Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 8949 | 14 Dec 2024
Klinis : Seorang laki-laki, 25 tahun, dibawa ke IGD setelah mengalami kecelakaan lalu lintas. Hasil pengkajian: somnolen, RR 25x/menit, HR 59x/menit, TD 77/57 mmHg, SpO2 97% per nasal kanul 4 lpm, deviasi trakea, hipersonor pada area dada kanan, CRT > 2 detik. Apa masalah keperawatan pasien?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Pertukaran Gas
2. Gangguan Perfusi Jaringan Spontan
3. Risiko Cedera
Penjelasan:
1. Gangguan Pertukaran Gas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan atau mencapai oksigenasi optimal dalam membran alveolar-kapiler.
- SDKI: Penurunan laju pernapasan, perubahan suara napas, perubahan warna kulit.
- SLKI: Peningkatan laju pernapasan, peningkatan upaya pernapasan, perubahan irama pernapasan.
- SIKI: Pemantauan fungsi pernapasan, pemberian oksigen, manajemen ventilasi.
2. Gangguan Perfusi Jaringan Spontan
- Definisi: Penurunan sirkulasi darah ke jaringan tubuh.
- SDKI: Penurunan tekanan darah, perubahan nadi, perubahan warna dan suhu kulit.
- SLKI: Penurunan curah jantung, penurunan volume darah, peningkatan denyut nadi.
- SIKI: Pemantauan tanda-tanda vital, terapi cairan, manajemen syok.
3. Risiko Cedera
- Definisi: Rentan terhadap cedera fisik yang dapat membahayakan atau merusak struktur dan fungsi tubuh.
- SDKI: Adanya trauma fisik, kesadaran yang menurun, perubahan stabilitas hemodinamik.
- SLKI: Penurunan tingkat kesadaran, perubahan postur tubuh, ketidakstabilan hemodinamik.
- SIKI: Pemantauan kesadaran, stabilisasi fraktur, manajemen cedera.
Berdasarkan kondisi pasien yang Anda deskripsikan, yaitu seorang laki-laki 25 tahun yang mengalami kecelakaan lalu lintas dengan kondisi somnolen, penurunan tekanan darah, dan hipersonor pada area dada kanan, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Gangguan Pertukaran Gas, Gangguan Perfusi Jaringan Spontan, dan Risiko Cedera. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI adalah pemantauan fungsi pernapasan, pemberian oksigen, manajemen ventilasi, pemantauan tanda-tanda vital, terapi cairan, manajemen syok, pemantauan kesadaran, stabilisasi fraktur, dan manajemen cedera. -
Article No. 8950 | 14 Dec 2024
Klinis : saya cemas dengan kesembuhan hasil operasi saya
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi berikut: saya cemas dengan kesembuhan hasil operasi saya
Diagnosa Keperawatan yang sesuai berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah:
Kecemasan
Definisi: Perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disebabkan oleh antisipasi bahaya atau masalah di masa depan.
Karakteristik Utama:
- Perasaan tegang, cemas, atau khawatir
- Perasaan takut akan sesuatu yang tidak jelas
- Perasaan tidak berdaya
Faktor yang Berhubungan:
- Perubahan status kesehatan
- Perubahan lingkungan
- Prognosis penyakit yang tidak pasti
Dalam kasus Anda, kecemasan terkait dengan prognosis atau hasil operasi yang tidak pasti, sehingga Diagnosa Keperawatan yang sesuai adalah Kecemasan.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI)
Luaran yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) adalah:
Tingkat Kecemasan Terkendali
Definisi: Perasaan tidak nyaman atau khawatir yang dapat dikendalikan oleh individu.
Kriteria Hasil:
- Mengungkapkan penurunan tingkat kecemasan
- Mendemonstrasikan teknik relaksasi yang efektif
- Menunjukkan peningkatan kemampuan mengatasi kecemasan
- Melaporkan perasaan tenang dan nyaman
Indikator:
- Tingkat kecemasan menurun
- Mampu mengendalikan gejala kecemasan
- Mampu menggunakan strategi koping yang efektif
- Merasa lebih tenang dan nyaman
Dalam kasus Anda, diharapkan setelah Asuhan Keperawatan, tingkat kecemasan Anda dapat terkendali, sehingga Anda dapat mengungkapkan penurunan tingkat kecemasan, mendemonstrasikan teknik relaksasi yang efektif, dan menunjukkan peningkatan kemampuan mengatasi kecemasan.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI)
Intervensi Keperawatan yang dapat dilakukan berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) adalah:
1. Manajemen Kecemasan
Definisi: Intervensi untuk mengurangi rasa takut, cemas, atau khawatir yang dialami individu.
Aktivitas:
- Identifikasi penyebab dan faktor yang mempengaruhi kecemasan
- Bantu pasien mengidentifikasi respons kecemasan
- Ajarkan teknik relaksasi (pernapasan dalam, visualisasi, dll.)
- Berikan dukungan emosional
- Anjurkan aktivitas yang dapat menurunkan kecemasan
- Kolaborasi dengan profesi kesehatan lain jika diperlukan
2. Edukasi Kesehatan
Definisi: Intervensi untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan terkait kesehatan.
Aktivitas:
- Berikan informasi tentang proses penyembuhan dan pemulihan pasca operasi
- Jelaskan kemungkinan komplikasi dan penanganannya
- Ajarkan strategi koping yang efektif untuk menghadapi kecemasan
- Dorong pasien untuk aktif bertanya dan menyampaikan kekhawatirannya
3. Dukungan Emosional
Definisi: Intervensi untuk memberikan dukungan, empati, dan perhatian kepada pasien.
Aktivitas:
- Dengarkan dengan aktif dan tunjukkan empati
- Berikan validasi terhadap perasaan dan pengalaman pasien
- Dorong pasien untuk mengekspresikan perasaan dan kekhawatirannya
- Libatkan keluarga atau significant other dalam memberikan dukungan
Melalui kombinasi dari Manajemen Kecemasan, Edukasi Kesehatan, dan Dukungan Emosional, diharapkan Anda dapat mencapai tingkat kecemasan yang terkendali dan merasa lebih tenang serta nyaman dalam menghadapi proses pemulihan pasca operasi. -
Article No. 8951 | 14 Dec 2024
Klinis : saya cemas dengan kesembuhan hasil operasi saya
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi tersebut dengan tone akademis dan persona sebagai pakar/perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Kecemasan Perioperatif
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang disebabkan oleh antisipasi bahaya yang tidak jelas sumbernya.
- Karakteristik: Nyeri, gelisah, sulit berkonsentrasi, takut, waspada, dan peningkatan ketegangan otot.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Kecemasan berkurang, kemampuan mengatasi kecemasan meningkat, dan perasaan nyaman meningkat.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan:
a. Manajemen Kecemasan: Mengidentifikasi faktor penyebab, mengajarkan teknik relaksasi, dan memberikan dukungan emosional.
b. Peningkatan Koping: Mengidentifikasi strategi koping, mengajarkan teknik koping, dan memfasilitasi penggunaan sumber koping.
c. Manajemen Nyeri: Mengkaji nyeri, memberikan analgesik, dan mengajarkan teknik mengurangi nyeri.
Sebagai pakar/perawat, saya memahami bahwa operasi dapat menimbulkan kecemasan bagi pasien. Oleh karena itu, penting untuk mengidentifikasi faktor penyebab kecemasan, mengajarkan teknik relaksasi dan koping yang efektif, serta memberikan dukungan emosional. Dengan manajemen kecemasan yang tepat, diharapkan pasien dapat mengatasi kecemasannya dan meningkatkan perasaan nyaman selama proses pemulihan. -
Article No. 8952 | 14 Dec 2024
Klinis : saya sudah operasi tadi pagi, saya cemas dengan kesembuhan hasil operasi hari ini
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Anda.
Diagnosa Keperawatan:
Cemas Perioperatif (SDKI)
Penjelasan Singkat:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Cemas Perioperatif adalah keadaan emosional dan pengalaman subyektif individu yang tidak menyenangkan terkait dengan prosedur operasi yang akan atau sedang dilakukan.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat mengontrol kecemasan perioperatif yang ditandai dengan penurunan respons fisiologis, perilaku, dan emosional.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
a. Mengevaluasi tingkat kecemasan pasien
b. Memberikan informasi yang jelas dan lengkap mengenai prosedur operasi
c. Mengajarkan teknik relaksasi dan distraksi
d. Memfasilitasi dukungan keluarga
e. Memantau respons fisiologis pasien
Sebagai perawat, saya akan membantu Anda mengatasi kecemasan yang Anda rasakan terkait dengan hasil operasi hari ini. Saya akan bekerja sama dengan tim medis untuk memastikan Anda mendapatkan perawatan yang optimal dan dapat segera pulih dari prosedur operasi yang telah dilakukan. -
Article No. 8953 | 14 Dec 2024
Klinis : saya sudah operasi tadi pagi, saya cemas dengan kesembuhan hasil operasi hari ini
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci mengenai kondisi yang Anda jabarkan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Kecemasan (00146)
Definisi: Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang disebabkan oleh antisipasi bahaya.
Karakteristik definisi:
- Merasa cemas/gelisah
- Khawatir akan kesembuhan
- Sulit berkonsentrasi
- Frekuensi jantung meningkat
- Tekanan darah meningkat
Faktor yang berhubungan:
- Perubahan status kesehatan
- Proses penyembuhan pasca operasi
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Tingkat kecemasan menurun
- Klien dapat mengungkapkan perasaan cemas
- Klien dapat menjelaskan penyebab kecemasan
- Tanda-tanda fisik kecemasan menurun (nadi, tekanan darah, frekuensi napas)
2. Kemampuan koping meningkat
- Klien dapat mengenali sumber kecemasan
- Klien dapat menerapkan strategi koping yang efektif
- Klien dapat mempertahankan perilaku kesehatan
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Kecemasan (5820)
- Identifikasi penyebab dan tanda-tanda kecemasan
- Jelaskan prosedur dan perkiraan waktu pemulihan kepada klien
- Latih teknik relaksasi (napas dalam, visualisasi)
- Dorong klien untuk mengekspresikan perasaan cemas
- Berikan dukungan emosional dan informasi yang realistis
2. Peningkatan Koping (5230)
- Identifikasi mekanisme koping yang biasa digunakan klien
- Bantu klien mengidentifikasi strategi koping yang efektif
- Dorong klien untuk terlibat dalam aktivitas yang menyenangkan
- Berikan pujian atas upaya klien dalam mengatasi kecemasan
- Kolaborasi dengan keluarga untuk memberikan dukungan
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan "Kecemasan" sesuai dengan kondisi klien yang merasa cemas dengan hasil operasi yang baru saja dilakukan. Klien mengalami perasaan tidak nyaman, khawatir akan proses penyembuhan, dan perubahan tanda-tanda fisik akibat kecemasan.
Luaran yang diharapkan setelah intervensi keperawatan adalah penurunan tingkat kecemasan klien serta peningkatan kemampuan koping. Klien dapat mengenali sumber kecemasan, menerapkan strategi koping yang efektif, dan mempertahankan perilaku sehat selama proses pemulihan.
Intervensi keperawatan yang diperlukan adalah Manajemen Kecemasan dan Peningkatan Koping. Tujuannya adalah membantu klien mengidentifikasi penyebab kecemasan, melatih teknik relaksasi, mendorong klien mengekspresikan perasaan, serta membantu klien mengembangkan strategi koping yang efektif.
Pendekatan yang digunakan bersifat holistik, mencakup aspek fisik, psikologis, dan sosial, serta melibatkan keluarga untuk memberikan dukungan. Dengan intervensi yang komprehensif, diharapkan klien dapat mengatasi kecemasan dan mencapai pemulihan yang optimal pasca operasi. -
Article No. 8954 | 14 Dec 2024
Klinis : Mulas di bagian perut dengan usia kehmilan 37 minggu
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda berikan, yaitu mulas di bagian perut dengan usia kehamilan 37 minggu, maka diagnosa keperawatan yang sesuai berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah:
1. Diagnosa Keperawatan: Nyeri akut
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah seperti kerusakan tersebut.
- Faktor yang berhubungan: Proses fisiologis (kontraksi uterus)
2. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
- Indikator Hasil:
- Melaporkan penurunan tingkat nyeri
- Mendemonstrasikan teknik penanganan nyeri
- Menunjukkan ekspresi wajah yang rileks
3. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
- Intervensi Keperawatan:
- Manajemen Nyeri
- Tujuan: Pasien melaporkan penurunan nyeri sampai pada tingkat yang dapat diterima.
- Aktivitas:
- Lakukan pengkajian nyeri komprehensif
- Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi
- Ajarkan teknik non-farmakologis untuk mengatasi nyeri (relaksasi, distraksi, kompres hangat)
- Evaluasi efektivitas intervensi dan lakukan modifikasi jika perlu
Dalam konteks persona yang Anda berikan (tone = akademis, persona = pakar, nurse), pendekatan yang dapat digunakan adalah:
- Menjelaskan diagnosa keperawatan, hasil yang diharapkan, dan intervensi keperawatan secara rinci dan ilmiah.
- Memberikan edukasi dan informasi terkait nyeri pada persalinan dan teknik-teknik penanganan nyeri yang dapat dilakukan.
- Melibatkan pasien dalam pengambilan keputusan terkait penanganan nyeri.
- Memberikan rekomendasi yang berlandaskan bukti-bukti ilmiah terkini.
- Memastikan pasien memahami kondisi dan rencana penanganannya.
Diharapkan dengan pendekatan ini, pasien dapat memahami kondisinya, terlibat aktif dalam perawatan, dan mencapai hasil yang optimal dalam penanganan nyeri akut selama kehamilan. -
Article No. 8955 | 14 Dec 2024
Klinis : Mulas di bagian perut dengan usia kehmilan 37 minggu
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi mulas di bagian perut pada usia kehamilan 37 minggu adalah "Nyeri Akut". Nyeri akut merupakan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan, terkait dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau dijelaskan dalam istilah-istilah kerusakan tersebut (NANDA-I, 2018). Dalam kasus ini, mulas di perut yang dirasakan oleh pasien merupakan manifestasi dari nyeri akut yang disebabkan oleh proses fisiologis kehamilan.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah pemberian asuhan keperawatan yang komprehensif, luaran yang diharapkan adalah:
1. Pasien mampu mengontrol nyeri, ditandai dengan:
a. Pasien melaporkan penurunan skor nyeri dari awal pengkajian.
b. Pasien mampu menggunakan teknik nonfarmakologis untuk mengatasi nyeri.
c. Pasien menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil.
2. Pasien dapat beristirahat dan tidur dengan nyaman, ditandai dengan:
a. Pasien dapat beristirahat dan tidur tanpa terganggu oleh nyeri.
b. Pasien menunjukkan tanda-tanda istirahat yang adekuat.
3. Pasien dan keluarga memiliki pengetahuan yang baik tentang manajemen nyeri, ditandai dengan:
a. Pasien dan keluarga dapat menjelaskan penyebab, faktor yang memengaruhi, dan strategi penanganan nyeri.
b. Pasien dan keluarga berpartisipasi aktif dalam perencanaan dan implementasi intervensi untuk mengatasi nyeri.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran yang diharapkan adalah sebagai berikut:
1. Manajemen Nyeri
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, keparahan, dan faktor presipitasi.
b. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk menentukan terapi farmakologis yang sesuai, seperti analgesik atau antiemetik.
c. Ajarkan pasien dan keluarga teknik nonfarmakologis untuk mengatasi nyeri, seperti relaksasi, distraksi, kompres hangat/dingin, dan teknik pernapasan.
d. Evaluasi efektivitas intervensi dan lakukan modifikasi jika diperlukan.
2. Manajemen Istirahat
a. Kaji pola istirahat dan tidur pasien serta identifikasi faktor penghambat.
b. Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman untuk beristirahat.
c. Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya istirahat dan tidur yang adekuat.
d. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk menentukan intervensi yang sesuai, seperti pemberian obat hipnotik jika diperlukan.
3. Pendidikan Kesehatan
a. Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang nyeri, penyebabnya, dan strategi penanganan yang efektif.
b. Dorong partisipasi aktif pasien dan keluarga dalam perencanaan dan implementasi intervensi.
c. Evaluasi pemahaman pasien dan keluarga serta lakukan reinforcement jika diperlukan.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diinginkan, yaitu kontrol nyeri yang optimal, istirahat yang adekuat, serta pemahaman yang baik tentang manajemen nyeri. -
Article No. 8803 | 13 Dec 2024
Klinis : demam suhu 39
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Hipertermia (Hyperthermia)
Definisi: Peningkatan suhu tubuh di atas 38°C (100,4°F) yang disebabkan oleh gangguan mekanisme pengaturan suhu tubuh.
Penjelasan singkat menggunakan SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Gejala dan tanda: Suhu tubuh ≥39°C, kulit terasa panas, sakit kepala, letih, menggigil.
- Faktor risiko: Infeksi, dehidrasi, lingkungan panas, peningkatan metabolisme.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Suhu tubuh kembali normal, kulit terasa sejuk, tidak ada tanda-tanda infeksi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi: Pemantauan suhu tubuh, pemberian cairan, kompres hangat/dingin, pemberian obat penurun demam jika perlu.
Kondisi pasien dengan demam 39°C, tone akademis, persona pakar dan perawat menunjukkan adanya kondisi hipertermia/demam yang perlu ditangani dengan tepat sesuai standar praktik keperawatan di Indonesia. -
Article No. 8804 | 13 Dec 2024
Klinis : Seorang pria berusia 22 tahun dirawat dengan keluhan demam tinggi terus-menerus selama tiga hari disertai menggigil, muntah, dan diare. Pasien tidak melaporkan nyeri perut, mialgia, nyeri retro-orbital, nyeri punggung, atau gejala sistemik lainnya. Tidak terdapat riwayat demam berdarah sebelumnya. Tiga anggota keluarganya (ayah, ibu, dan kakek) mengalami gejala serupa tetapi lebih ringan secara bersamaan. Tes protein non-struktural (NS1) (SD Bioline, Standard Diagnostics Inc., Gyeonggi-do, Korea) dan IgM terhadap virus dengue (Panbio, Alere, Brisbane) menunjukkan hasil positif, sehingga pasien didiagnosis dengan demam berdarah dengue (DBD). Pada hari kedua setelah masuk rumah sakit (hari kelima sakit, fase kritis), pasien mengalami hematoma di lokasi venipunktur dan perdarahan gusi tanpa provokasi. Jumlah trombosit turun dari 35 × 10⁹/L menjadi 14 × 10⁹/L, sementara hematokrit stabil pada 45%, dengan status hemodinamik yang stabil (Tabel 1). Pada hari ketiga setelah masuk rumah sakit, pasien mengalami takikardia, nyeri perut ringan, nyeri tekan pada perut, serta penurunan tekanan darah. Pasien juga menunjukkan asidosis metabolik terkompensasi dan waktu tromboplastin parsial teraktivasi (APTT) yang memanjang (Tabel 2). Ultrasonografi abdomen menunjukkan efusi pleura basal bilateral, asites, dan hepatitis, dengan nilai alanine aminotransferase (ALT) meningkat dari 112 U/L menjadi 212 U/L. Pasien tetap hemodinamik stabil. Terapi cairan intravena kristaloid isotonik (3 mL/kg/jam) diberikan selama 4 jam pertama, sambil memantau tekanan darah, status klinis, dan hitung darah lengkap. Terapi cairan dilanjutkan dengan dosis yang sama atau diturunkan menjadi 1–2 mL/kg/jam sesuai tekanan darah, status klinis, dan hematokrit hingga hari ketiga setelah masuk rumah sakit. Pada hari keempat setelah masuk rumah sakit (hari ketujuh sakit), pasien melewati fase kritis dan terapi cairan intravena dihentikan. Namun, pada hari kelima setelah masuk rumah sakit (hari kedelapan sakit), terjadi penurunan hemoglobin mendadak dari 15 g/dL menjadi 10 g/dL, yang kemudian terus turun hingga 8,5 g/dL pada hari berikutnya. Selain itu, terjadi peningkatan jumlah leukosit menjadi 13 × 10⁹/L, sementara jumlah trombosit meningkat menjadi 112 × 10⁹/L (Tabel 1). Hasil pemeriksaan feses untuk darah samar menunjukkan hasil negatif, dan tidak terdapat manifestasi perdarahan. Pemeriksaan fisik menunjukkan bahwa hati, limpa, dan kelenjar getah bening tidak membesar. Pemeriksaan sistemik lainnya normal, kecuali sedikit ikterus, sehingga dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk hemolisis. Pemeriksaan apusan darah tepi menunjukkan hasil yang sesuai dengan hemolisis (Tabel 1). Bilirubin tidak langsung lebih tinggi dibandingkan bilirubin langsung pada hari pertama (61,5 µmol dan 9,6 µmol, secara berurutan). Aspartate aminotransferase (AST) lebih tinggi dibandingkan alanine aminotransferase (ALT) pada hari kelima (385 U/L dan 202 U/L, secara berurutan). Laktat dehidrogenase (LDH) sangat tinggi (2013–1708 U/L), tes Coombs tidak langsung positif, dan jumlah retikulosit meningkat secara signifikan (10,3%) (Tabel 1). Hasil tes defisiensi glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G6PD), antibodi antinuklear (ANA), virus Epstein-Barr, virus imunodefisiensi manusia (HIV), serta antibodi hepatitis A, B, dan C menunjukkan hasil negatif. Karena anemia yang dialami pasien relatif asimptomatik, pengobatan konservatif dilanjutkan. Hemoglobin meningkat menjadi 12 g/dL dalam tiga hari berikutnya. Pasien kemudian dipulangkan dengan kadar hemoglobin, jumlah leukosit, dan trombosit yang normal. Antibodi IgM dan IgG terhadap virus dengue dalam darah yang diambil dua minggu setelah pemulangan pasien menunjukkan hasil positif (Tabel 2).
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI-SLKI-SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Perdarahan
2. Intoleransi Aktivitas
3. Nyeri Akut
Penjelasan Singkat:
1. Risiko Perdarahan
- SDKI: Risiko Perdarahan
- SLKI: Kontrol Perdarahan
- SIKI: Pemantauan Perdarahan
Penjelasan: Pasien mengalami hematoma di lokasi venipunktur dan perdarahan gusi tanpa provokasi, serta penurunan jumlah trombosit, yang menunjukkan adanya risiko perdarahan.
2. Intoleransi Aktivitas
- SDKI: Intoleransi Aktivitas
- SLKI: Peningkatan Toleransi Aktivitas
- SIKI: Manajemen Aktivitas
Penjelasan: Pasien mengalami demam tinggi, muntah, diare, serta perubahan hemodinamik yang dapat menyebabkan intoleransi terhadap aktivitas.
3. Nyeri Akut
- SDKI: Nyeri Akut
- SLKI: Kontrol Nyeri
- SIKI: Manajemen Nyeri
Penjelasan: Pasien mengalami nyeri perut ringan dan nyeri tekan pada perut, yang menunjukkan adanya nyeri akut.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus berpedoman pada standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan data subjektif dan objektif yang dikumpulkan, serta penentuan intervensi keperawatan yang sesuai untuk membantu pasien mencapai hasil yang diharapkan. -
Article No. 8805 | 13 Dec 2024
Klinis : intoleransi aktifitas
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan senang hati saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis untuk kondisi intoleransi aktivitas. Sebagai dokter atau perekam medis, berikut adalah informasi yang dapat saya berikan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R53.1
- Deskripsi: Intoleransi aktivitas
Penjelasan:
- Kode R53.1 dalam klasifikasi ICD-10 digunakan untuk mengkodekan kondisi intoleransi aktivitas.
- Intoleransi aktivitas adalah kondisi di mana seseorang mengalami kelelahan, kelemahan, atau ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas fisik yang sebelumnya dapat dilakukan tanpa masalah.
- Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kondisi medis yang mendasari, pola hidup, atau faktor psikologis.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ada kode ICD-9-CM yang spesifik untuk intoleransi aktivitas.
- Deskripsi: Intoleransi aktivitas adalah kondisi klinis yang tidak memiliki kode prosedur atau tindakan medis dalam klasifikasi ICD-9-CM. Penanganan intoleransi aktivitas biasanya melibatkan evaluasi medis, pengelolaan gejala, dan intervensi terapeutik yang sesuai dengan penyebab yang mendasari.
Jadi, untuk kondisi intoleransi aktivitas, kode ICD-10 yang digunakan adalah R53.1, sedangkan tidak ada kode ICD-9-CM yang spesifik untuk prosedur atau tindakan medis terkait kondisi ini.