Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 10764 | 11 Jan 2025
Klinis : Seorang laki-laki berumur 45 tahun tampak berusaha menutup telinganya dan terkadang berbicara sendiri, Pasien mengatakan “Saya masih mendengar bisikan yang mengatakan kalau saya ini bodoh. Apakah diagnosa keperawatan pada kasus di atas?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum Wr. Wb. Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan analisis diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait standar SDKI, SLKI, dan SIKI berdasarkan kondisi yang Anda paparkan.
Diagnosa Keperawatan:
Berdasarkan gejala yang ditunjukkan, yaitu pasien tampak berusaha menutup telinganya, berbicara sendiri, dan menyatakan masih mendengar bisikan yang mengatakan dirinya bodoh, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Halusinasi pendengaran
Halusinasi pendengaran adalah persepsi sensori yang tidak nyata yang dialami oleh pasien, dalam hal ini berupa bisikan yang merendahkan diri pasien. Halusinasi ini dapat menyebabkan kecemasan, kebingungan, dan gangguan perilaku pada pasien.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Persepsi sensori dari suatu stimulus yang tampak nyata, tetapi tidak berasal dari stimulus eksternal.
- Karakteristik Definisi: Pasien melaporkan mendengar suara yang tidak nyata, pasien tampak meresponnya, dan pasien tidak dapat mengontrol stimulus suara tersebut.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien dapat mengenali halusinasi, mengurangi respon negatif terhadap halusinasi, dan mengontrol perilaku yang muncul akibat halusinasi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Terapi realitas, latihan kontrol halusinasi, pemberian obat antipsikotik, dan pemberian dukungan psikososial.
Sebagai perawat, saya akan berupaya memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk membantu pasien mengatasi halusinasi pendengaran yang dialaminya. Pendekatan yang berfokus pada pasien, kolaborasi dengan tim kesehatan lain, serta melibatkan keluarga akan menjadi kunci keberhasilan dalam menangani kondisi ini. Semoga informasi ini dapat bermanfaat. Wassalamualaikum Wr. Wb. -
Article No. 10765 | 11 Jan 2025
Klinis : Seorang pria berusia 36 tahun dirawat di RSJ. Pada saat interaksi dengan pasien, pasien bicara dengan pelan, tidak ada kontak mata serta pasien mengatakan malu untuk bicara dengan orang lain karena merasa dirinya jelek dan hitam. Pasien tampak lebih sering menyendiri, tidak berinteraksi dengan teman sekamarnya. Apakah diagnose keperawatan pada kasus tersebut?
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output SLKI, dan intervensi keperawatan SIKI untuk kasus yang Anda sajikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
1. Isolasi Sosial: Kesepian
Definisi: Pengalaman subyektif dan negatif dari kekurangan atau ketiadaan hubungan sosial yang memuaskan.
Karakteristik Definisi:
- Bicara dengan pelan
- Tidak ada kontak mata
- Merasa malu untuk bicara dengan orang lain
- Merasa dirinya jelek dan hitam
- Sering menyendiri
- Tidak berinteraksi dengan teman sekamarnya
Luaran/Output SLKI:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Interaksi Sosial: Terbuka
Definisi: Kemampuan untuk memulai, mempertahankan, dan mengakhiri hubungan interpersonal dengan orang lain.
Kriteria Hasil:
- Pasien dapat berbicara dengan nada suara yang normal dan melakukan kontak mata saat berinteraksi.
- Pasien dapat menyatakan perasaan dan pemikiran kepada orang lain tanpa rasa malu.
- Pasien dapat bergaul dan berinteraksi dengan teman sekamarnya.
Intervensi Keperawatan SIKI:
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, intervensi keperawatan SIKI yang diperlukan adalah:
1. Terapi Kelompok
Definisi: Memfasilitasi interaksi di antara anggota kelompok untuk mencapai tujuan terapeutik.
Aktivitas:
- Memfasilitasi pasien untuk berpartisipasi dalam kegiatan kelompok di rumah sakit.
- Mendorong pasien untuk terlibat dalam diskusi dan berbagi pengalaman dengan anggota kelompok lainnya.
- Membantu pasien untuk mengidentifikasi dan mengekspresikan perasaan serta pemikiran dalam setting kelompok.
- Memberikan umpan balik positif dan dukungan kepada pasien saat berinteraksi dengan anggota kelompok.
2. Dukungan Emosional
Definisi: Memberikan dukungan dan empati untuk memfasilitasi ekspresi emosi.
Aktivitas:
- Mendengarkan dengan aktif saat pasien berbagi perasaan dan pemikiran.
- Memberikan validasi dan normalisasi terhadap perasaan pasien.
- Mendorong pasien untuk mengekspresikan emosi secara aman dan konstruktif.
- Memberikan pujian dan penghargaan atas usaha pasien dalam berinteraksi.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output yang diharapkan dan mampu mengatasi isolasi sosial serta meningkatkan interaksi sosialnya. -
Article No. 10766 | 11 Jan 2025
Klinis : Seorang perempuan berumur 29 tahun mengalami depresi berat, Pada saat dilakukan pengkajian didapatkan data pernah menulis pesan yang berisi keinginannya untuk mati.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI:
Risiko Bunuh Diri
Definisi: Keadaan di mana individu memiliki keinginan untuk mengakhiri hidupnya.
Ciri-ciri mayor:
1. Mengungkapkan keinginan untuk mati atau bunuh diri
2. Menuliskan pesan tentang keinginan untuk mati
3. Mencoba bunuh diri
Ciri-ciri minor:
1. Memiliki riwayat percobaan bunuh diri
2. Mengungkapkan perasaan tidak berharga atau putus asa
3. Mengungkapkan perasaan kesepian atau terisolasi
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Tidak ada upaya bunuh diri
2. Kontrol impuls untuk bunuh diri
3. Perasaan berharga/harga diri meningkat
4. Kemampuan mengatasi masalah meningkat
5. Dukungan sosial meningkat
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan risiko bunuh diri
- Identifikasi faktor risiko bunuh diri
- Pantau tanda-tanda perilaku berbahaya
- Ciptakan lingkungan yang aman
2. Manajemen krisis
- Lakukan intervensi segera untuk mencegah bunuh diri
- Berikan dukungan emosional dan praktis
- Libatkan tim multidisipliner
3. Terapi kognitif perilaku
- Bantu pasien mengidentifikasi dan mengubah pola pikir negatif
- Ajarkan keterampilan mengatasi masalah
- Dorong pasien untuk terlibat dalam aktivitas yang bermakna
4. Terapi suportif
- Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan dan menceritakan masalah
- Berikan umpan balik positif dan afirmasi
- Libatkan keluarga dan orang terdekat untuk memberikan dukungan
5. Edukasi kesehatan
- Berikan informasi tentang depresi dan risiko bunuh diri
- Ajarkan strategi koping yang efektif
- Edukasi keluarga tentang peran mereka dalam mendukung pasien
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan "Risiko Bunuh Diri" sesuai dengan kondisi pasien perempuan berusia 29 tahun yang mengalami depresi berat dan pernah menulis pesan berisi keinginan untuk mati. Ciri-ciri mayor yang ditemukan adalah pasien mengungkapkan keinginan untuk mati dan menulis pesan tentang keinginan untuk mati. Ini menunjukkan adanya risiko bunuh diri yang harus segera ditangani.
Luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan meliputi: (1) tidak ada upaya bunuh diri, (2) kontrol impuls untuk bunuh diri, (3) perasaan berharga/harga diri meningkat, (4) kemampuan mengatasi masalah meningkat, dan (5) dukungan sosial meningkat. Tujuan ini bertujuan untuk memastikan pasien tidak melakukan percobaan bunuh diri, mampu mengelola dorongan suisidal, meningkatkan harga diri, kemampuan mengatasi masalah, serta mendapatkan dukungan sosial yang memadai.
Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup: (1) pemantauan risiko bunuh diri, (2) manajemen krisis, (3) terapi kognitif perilaku, (4) terapi suportif, dan (5) edukasi kesehatan. Intervensi-intervensi ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan memitigasi risiko bunuh diri, memberikan dukungan emosional dan praktis saat krisis, membantu pasien mengubah pola pikir negatif, mendorong ekspresi perasaan dan dukungan sosial, serta memberikan edukasi kesehatan terkait depresi dan strategi koping yang efektif. -
Article No. 10767 | 11 Jan 2025
Klinis : Perempuan berusia 29 tahun sudah lima hari dirawat di Ruang Akut Rumah Sakit Jiwa. Pasien dirawat karena tidak mau makan dan tidak mau bergaul. Saat ini pasien menujukkan perilaku tidak kooperatif dan tatapan mata menyelidik pada saat berinteraksi dengan perawat. Menurut Piaget, kondisi ini disebabkan adanya hambatan/trauma pada salah satu tahap perkembangan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
1. Isolasi Sosial: Menetapkan diri
- Definisi: Keadaan di mana individu mengalami atau menunjukkan perilaku penarikan diri dari interaksi sosial yang diinginkan dan/atau keterbatasan dalam hubungan interpersonal.
- Penyebab: Gangguan psikologis, seperti trauma perkembangan pada tahap tertentu, dapat menyebabkan individu mengalami hambatan dalam berinteraksi dan membangun relasi sosial yang diinginkan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Partisipasi Sosial Meningkat
- Definisi: Tingkat kemampuan individu untuk terlibat dalam hubungan sosial dan aktivitas yang diinginkan.
- Kriteria Hasil:
a. Pasien mau berinteraksi dengan perawat dan anggota tim kesehatan lainnya.
b. Pasien mulai melakukan aktivitas sosial sederhana di dalam ruangan.
c. Pasien menunjukkan peningkatan minat dan kemampuan untuk bersosialisasi.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Peningkatan Interaksi Sosial
- Definisi: Upaya untuk mendorong, memfasilitasi, dan meningkatkan kemampuan individu dalam berinteraksi dan berelasi dengan orang lain.
- Aktivitas Keperawatan:
a. Menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung untuk interaksi sosial.
b. Melakukan pendekatan yang hangat dan terapeutik saat berinteraksi dengan pasien.
c. Mendorong pasien untuk terlibat dalam aktivitas sosial sederhana di dalam ruangan.
d. Memberikan reinforcement positif saat pasien menunjukkan upaya untuk bersosialisasi.
e. Melibatkan keluarga/significant other untuk membantu meningkatkan interaksi sosial pasien.
Penjelasan:
Diagnosa Keperawatan "Isolasi Sosial: Menetapkan Diri" sesuai dengan kondisi pasien yang tidak mau makan, tidak mau bergaul, dan menunjukkan perilaku tidak kooperatif serta tatapan mata yang menyelidik saat berinteraksi dengan perawat. Hal ini dapat disebabkan oleh adanya hambatan/trauma pada salah satu tahap perkembangan psikologis pasien, sesuai dengan perspektif Piaget.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan adalah "Partisipasi Sosial Meningkat", dengan kriteria pasien mau berinteraksi dengan perawat dan anggota tim kesehatan, mulai melakukan aktivitas sosial sederhana, serta menunjukkan peningkatan minat dan kemampuan untuk bersosialisasi.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran adalah "Peningkatan Interaksi Sosial", yang meliputi upaya menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung, melakukan pendekatan terapeutik, mendorong pasien untuk terlibat dalam aktivitas sosial, memberikan reinforcement positif, serta melibatkan keluarga/significant other untuk membantu meningkatkan interaksi sosial pasien. -
Article No. 10768 | 11 Jan 2025
Klinis : Seorang laki-laki usia 36 tahun, dibawa oleh keluarga ke poli jiwa Rumah sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat, menurut keluarga pasien mengalami susah tidur, keluarga menyatakan jika diajak berbicara selalu salah arti, dan pasien tidak dapat berpikir yang lainnya, pasien menyatakan saya tidak berguna, wajah pasien tampak tegang. Diagnosa keperawatan kasus diatas
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dideskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko Perilaku Kekerasan berhubungan dengan perubahan persepsi realitas, seperti ditunjukkan dengan pasien menyatakan "saya tidak berguna" dan wajah pasien tampak tegang.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Pasien akan menunjukkan perilaku non-kekerasan selama asuhan keperawatan.
2. Pasien akan mampu mengidentifikasi faktor pemicu perilaku kekerasan.
3. Pasien akan mampu menggunakan strategi koping yang efektif untuk mengatasi perilaku kekerasan.
4. Pasien akan menunjukkan kemampuan untuk mengendalikan perilaku kekerasan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan (SIKI):
1. Identifikasi faktor-faktor pemicu perilaku kekerasan pada pasien.
2. Bantu pasien mengidentifikasi tanda-tanda awal perilaku kekerasan.
3. Kembangkan strategi untuk mencegah/mengendalikan perilaku kekerasan, seperti teknik relaksasi, distraksi, dan pengalihan perhatian.
4. Berikan dukungan emosional dan validasi perasaan pasien.
5. Ajarkan pasien teknik manajemen stres dan koping yang adaptif.
6. Libatkan keluarga dalam memberikan dukungan dan edukasi mengenai perilaku kekerasan.
7. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (psikiater, psikolog) untuk penanganan komprehensif.
Penjelasan Rinci:
Diagnosa keperawatan "Risiko Perilaku Kekerasan" dipilih karena pasien menunjukkan tanda-tanda yang mengindikasikan risiko perilaku kekerasan, seperti perubahan persepsi realitas, perasaan tidak berguna, dan tampilan wajah yang tegang. Tujuan asuhan keperawatan adalah agar pasien dapat mengendalikan perilaku kekerasan, mengidentifikasi faktor pemicu, dan menggunakan strategi koping yang efektif.
Intervensi keperawatan yang diberikan bertujuan untuk mengidentifikasi faktor pemicu, membantu pasien mengenali tanda-tanda awal, mengajarkan teknik manajemen stres dan koping, melibatkan keluarga, serta berkolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk penanganan komprehensif. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan terapeutik dan kolaboratif untuk memfasilitasi pemulihan pasien. -
Article No. 10769 | 11 Jan 2025
Klinis : intervensi untuk diagnosa risiko infeksi di wilayah banjir
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, sebagai perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI (Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) untuk kondisi risiko infeksi di wilayah banjir.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Infeksi
Definisi:
Berisiko mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat membahayakan kesehatan.
SDKI:
Faktor risiko yang dapat menyebabkan risiko infeksi di wilayah banjir adalah kondisi lingkungan yang terkontaminasi, kebersihan yang buruk, dan penurunan sistem imun. Pasien juga berisiko terpapar air yang tercemar serta adanya luka atau abrasi kulit.
SLKI:
Luaran yang diharapkan pada pasien dengan risiko infeksi di wilayah banjir adalah bebas dari infeksi, penyembuhan luka yang baik, dan peningkatan sistem imun.
SIKI:
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi risiko infeksi di wilayah banjir meliputi:
1. Pemantauan tanda-tanda vital dan status infeksi
2. Perawatan luka dan pencegahan kontaminasi
3. Edukasi tentang kebersihan diri dan lingkungan
4. Pemberian nutrisi yang adekuat
5. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk terapi antibiotik jika diperlukan
Kesimpulan:
Risiko infeksi di wilayah banjir merupakan masalah keperawatan yang penting untuk ditangani secara komprehensif melalui intervensi yang sesuai dengan standar asuhan keperawatan, sehingga dapat mencegah komplikasi dan meningkatkan kesehatan pasien. -
Article No. 10770 | 11 Jan 2025
Klinis : Seorang perawat di RSJ mengkaji seorang pasien perempuan berusia 25 tahun. Saat melakukan pengkajian, didapatkan hasil bahwa pasien sudah 2 hari tidak mandi, pasien mengatakan malas untuk mandi. Pasien tampak berpenampilan tidak rapi, tidak mampu berpakaian dengan benar, serta tercium bau yang tidak sedap dari tubuhnya. Apakah masalah psikososial pada kasus di atas
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait kasus yang Anda jelaskan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan informasi yang diberikan, masalah psikososial yang dialami oleh pasien adalah Ketidakmampuan Merawat Diri (00108). Diagnosa ini sesuai karena pasien menunjukkan gejala-gejala seperti tidak mandi selama 2 hari, penampilan tidak rapi, dan tidak mampu berpakaian dengan benar. Hal ini menunjukkan bahwa pasien mengalami penurunan kemampuan dalam merawat diri secara mandiri.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran sebagai berikut:
1. Kebersihan Diri Membaik (0305): Pasien mampu menjaga kebersihan diri dengan mandiri, seperti mandi, menggosok gigi, dan berdandan.
2. Penampilan Diri Membaik (0109): Pasien mampu berpenampilan rapi dan sesuai dengan norma sosial yang berlaku.
3. Perawatan Diri Membaik (0301): Pasien mampu melakukan aktivitas perawatan diri secara mandiri, seperti berpakaian, makan, dan menggunakan toilet.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, intervensi keperawatan yang diperlukan adalah:
1. Perawatan Diri (3660):
a. Bantu pasien untuk mandi, menggosok gigi, dan berdandan.
b. Ajarkan pasien tentang pentingnya menjaga kebersihan diri.
c. Dorong pasien untuk melakukan aktivitas perawatan diri secara mandiri.
d. Berikan pujian dan dukungan saat pasien berhasil melakukan perawatan diri.
2. Peningkatan Kemampuan Perawatan Diri (1800):
a. Identifikasi kemampuan dan keterbatasan pasien dalam melakukan perawatan diri.
b. Buat rencana peningkatan kemampuan perawatan diri berdasarkan kondisi pasien.
c. Ajarkan dan latih pasien untuk melakukan aktivitas perawatan diri secara bertahap.
d. Evaluasi kemajuan pasien dalam meningkatkan kemampuan perawatan diri.
3. Manajemen Lingkungan: Penciptaan Kenyamanan (6482):
a. Sediakan lingkungan yang nyaman dan bersih untuk pasien.
b. Bantu pasien untuk merapikan dan membersihkan diri.
c. Kontrol bau yang tidak sedap dari tubuh pasien.
d. Libatkan keluarga atau significant others dalam menciptakan lingkungan yang nyaman bagi pasien.
Penjelasan di atas merupakan contoh komprehensif terkait diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi yang dapat diterapkan pada kasus pasien perempuan berusia 25 tahun dengan masalah ketidakmampuan merawat diri. Saya harap penjelasan ini dapat menjadi referensi yang bermanfaat bagi Anda. -
Article No. 10771 | 11 Jan 2025
Klinis : Seorang laki-laki berusia 42 tahun datang ke poliklinik jiwa dengan keluhan utama mendengar suara. Pasien merasa ketakutan dan tampak gelisah. Ketika ditanya, suara siapa yang didengarnya?. Pasien menjawab, kakeknya yang selalu berteriak memanggil namanya. Dua tahun lalu, klien pernah dirawat di Rumah Sakit Jiwa dengan keluhan yang sama. Apakah masalah keperawatan yang terjadi pada klien tersebut ?
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Ibu/Bapak. Berikut adalah analisis kasus keperawatan beserta penjelasan yang rinci:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan kondisi pasien yang mengalami halusinasi pendengaran, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Halusinasi: Auditorik
Definisi: Pengalaman mempersepsi suatu rangsangan yang tampak nyata, padahal sebenarnya tidak ada, dalam bentuk suara.
Karakteristik Mayor:
- Pasien melaporkan mendengar suara
- Pasien menunjukkan perilaku yang tidak sesuai dengan realita
- Pasien menunjukkan perilaku defensif terhadap suara
- Pasien tampak gelisah dan ketakutan
Karakteristik Minor:
- Pasien melaporkan suara yang menakutkan
- Pasien melaporkan suara yang memerintah
- Pasien menunjukkan isolasi sosial
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Tingkat Halusinasi Menurun
Definisi: Kemampuan pasien untuk mengendalikan dan mengurangi frekuensi, durasi, volume, dan respons terhadap halusinasi.
Indikator hasil:
- Pasien dapat mengidentifikasi dan mengabaikan halusinasi
- Pasien dapat mengurangi frekuensi halusinasi
- Pasien dapat mengurangi durasi halusinasi
- Pasien dapat mengendalikan respons terhadap halusinasi
2. Tingkat Kecemasan Menurun
Definisi: Kemampuan pasien untuk mengendalikan dan mengurangi rasa takut, khawatir, dan tegang yang disebabkan oleh stimulus yang diketahui atau tidak diketahui.
Indikator hasil:
- Pasien dapat mengidentifikasi penyebab kecemasan
- Pasien dapat mengendalikan respons fisiologis kecemasan
- Pasien dapat menerapkan teknik relaksasi untuk mengurangi kecemasan
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Halusinasi
Tujuan: Membantu pasien untuk mengendalikan dan mengurangi halusinasi.
Aktivitas:
- Mengkaji tipe, frekuensi, durasi, dan respons pasien terhadap halusinasi
- Mengajarkan pasien untuk mengidentifikasi dan mengabaikan halusinasi
- Mengajarkan pasien untuk menggunakan teknik pembatasan halusinasi (misalnya dengan pengalihan perhatian)
- Mendorong pasien untuk mengungkapkan pengalaman halusinasi
- Melibatkan keluarga dalam penanganan halusinasi pasien
2. Manajemen Kecemasan
Tujuan: Membantu pasien untuk mengendalikan dan mengurangi kecemasan.
Aktivitas:
- Mengkaji tanda dan gejala kecemasan pasien
- Mengajarkan teknik relaksasi (misalnya napas dalam, distraksi, imajinasi terpimpin)
- Mendorong pasien untuk mengungkapkan perasaan cemas
- Memberikan dukungan emosional dan psikologis
- Melibatkan keluarga dalam penanganan kecemasan pasien
Demikian penjelasan yang rinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kasus pasien halusinasi pendengaran. Semoga informasi ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lain, saya siap membantu. Wassalamualaikum. -
Article No. 10772 | 11 Jan 2025
Klinis : Seorang laki-laki berusia 42 tahun datang ke poliklinik jiwa dengan keluhan utama mendengar suara. Pasien merasa ketakutan dan tampak gelisah. Ketika ditanya, suara siapa yang didengarnya?. Pasien menjawab, kakeknya yang selalu berteriak memanggil namanya. Dua tahun lalu, klien pernah dirawat di Rumah Sakit Jiwa dengan keluhan yang sama. Apakah masalah keperawatan yang terjadi pada klien tersebut ?
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi tersebut adalah:
1. Halusinasi Pendengaran
Halusinasi pendengaran merupakan diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi klien yang mendengar suara yang tidak nyata, yaitu suara kakeknya yang selalu berteriak memanggil namanya. Klien merasa ketakutan dan tampak gelisah, yang merupakan gejala khas dari halusinasi pendengaran.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kontrol Halusinasi
2. Tingkat Kecemasan Menurun
Setelah diberikan asuhan keperawatan yang sesuai, diharapkan klien dapat mencapai kontrol terhadap halusinasi yang dialaminya, serta tingkat kecemasan yang dialami klien dapat menurun. Kontrol halusinasi meliputi kemampuan klien untuk mengenali, mengabaikan, dan mengalihkan perhatian dari halusinasi. Sedangkan penurunan tingkat kecemasan akan membantu klien merasa lebih tenang dan tidak merasa terancam dengan halusinasi yang dialaminya.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Halusinasi
- Mengidentifikasi jenis, frekuensi, dan karakteristik halusinasi
- Mengajarkan teknik distraksi, relaksasi, dan realitas orientasi
- Melibatkan keluarga dalam manajemen halusinasi
- Memantau efektivitas obat-obatan yang diberikan
2. Manajemen Kecemasan
- Mengidentifikasi penyebab dan tanda-tanda kecemasan
- Mengajarkan teknik relaksasi, pernafasan, dan visualisasi
- Melibatkan keluarga dalam manajemen kecemasan
- Memantau efektivitas obat-obatan antikecemasan
Intervensi keperawatan yang komprehensif untuk manajemen halusinasi dan kecemasan diharapkan dapat membantu klien mencapai kontrol halusinasi dan penurunan tingkat kecemasan, sehingga klien dapat mengelola kondisinya dengan lebih baik. -
Article No. 10773 | 11 Jan 2025
Klinis : Seorang pria berusia 37 tahun dibawa oleh keluarganya dan polisi ke RSJ dalam keadaan diborgol. Berdasarkan informasi dari keluarga pasien, pasien mengamuk, marah-marah, berantem dengan tetangga serta merusak kaca mobil tetangganya. Saat dilakukan pengkajian, didapatkan hasil data yaitu intonasi bicara pasien tinggi, membentak, mata merah serta ekspresi tegang. Apakah diagnose keperawatan pada kasus tersebut?
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, saya akan memberikan penjelasan secara rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan berdasarkan kasus yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosa keperawatan yang tepat untuk kondisi pasien tersebut adalah:
1. Risiko Perilaku Kekerasan (SDKI)
Definisi: Resiko terjadinya perilaku yang dapat mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.
Karakteristik: Intonasi bicara tinggi, membentak, mata merah, ekspresi tegang, marah-marah, berantem dengan tetangga, dan merusak kaca mobil tetangga.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Kontrol Perilaku (SLKI)
Definisi: Kemampuan untuk mengendalikan perilaku yang dapat mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.
Kriteria Hasil:
a. Pasien dapat mengidentifikasi pemicu perilaku kekerasan.
b. Pasien dapat menerapkan teknik relaksasi untuk mengendalikan perilaku kekerasan.
c. Pasien dapat menunjukkan respon verbal dan non-verbal yang sesuai.
d. Pasien dapat menjalin hubungan yang positif dengan orang lain.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Perilaku (SIKI)
Definisi: Tindakan memfasilitasi perubahan perilaku klien yang disfungsional menjadi perilaku yang konstruktif.
Aktivitas Keperawatan:
a. Identifikasi pemicu perilaku kekerasan pada pasien.
b. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk membangun hubungan saling percaya.
c. Ajarkan pasien teknik relaksasi, seperti napas dalam, untuk mengendalikan perilaku kekerasan.
d. Libatkan keluarga dalam proses perawatan untuk memberikan dukungan.
e. Berikan lingkungan yang aman dan nyaman bagi pasien.
f. Pantau tanda-tanda vital dan respon emosional pasien secara berkala.
g. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk pemberian obat-obatan jika diperlukan.
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan "Risiko Perilaku Kekerasan" dipilih karena pasien menunjukkan karakteristik perilaku yang dapat mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan, seperti marah-marah, berantem dengan tetangga, dan merusak kaca mobil tetangga.
Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat mengendalikan perilaku kekerasan melalui kemampuan mengidentifikasi pemicu, menerapkan teknik relaksasi, menunjukkan respon verbal dan non-verbal yang sesuai, serta menjalin hubungan positif dengan orang lain.
Intervensi keperawatan yang diperlukan adalah Manajemen Perilaku, yang meliputi identifikasi pemicu, penggunaan komunikasi terapeutik, pengajaran teknik relaksasi, keterlibatan keluarga, penyediaan lingkungan yang aman dan nyaman, pemantauan tanda-tanda vital dan respon emosional, serta kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk pemberian obat-obatan jika diperlukan.
Semoga penjelasan ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, silakan sampaikan.