalam makan dan minum.
Berdasarkan informasi yang diberikan, perawat telah menegakkan diagnosa keperawatan yang tepat, yaitu Defisit Perawatan Diri, yang ditandai dengan gejala-gejala yang tampak pada Nn J, seperti rambut kotor dan kusut, serta kancing baju yang tidak sesuai. -
Article No. 8847 | 13 Dec 2024
Klinis : gangguan mobilitas fisik
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai untuk Kondisi Gangguan Mobilitas Fisik:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi gangguan mobilitas fisik adalah "Hambatan Mobilitas Fisik". Hambatan Mobilitas Fisik didefinisikan sebagai "Keterbatasan dalam gerakan fisik yang independen dan terkoordinasi dari satu atau lebih ekstremitas tubuh". Karakteristik definisinya meliputi penurunan rentang gerak, penurunan kekuatan otot, dan/atau kekakuan sendi.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dengan gangguan mobilitas fisik dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Mobilitas Fisik: Pasien dapat mempertahankan atau meningkatkan kemampuan bergerak secara independen dan terkoordinasi.
2. Aktivitas Kehidupan Sehari-hari: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri atau dengan bantuan minimal.
3. Kenyamanan: Pasien dapat mempertahankan atau meningkatkan kenyamanan fisik selama pergerakan.
4. Pengetahuan: Pasien/keluarga memahami strategi untuk mempertahankan atau meningkatkan mobilitas fisik.
5. Partisipasi: Pasien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang sesuai dengan kondisinya.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan pada pasien dengan gangguan mobilitas fisik, diperlukan intervensi keperawatan sebagai berikut:
1. Manajemen Aktivitas: Membantu pasien dalam melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuan, memberikan bantuan atau alat bantu yang diperlukan, dan mengajarkan teknik mobilisasi yang aman.
2. Manajemen Nyeri: Mengelola nyeri yang mungkin dialami pasien selama aktivitas dan pergerakan, seperti pemberian analgesik, aplikasi kompres hangat/dingin, dan teknik relaksasi.
3. Terapi Fisik: Melakukan latihan fisik yang sesuai, seperti latihan rentang gerak, kekuatan otot, dan keseimbangan, untuk mempertahankan atau meningkatkan fungsi fisik.
4. Edukasi Pasien/Keluarga: Memberikan edukasi tentang pentingnya mobilitas fisik, strategi untuk meningkatkan kemandirian, dan penggunaan alat bantu yang tepat.
5. Kolaborasi Interprofesional: Berkoordinasi dengan tim kesehatan lain, seperti fisioterapis, okupasi terapis, dan ahli gizi, untuk memberikan perawatan yang komprehensif.
Penjelasan rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI "Hambatan Mobilitas Fisik" menggambarkan kondisi pasien yang mengalami keterbatasan dalam gerakan fisik yang independen dan terkoordinasi dari satu atau lebih ekstremitas tubuh. Karakteristik definisinya, seperti penurunan rentang gerak, penurunan kekuatan otot, dan/atau kekakuan sendi, merupakan indikator utama dari diagnosa ini.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan mencakup lima aspek penting, yaitu:
a. Mobilitas Fisik: Meningkatkan atau mempertahankan kemampuan pasien untuk bergerak secara independen dan terkoordinasi, sesuai dengan kondisi kesehatan.
b. Aktivitas Kehidupan Sehari-hari: Memungkinkan pasien untuk melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri atau dengan bantuan minimal, sehingga meningkatkan kemandirian.
c. Kenyamanan: Mempertahankan atau meningkatkan kenyamanan fisik pasien selama melakukan pergerakan, untuk mengurangi potensi komplikasi.
d. Pengetahuan: Memastikan pasien dan keluarga memahami strategi yang dapat diterapkan untuk mempertahankan atau meningkatkan mobilitas fisik.
e. Partisipasi: Mendorong pasien untuk berpartisipasi dalam aktivitas yang sesuai dengan kondisinya, untuk meningkatkan kualitas hidup.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran meliputi:
a. Manajemen Aktivitas: Membantu pasien dalam melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuannya, memberikan alat bantu yang diperlukan, dan mengajarkan teknik mobilisasi yang aman. Tujuannya adalah mempertahankan atau meningkatkan kemampuan fisik pasien.
b. Manajemen Nyeri: Mengelola nyeri yang mungkin dialami pasien selama aktivitas dan pergerakan, dengan pemberian analgesik, aplikasi kompres hangat/dingin, dan teknik relaksasi. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kenyamanan fisik pasien.
c. Terapi Fisik: Melakukan latihan fisik yang sesuai, seperti latihan rentang gerak, kekuatan otot, dan keseimbangan, untuk mempertahankan atau meningkatkan fungsi fisik pasien.
d. Edukasi Pasien/Keluarga: Memberikan edukasi tentang pentingnya mobilitas fisik, strategi untuk meningkatkan kemandirian, dan penggunaan alat bantu yang tepat. Tujuannya adalah meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga.
e. Kolaborasi Interprofesional: Berkoordinasi dengan tim kesehatan lain, seperti fisioterapis, okupasi terapis, dan ahli gizi, untuk memberikan perawatan yang komprehensif dan meningkatkan partisipasi pasien dalam aktivitas yang sesuai.
Keseluruhan intervensi keperawatan ini bertujuan untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, sehingga pasien dengan gangguan mobilitas fisik dapat mempertahankan atau meningkatkan kemampuan fisik, kemandirian, kenyamanan, pengetahuan, dan partisipasi dalam aktivitas sehari-hari. -
Article No. 8848 | 13 Dec 2024
Klinis : Pasien terdiagnosis CKD G5A3 e.c Hipoplasia ren Sinistra on CAPD, nafas clear, paten, room air, tidak sesak nafas, nadi kuat, akral hangat, CRT <2 detik, terpasang iv line hari ke-3, terpasang CAPD = macet, injeksi ampisulbac dengan rencana repair CAPD (menunggu advice urologi), dan persiapan pasang hd cath, hasil patologi klinik albumin 2,84, BUN 74, dan kreatinin 10,80
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang Anda berikan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Ginjal
Definisi: Berisiko mengalami penurunan sirkulasi darah ke ginjal yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan ginjal.
Faktor Risiko: Penyakit kronis ginjal (CKD), hipoplasia ginjal, dan gangguan fungsi ginjal.
2. Kesiapan Peningkatan Manajemen Diri
Definisi: Keinginan dan kemampuan pasien untuk meningkatkan pengelolaan kondisi kesehatan secara mandiri.
Faktor yang Mendukung: Motivasi pasien, pengetahuan, dan dukungan keluarga.
3. Risiko Infeksi
Definisi: Berisiko mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogen.
Faktor Risiko: Terpasang CAPD, insersi kateter, dan prosedur pembedahan yang akan dilakukan.
4. Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk mentoleransi atau menyelesaikan aktivitas rutin.
Penyebab: Penurunan fungsi ginjal, retensi cairan, dan perubahan status nutrisi.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan penilaian komprehensif terhadap pasien, seperti riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, dan hasil pemeriksaan penunjang.
- Diagnosa keperawatan mengacu pada permasalahan kesehatan yang dapat diidentifikasi dan diatasi melalui intervensi keperawatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran keperawatan menggambarkan hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan yang diberikan.
- Luaran keperawatan dapat diukur untuk mengevaluasi efektivitas asuhan keperawatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan merupakan tindakan yang dilakukan perawat untuk mengatasi masalah kesehatan pasien.
- Intervensi keperawatan disusun berdasarkan diagnosa keperawatan dan luaran yang diharapkan. -
Article No. 8849 | 13 Dec 2024
Klinis : Tn M 21 tahun masuk rumah sakit jiwa untuk yang pertama kali diantar oleh keluarga dengan alasan mengurungdiri dikamar mandi selama 8 jam, tidak mau berinteraksi dengan anggota keluarga yang lain, menangis lama, analisa perawat dapat terjadi halusinasi pada pasien tersebut, core problem yan dapat di tegakkaan adalah….. a.Angguan konsep diri : harga diri rendah b. Resiko mencederai diri sendiri dan orang lain c.Gangguan persepsi sensori : halusinasi dengar (bener ga si harusnya) d.Isolasi social menarik diri e. Deficit perawatan diri : mandi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, kondisi Tn M 21 tahun yang masuk rumah sakit jiwa untuk pertama kalinya dengan alasan mengurung diri di kamar mandi selama 8 jam, tidak mau berinteraksi dengan anggota keluarga lain, dan menangis lama, serta adanya analisa perawat bahwa pasien mengalami halusinasi, maka dapat ditegakkan diagnosis keperawatan sebagai berikut:
Diagnosis Keperawatan:
c. Gangguan persepsi sensori: Halusinasi dengar
Penjelasan:
Gangguan persepsi sensori: Halusinasi dengar merupakan diagnosis keperawatan yang paling sesuai dengan kondisi pasien. Halusinasi adalah persepsi sensorik palsu yang terjadi tanpa rangsangan eksternal yang nyata. Pada kasus ini, pasien mengalami halusinasi dengar, yang ditandai dengan perilaku mengurung diri dan tidak mau berinteraksi dengan anggota keluarga lain.
Penjelasan Singkat Standar SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Standar ini menyediakan definisi, karakteristik, faktor yang berhubungan, dan faktor yang berhubungan dengan hasil untuk masing-masing diagnosis keperawatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Standar ini menyediakan definisi, kriteria hasil, dan indikator untuk masing-masing luaran keperawatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Standar ini menyediakan definisi, aktivitas, dan rasional untuk masing-masing intervensi keperawatan.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) merupakan organisasi profesi yang bertanggung jawab dalam pengembangan dan penerapan standar-standar tersebut di Indonesia. -
Article No. 8850 | 13 Dec 2024
Klinis : Pasien perempuan berusia 13 tahun terdiagnosis CKD G5A3 e.c Hipoplasia ren Sinistra on CAPD, nafas clear, paten, room air, tidak sesak nafas, nadi kuat, akral hangat, CRT <2 detik, terpasang iv line hari ke-3, terpasang CAPD = macet, injeksi ampisulbac dengan rencana repair CAPD (menunggu advice urologi), dan persiapan pasang hd cath, hasil patologi klinik albumin 2,84, BUN 74, dan kreatinin 10,80
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan rekomendasi diagnosis keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosis Keperawatan SDKI:
1. Ketidakefektifan Perfusi Ginjal berhubungan dengan penyakit ginjal kronik stadium 5 dan hipoplasia ginjal kiri, ditandai dengan peningkatan BUN, kreatinin, dan albumin yang rendah.
2. Risiko Ketidakseimbangan Cairan berhubungan dengan kegagalan CAPD, ditandai dengan terpasang IV line dan rencana pasang HD cath.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Perfusi Ginjal Membaik, yang ditandai dengan:
- Nilai BUN, kreatinin, dan albumin mendekati normal
- Fungsi ginjal yang membaik
- Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda uremia
2. Keseimbangan Cairan Terjaga, yang ditandai dengan:
- Intake dan output cairan seimbang
- Tanda-tanda vital stabil
- Tidak ada edema atau dehidrasi
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Untuk Diagnosis Keperawatan Ketidakefektifan Perfusi Ginjal:
- Pantau nilai laboratorium (BUN, kreatinin, albumin) secara berkala
- Kaji fungsi ginjal pasien (laju filtrasi glomerulus, produksi urin, dan gejala uremia)
- Kolaborasi dengan tim medis untuk mengevaluasi dan mengoptimalkan terapi pengganti ginjal (CAPD)
- Berikan edukasi pada pasien dan keluarga tentang penyakit ginjal kronik, terapi pengganti ginjal, dan pentingnya kepatuhan dalam perawatan
- Pantau asupan dan pembatasan cairan serta natrium, kalium, dan protein sesuai kebutuhan pasien
2. Untuk Diagnosis Keperawatan Risiko Ketidakseimbangan Cairan:
- Pantau intake dan output cairan secara ketat
- Kaji tanda-tanda vital dan tanda dehidrasi atau overload cairan
- Kolaborasi dengan tim medis untuk mengevaluasi status cairan dan elektrolit pasien
- Berikan dukungan cairan sesuai kebutuhan pasien, termasuk penggantian CAPD
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya menjaga keseimbangan cairan
Penjelasan yang rinci:
Diagnosis keperawatan Ketidakefektifan Perfusi Ginjal dan Risiko Ketidakseimbangan Cairan sangat sesuai dengan kondisi pasien yang mengalami penyakit ginjal kronik stadium 5, hipoplasia ginjal kiri, dan kegagalan CAPD. Luaran yang diharapkan adalah memulihkan perfusi ginjal dan menjaga keseimbangan cairan, yang dapat dicapai melalui intervensi keperawatan yang komprehensif, termasuk pemantauan laboratorium, evaluasi fungsi ginjal, kolaborasi dengan tim medis, dan edukasi pasien serta keluarga. Dengan penerapan asuhan keperawatan yang tepat, diharapkan kondisi pasien dapat membaik dan mencapai stabilitas klinis. -
Article No. 8851 | 13 Dec 2024
Klinis : Pasien perempuan berusia 13 tahun terdiagnosis CKD G5A3 e.c Hipoplasia ren Sinistra on CAPD, nafas clear, paten, room air, tidak sesak nafas, nadi kuat, akral hangat, CRT <2 detik, terpasang iv line hari ke-3, terpasang CAPD = macet, injeksi ampisulbac dengan rencana repair CAPD (menunggu advice urologi), dan persiapan pasang hd cath, hasil patologi klinik albumin 2,84, BUN 74, dan kreatinin 10,80
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang diberikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan penurunan fungsi ginjal
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gangguan Pertukaran Gas adalah ketidakmampuan tubuh untuk mengirimkan atau menerima oksigen dan/atau karbon dioksida ke atau dari alveoli.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Ventilasi Efektif
2. Perfusi Jaringan Adekuat
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Oksigenasi
2. Manajemen Cairan
3. Manajemen Terapi Medis
2. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Renal berhubungan dengan penurunan fungsi ginjal
SDKI:
Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Renal adalah penurunan aliran darah ke ginjal yang dapat mengakibatkan ketidakmampuan ginjal untuk mempertahankan fungsi normal.
SLKI:
1. Fungsi Ginjal Membaik
2. Keseimbangan Cairan dan Elektrolit Terpelihara
SIKI:
1. Manajemen Cairan
2. Manajemen Terapi Medis
3. Perawatan Dialisis
3. Resiko Infeksi berhubungan dengan terpasang CAPD yang macet dan rencana pemasangan HD cath
SDKI:
Risiko Infeksi adalah rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat menimbulkan kerusakan jaringan.
SLKI:
1. Bebas Infeksi
2. Integritas Kulit Terpelihara
SIKI:
1. Manajemen Infeksi
2. Perawatan Luka
3. Perawatan Akses Vaskuler
Penjelasan singkat:
Pasien dengan CKD G5A3 e.c Hipoplasia ren Sinistra on CAPD mengalami gangguan pertukaran gas, ketidakefektifan perfusi jaringan renal, dan risiko infeksi. Intervensi keperawatan yang diperlukan adalah manajemen oksigenasi, manajemen cairan, manajemen terapi medis, perawatan dialisis, manajemen infeksi, dan perawatan akses vaskuler. -
Article No. 8852 | 13 Dec 2024
Klinis : Pasien perempuan berusia 13 tahun terdiagnosis CKD G5A3 e.c Hipoplasia ren Sinistra on CAPD, nafas clear, paten, room air, tidak sesak nafas, nadi kuat, akral hangat, CRT <2 detik, terpasang iv line hari ke-3, terpasang CAPD = macet, injeksi ampisulbac dengan rencana repair CAPD (menunggu advice urologi), dan persiapan pasang hd cath, hasil patologi klinik albumin 2,84, BUN 74, dan kreatinin 10,80
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang Anda deskripsikan, berikut adalah beberapa diagnosis keperawatan yang mungkin sesuai dengan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Gangguan Keseimbangan Cairan
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh yang normal.
- Penyebab: Hipoplasia ren Sinistra yang menyebabkan gangguan fungsi ginjal.
- Gejala: Edema, perubahan berat badan, hasil laboratorium abnormal (albumin rendah, BUN dan kreatinin tinggi).
2. Risiko Infeksi
- Definisi: Berisiko mengalami infeksi yang disebabkan oleh faktor risiko yang dapat dimodifikasi.
- Penyebab: Terpasang intravena line hari ke-3 dan CAPD yang macet, serta rencana pemasangan HD cath.
- Gejala: Tanda-tanda infeksi seperti peningkatan suhu, nyeri, kemerahan, dan pembengkakan di area akses.
3. Nyeri Akut
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial.
- Penyebab: Adanya rencana perbaikan CAPD dan pemasangan HD cath.
- Gejala: Pasien mungkin mengeluhkan nyeri di area yang terkait dengan tindakan.
4. Intoleransi Aktivitas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin.
- Penyebab: Penurunan fungsi ginjal yang menyebabkan kelelahan dan kelemahan.
- Gejala: Pasien mudah lelah, lemah, dan tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
Penjelasan singkat mengenai standar SDKI, SLKI, dan SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah standar yang berisi definisi, penyebab, dan gejala dari diagnosis keperawatan.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar yang berisi luaran yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar yang berisi intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Penerapan ketiga standar ini membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang terstandar dan berkualitas bagi pasien. -
Article No. 8853 | 13 Dec 2024
Klinis : Pasien perempuan berusia 13 tahun terdiagnosis CKD G5A3 e.c Hipoplasia ren Sinistra on CAPD, nafas clear, paten, room air, tidak sesak nafas, nadi kuat, akral hangat, CRT <2 detik, terpasang iv line hari ke-3, terpasang CAPD = macet, injeksi ampisulbac dengan rencana repair CAPD (menunggu advice urologi), dan persiapan pasang hd cath, hasil patologi klinik albumin 2,84, BUN 74, dan kreatinin 10,80
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas
b. Kesiapan meningkatkan pengetahuan
c. Ketidakefektifan perfusi jaringan ginjal
2. Penjelasan Singkat:
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas
- SDKI: Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- SLKI: Bersihan Jalan Napas
- SIKI: Manajemen Jalan Napas
- Penjelasan: Pasien tidak mengalami sesak napas, namun tetap perlu pemantauan terhadap kondisi pernapasan, seperti pola napas, suara napas, dan kecukupan oksigenasi.
b. Kesiapan meningkatkan pengetahuan
- SDKI: Kesiapan Meningkatkan Pengetahuan
- SLKI: Kesiapan Meningkatkan Pengetahuan
- SIKI: Pendidikan Kesehatan
- Penjelasan: Pasien perlu diberikan pendidikan kesehatan terkait penyakit ginjal kronis, perawatan CAPD, serta persiapan untuk hemodialisis.
c. Ketidakefektifan perfusi jaringan ginjal
- SDKI: Perfusi Jaringan Ginjal Tidak Efektif
- SLKI: Perfusi Jaringan
- SIKI: Manajemen Cairan
- Penjelasan: Pasien mengalami gangguan fungsi ginjal yang ditandai dengan kadar BUN dan kreatinin yang tinggi. Diperlukan pemantauan dan manajemen cairan yang tepat, serta perawatan CAPD yang adekuat.
Secara umum, perawatan pasien dengan CKD G5A3 membutuhkan kolaborasi yang erat antara perawat, dokter, dan tenaga kesehatan lainnya untuk memastikan penanganan yang komprehensif, termasuk pemantauan kondisi klinis, manajemen cairan, serta pendidikan dan dukungan bagi pasien dan keluarga. -
Article No. 8854 | 13 Dec 2024
Klinis : Seorang laki-laki usia 27 tahun di rawat di RSJ karena menolak minum obat dan tidak mau keluar kamar selama berhari-hari. Hasil wawancara pasien mengatakan tidak ada gunanya bertemu dan berbicara dengan orang lain. Keluarga mengatakan saudara kandung pasien juga mengalami masalah gangguan jiwa yaitu halusinasi dengar. Apakah masalah keperawatan yang tepat untuk kasus keluarga pasien diatas ? A. Isolasi sosial ; menarik diri B.Gangguan komunikasi verbal C.Regimen terapi tidak efekrif D.Halusinasi dengar E.Regimen terapi tidak efektif
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis dan tindakan medis yang sesuai adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: F20.0
- Deskripsi: Skizofrenia paranoid
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 94.39
- Deskripsi: Terapi psikologis lainnya, termasuk terapi keluarga
Penjelasan detail:
Pasien laki-laki usia 27 tahun dengan gejala menolak minum obat, tidak mau keluar kamar berhari-hari, dan merasa tidak ada gunanya bertemu dan berbicara dengan orang lain. Berdasarkan gejala yang dipaparkan, diagnosis yang paling tepat adalah skizofrenia paranoid (F20.0) sesuai dengan klasifikasi ICD-10. Pasien juga memiliki riwayat keluarga dengan masalah gangguan jiwa, yaitu halusinasi dengar, yang menambah kecurigaan terhadap gangguan psikotik.
Selain diagnosis, direkomendasikan tindakan medis berupa terapi psikologis lainnya, termasuk terapi keluarga (kode ICD-9-CM 94.39). Hal ini penting untuk membantu pasien dan keluarganya dalam mengelola kondisi gangguan jiwa yang dialami. Terapi keluarga dapat membantu meningkatkan pemahaman, komunikasi, dan dukungan dalam lingkungan keluarga, sehingga dapat mendukung proses pemulihan pasien. -
Article No. 8855 | 13 Dec 2024
Klinis : Seorang laki-laki usia 27 tahun di rawat di RSJ karena menolak minum obat dan tidak mau keluar kamar selama berhari-hari. Hasil wawancara pasien mengatakan tidak ada gunanya bertemu dan berbicara dengan orang lain. Keluarga mengatakan saudara kandung pasien juga mengalami masalah gangguan jiwa yaitu halusinasi dengar. Apakah masalah keperawatan yang tepat untuk kasus keluarga pasien diatas ? A. Isolasi sosial ; menarik diri B.Gangguan komunikasi verbal C.Regimen terapi tidak efekrif D.Halusinasi dengar E.Regimen terapi tidak efektif
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis keperawatan yang sesuai untuk kasus ini adalah:
A. Isolasi sosial; menarik diri
Penjelasan:
- Pasien menolak minum obat dan tidak mau keluar kamar selama berhari-hari, yang menunjukkan gejala isolasi sosial dan menarik diri.
- Pasien mengatakan tidak ada gunanya bertemu dan berbicara dengan orang lain, yang mengindikasikan adanya perilaku menarik diri.
- Riwayat keluarga juga menunjukkan adanya masalah gangguan jiwa, yang dapat mempengaruhi interaksi sosial pasien.
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang sesuai adalah:
SDKI: Isolasi sosial; menarik diri
SLKI: Interaksi sosial
SIKI: Peningkatan interaksi sosial
Regimen terapi yang tidak efektif (C) dan halusinasi dengar (D) tidak sesuai dengan kondisi yang dideskripsikan. Gangguan komunikasi verbal (B) bukan merupakan diagnosis utama, tetapi dapat menjadi gejala dari isolasi sosial.