Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 8816 | 13 Dec 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan sesak
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait kondisi pasien dengan keluhan sesak nafas.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien dengan keluhan sesak nafas adalah "Ketidakefektifan Pola Napas" (SDKI). Ketidakefektifan Pola Napas didefinisikan sebagai perubahan dalam frekuensi, kedalaman, atau irama pernapasan yang menyebabkan ketidakadekuatan ventilasi. Tanda dan gejala yang dapat muncul pada kondisi ini antara lain: frekuensi napas di luar rentang normal, perubahan kedalaman napas, penggunaan otot bantu pernapasan, adanya orthopnea, sianosis, dan rasa sesak.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan luaran/output yang dicapai adalah:
1. Pasien menunjukkan pola napas yang efektif, dengan indikator:
a. Frekuensi napas dalam rentang normal (12-20 kali/menit)
b. Irama napas teratur
c. Tidak ada retraksi otot bantu pernapasan
d. Saturasi oksigen memadai (>95%)
2. Pasien melaporkan tidak ada rasa sesak atau distress pernapasan
3. Pasien mampu beraktivitas tanpa hambatan pernapasan
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, berikut intervensi keperawatan yang diperlukan:
1. Pemantauan Tanda Vital
a. Mengkaji frekuensi, irama, dan kedalaman napas secara berkala
b. Memantau saturasi oksigen menggunakan pulse oximeter
c. Memantau tanda-tanda distres pernapasan (penggunaan otot bantu pernapasan, sianosis, dll.)
2. Manajemen Jalan Napas
a. Memposisikan pasien dengan posisi semi-fowler atau fowler untuk memudahkan pernapasan
b. Memberikan oksigen sesuai kebutuhan pasien
c. Mengajarkan teknik pernapasan diafragmatik atau pursed-lip breathing
3. Manajemen Nyeri
a. Mengkaji nyeri yang dirasakan pasien terkait sesak napas
b. Memberikan intervensi farmakologis atau nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
4. Edukasi dan Konseling
a. Mengedukasi pasien dan keluarga tentang penyebab, tanda-tanda, dan penatalaksanaan sesak napas
b. Mengajarkan teknik manajemen sesak napas yang dapat dilakukan mandiri oleh pasien
c. Mendorong pasien untuk aktif berpartisipasi dalam perawatannya
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan terpusat pada pasien, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan dan memiliki pola napas yang efektif serta bebas dari rasa sesak atau distres pernapasan. -
Article No. 8817 | 13 Dec 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan sesak nafas
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosis keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan untuk pasien yang datang dengan keluhan sesak napas.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Dalam kasus pasien yang datang dengan keluhan sesak napas, diagnosis keperawatan yang sesuai berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah "Ketidakefektifan Pola Napas". Diagnosa ini menggambarkan ketidakmampuan pasien untuk bernapas dengan mudah dan lancar, yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti penyakit paru, penyakit kardiovaskular, atau kondisi lain yang memengaruhi fungsi pernapasan. Diagnosa ini mencakup gejala-gejala seperti peningkatan frekuensi napas, penggunaan otot bantu pernapasan, napas dangkal, dan sensasi sesak di dada.
Luaran/Output SLKI:
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output yang diukur berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), yaitu:
1. Pola Napas Efektif: Pasien mampu bernapas dengan mudah dan lancar, tanpa penggunaan otot bantu yang berlebihan, serta mampu mempertahankan parameter pernapasan dalam batas normal.
2. Tingkat Kenyamanan: Pasien merasa nyaman dan terbebas dari sensasi sesak atau sulit bernapas.
3. Pengetahuan tentang Manajemen Sesak Napas: Pasien memahami faktor-faktor yang memengaruhi sesak napas dan mampu melakukan tindakan-tindakan untuk mengelola gejala tersebut.
Intervensi Keperawatan SIKI:
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut adalah beberapa intervensi keperawatan yang dapat dilakukan berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas:
- Memantau frekuensi, kedalaman, dan irama napas pasien
- Memposisikan pasien dalam posisi yang nyaman untuk bernapas
- Memberikan oksigen, jika diperlukan, sesuai dengan kebutuhan pasien
- Memberikan bronkodilator atau terapi inhalasi, sesuai dengan resep dokter
2. Manajemen Rasa Nyeri:
- Menilai intensitas dan karakteristik rasa sesak yang dialami pasien
- Memberikan analgesik, sesuai dengan resep dokter, untuk mengurangi rasa sesak
- Mengajarkan teknik-teknik relaksasi dan pengaturan napas untuk mengatasi rasa sesak
3. Edukasi Kesehatan:
- Menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi sesak napas dan cara mengelolanya
- Memberikan pendidikan kesehatan tentang gaya hidup yang sehat untuk mengurangi gejala sesak napas
- Melibatkan keluarga dalam proses edukasi dan perawatan pasien
Melalui penerapan diagnosis keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang sesuai, diharapkan pasien dapat mencapai pola napas yang efektif, merasa nyaman, dan mampu mengelola gejala sesak napas yang dialaminya. -
Article No. 8818 | 13 Dec 2024
Klinis : Pasien mengeluh batuk dan kadang disertai sesk nafas sekitar 7 bln, memberat awal Desember
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda berikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan, penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Pola Napas Tidak Efektif
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Pola napas tidak efektif adalah keadaan di mana individu mengalami perubahan frekuensi, kedalaman, atau kemudahan bernafas, yang dapat mengganggu ventilasi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pola napas membaik
2. Frekuensi pernapasan dalam rentang normal
3. Tidak ada tanda-tanda distress pernapasan
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Pantau status pernapasan
2. Ajarkan teknik pernapasan yang benar
3. Berikan oksigen sesuai indikasi
4. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan
Penjelasan Singkat:
Pasien mengeluh batuk dan sesak nafas yang memberat sejak Desember. Hal ini mengindikasikan adanya pola napas tidak efektif, yang perlu ditangani dengan memantau status pernapasan, mengajarkan teknik pernapasan yang benar, memberikan oksigen jika diperlukan, serta berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan yang komprehensif. -
Article No. 8819 | 13 Dec 2024
Klinis : Nyeri dada tembus ke belakang
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Dada Tembus ke Belakang
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Nyeri dada tembus ke belakang merupakan gangguan sensasi nyeri pada daerah dada yang menjalar ke bagian belakang tubuh. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai kondisi seperti penyakit jantung, gangguan esofagus, atau kelainan muskuloskeletal.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Tujuan utama penanganan nyeri dada tembus ke belakang adalah untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri, meningkatkan kemampuan pasien dalam mengatasi nyeri, dan mencegah komplikasi akibat nyeri yang berkepanjangan. Luaran yang diharapkan meliputi penurunan intensitas nyeri, peningkatan kemampuan pasien dalam mengelola nyeri, serta perbaikan fungsi kardiovaskuler dan pernapasan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi:
1. Manajemen nyeri: memberikan analgetik, terapi relaksasi, dan teknik distraksi untuk mengurangi nyeri.
2. Pemantauan tanda-tanda vital: untuk mendeteksi perubahan kondisi kardiovaskuler.
3. Edukasi: mengajarkan pasien dan keluarga tentang penyebab, gejala, dan penanganan nyeri dada.
4. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain: konsultasi dengan dokter untuk penanganan medis yang tepat.
Penerapan standar SDKI, SLKI, dan SIKI ini akan membantu perawat dalam melakukan pengkajian, merumuskan diagnosis, menetapkan luaran, dan memberikan intervensi yang komprehensif untuk mengatasi nyeri dada tembus ke belakang pada pasien. -
Article No. 8820 | 13 Dec 2024
Klinis : Nyeri dada tembus ke belakang
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan untuk kondisi nyeri dada tembus ke belakang.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi nyeri dada tembus ke belakang adalah "Nyeri Akut". Nyeri akut didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau dijelaskan dalam istilah tersebut. Kriteria diagnostik untuk nyeri akut mencakup ekspresi verbal atau nonverbal nyeri, perubahan tanda-tanda vital, dan perilaku protektif.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, luaran/output yang diharapkan adalah:
1. Pasien dapat melaporkan pengurangan nyeri hingga tingkat yang dapat diterima (skala nyeri ≤ 3).
2. Pasien dapat mendemonstrasikan strategi manajemen nyeri yang efektif.
3. Pasien dapat menunjukkan perilaku yang menunjukkan penurunan kecemasan terkait nyeri.
4. Pasien dapat mempertahankan fungsi kardiovaskular yang optimal.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, intervensi keperawatan yang diperlukan antara lain:
1. Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas, dan faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri.
2. Memberikan analgesik sesuai dengan instruksi medis untuk mengurangi nyeri.
3. Mengajarkan teknik relaksasi, distraksi, dan teknik manajemen nyeri non-farmakologis lainnya kepada pasien.
4. Memantau tanda-tanda vital, terutama perubahan pada denyut nadi, tekanan darah, dan frekuensi napas, yang dapat menunjukkan perubahan status kardiovaskular.
5. Memfasilitasi istirahat dan tidur yang cukup untuk membantu proses pemulihan.
6. Melibatkan keluarga dalam memberikan dukungan emosional dan praktis kepada pasien.
7. Mengevaluasi efektivitas intervensi dan melakukan modifikasi sesuai kebutuhan.
Dengan menerapkan diagnosa keperawatan yang tepat, menetapkan luaran yang jelas, dan melaksanakan intervensi keperawatan yang komprehensif, perawat dapat membantu pasien dengan nyeri dada tembus ke belakang untuk mencapai pemulihan yang optimal. -
Article No. 8821 | 13 Dec 2024
Klinis : Perempuan usia 37 tahun A: terdapat sumbatan jalan napas dengan bunyi snoring B: Dyspnea, retraksi intracostea C: Tekanan darah 70/45 mmhg, braadikardi, Pendarahan dari area ankle, akral dingin dan cyanosis. D: GCS E2M2V2, E: Laserasi pada temporal dextra
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda berikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Jalan Napas Berhubungan dengan Obstruksi Jalan Napas
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Ketidakmampuan untuk bernapas dengan lancar melalui hidung dan/atau mulut.
- Penyebab: Obstruksi jalan napas, seperti sumbatan pada tenggorokan.
- Gejala: Bunyi napas yang berlebihan (snoring), napas pendek (dyspnea), retraksi interkostal.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien dapat bernapas dengan lancar.
- Kriteria hasil: Tidak ada suara napas tambahan, pola napas normal, tidak ada retraksi interkostal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi: Membersihkan jalan napas, mengatur posisi pasien, berikan oksigen, dan pantau tanda-tanda vital.
2. Hipovolemia Berhubungan dengan Pendarahan
SDKI:
- Definisi: Penurunan volume darah dalam sistem sirkulasi.
- Penyebab: Pendarahan.
- Gejala: Tekanan darah rendah, bradikardia, akral dingin, sianosis.
SLKI:
- Luaran yang diharapkan: Pasien memiliki volume darah yang adekuat.
- Kriteria hasil: Tekanan darah normal, frekuensi nadi normal, ekstremitas hangat, tidak ada sianosis.
SIKI:
- Intervensi: Hentikan pendarahan, pantau tanda-tanda vital, berikan cairan atau darah sesuai kebutuhan, dan pertahankan suhu tubuh.
3. Penurunan Kesadaran Berhubungan dengan Cedera Kepala
SDKI:
- Definisi: Penurunan tingkat kesadaran.
- Penyebab: Cedera kepala.
- Gejala: Skor GCS E2M2V2.
SLKI:
- Luaran yang diharapkan: Pasien mempertahankan kesadaran yang optimal.
- Kriteria hasil: Skor GCS meningkat, pasien dapat mempertahankan kontak dengan lingkungan.
SIKI:
- Intervensi: Monitor tanda-tanda vital, pertahankan jalan napas, berikan oksigen jika diperlukan, dan lakukan observasi neurologis.
Harap diperhatikan bahwa diagnosa keperawatan dan rencana asuhan ini harus disesuaikan dengan kondisi pasien yang spesifik. -
Article No. 8822 | 13 Dec 2024
Klinis : Laki-laki usia 52 tahun A : tidak terdapat sumbatan jalan napas B : Dyspnea C : Akral teraba dingin, takikardi, cyanosis, CRT > 3 detik, Tekanan Darah 100/70 mmhg D : GCS E3 M4 V3 E : Suhu 35,3ºC, Open fraktur femoral sinistra,laserasi klavikula sinistra.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, untuk kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Perfusi Jaringan Perifer Berhubungan dengan Syok Hipovolemik
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Gangguan Perfusi Jaringan Perifer adalah kondisi di mana pengiriman oksigen dan nutrisi ke jaringan perifer tidak adekuat.
- Faktor yang berhubungan: Syok Hipovolemik, yang ditandai dengan akral teraba dingin, takikardi, sianosis, CRT > 3 detik, dan hipotensi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Perfusi Jaringan Perifer membaik, ditandai dengan ekstremitas hangat, nadi perifer teraba, CRT < 3 detik, dan tekanan darah membaik.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi yang dapat dilakukan: Atur posisi pasien, Monitor tanda-tanda vital, Berikan oksigen, Lakukan tindakan untuk mengatasi perdarahan, Berikan cairan infus untuk resusitasi, Kolaborasi pemberian obat-obatan (vasoaktif, analgetik, dll).
2. Penurunan Volume Cairan Berhubungan dengan Perdarahan
Penjelasan:
SDKI:
- Penurunan Volume Cairan adalah kondisi di mana jumlah cairan di dalam tubuh berkurang.
- Faktor yang berhubungan: Perdarahan eksternal (open fraktur femoral sinistra, laserasi klavikula sinistra).
SLKI:
- Luaran yang diharapkan: Volume Cairan membaik, ditandai dengan peningkatan tekanan darah, CRT < 3 detik, dan nadi perifer teraba.
SIKI:
- Intervensi yang dapat dilakukan: Atur posisi pasien, Monitor tanda-tanda vital, Hentikan perdarahan, Berikan cairan infus untuk resusitasi, Kolaborasi pemberian obat-obatan (vasoaktif, analgetik, dll).
3. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif Berhubungan dengan Penurunan Kesadaran
Penjelasan:
SDKI:
- Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif adalah kondisi di mana pasien tidak dapat membersihkan sekresi atau obstruksi dari jalan napas.
- Faktor yang berhubungan: Penurunan kesadaran (GCS E3 M4 V3).
SLKI:
- Luaran yang diharapkan: Bersihan Jalan Napas membaik, ditandai dengan pasien dapat batuk efektif, tidak ada suara napas tambahan, dan saturasi oksigen membaik.
SIKI:
- Intervensi yang dapat dilakukan: Posisikan pasien, Bersihkan jalan napas, Berikan oksigen, Kolaborasi intubasi/ventilasi mekanik.
Tone: Akademis
Persona: Pakar, Perawat -
Article No. 8823 | 13 Dec 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan sakit pada kaki dan sulit berjalan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk pasien dengan keluhan sakit pada kaki dan sulit berjalan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien ini adalah "Mobilitas Fisik Terganggu" (SDKI, 2017). Diagnosa ini didefinisikan sebagai "Keterbatasan dalam pergerakan fisik yang disengaja dan terkontrol dari satu tempat ke tempat lain" (SDKI, 2017). Pasien dengan keluhan sakit pada kaki dan sulit berjalan mengalami penurunan kemampuan untuk bergerak secara bebas dan mandiri, sehingga diagnosa ini sesuai.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, luaran yang diharapkan adalah "Mobilitas Fisik Membaik" (SLKI, 2019). Indikator dari luaran ini meliputi:
1. Pasien dapat berjalan dengan bantuan minimal atau mandiri.
2. Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan bantuan minimal atau mandiri.
3. Pasien dapat melakukan aktivitas yang diinginkan dengan bantuan minimal atau mandiri.
4. Pasien menunjukkan peningkatan kemampuan fisik.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
Untuk mencapai luaran "Mobilitas Fisik Membaik", berikut intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Manajemen Aktivitas: Mengidentifikasi aktivitas yang dapat dilakukan pasien, memberikan bantuan jika diperlukan, dan memantau toleransi pasien terhadap aktivitas.
2. Terapi Latihan: Merancang dan menerapkan program latihan fisik untuk meningkatkan kekuatan, fleksibilitas, dan keseimbangan pasien.
3. Perawatan Kaki: Melakukan perawatan kaki, seperti memotong kuku, membersihkan, dan mengoleskan pelembab kulit untuk mengurangi nyeri dan mencegah komplikasi.
4. Manajemen Nyeri: Menilai intensitas nyeri pada kaki pasien, memberikan intervensi farmakologis atau non-farmakologis untuk mengurangi nyeri, dan memantau efektivitasnya.
5. Edukasi Pasien: Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai penyebab, manajemen, dan pencegahan masalah mobilitas fisik.
Dengan penerapan intervensi-intervensi ini, diharapkan pasien dapat mencapai luaran "Mobilitas Fisik Membaik" dan meningkatkan kemampuannya dalam berjalan dan melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri atau dengan bantuan minimal. -
Article No. 8824 | 13 Dec 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan sendi lutut sakit, usia tua riwayat disedot cairan sendi lutut
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, yaitu pasien datang dengan keluhan sendi lutut sakit, usia tua riwayat disedot cairan sendi lutut, maka dapat diberikan kode ICD-10 dan ICD-9-CM sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: M17.9
- Deskripsi: Osteoartritis lutut, tidak dijelaskan
Penjelasan:
Kondisi yang Anda deskripsikan menunjukkan kemungkinan adanya osteoartritis lutut pada pasien usia tua. Kode M17.9 dalam ICD-10 digunakan untuk menggambarkan osteoartritis lutut yang tidak dijelaskan secara spesifik.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 81.91
- Deskripsi: Aspirasi sendi, termasuk pemberian obat
Penjelasan:
Dalam kasus ini, pasien memiliki riwayat disedot cairan sendi lutut. Tindakan ini dapat dikodekan menggunakan kode ICD-9-CM 81.91, yang mencakup aspirasi sendi, termasuk pemberian obat ke dalam sendi.
Perekam medis atau dokter dapat menggunakan kode-kode ini untuk mencatat diagnosis dan tindakan medis yang dilakukan pada pasien dengan kondisi osteoartritis lutut yang disertai dengan riwayat disedot cairan sendi lutut. -
Article No. 8825 | 13 Dec 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan sendi lutut sakit, penumpukan cairan disendi lutut usia tua riwayat disedot cairan sendi lutut
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan.
1. Kode ICD-10:
- Kode: M25.4
- Deskripsi: Efusi sendi, lutut
Penjelasan:
Keluhan pasien berupa sendi lutut sakit dengan penumpukan cairan di sendi lutut sesuai dengan diagnosis efusi sendi pada lutut. Kode ICD-10 M25.4 mencakup kondisi ini, yaitu efusi sendi (akumulasi cairan di dalam sendi) yang terjadi pada lutut.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 81.91
- Deskripsi: Aspirasi cairan sendi, lutut
Penjelasan:
Pasien memiliki riwayat pengeluaran (aspirasi) cairan sendi lutut, yang sesuai dengan kode prosedur ICD-9-CM 81.91, yaitu aspirasi cairan sendi pada lutut. Prosedur ini dilakukan untuk mengeluarkan cairan yang menumpuk di sendi lutut.
Kode-kode ini dapat digunakan oleh tenaga kesehatan, seperti dokter atau perekam medis, untuk mengkodekan diagnosis dan prosedur medis yang terkait dengan kondisi pasien ini.