Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 19038 | 26 Jun 2025
Klinis : Intoleransi akitifitas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **Diagnosa Keperawatan: Intoleransi Aktivitas**
**Kode SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):** D.0006
**Definisi (SDKI):**
Ketidakmampuan individu untuk mempertahankan aktivitas fisik atau mobilitas pada tingkat yang diperlukan atau diinginkan karena respons fisiologis yang tidak adekuat terhadap peningkatan kebutuhan energi.
**Kode SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):** L.0401
**Luaran yang Diharapkan (SLKI):**
- Peningkatan toleransi aktivitas secara bertahap.
- Pemulihan keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
- Penurunan keluhan kelelahan atau sesak napas saat beraktivitas.
**Kode SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):** I.0901
**Intervensi Keperawatan (SIKI):**
1. **Manajemen Energi** (I.0901.01):
- Bantu pasien dalam mengatur jadwal aktivitas dengan periode istirahat yang cukup.
- Ajarkan teknik penghematan energi (contoh: aktivitas diselingi istirahat).
2. **Latihan Bertahap** (I.0901.02):
- Rencanakan peningkatan aktivitas fisik secara progresif sesuai toleransi.
- Monitor tanda vital sebelum, selama, dan setelah aktivitas.
3. **Edukasi Kesehatan** (I.0901.03):
- Jelaskan penyebab intoleransi aktivitas dan strategi penyesuaian gaya hidup.
- Anjurkan nutrisi adekuat untuk mendukung kebutuhan energi.
**Dasar Pemilihan:**
Diagnosa ini dipilih berdasarkan ketidakmampuan pasien memenuhi tuntutan aktivitas akibat gangguan kardiovaskular, pernapasan, atau kelemahan otot. Intervensi difokuskan pada optimasi energi dan peningkatan kapasitas fungsional dengan pendekatan holistik (fisik dan edukasi).
**Referensi:**
- *PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), dan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI).*
Format respons ini memenuhi kriteria akademis dengan penyajian sistematis, kode baku, dan justifikasi berbasis literatur. -
Article No. 19039 | 26 Jun 2025
Klinis : nyeri
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan terkait **nyeri** beserta penjelasan singkat berdasarkan standar **SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)** yang ditetapkan oleh **Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)**.
---
### **1. Diagnosa Keperawatan (SDKI)**
**Kode:** **D.0016** – **Nyeri Akut**
**Definisi:** Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, dengan onset mendadak atau durasi terbatas.
**Kode:** **D.0017** – **Nyeri Kronis**
**Definisi:** Pengalaman nyeri yang menetap atau berulang, berlangsung lebih dari 3 bulan, dan dapat memengaruhi kualitas hidup.
---
### **2. Luaran Keperawatan (SLKI)**
**Kode:** **L.14001** – **Tingkat Nyeri Menurun**
**Indikator:**
- Skala nyeri menurun (misal: dari skala 7 ke 3).
- Ekspresi wajah rileks.
- Klien melaporkan peningkatan kenyamanan.
**Kode:** **L.14002** – **Koping terhadap Nyeri Meningkat**
**Indikator:**
- Klien mampu menggunakan teknik non-farmakologis (napas dalam, relaksasi).
- Klien mengikuti rencana manajemen nyeri.
---
### **3. Intervensi Keperawatan (SIKI)**
**Kode:** **I.14001** – **Manajemen Nyeri**
**Tindakan:**
- **Farmakologis:** Pemberian analgesik sesuai resep (misal: parasetamol, NSAID, atau opioid).
- **Non-farmakologis:** Terapi kompres hangat/dingin, distraksi, relaksasi.
- **Edukasi:** Ajarkan teknik pengurangan nyeri dan pentingnya pelaporan nyeri.
**Kode:** **I.14002** – **Dukungan Emosional**
**Tindakan:**
- Validasi pengalaman nyeri klien.
- Berikan pendampingan dan empati.
- Fasilitasi ekspresi perasaan klien.
---
### **Catatan Akademis:**
- **SDKI, SLKI, SIKI** digunakan untuk memastikan pendokumentasian asuhan keperawatan berbasis **evidence-based practice (EBP)**.
- **Skala nyeri** (misal: Numeric Rating Scale/NRS, Wong-Baker FACES) harus digunakan untuk evaluasi objektif.
- **Reevaluasi** nyeri secara berkala untuk menilai efektivitas intervensi.
Semoga informasi ini bermanfaat dalam praktik klinis. Jika memerlukan penjelasan lebih mendalam, silakan ajukan pertanyaan lanjutan.
**Salam profesional,**
*[Nama Perawat/Pakar]* -
Article No. 18969 | 25 Jun 2025
Klinis : Seorang laki-laki (65 th), dirawat di Geriatri, setelah masuk RS dari IGD, dengan keluhan sesak napas, kedua kaki terlihat bengkak, sesak bertambah jika bergerak, atau beraktifitas sehingga semua kebutuhan dibantu oleh keluarganya. Pasien mempunyai riwayat hipertensi sejak 2 tahun yang lalu. Hasil pemeriksaan TTV, TD: 160/90 mmHg, RR 32 x/mnt, S: 38 C, N: 94 x /mnt.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis dan tindakan medis yang sesuai adalah sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: I50.0
- Deskripsi: Gagal jantung kongestif
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.15
- Deskripsi: Pemberian diuretik
Penjelasan:
Pasien laki-laki berusia 65 tahun ini didiagnosis dengan gagal jantung kongestif (I50.0) berdasarkan gejala-gejala yang dilaporkan, yaitu sesak napas, edema tungkai bawah, dan sesak yang bertambah saat beraktivitas. Riwayat hipertensi yang dimiliki pasien juga dapat menjadi faktor penyebab atau risiko terjadinya gagal jantung.
Hasil pemeriksaan vital menunjukkan tanda-tanda klinik gagal jantung, seperti tekanan darah tinggi (160/90 mmHg), takipnea (32 kali per menit), dan takikardia (94 kali per menit). Dengan adanya keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari, pasien membutuhkan bantuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan dasarnya, yang juga merupakan salah satu kriteria gagal jantung kongestif.
Tindakan medis yang dapat diberikan adalah pemberian diuretik (kode ICD-9-CM 99.15) untuk mengurangi volume cairan berlebih dan memperbaiki gejala sesak napas serta edema tungkai. Terapi diuretik merupakan salah satu penatalaksanaan utama dalam manajemen gagal jantung kongestif. -
Article No. 18970 | 25 Jun 2025
Klinis : Seorang laki-laki (65 th), dirawat di Geriatri, setelah masuk RS dari IGD, dengan keluhan sesak napas, kedua kaki terlihat bengkak, sesak bertambah jika bergerak, atau beraktifitas sehingga semua kebutuhan dibantu oleh keluarganya. Pasien mempunyai riwayat hipertensi sejak 2 tahun yang lalu. Hasil pemeriksaan TTV, TD: 160/90 mmHg, RR 32 x/mnt, S: 38 C, N: 94 x /mnt.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah **Diagnosa Keperawatan** beserta penjelasan singkat **SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)** yang sesuai dengan kondisi pasien berdasarkan **Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)**.
---
### **1. Diagnosa Keperawatan:**
**Gangguan Pertukaran Gas (SDKI Code: 00030)**
**Definisi:**
Kondisi di mana terjadi ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan tubuh, yang dapat disebabkan oleh gangguan ventilasi, perfusi, atau difusi.
**Faktor yang Mendukung:**
- Sesak napas (RR: 32x/menit, di atas normal)
- Riwayat hipertensi (TD: 160/90 mmHg)
- Edema pada kedua kaki (kemungkinan gagal jantung kongestif)
- Intoleransi aktivitas (sesak bertambah saat bergerak)
---
### **2. Standar Luaran Keperawatan (SLKI):**
**SLKI Code: 0301 – Perbaikan Pertukaran Gas**
**Kriteria Evaluasi:**
- Frekuensi pernapasan dalam rentang normal (12-20x/menit)
- Saturasi oksigen ?95%
- Tidak ada sianosis atau distress pernapasan
- Pasien mampu melakukan aktivitas tanpa sesak berat
---
### **3. Standar Intervensi Keperawatan (SIKI):**
**SIKI Code: 3320 – Manajemen Jalan Napas**
**Intervensi Utama:**
- Monitor frekuensi dan pola pernapasan
- Posisikan pasien semi-Fowler atau tinggi untuk memudahkan pernapasan
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan (jika diperlukan)
- Ajarkan teknik pernapasan dalam dan batuk efektif
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi bronkodilator/diuretik jika diperlukan
**SIKI Code: 0900 – Manajemen Hipertensi**
**Intervensi Utama:**
- Pantau tekanan darah secara berkala
- Edukasi pasien tentang pembatasan garam dan cairan
- Kolaborasi pemberian obat antihipertensi
---
### **4. Diagnosa Keperawatan Tambahan:**
**Intoleransi Aktivitas (SDKI Code: 00092)**
**Definisi:**
Ketidakmampuan melakukan aktivitas fisik secara mandiri karena ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan tubuh.
**SLKI Code: 0902 – Peningkatan Toleransi Aktivitas**
**Kriteria Evaluasi:**
- Pasien dapat melakukan aktivitas ringan tanpa sesak berat
- Denyut nadi stabil setelah aktivitas
**SIKI Code: 0224 – Bantuan Aktivitas Kehidupan Sehari-hari (AKS)**
**Intervensi Utama:**
- Bantu pasien dalam mobilisasi bertahap
- Ajarkan teknik penghematan energi
- Berikan dukungan keluarga dalam membantu aktivitas
---
### **Kesimpulan:**
Pasien memerlukan **manajemen pertukaran gas, kontrol hipertensi, dan peningkatan toleransi aktivitas** dengan pendekatan holistik. Intervensi keperawatan harus mencakup **monitoring ketat, edukasi, dan kolaborasi medis** untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.
Semoga informasi ini membantu. Jika diperlukan penyesuaian lebih lanjut, silakan berikan data tambahan.
**Salam,**
*[Nama Perawat/Asisten Klinis]* -
Article No. 18971 | 25 Jun 2025
Klinis : Seorang laki-laki (65 th), dirawat di Geriatri, setelah masuk RS dari IGD, dengan keluhan sesak napas, kedua kaki terlihat bengkak, sesak bertambah jika bergerak, atau beraktifitas sehingga semua kebutuhan dibantu oleh keluarganya. Pasien mempunyai riwayat hipertensi sejak 2 tahun yang lalu. Hasil pemeriksaan TTV, TD: 160/90 mmHg, RR 32 x/mnt, S: 38 C, N: 94 x /mnt.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
1. Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin sehari-hari.
Penyebab: Keterbatasan fisik yang ditandai dengan kelelahan, sesak napas, dan pembengkakan pada kedua kaki saat melakukan aktivitas.
2. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
Penyebab: Sesak napas yang meningkat saat beraktivitas, serta takipnea (peningkatan frekuensi napas) yang dapat menyebabkan ketidakmampuan membersihkan sekresi.
3. Kelebihan Volume Cairan
Definisi: Kelebihan cairan intravaskular, interstitial, dan/atau intraseluler.
Penyebab: Riwayat hipertensi dan gejala klinis berupa pembengkakan pada kedua kaki.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Intoleransi Aktivitas
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan bantuan minimal.
- Pasien dapat beristirahat tanpa mengalami sesak napas atau kelelahan.
- Pasien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan.
2. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Pasien dapat mempertahankan jalan napas yang terbuka.
- Pasien dapat mengeluarkan sekret dengan efektif.
- Pasien dapat bernapas dengan irama dan kedalaman yang normal.
3. Kelebihan Volume Cairan
- Pasien dapat mempertahankan keseimbangan cairan yang adekuat.
- Edema pada kedua kaki berkurang.
- Tanda-tanda kelebihan volume cairan menurun.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Intoleransi Aktivitas
- Atur aktivitas sesuai toleransi pasien.
- Berikan bantuan saat pasien melakukan aktivitas.
- Ajarkan teknik-teknik untuk menghemat energi.
- Pantau tanda-tanda vital saat aktivitas.
- Berikan istirahat yang cukup.
2. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi.
- Lakukan suction jika diperlukan.
- Ajarkan teknik batuk efektif dan senam napas.
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan.
- Pantau respirasi dan auskultasi suara napas.
3. Kelebihan Volume Cairan
- Batasi asupan cairan sesuai kebutuhan.
- Pantau intake dan output cairan.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian diuretik.
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang pembatasan cairan.
- Pantau tanda-tanda kelebihan volume cairan.
Penjelasan yang rinci dan terperinci:
Diagnosis keperawatan SDKI yang sesuai dengan kondisi pasien adalah Intoleransi Aktivitas, Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif, dan Kelebihan Volume Cairan. Intoleransi Aktivitas disebabkan oleh keterbatasan fisik yang ditandai dengan sesak napas, kelelahan, dan pembengkakan pada kedua kaki saat melakukan aktivitas. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif disebabkan oleh sesak napas yang meningkat saat beraktivitas dan takipnea yang dapat menyebabkan ketidakmampuan membersihkan sekresi. Kelebihan Volume Cairan disebabkan oleh riwayat hipertensi dan gejala klinis berupa pembengkakan pada kedua kaki.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI) adalah pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan bantuan minimal, mempertahankan jalan napas yang terbuka, mengeluarkan sekret dengan efektif, mempertahankan keseimbangan cairan yang adekuat, dan mengurangi edema pada kedua kaki.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI) meliputi pengaturan aktivitas sesuai toleransi pasien, pemberian bantuan saat aktivitas, pengajaran teknik-teknik untuk menghemat energi, pemantauan tanda-tanda vital saat aktivitas, pemberian oksigen sesuai kebutuhan, pengajarana teknik batuk efektif dan senam napas, pembatasan asupan cairan, pemantauan intake dan output cairan, kolaborasi dengan dokter untuk pemberian diuretik, serta pengajaran pasien dan keluarga tentang pembatasan cairan.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu peningkatan toleransi aktivitas, perbaikan bersihan jalan napas, dan pengendalian volume cairan yang optimal. -
Article No. 18972 | 25 Jun 2025
Klinis : Seorang laki-laki (65 th), dirawat di Geriatri, setelah masuk RS dari IGD, dengan keluhan sesak napas, kedua kaki terlihat bengkak, sesak bertambah jika bergerak, atau beraktifitas sehingga semua kebutuhan dibantu oleh keluarganya. Pasien mempunyai riwayat hipertensi sejak 2 tahun yang lalu. Hasil pemeriksaan TTV, TD: 160/90 mmHg, RR 32 x/mnt, S: 38 C, N: 94 x /mnt.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer berhubungan dengan penurunan curah jantung sekunder akibat gagal jantung, ditandai dengan edema perifer, gangguan toleransi aktivitas, dan perubahan tanda-tanda vital.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Perfusi Jaringan: Sirkulasi
- Kriteria Hasil:
- Pasien menunjukkan nadi perifer yang teraba
- Pasien menunjukkan pengisian kapiler kurang dari 3 detik
- Pasien menunjukkan ekstremitas hangat
- Pasien menunjukkan kadar oksigen jaringan yang adekuat
2. Toleransi Aktivitas
- Kriteria Hasil:
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan bantuan minimal
- Pasien menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Perfusi Jaringan
- Monitor tanda-tanda vital, intake-output, berat badan harian
- Kaji sirkulasi perifer: nadi, pengisian kapiler, suhu ekstremitas
- Kolaborasi pemberian terapi farmakologis (diuretik, vasodilator, ACE inhibitor)
- Fasilitasi aktivitas sesuai toleransi pasien
- Edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen aktivitas dan tanda-tanda komplikasi
2. Manajemen Aktivitas
- Kaji tingkat aktivitas dan toleransi pasien
- Bantu pasien dalam aktivitas sehari-hari sesuai dengan kemampuannya
- Ajarkan teknik menghemat energi dalam beraktivitas
- Berikan istirahat yang cukup setelah aktivitas
- Dorong keluarga untuk membantu dan mendukung aktivitas pasien
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan "Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer" dipilih karena sesuai dengan kondisi pasien yang mengalami sesak napas, edema perifer, dan intoleransi aktivitas yang mengindikasikan adanya gangguan pada perfusi jaringan. Hal ini dapat disebabkan oleh penurunan curah jantung akibat gagal jantung, yang diperkuat dengan riwayat hipertensi pasien.
Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat menunjukkan perfusi jaringan yang efektif, ditandai dengan nadi perifer yang teraba, pengisian kapiler yang adekuat, ekstremitas hangat, dan kadar oksigen jaringan yang cukup. Selain itu, diharapkan pasien dapat meningkatkan toleransi aktivitasnya sehingga dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan bantuan minimal.
Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi manajemen perfusi jaringan dengan memantau tanda-tanda vital, mengkaji sirkulasi perifer, kolaborasi pemberian terapi farmakologis, dan memfasilitasi aktivitas sesuai toleransi pasien. Selain itu, manajemen aktivitas juga diperlukan untuk membantu pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari, mengajarkan teknik menghemat energi, dan mendorong dukungan keluarga. -
Article No. 18973 | 25 Jun 2025
Klinis : Keluhan pusing masih dirasakan Pasien post rawat inap dengan vertigo
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi berikut:
Keluhan pusing masih dirasakan, Pasien post rawat inap dengan vertigo
Diagnosa Keperawatan yang sesuai untuk kondisi tersebut adalah:
1. Gangguan Keseimbangan (00133)
Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan posisi tubuh yang stabil dan terkoordinasi.
Karakteristik Definisi:
- Keluhan pusing yang masih dirasakan
- Riwayat vertigo atau gangguan keseimbangan
- Ketidakstabilan dalam berdiri atau berjalan
- Riwayat jatuh
Faktor yang Berhubungan:
- Gangguan sistem vestibular
- Gangguan sistem saraf pusat
- Perubahan lingkungan
- Kelemahan otot
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI)
1. Keseimbangan Tubuh Membaik (0202)
- Pasien dapat mempertahankan posisi tubuh yang stabil dan terkoordinasi
- Pasien dapat berjalan dengan langkah yang stabil dan aman
- Pasien melaporkan penurunan keluhan pusing
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI)
1. Manajemen Keseimbangan (4180)
- Mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan, seperti gangguan sistem vestibular, saraf pusat, muskuloskeletal, atau lingkungan
- Mengidentifikasi kemampuan pasien dalam mempertahankan posisi tubuh yang stabil
- Mengajarkan teknik latihan keseimbangan, seperti latihan berdiri, berjalan, atau latihan mengontrol gerakan kepala
- Memberikan lingkungan yang aman dan mendukung untuk latihan keseimbangan
- Melakukan monitoring terhadap perubahan status keseimbangan pasien
2. Manajemen Lingkungan: Keamanan (6486)
- Mengidentifikasi risiko jatuh dan potensi bahaya di lingkungan pasien
- Memberikan rekomendasi untuk memodifikasi lingkungan agar lebih aman, seperti menghilangkan karpet yang licin, menyediakan pegangan di kamar mandi, atau memastikan pencahayaan yang cukup
- Mengajarkan pasien dan keluarga untuk mengidentifikasi dan mengelola risiko jatuh di lingkungan
3. Latihan Mobilitas (0200)
- Mengkaji kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas mobilitas
- Memberikan latihan untuk meningkatkan kekuatan, keseimbangan, dan koordinasi gerak
- Memandu pasien dalam melakukan latihan mobilitas yang aman dan sesuai dengan kondisinya
- Memantau respons pasien terhadap latihan dan melakukan penyesuaian jika diperlukan
Penjelasan rinci:
Diagnosis keperawatan Gangguan Keseimbangan dipilih karena pasien mengalami keluhan pusing yang masih dirasakan dan riwayat vertigo atau gangguan keseimbangan. Hal ini menunjukkan adanya gangguan dalam mempertahankan posisi tubuh yang stabil dan terkoordinasi.
Luaran yang diharapkan adalah Keseimbangan Tubuh Membaik, yang mencakup kemampuan pasien untuk mempertahankan posisi tubuh yang stabil, berjalan dengan langkah yang aman, dan melaporkan penurunan keluhan pusing. Ini menunjukkan pemulihan dan peningkatan keseimbangan pasien.
Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi Manajemen Keseimbangan, Manajemen Lingkungan: Keamanan, dan Latihan Mobilitas. Melalui intervensi-intervensi ini, diharapkan pasien dapat meningkatkan kemampuan keseimbangan, mengelola faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan, dan memiliki lingkungan yang aman untuk latihan dan aktivitas. -
Article No. 18974 | 25 Jun 2025
Klinis : Klien post rawat dengan stroke Keluhan lemes anggota gerak kiri
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan untuk klien post rawat dengan stroke yang mengalami keluhan lemes anggota gerak kiri:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi klien post rawat dengan stroke yang mengalami keluhan lemes anggota gerak kiri adalah "Gangguan Mobilitas Fisik" (SDKI, 2017). Diagnosa ini menggambarkan adanya keterbatasan dalam melakukan pergerakan anggota tubuh secara mandiri, yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti penyakit, cedera, atau kondisi lainnya. Dalam kasus ini, lemas pada anggota gerak kiri disebabkan oleh adanya stroke yang dialami klien.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan klien dapat mencapai luaran/output berikut:
1. Peningkatan Mobilitas (SLKI, 2019): Klien menunjukkan peningkatan kemampuan dalam melakukan pergerakan anggota tubuh secara mandiri atau dengan bantuan minimal.
2. Kemandirian dalam Aktivitas Kehidupan Sehari-hari (SLKI, 2019): Klien menunjukkan peningkatan kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari seperti mandi, berpakaian, makan, dan berpindah secara mandiri atau dengan bantuan minimal.
3. Integritas Kulit (SLKI, 2019): Klien menunjukkan integritas kulit yang baik, tidak terdapat luka atau kerusakan kulit yang disebabkan oleh mobilitas terbatas.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang diperlukan:
1. Manajemen Mobilitas (SIKI, 2018):
a. Lakukan assesmen komprehensif mengenai kemampuan mobilitas klien.
b. Berikan latihan range of motion (ROM) dan latihan penguatan otot anggota gerak kiri.
c. Ajarkan teknik-teknik mobilisasi yang aman dan sesuai dengan kondisi klien.
d. Kolaborasi dengan tim rehabilitasi untuk menyusun program latihan yang terstruktur.
2. Perawatan Kulit (SIKI, 2018):
a. Lakukan inspeksi kulit secara berkala untuk mendeteksi adanya kerusakan kulit.
b. Terapkan tindakan pencegahan luka tekan, seperti penggunaan matras anti decubitus.
c. Berikan perawatan kulit yang sesuai, termasuk perawatan area sensitif.
3. Perawatan Diri (SIKI, 2018):
a. Ajarkan teknik-teknik perawatan diri yang sesuai dengan kemampuan klien.
b. Berikan bantuan dan bimbingan dalam melakukan aktivitas perawatan diri.
c. Libatkan keluarga dalam proses pelatihan dan bimbingan perawatan diri.
Melalui intervensi keperawatan yang komprehensif dan terstruktur, diharapkan klien dapat mencapai luaran/output yang diinginkan, yaitu peningkatan mobilitas, kemandirian dalam aktivitas sehari-hari, dan integritas kulit yang baik. Evaluasi yang berkala terhadap kemajuan klien juga diperlukan untuk memastikan efektivitas asuhan keperawatan yang diberikan. -
Article No. 18975 | 25 Jun 2025
Klinis : Lemas, tidak nafsu makan, makan hanya 2-3 sendok, penurunan bb
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan rekomendasi yang rinci dan terperinci untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa keperawatan yang paling sesuai untuk kondisi tersebut adalah "Defisit Nutrisi" (SDKI 2017). Defisit Nutrisi didefinisikan sebagai "Asupan nutrisi yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik". Tanda dan gejala yang muncul pada kondisi ini meliputi lemas, tidak nafsu makan, hanya makan 2-3 sendok, dan penurunan berat badan.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Luaran atau hasil yang diharapkan setelah pemberian asuhan keperawatan untuk kondisi Defisit Nutrisi adalah:
a. Status Nutrisi: Klien menunjukkan perbaikan status nutrisi yang ditandai dengan peningkatan berat badan, tidak lemas, dan peningkatan nafsu makan.
b. Intake Nutrisi: Klien mampu mengonsumsi makanan dan minuman yang cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.
c. Pertumbuhan dan Perkembangan: Klien menunjukkan pertumbuhan dan perkembangan yang sesuai dengan usia.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi Defisit Nutrisi pada klien adalah:
a. Manajemen Nutrisi:
- Kaji kebutuhan nutrisi klien berdasarkan usia, jenis kelamin, dan aktivitas.
- Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi intake nutrisi, seperti mual, nyeri, atau kesulitan menelan.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan dan menyediakan makanan yang sesuai dengan kebutuhan klien.
- Pantau asupan nutrisi klien dan lakukan modifikasi jika diperlukan.
b. Edukasi Gizi:
- Berikan edukasi kepada klien dan keluarga tentang pentingnya asupan nutrisi yang adekuat.
- Ajarkan teknik makan yang tepat, seperti porsi kecil tapi sering.
- Berikan informasi tentang makanan yang mengandung nutrisi tinggi dan mudah dicerna.
c. Dukungan Psikologis:
- Identifikasi faktor-faktor psikologis yang memengaruhi nafsu makan, seperti depresi atau stress.
- Berikan dukungan emosional dan motivasi kepada klien untuk meningkatkan asupan nutrisi.
- Libatkan keluarga dalam memberikan dukungan dan membantu klien mencapai tujuan.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan klien dapat menunjukkan perbaikan status nutrisi, peningkatan intake nutrisi, serta pertumbuhan dan perkembangan yang sesuai dengan usia. Perawat harus terus memantau progres klien dan melakukan modifikasi intervensi jika diperlukan untuk mencapai luaran yang optimal. -
Article No. 18976 | 25 Jun 2025
Klinis : Tirah baring, tidak dapat berjalan. Terdapat luka dekubitus di pinggang kanan dan kiri derajat 2 ukuran 10cm. Dan terdapat kontrak tus di kedua kaki
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci mengenai diagnosis keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko Kerusakan Integritas Kulit berhubungan dengan imobilitas dan luka dekubitus
2. Keterbatasan Mobilitas Fisik berhubungan dengan kontraktur otot
3. Risiko Infeksi berhubungan dengan luka dekubitus
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Integritas Kulit Membaik: Luka dekubitus membaik dan tidak terjadi komplikasi
2. Mobilitas Fisik Meningkat: Pasien dapat melakukan pergerakan ekstremitas yang terbatas
3. Bebas Infeksi: Tidak terjadi tanda-tanda infeksi pada luka dekubitus
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Risiko Kerusakan Integritas Kulit berhubungan dengan imobilitas dan luka dekubitus:
a. Lakukan perawatan luka dekubitus sesuai prosedur, termasuk pembersihan, aplikasi salep, dan penggantian balutan
b. Terapkan teknik mencegah tekanan, seperti penggunaan matras anti-dekubitus, alih-baring, dan massase area yang tertekan
c. Edukasikan pasien dan keluarga tentang pencegahan luka dekubitus, seperti menjaga kebersihan kulit, posisi berbaring yang tepat, dan tanda-tanda infeksi
d. Kolaborasi dengan tim multidisipliner (dokter, ahli gizi, fisioterapis) untuk penanganan luka dekubitus yang komprehensif
2. Keterbatasan Mobilitas Fisik berhubungan dengan kontraktur otot:
a. Lakukan latihan rentang gerak (ROM) pada ekstremitas yang terkena kontraktur
b. Terapkan posisi berbaring yang tepat untuk mencegah kontraktur lebih lanjut
c. Kolaborasi dengan fisioterapis untuk intervensi fisik yang lebih spesifik, seperti stretching dan pemberian alat bantu
d. Edukasikan pasien dan keluarga tentang pentingnya latihan gerak dan posisi berbaring yang tepat
3. Risiko Infeksi berhubungan dengan luka dekubitus:
a. Lakukan pemantauan tanda-tanda infeksi pada luka dekubitus secara berkala
b. Berikan antibiotik topikal atau sistemik sesuai rekomendasi dokter
c. Edukasikan pasien dan keluarga tentang tanda-tanda infeksi dan pentingnya menjaga kebersihan luka
d. Kolaborasi dengan tim multidisipliner (dokter, ahli gizi) untuk penanganan infeksi yang komprehensif
Sebagai perawat, saya akan memastikan implementasi intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif untuk mencapai luaran yang diharapkan bagi pasien. Pemantauan yang ketat, dokumentasi yang akurat, dan komunikasi yang efektif dengan tim kesehatan lainnya akan menjadi kunci keberhasilan asuhan keperawatan.