Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 20981 | 22 Aug 2025
Klinis : Kasus fraktur Seorang pasien, seorang wanita berusia 41 tahun, dibawa ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) setelah mengalami kecelakaan lalu lintas. Pasien adalah pengendara sepeda motor yang mengalami kecelakaan akibat tertabrak sepeda motor lain dari arah samping kiri. Pasien jatuh ke kanan dan menabrak pembatas jalan. Pada saat kejadian, pasien dalam keadaan sadar, tanpa tanda-tanda cedera kepala. Pada cruris kanan, terdapat swelling dan deformitas tanpa adanya vulnus apertum. Nyeri tekan dan krepitasi ditemukan pada palpasi, yang disertai dengan ketidakmampuan pasien melakukan knee flexion dan keterbatasan rentang gerak (ROM). Pemeriksaan x-ray dan CT scan menunjukkan adanya fraktur komunitif pada genu kanan. Saat ini pasien dirawat diruang trauma post operasi ORIF hari ke 2 dan dalam kondisi tidak saadar atau disorientasi. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital menunjukkan tekanan darah 120/70 mmHg, frekuensi pernapasan 20 kali per menit, nadi 82 kali per menit, dan suhu tubuh 36,8ēC. Selanjutnya, kaki pasien tampak dibalut dengan tensocrepe dan verban. Hasil pengkajian didapatkan verban dan tensocrepe tampak basah dan terdapat rembesan darah. Drainase aktif dengan jumlah volume ą 30 ml/24 jam. Pasien mengatakan nafsu makan sedikit menurun karena nyeri post operasi dan sedikit mual. Saat ini pasien menggunakan folley catheter untuk BAK. Saat pengkajian tampak urine berwarna kuning jernih. Tidak terdapat informasi khusus mengenai pola eliminasi pada pasien ini. Pasien mengeluh mengalami gangguan tidur akibat nyeri yang dialami nya saat ini, pasien mengatakan sulit untuk memulai tidur dan sering terbangun ketika tidur malam hari. Pasien mengatakan sulit memulai tertidur lagi ketika terbangun dan mengatakan mungkin hanya tidur tertidur ą 5 jam. Pasien melaporkan adanya nyeri hebat pada kaki kanan, yang terus-menerus dan mengganggu. Hasil pengkajian didapatkan pasien mengeluh nyeri muncul sepanjang waktu nyeri seperti tertusuk tusuk dan seperti disayat pada daerah operasi ORIF, nyeri berkurang setelah mendapatkan analgesik dan skala nyeri 6. Tidak ada keluhan lain terkait penglihatan, pendengaran, atau kemampuan berpikir. Pasien juga menunjukkan kecemasan terkait kondisi cederanya, khawatir bahwa ia mungkin tidak bisa pulih sepenuhnya. Pasien adalah seorang ibu rumah tangga yang aktif dalam mengurus keluarga dan pekerjaan rumah. Cedera yang dialaminya menimbulkan kekhawatiran akan kemampuannya untuk kembali menjalankan peran dan tanggung jawabnya. Pasien merasa terganggu dengan kondisi fisiknya yang terbatas dan takut menjadi beban bagi keluarganya. Ia juga merasa cemas tentang kemungkinan perlunya operasi dan rehabilitasi jangka panjang. Pasien seorang ibu dari dua anak dan istri yang sangat terlibat dalam keluarga. Sebelum kecelakaan, ia berperan sebagai pengurus utama rumah tangga. Cedera ini menyebabkan Ny. H tidak mampu menjalankan peran tersebut. Suaminya kini harus mengambil alih sebagian besar tugas rumah tangga. Selanjutnya, pasien mengatakan tidak masalah terkait fungsi seksual atau reproduksi. Namun, ia khawatir bahwa cedera ini dan ketidakmampuan fisiknya dapat mempengaruhi keintiman dengan suaminya, meskipun belum ada perubahan yang signifikan dalam hubungan tersebut sejak operasi ORIF. Pasien mengatakan tidak stres menghadapi kondisi ini karena support suami dan keluarga sangat membantu nya. Pasien mengatakan selalu berbicara dengan keluarga dan berdoa terkait kondisinya saat ini. Pasien merasa banyak mendapat dukungan dalam menghadapi situasi ini. Pasien memiliki keyakinan agama yang kuat. Hal ini terlihat dalam rutinitas sehar-hari pasien selama perawatan dimana pasien tetap menjalankan aktivitas ibadah sholat meskipun dalam kondisi terbatas. Pasien mengatakan dalam doanya ia meminta agar dapat pulih sepenuhnya dan kembali menjalani hidup normal. Hasil pemeriksaan penunjang pre-op ORIF Saat ini pasien mendapatkan therapy : IVFD RL 500cc 20 tetes/menit Cefriaxson 2x1 gram /12 Jam (IV) Ranitidine 2x1 gram /12 Jam (IV) Ketorolac 2 x 30 mg/12 jam (IV)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang dipaparkan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI beserta kodenya dan definisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kasus fraktur:
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Nyeri akut (SDKI: Nyeri Akut; Kode: 00132)
b. Gangguan Mobilitas Fisik (SDKI: Gangguan Mobilitas Fisik; Kode: 00085)
c. Intoleransi Aktivitas (SDKI: Intoleransi Aktivitas; Kode: 00092)
d. Risiko Infeksi (SDKI: Risiko Infeksi; Kode: 00004)
e. Gangguan Pola Tidur (SDKI: Gangguan Pola Tidur; Kode: 00198)
f. Kecemasan (SDKI: Kecemasan; Kode: 00146)
2. Penjelasan Singkat SDKI-SLKI-SIKI:
a. Nyeri Akut (SDKI: Nyeri Akut; Kode: 00132)
Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang dijelaskan dalam hal kerusakan tersebut.
b. Gangguan Mobilitas Fisik (SDKI: Gangguan Mobilitas Fisik; Kode: 00085)
Definisi: Keterbatasan dalam kemampuan untuk bergerak secara mandiri di lingkungan.
c. Intoleransi Aktivitas (SDKI: Intoleransi Aktivitas; Kode: 00092)
Definisi: Tidak adanya energi yang cukup untuk mempertahankan atau menyelesaikan aktivitas rutin.
d. Risiko Infeksi (SDKI: Risiko Infeksi; Kode: 00004)
Definisi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat menimbulkan kerusakan jaringan.
e. Gangguan Pola Tidur (SDKI: Gangguan Pola Tidur; Kode: 00198)
Definisi: Gangguan kuantitas dan kualitas tidur yang mengganggu fungsi normal individu.
f. Kecemasan (SDKI: Kecemasan; Kode: 00146)
Definisi: Respon emosional dan psikologis individu terhadap sumber ancaman yang tidak jelas dan nonspesifik. -
Article No. 20982 | 22 Aug 2025
Klinis : kelemahan ekstremitas atas dan bawah sejak 3 hari yang lalu muncul secara tiba tiba, badan lemas
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan penjelasan rinci dan terperinci terkait dengan kondisi yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan gejala yang Anda paparkan, yaitu kelemahan ekstremitas atas dan bawah serta badan lemas yang muncul secara tiba-tiba sejak 3 hari yang lalu, maka diagnosa keperawatan yang sesuai mengacu pada Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah "Mobilitas Fisik Terganggu". Diagnosa ini mencakup penurunan kemampuan untuk melakukan pergerakan yang disengaja dan terarah pada tubuh atau bagian tubuh.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, luaran/output yang diharapkan berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) adalah:
1. Pergerakan Ekstremitas Membaik: Pasien menunjukkan peningkatan kemampuan menggerakkan ekstremitas atas dan bawah secara mandiri.
2. Kekuatan Otot Meningkat: Pasien menunjukkan peningkatan kekuatan otot ekstremitas atas dan bawah.
3. Mobilitas Fisik Membaik: Pasien menunjukkan peningkatan kemampuan melakukan pergerakan yang disengaja dan terarah pada tubuh atau bagian tubuh.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, intervensi keperawatan yang diperlukan berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) adalah:
1. Manajemen Aktivitas
- Identifikasi kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas
- Atur aktivitas sesuai dengan kemampuan pasien
- Berikan bantuan dan alat bantu jika diperlukan
- Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas
2. Terapi Latihan Gerak
- Identifikasi kemampuan pasien dalam melakukan pergerakan
- Kembangkan program latihan pergerakan ekstremitas atas dan bawah
- Lakukan latihan pergerakan ekstremitas secara bertahap
- Evaluasi kemajuan pasien dalam melakukan latihan
3. Perawatan Sirkulasi
- Kaji tanda-tanda vital pasien
- Pantau dan atasi masalah sirkulasi, jika ada
- Berikan intervensi untuk meningkatkan sirkulasi, jika diperlukan
4. Edukasi Kesehatan
- Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang kondisi yang dialami
- Ajarkan teknik-teknik untuk mempertahankan dan meningkatkan mobilitas
- Motivasi pasien dan keluarga untuk berpartisipasi aktif dalam proses pemulihan
Penjelasan rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI: "Mobilitas Fisik Terganggu" merupakan diagnosis keperawatan yang tepat karena mencakup penurunan kemampuan untuk melakukan pergerakan yang disengaja dan terarah pada tubuh atau bagian tubuh, sesuai dengan gejala yang Anda paparkan.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Pergerakan Ekstremitas Membaik: Indikator keberhasilan adalah pasien dapat meningkatkan kemampuan menggerakkan ekstremitas atas dan bawah secara mandiri.
b. Kekuatan Otot Meningkat: Indikator keberhasilan adalah pasien menunjukkan peningkatan kekuatan otot ekstremitas atas dan bawah.
c. Mobilitas Fisik Membaik: Indikator keberhasilan adalah pasien menunjukkan peningkatan kemampuan melakukan pergerakan yang disengaja dan terarah pada tubuh atau bagian tubuh.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Manajemen Aktivitas: Bertujuan untuk mengidentifikasi kemampuan pasien, mengatur aktivitas sesuai kemampuan, memberikan bantuan, dan mengevaluasi respon pasien.
b. Terapi Latihan Gerak: Bertujuan untuk mengidentifikasi kemampuan pasien, mengembangkan program latihan pergerakan, melakukan latihan secara bertahap, dan mengevaluasi kemajuan pasien.
c. Perawatan Sirkulasi: Bertujuan untuk mengkaji tanda-tanda vital, memantau dan mengatasi masalah sirkulasi, serta memberikan intervensi untuk meningkatkan sirkulasi.
d. Edukasi Kesehatan: Bertujuan untuk memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga, mengajarkan teknik-teknik untuk mempertahankan dan meningkatkan mobilitas, serta memotivasi pasien dan keluarga.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memahami kondisi pasien dan rencana asuhan keperawatan yang dapat diberikan. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, saya siap membantu. -
Article No. 20983 | 22 Aug 2025
Klinis : Klien mengatakan badannya kaku karena efek minum obat jiwa sehingga pergerakan lambat
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda sampaikan, di mana klien mengeluhkan badannya kaku karena efek minum obat jiwa sehingga pergerakannya lambat, maka diagnosis keperawatan yang mungkin sesuai adalah:
1. Gangguan Mobilitas Fisik
Kode SDKI: 00085
Definisi: Keterbatasan dalam kemampuan untuk melakukan pergerakan fisik yang independen dan terkoordinasi.
Penjelasan singkat:
Gangguan Mobilitas Fisik adalah kondisi di mana klien mengalami keterbatasan dalam melakukan pergerakan fisik secara independen dan terkoordinasi. Hal ini dapat disebabkan oleh efek samping obat-obatan, seperti kekakuan dan gerakan yang lambat.
2. Risiko Jatuh
Kode SDKI: 00155
Definisi: Kerentanan untuk mengalami jatuh yang dapat menyebabkan cedera, yang disebabkan oleh faktor-faktor dalam diri individu atau lingkungan.
Penjelasan singkat:
Risiko Jatuh adalah kondisi di mana klien memiliki kerentanan untuk mengalami jatuh yang dapat menyebabkan cedera. Pada kasus ini, klien dengan gangguan mobilitas fisik akibat efek obat jiwa memiliki risiko lebih tinggi untuk jatuh.
Kode SLKI:
1. Gangguan Mobilitas Fisik: L0106
2. Risiko Jatuh: L0114
Kode SIKI:
1. Gangguan Mobilitas Fisik: I0102
2. Risiko Jatuh: I0120
Diharapkan penjelasan singkat mengenai diagnosa keperawatan dan kodenya berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia dapat bermanfaat. Silakan tanyakan jika ada hal yang perlu dijelaskan lebih lanjut. -
Article No. 20984 | 22 Aug 2025
Klinis : Klien mengatakan badannya kaku karena efek minum obat jiwa sehingga pergerakan lambat
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \rtf1\ansi\ansicpg1252\deff0\nouicompat{\fonttbl{\f0\fnil\fcharset0 Calibri;}}
{\colortbl;\red0\green0\blue0;\red0\green0\blue255;}
{\*\generator Riched20 10.0.19041}\viewkind4\uc1
\pard\sa200\sl276\slmult1\f0\fs22\lang1057 Berdasarkan kondisi klien yang mengeluhkan badan kaku akibat efek samping obat psikotropika dengan pergerakan lambat, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat sesuai standar SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):\par
\b Diagnosa Keperawatan (SDKI):\b0\par
\cf2\ul Kode: D.0016\cf1\ulnone - \cf2\ul Gangguan Mobilitas Fisik\cf1\ulnone\par
\b Definisi:\b0 Kondisi di mana individu mengalami keterbatasan dalam pergerakan fisik secara mandiri akibat faktor internal atau eksternal, termasuk efek samping obat.\par
\b Faktor Terkait:\b0 Efek samping obat psikotropika (seperti ekstrapiramidal) yang menyebabkan kekakuan otot dan retardasi psikomotor.\par
\b Luaran Keperawatan (SLKI):\b0\par
\cf2\ul Kode: L.0403\cf1\ulnone - \cf2\ul Mobilitas Fisik Meningkat\cf1\ulnone\par
\b Definisi:\b0 Tingkat kemampuan klien dalam melakukan pergerakan fisik secara bertahap membaik, ditandai dengan penurunan kekakuan otot dan peningkatan kecepatan serta kualitas gerak.\par
\b Indikator:\b0 Klien dapat menggerakkan anggota tubuh dengan lebih leluasa, melakukan aktivitas harian dengan bantuan minimal, dan melaporkan penurunan keluhan kaku.\par
\b Intervensi Keperawatan (SIKI):\b0\par
\cf2\ul Kode: I.04070\cf1\ulnone - \cf2\ul Manajemen Efek Samping Obat\cf1\ulnone\par
\b Definisi:\b0 Tindakan keperawatan untuk memantau, mencegah, dan mengurangi efek samping obat, termasuk intervensi non-farmakologis dan kolaborasi dengan tim medis.\par
\b Aktivitas:\b0 \par
- Memantau tanda-tanda kekakuan otot dan retardasi psikomotor secara berkala.\par
- Melakukan mobilisasi bertahap dan latihan rentang gerak (ROM) untuk mengurangi kekakuan.\par
- Edukasi klien dan keluarga tentang efek samping obat serta strategi penanganannya.\par
- Kolaborasi dengan dokter untuk evaluasi dosis atau pertimbangan obat antagonis (contoh: antikolinergik) jika diperlukan.\par
- Memberikan lingkungan yang aman untuk mencegah risiko cedera akibat gangguan mobilitas.\par
\b Catatan:\b0 Pendekatan akademis dan persona pakar perawat diterapkan dengan menggunakan terminologi klinis yang tepat, evidence-based practice, dan kolaborasi interdisipliner untuk memastikan asuhan keperawatan yang komprehensif.\par
} -
Article No. 20985 | 22 Aug 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis awal pasien adalah tuberkulosis paru. Berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis (jika ada):
1. Kode ICD-10:
- Kode: A15.0
- Deskripsi: Tuberkulosis paru dengan konfirmasi bakteriologis dan histologis
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 87.44
- Deskripsi: Biopsi paru, jarum aspiasi
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 A15.0 merupakan kode untuk tuberkulosis paru dengan konfirmasi bakteriologis dan histologis. Hal ini sesuai dengan gejala yang dialami pasien, yaitu batuk berdahak, demam, sesak napas, dan hasil pemeriksaan menunjukkan adanya lesi di paru.
2. Kode ICD-9-CM 87.44 untuk biopsi paru, jarum aspirasi merupakan prosedur yang mungkin dilakukan untuk konfirmasi diagnosis tuberkulosis paru pada pasien ini. Prosedur ini dilakukan untuk mengambil sampel jaringan atau cairan dari paru untuk pemeriksaan mikrobiologis atau histologis.
Catatan: Kode ICD-9-CM hanya digunakan di beberapa negara, sedangkan kode ICD-10 merupakan standar internasional untuk diagnosis penyakit. -
Article No. 20986 | 22 Aug 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan, penjelasan singkat, kode, dan definisi SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang diberikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas (SDKI: 00031)
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang bebas.
2. Intoleransi Aktivitas (SDKI: 00092)
Definisi: Ketidakmampuan untuk bertoleransi terhadap aktivitas fisik.
3. Defisit Nutrisi (SDKI: 00002)
Definisi: Asupan nutrisi yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Rencana Keperawatan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas Efektif (SLKI: 0301)
2. Toleransi Aktivitas Meningkat (SLKI: 0901)
3. Status Nutrisi Membaik (SLKI: 0202)
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas (SIKI: IC-01)
Definisi: Tindakan untuk mempertahankan atau memfasilitasi jalan napas yang bebas.
2. Manajemen Energi (SIKI: AK-01)
Definisi: Tindakan untuk mengatur penggunaan energi agar sesuai dengan kapasitas individu.
3. Manajemen Nutrisi (SIKI: NI-01)
Definisi: Tindakan untuk mengatur asupan nutrisi agar memenuhi kebutuhan tubuh.
Kode SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia digunakan untuk mengidentifikasi, merencanakan, dan mengevaluasi asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien. -
Article No. 20987 | 22 Aug 2025
Klinis : Pasien mengeluh merasa kurang tidur, lelah, tampak lesu, serta sedikit sesak napas sejak ą 2 hari yang lalu. Pasien menyatakan sudah mencoba merehatkan badannya, namun energi yang diharapkan tidak kunjung kembali.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan mempertimbangkan kondisi yang Anda sampaikan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang sesuai, berdasarkan ketetapan Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan:
Kelelahan (00093)
2. Penjelasan:
a. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Kode: 00093
- Definisi: Keterbatasan yang berkelanjutan dan subjektif dalam kapasitas untuk melakukan aktivitas yang diinginkan atau dibutuhkan.
b. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Kode: 00093
- Judul: Pemulihan Kelelahan
- Definisi: Tingkat pemulihan dari penurunan energi dan keterbatasan dalam melakukan aktivitas yang diinginkan atau dibutuhkan.
c. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Kode: 06120
- Judul: Manajemen Energi
- Definisi: Bantuan untuk mengidentifikasi dan mengatur penggunaan energi secara efektif.
Dalam konteks pasien yang mengeluh kurang tidur, lelah, lesu, dan sedikit sesak napas, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Kelelahan (00093). Diagnosa ini mengindikasikan bahwa pasien mengalami keterbatasan berkelanjutan dan subjektif dalam kapasitas untuk melakukan aktivitas yang diinginkan atau dibutuhkan.
Penatalaksanaan keperawatan yang dapat dilakukan meliputi:
1. Mengevaluasi pola tidur pasien dan memberikan intervensi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas tidur.
2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan kelelahan, seperti aktivitas berlebihan, stres, atau masalah kesehatan lainnya.
3. Membantu pasien dalam merencanakan dan melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuannya, serta memonitor pemulihan energi.
4. Memberikan edukasi kepada pasien mengenai manajemen energi, seperti teknik relaksasi, pengaturan jadwal aktivitas, dan istirahat yang cukup.
Dengan pendekatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat memulihkan kelelahan dan mengembalikan energi yang dibutuhkan untuk melakukan aktivitas sehari-hari. -
Article No. 20988 | 22 Aug 2025
Klinis : resiko perdarahan post operasi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan nada akademis dan persona sebagai pakar perawat, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat, serta kode dan definisi SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi risiko perdarahan post operasi:
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Perdarahan Pascaoperasi (00206)
Penjelasan Singkat:
Risiko Perdarahan Pascaoperasi adalah kerentanan individu terhadap kehilangan cairan darah dalam jumlah yang berlebihan selama atau setelah prosedur bedah, yang dapat mengancam kesehatan.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 00206
Definisi: Kerentanan individu terhadap kehilangan cairan darah dalam jumlah yang berlebihan selama atau setelah prosedur bedah, yang dapat mengancam kesehatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: LS 06.01
Definisi: Pemulihan fungsi fisiologis tubuh setelah prosedur bedah.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: IP 06.01
Definisi: Tindakan yang dilakukan untuk memantau dan mengendalikan perdarahan setelah prosedur bedah.
Jadi, dalam kondisi risiko perdarahan pascaoperasi, perawat harus melakukan intervensi keperawatan yang berfokus pada pemantauan dan pengendalian perdarahan untuk memulihkan fungsi fisiologis tubuh pasien setelah prosedur bedah. -
Article No. 20932 | 21 Aug 2025
Klinis : APA SIKI UNTUK GANGGUAN IMOBILITAS FISIK
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, serta SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi gangguan imobilitas fisik.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Mobilitas Fisik
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 10037
Definisi: Keterbatasan dalam melakukan gerakan fisik yang disengaja dan mandiri pada tubuh atau bagian tubuh.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 10080
Definisi: Kemampuan pasien untuk bergerak dengan mudah dan tanpa bantuan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 10141
Definisi: Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk membantu pasien meningkatkan kemampuan bergerak secara mandiri.
Sebagai seorang perawat, saya akan membantu pasien dengan gangguan imobilitas fisik melalui intervensi-intervensi yang sesuai dengan SIKI, seperti:
1. Memfasilitasi latihan gerak pasien
2. Mengajarkan teknik mobilisasi yang aman
3. Memantau respon pasien terhadap aktivitas
4. Mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi mobilitas
5. Melibatkan keluarga dalam perawatan pasien
Tujuan akhirnya adalah untuk membantu pasien mencapai kemampuan bergerak yang optimal dan mandiri sesuai dengan kondisinya. -
Article No. 20933 | 21 Aug 2025
Klinis : Seorang perempuan usia 45 tahun tertawa sendiri, tidak mau makan, mondar mandir, tidak mau mandi. Sebutkan diagnosa ICD, SDKI, SLKI, siki, Nanda, sebutkan pula pemeriksaan penunjang, obat obatan yang sesuai dengan kasus diatas.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: F23
- Deskripsi: Psikosis akut dan sementara
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 94.24
- Deskripsi: Pemeriksaan psikiatri, psikologis, dan neuropsikologis
Berdasarkan gejala yang disampaikan, pasien perempuan usia 45 tahun ini kemungkinan besar mengalami kondisi psikosis akut dan sementara (F23 dalam kode ICD-10). Kondisi ini ditandai dengan perubahan perilaku yang tiba-tiba, seperti tertawa sendiri, tidak mau makan, mondar-mandir, dan tidak mau mandi.
Untuk diagnosis lainnya, dapat mempertimbangkan:
- SDKI: Risiko perilaku kekerasan
- SLKI: Defisit perawatan diri
- SIKI: Manajemen psikosis
- NANDA: Risiko gangguan proses pikir
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain:
- Pemeriksaan psikiatri, psikologis, dan neuropsikologis (kode ICD-9-CM 94.24)
- Tes laboratorium darah untuk menyingkirkan penyebab medis
- Tes pencitraan otak (CT scan atau MRI) untuk mengevaluasi kemungkinan penyebab organik
Penatalaksanaan yang dapat diberikan:
- Obat antipsikotik, seperti haloperidol, risperidon, atau olanzapin
- Terapi psikososial, seperti psikoedukasi, terapi perilaku, atau intervensi keluarga
- Intervensi keperawatan, seperti manajemen lingkungan, manajemen perilaku, dan dukungan emosional
Pendekatan holistik yang melibatkan tim multidisiplin sangat penting dalam menangani kasus psikosis akut dan sementara ini, dengan tujuan untuk menstabilkan kondisi pasien, menurunkan gejala, dan mencegah komplikasi lebih lanjut.