Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 8929 | 14 Dec 2024
Klinis : feses berwarna dempul
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan kondisi feses berwarna dempul yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
Konstipasi
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Konstipasi didefinisikan sebagai pengurangan frekuensi, kesulitan, atau ketidakmampuan untuk mengeluarkan feses.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan konstipasi adalah pasien dapat mempertahankan pola eliminasi yang adekuat.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan untuk mengatasi konstipasi meliputi:
1. Identifikasi faktor penyebab konstipasi
2. Pengaturan diet dan cairan yang sesuai
3. Penggunaan laksatif atau supositoria jika diperlukan
4. Edukasi terkait manajemen konstipasi
Sebagai perawat dengan persona pakar, Anda dapat memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai pentingnya pemantauan tanda-tanda vital, riwayat eliminasi, dan faktor risiko konstipasi pada pasien. Selain itu, Anda juga dapat memberikan edukasi terkait gaya hidup dan perilaku yang dapat membantu mencegah dan mengatasi konstipasi. -
Article No. 8930 | 14 Dec 2024
Klinis : feses berwarna dempul
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, yaitu feses berwarna dempul dengan tone akademis dan persona pakar/perawat, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
Diare
Penjelasan Singkat:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
- Diare: Pengeluaran feses yang tidak normal, yaitu lebih sering dari biasanya dengan konsistensi yang cair atau lembek.
- Karakteristik: Feses berwarna dempul, frekuensi defekasi meningkat, konsistensi feses cair atau lembek.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
- Pemulihan dari Diare
- Indikator:
- Frekuensi defekasi kembali normal
- Konsistensi feses kembali normal
- Tidak terjadi dehidrasi
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
- Manajemen Diare
- Intervensi:
- Kaji tanda dan gejala diare
- Pantau intake dan output cairan
- Berikan cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan
- Edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen diare
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain jika diperlukan
Dalam konteks tone akademis dan persona pakar/perawat, perawat diharapkan dapat memberikan penjelasan yang komprehensif dan ilmiah mengenai kondisi diare, serta memberikan intervensi keperawatan yang sesuai standar untuk memulihkan kondisi pasien. -
Article No. 8931 | 14 Dec 2024
Klinis : Tuan A, seorang petani berusia 45 tahun dari Desa X, Kabupaten Y, datang ke Puskesmas dengan keluhan utama nyeri kepala hebat yang dirasakan sejak 2 hari lalu dan semakin berat disertai sesak napas yang memburuk sejak pagi hari. Nyeri kepala tersebut terasa berdenyut, terutama di bagian dahi, dan sesak napas muncul saat melakukan aktivitas ringan seperti berjalan di dalam rumah. Selain itu, Tuan A juga merasa lemas, sering berkeringat dingin, dan sulit tidur karena ketidaknyamanan. Tuan A memiliki riwayat hipertensi selama 5 tahun tetapi tidak rutin mengonsumsi obat antihipertensi. Dua tahun lalu, ia pernah dirawat akibat gejala stroke ringan berupa kelemahan pada satu sisi tubuh yang pulih dalam beberapa minggu. Dalam keluarganya, ayah Tuan A memiliki riwayat hipertensi dan meninggal akibat serangan jantung. Tuan A mengungkapkan kecemasan karena kondisinya saat ini menghambat aktivitasnya sebagai tulang punggung keluarga dengan tanggungan dua anak yang masih sekolah. Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan Tuan A berada dalam keadaan lemah dengan kesadaran compos mentis. Tanda vitalnya adalah tekanan darah 180/110 mmHg, nadi 98 kali per menit, respirasi 26 kali per menit, dan suhu tubuh 36,8°C. Pemeriksaan kardiopulmoner mengungkapkan adanya bunyi ronki basah pada kedua paru, terutama di bagian basal, tanpa edema perifer. Tidak ditemukan defisit motorik atau sensorik baru pada pemeriksaan neurologis. Pemeriksaan penunjang lebih lanjut menunjukkan hasil rontgen thorax yang mengindikasikan edema paru, EKG dengan tanda hipertrofi ventrikel kiri, dan hasil laboratorium yang menunjukkan kadar natrium 140 mmol/L, kalium 4,2 mmol/L, dan kreatinin 1,2 mg/dL.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya sebagai perawat akan memberikan rekomendasi diagnosa, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kasus Tuan A.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan peningkatan tekanan intrathorak akibat edema paru sebagaimana ditunjukkan dengan sesak napas saat aktivitas dan bunyi ronki basah pada pemeriksaan fisik.
2. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial akibat hipertensi sebagaimana ditunjukkan dengan keluhan nyeri kepala hebat.
3. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan yang mengancam kehidupan sebagaimana ditunjukkan dengan ungkapan kekhawatiran terkait kondisinya yang menghambat aktivitas sebagai tulang punggung keluarga.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Pola napas efektif, ditandai dengan frekuensi napas 12-20 kali/menit, irama napas teratur, tidak ada retraksi otot bantu napas, dan tidak ada sesak napas saat aktivitas.
2. Kontrol nyeri, ditandai dengan skala nyeri menurun menjadi 2-3 pada skala 0-10, klien dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri, dan klien mampu menggunakan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri.
3. Tingkat kecemasan terkendali, ditandai dengan klien dapat mengidentifikasi penyebab kecemasan, mendemonstrasikan teknik relaksasi, dan mampu mempertahankan aktivitas sehari-hari.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Ketidakefektifan pola napas:
a. Monitor tanda-tanda vital dan status pernapasan secara berkala.
b. Berikan oksigen sesuai kebutuhan untuk mempertahankan saturasi oksigen dalam batas normal.
c. Anjurkan posisi semi-fowler untuk memaksimalkan ekspansi paru.
d. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian diuretik dan vasodilator jika perlu.
e. Ajarkan teknik pernapasan diafragmatik untuk meningkatkan ventilasi.
2. Nyeri akut:
a. Identifikasi karakteristik, lokasi, durasi, dan faktor-faktor yang memengaruhi nyeri.
b. Kaji skala nyeri secara berkala menggunakan alat ukur yang sesuai.
c. Berikan analgesik sesuai instruksi dokter untuk mengurangi nyeri.
d. Ajarkan teknik nonfarmakologis seperti relaksasi, distraksi, dan kompres hangat/dingin.
e. Kolaborasi dengan dokter untuk evaluasi dan penyesuaian terapi obat jika diperlukan.
3. Kecemasan:
a. Identifikasi penyebab dan tingkat kecemasan klien.
b. Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman untuk mengurangi kecemasan.
c. Libatkan keluarga untuk memberikan dukungan dan edukasi terkait kondisi klien.
d. Ajarkan teknik relaksasi, seperti napas dalam dan visualisasi, untuk mengatasi kecemasan.
e. Kolaborasi dengan dokter untuk pertimbangan pemberian terapi obat antiansietas jika diperlukan.
Dengan penerapan asuhan keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif, diharapkan dapat membantu Tuan A untuk mencapai luaran yang diharapkan dan meningkatkan status kesehatannya. -
Article No. 8932 | 14 Dec 2024
Klinis : Tuan A, seorang petani berusia 45 tahun dari Desa X, Kabupaten Y, datang ke Puskesmas dengan keluhan utama nyeri kepala hebat yang dirasakan sejak 2 hari lalu dan semakin berat disertai sesak napas yang memburuk sejak pagi hari. Nyeri kepala tersebut terasa berdenyut, terutama di bagian dahi, dan sesak napas muncul saat melakukan aktivitas ringan seperti berjalan di dalam rumah. Selain itu, Tuan A juga merasa lemas, sering berkeringat dingin, dan sulit tidur karena ketidaknyamanan. Tuan A memiliki riwayat hipertensi selama 5 tahun tetapi tidak rutin mengonsumsi obat antihipertensi. Dua tahun lalu, ia pernah dirawat akibat gejala stroke ringan berupa kelemahan pada satu sisi tubuh yang pulih dalam beberapa minggu. Dalam keluarganya, ayah Tuan A memiliki riwayat hipertensi dan meninggal akibat serangan jantung. Tuan A mengungkapkan kecemasan karena kondisinya saat ini menghambat aktivitasnya sebagai tulang punggung keluarga dengan tanggungan dua anak yang masih sekolah. Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan Tuan A berada dalam keadaan lemah dengan kesadaran compos mentis. Tanda vitalnya adalah tekanan darah 180/110 mmHg, nadi 98 kali per menit, respirasi 26 kali per menit, dan suhu tubuh 36,8°C. Pemeriksaan kardiopulmoner mengungkapkan adanya bunyi ronki basah pada kedua paru, terutama di bagian basal, tanpa edema perifer. Tidak ditemukan defisit motorik atau sensorik baru pada pemeriksaan neurologis. Pemeriksaan penunjang lebih lanjut menunjukkan hasil rontgen thorax yang mengindikasikan edema paru, EKG dengan tanda hipertrofi ventrikel kiri, dan hasil laboratorium yang menunjukkan kadar natrium 140 mmol/L, kalium 4,2 mmol/L, dan kreatinin 1,2 mg/dL.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi Tuan A:
Diagnosa Keperawatan:
1. Inefektif Bersihan Jalan Napas berhubungan dengan peningkatan cairan pada alveoli dan bronkiolus (edema paru) sebagaimana ditunjukkan oleh adanya bunyi ronki basah pada pemeriksaan fisik.
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Domain: Pertukaran Gas
- Kelas: Ventilasi
- Diagnosis: Inefektif Bersihan Jalan Napas
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran: Bersihan Jalan Napas Efektif
- Kriteria Hasil: Pola napas normal, Tidak ada suara napas tambahan, Tidak ada sianosis, Tidak ada retraksi otot bantu napas
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi: Manajemen Jalan Napas
- Aktivitas: Memantau pola napas, Memberikan oksigen, Mengajarkan teknik batuk efektif, Melakukan suction jika perlu, Mempertahankan posisi semi-fowler
2. Nyeri akut berhubungan dengan adanya peningkatan tekanan intrakranial (nyeri kepala) dan stres fisiologis (sesak napas) sebagaimana ditunjukkan oleh keluhan nyeri kepala hebat dan sesak napas yang memburuk.
Penjelasan singkat:
SDKI:
- Domain: Kenyamanan
- Kelas: Nyeri
- Diagnosis: Nyeri Akut
SLKI:
- Luaran: Kontrol Nyeri
- Kriteria Hasil: Melaporkan nyeri terkontrol, Mendemonstrasikan teknik manajemen nyeri, Mempertahankan aktivitas sehari-hari
SIKI:
- Intervensi: Manajemen Nyeri
- Aktivitas: Mengkaji nyeri, Memberikan analgesik, Mengajarkan teknik nonfarmakologis, Memantau efektivitas intervensi
3. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan (hipertensi, riwayat stroke, dan kondisi saat ini) dan ketidakmampuan memenuhi peran sebagai tulang punggung keluarga.
Penjelasan singkat:
SDKI:
- Domain: Psikososial
- Kelas: Koping
- Diagnosis: Ansietas
SLKI:
- Luaran: Kontrol Ansietas
- Kriteria Hasil: Melaporkan penurunan frekuensi dan intensitas ansietas, Mendemonstrasikan strategi koping yang efektif, Mempertahankan keterlibatan dalam aktivitas
SIKI:
- Intervensi: Manajemen Ansietas
- Aktivitas: Mengkaji tingkat ansietas, Memberikan informasi yang akurat, Melibatkan keluarga, Mengajarkan teknik relaksasi
Dengan demikian, diagnosa keperawatan utama yang dapat ditetapkan untuk Tuan A adalah Inefektif Bersihan Jalan Napas, Nyeri Akut, dan Ansietas. Intervensi keperawatan yang sesuai dapat diberikan berdasarkan SIKI untuk mengatasi masalah keperawatan yang teridentifikasi. -
Article No. 8933 | 14 Dec 2024
Klinis : Tuan A, seorang petani berusia 45 tahun dari Desa X, Kabupaten Y, datang ke Puskesmas dengan keluhan utama nyeri kepala hebat yang dirasakan sejak 2 hari lalu dan semakin berat disertai sesak napas yang memburuk sejak pagi hari. Nyeri kepala tersebut terasa berdenyut, terutama di bagian dahi, dan sesak napas muncul saat melakukan aktivitas ringan seperti berjalan di dalam rumah. Selain itu, Tuan A juga merasa lemas, sering berkeringat dingin, dan sulit tidur karena ketidaknyamanan. Tuan A memiliki riwayat hipertensi selama 5 tahun tetapi tidak rutin mengonsumsi obat antihipertensi. Dua tahun lalu, ia pernah dirawat akibat gejala stroke ringan berupa kelemahan pada satu sisi tubuh yang pulih dalam beberapa minggu. Dalam keluarganya, ayah Tuan A memiliki riwayat hipertensi dan meninggal akibat serangan jantung. Tuan A mengungkapkan kecemasan karena kondisinya saat ini menghambat aktivitasnya sebagai tulang punggung keluarga dengan tanggungan dua anak yang masih sekolah. Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan Tuan A berada dalam keadaan lemah dengan kesadaran compos mentis. Tanda vitalnya adalah tekanan darah 180/110 mmHg, nadi 98 kali per menit, respirasi 26 kali per menit, dan suhu tubuh 36,8°C. Pemeriksaan kardiopulmoner mengungkapkan adanya bunyi ronki basah pada kedua paru, terutama di bagian basal, tanpa edema perifer. Tidak ditemukan defisit motorik atau sensorik baru pada pemeriksaan neurologis. Pemeriksaan penunjang lebih lanjut menunjukkan hasil rontgen thorax yang mengindikasikan edema paru, EKG dengan tanda hipertrofi ventrikel kiri, dan hasil laboratorium yang menunjukkan kadar natrium 140 mmol/L, kalium 4,2 mmol/L, dan kreatinin 1,2 mg/dL.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis keperawatan yang dapat ditegakkan untuk Tuan A adalah sebagai berikut:
1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan peningkatan tekanan darah dan edema paru, ditandai dengan sesak napas saat beraktivitas ringan, bunyi ronki basah, dan peningkatan frekuensi napas.
2. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial, ditandai dengan nyeri kepala hebat yang berdenyut, terutama di bagian dahi.
3. Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan stres fisiologis, ditandai dengan riwayat hipertensi, gejala stroke ringan sebelumnya, dan keluhan lemas serta sering berkeringat dingin.
4. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan dan keterbatasan dalam melakukan peran sebagai tulang punggung keluarga, ditandai dengan ungkapan kecemasan yang mengganggu aktivitas sehari-hari.
Penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk masing-masing diagnosis keperawatan:
1. Ketidakefektifan pola napas:
SDKI: Ketidakmampuan untuk mempertahankan atau memulihkan pola napas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi.
SLKI: Mempertahankan pola napas yang adekuat.
SIKI: Intervensi keperawatan untuk mengoptimalkan ventilasi dan oksigenasi.
2. Nyeri akut:
SDKI: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial.
SLKI: Manajemen nyeri yang efektif.
SIKI: Intervensi keperawatan untuk mengurangi nyeri akut.
3. Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah:
SDKI: Kerentanan untuk mengalami perubahan kadar glukosa darah yang dapat membahayakan kesehatan.
SLKI: Stabilitas kadar glukosa darah.
SIKI: Intervensi keperawatan untuk mempertahankan kadar glukosa darah yang stabil.
4. Kecemasan:
SDKI: Respon emosional dan fisiologis terhadap sumber ancaman, bahaya, atau perubahan yang dirasakan.
SLKI: Manajemen kecemasan yang efektif.
SIKI: Intervensi keperawatan untuk mengurangi kecemasan.
Pemilihan intervensi keperawatan yang tepat berdasarkan SIKI akan membantu Tuan A mengatasi masalah kesehatannya secara holistik dan mengembalikan fungsi serta kemandirian yang optimal. -
Article No. 8934 | 14 Dec 2024
Klinis : Tuan A, seorang petani berusia 45 tahun dari Desa X, Kabupaten Y, datang ke Puskesmas dengan keluhan utama nyeri kepala hebat yang dirasakan sejak 2 hari lalu dan semakin berat disertai sesak napas yang memburuk sejak pagi hari. Nyeri kepala tersebut terasa berdenyut, terutama di bagian dahi, dan sesak napas muncul saat melakukan aktivitas ringan seperti berjalan di dalam rumah. Selain itu, Tuan A juga merasa lemas, sering berkeringat dingin, dan sulit tidur karena ketidaknyamanan. Tuan A memiliki riwayat hipertensi selama 5 tahun tetapi tidak rutin mengonsumsi obat antihipertensi. Dua tahun lalu, ia pernah dirawat akibat gejala stroke ringan berupa kelemahan pada satu sisi tubuh yang pulih dalam beberapa minggu. Dalam keluarganya, ayah Tuan A memiliki riwayat hipertensi dan meninggal akibat serangan jantung. Tuan A mengungkapkan kecemasan karena kondisinya saat ini menghambat aktivitasnya sebagai tulang punggung keluarga dengan tanggungan dua anak yang masih sekolah. Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan Tuan A berada dalam keadaan lemah dengan kesadaran compos mentis. Tanda vitalnya adalah tekanan darah 180/110 mmHg, nadi 98 kali per menit, respirasi 26 kali per menit, dan suhu tubuh 36,8°C. Pemeriksaan kardiopulmoner mengungkapkan adanya bunyi ronki basah pada kedua paru, terutama di bagian basal, tanpa edema perifer. Tidak ditemukan defisit motorik atau sensorik baru pada pemeriksaan neurologis. Pemeriksaan penunjang lebih lanjut menunjukkan hasil rontgen thorax yang mengindikasikan edema paru, EKG dengan tanda hipertrofi ventrikel kiri, dan hasil laboratorium yang menunjukkan kadar natrium 140 mmol/L, kalium 4,2 mmol/L, dan kreatinin 1,2 mg/dL.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diderita oleh Tuan A, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang sesuai dengan standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan keterbatasan energi sekunder terhadap sesak napas.
2. Nyeri berhubungan dengan hipertensi.
3. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral berhubungan dengan riwayat stroke sebelumnya.
4. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan keterbatasan energi sekunder terhadap sesak napas.
- SDKI: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang diinginkan atau diperlukan karena keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
- SLKI: Peningkatan toleransi aktivitas, Pemulihan toleransi aktivitas.
- SIKI: Manajemen Aktivitas, Manajemen Energi.
2. Nyeri berhubungan dengan hipertensi.
- SDKI: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial.
- SLKI: Pengurangan Nyeri, Pengendalian Nyeri.
- SIKI: Manajemen Nyeri, Manajemen Hipertensi.
3. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral berhubungan dengan riwayat stroke sebelumnya.
- SDKI: Penurunan sirkulasi darah dan oksigen ke otak yang dapat mengancam kesehatan.
- SLKI: Peningkatan Perfusi Serebral, Stabilisasi Perfusi Serebral.
- SIKI: Manajemen Perfusi Serebral, Manajemen Stroke.
4. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
- SDKI: Respons emosional terhadap sumber stres yang dianggap mengancam dan tidak mampu dihadapi.
- SLKI: Penurunan Kecemasan, Pengendalian Kecemasan.
- SIKI: Manajemen Kecemasan, Terapi Perilaku Kognitif.
Penjelasan singkat di atas menggambarkan diagnosa keperawatan dan standar keperawatan (SDKI, SLKI, SIKI) yang sesuai dengan kondisi Tuan A. Ini dapat digunakan sebagai panduan dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terarah. -
Article No. 8935 | 14 Dec 2024
Klinis : Tuan A, seorang petani berusia 45 tahun dari Desa X, Kabupaten Y, datang ke Puskesmas dengan keluhan utama nyeri kepala hebat yang dirasakan sejak 2 hari lalu dan semakin berat disertai sesak napas yang memburuk sejak pagi hari. Nyeri kepala tersebut terasa berdenyut, terutama di bagian dahi, dan sesak napas muncul saat melakukan aktivitas ringan seperti berjalan di dalam rumah. Selain itu, Tuan A juga merasa lemas, sering berkeringat dingin, dan sulit tidur karena ketidaknyamanan. Tuan A memiliki riwayat hipertensi selama 5 tahun tetapi tidak rutin mengonsumsi obat antihipertensi. Dua tahun lalu, ia pernah dirawat akibat gejala stroke ringan berupa kelemahan pada satu sisi tubuh yang pulih dalam beberapa minggu. Dalam keluarganya, ayah Tuan A memiliki riwayat hipertensi dan meninggal akibat serangan jantung. Tuan A mengungkapkan kecemasan karena kondisinya saat ini menghambat aktivitasnya sebagai tulang punggung keluarga dengan tanggungan dua anak yang masih sekolah. Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan Tuan A berada dalam keadaan lemah dengan kesadaran compos mentis. Tanda vitalnya adalah tekanan darah 180/110 mmHg, nadi 98 kali per menit, respirasi 26 kali per menit, dan suhu tubuh 36,8°C. Pemeriksaan kardiopulmoner mengungkapkan adanya bunyi ronki basah pada kedua paru, terutama di bagian basal, tanpa edema perifer. Tidak ditemukan defisit motorik atau sensorik baru pada pemeriksaan neurologis. Pemeriksaan penunjang lebih lanjut menunjukkan hasil rontgen thorax yang mengindikasikan edema paru, EKG dengan tanda hipertrofi ventrikel kiri, dan hasil laboratorium yang menunjukkan kadar natrium 140 mmol/L, kalium 4,2 mmol/L, dan kreatinin 1,2 mg/dL.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi Tuan A yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Pola Napas berhubungan dengan edema paru dan hipertrofi ventrikel kiri.
2. Nyeri akut berhubungan dengan hipertensi.
3. Risiko Ketidakstabilan Hemodinamik berhubungan dengan riwayat hipertensi dan stroke.
4. Kecemasan berhubungan dengan kondisi kesehatan saat ini yang menghambat aktivitas sebagai tulang punggung keluarga.
Penjelasan singkat:
1. Ketidakefektifan Pola Napas:
- SDKI: Pola napas yang tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan ventilasi.
- SLKI: Peningkatan frekuensi, usaha, dan ketidaknyamanan saat bernafas.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk mempertahankan ventilasi yang adekuat, seperti pemantauan tanda-tanda vital, pemberian oksigen, dan latihan pernapasan.
2. Nyeri Akut:
- SDKI: Pengalaman sensorik dan emosional tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial.
- SLKI: Ekspresi verbal atau nonverbal dari rasa sakit, ketidaknyamanan, atau sensasi tidak menyenangkan.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri, seperti pemberian analgesik, teknik nonfarmakologis, dan manajemen lingkungan.
3. Risiko Ketidakstabilan Hemodinamik:
- SDKI: Ancaman gangguan pada kemampuan tubuh untuk mempertahankan sirkulasi darah yang adekuat.
- SLKI: Perubahan tanda-tanda vital, perubahan status cairan, dan perubahan perfusi jaringan.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk memantau dan mempertahankan stabilitas hemodinamik, seperti pemantauan tanda-tanda vital, pemberian cairan, dan pemberian obat-obatan vasopressor.
4. Kecemasan:
- SDKI: Respons emosional dan psikologis individu terhadap sumber ancaman, bahaya, atau tantangan yang tidak diketahui atau dirasakan.
- SLKI: Ekspresi verbal atau nonverbal dari rasa khawatir, takut, atau prihatin.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk mengurangi kecemasan, seperti pemberian informasi, dukungan emosional, dan teknik relaksasi.
Dengan memahami diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI, perawat dapat merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk mengatasi masalah kesehatan Tuan A. -
Article No. 8936 | 14 Dec 2024
Klinis : Tuan A, seorang petani berusia 45 tahun dari Desa X, Kabupaten Y, datang ke Puskesmas dengan keluhan utama nyeri kepala hebat yang dirasakan sejak 2 hari lalu dan semakin berat disertai sesak napas yang memburuk sejak pagi hari. Nyeri kepala tersebut terasa berdenyut, terutama di bagian dahi, dan sesak napas muncul saat melakukan aktivitas ringan seperti berjalan di dalam rumah. Selain itu, Tuan A juga merasa lemas, sering berkeringat dingin, dan sulit tidur karena ketidaknyamanan. Tuan A memiliki riwayat hipertensi selama 5 tahun tetapi tidak rutin mengonsumsi obat antihipertensi. Dua tahun lalu, ia pernah dirawat akibat gejala stroke ringan berupa kelemahan pada satu sisi tubuh yang pulih dalam beberapa minggu. Dalam keluarganya, ayah Tuan A memiliki riwayat hipertensi dan meninggal akibat serangan jantung. Tuan A mengungkapkan kecemasan karena kondisinya saat ini menghambat aktivitasnya sebagai tulang punggung keluarga dengan tanggungan dua anak yang masih sekolah. Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan Tuan A berada dalam keadaan lemah dengan kesadaran compos mentis. Tanda vitalnya adalah tekanan darah 180/110 mmHg, nadi 98 kali per menit, respirasi 26 kali per menit, dan suhu tubuh 36,8°C. Pemeriksaan kardiopulmoner mengungkapkan adanya bunyi ronki basah pada kedua paru, terutama di bagian basal, tanpa edema perifer. Tidak ditemukan defisit motorik atau sensorik baru pada pemeriksaan neurologis. Pemeriksaan penunjang lebih lanjut menunjukkan hasil rontgen thorax yang mengindikasikan edema paru, EKG dengan tanda hipertrofi ventrikel kiri, dan hasil laboratorium yang menunjukkan kadar natrium 140 mmol/L, kalium 4,2 mmol/L, dan kreatinin 1,2 mg/dL.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan peningkatan volume cairan interstisial paru akibat hipertensi yang tidak terkontrol.
Penjelasan singkat: Tuan A mengalami sesak napas yang memburuk akibat adanya edema paru yang ditunjukkan pada pemeriksaan foto toraks. Kondisi ini disebabkan oleh hipertensi yang tidak terkontrol.
2. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial akibat komplikasi hipertensi.
Penjelasan singkat: Tuan A mengalami nyeri kepala hebat yang dirasakan berdenyut, terutama di daerah dahi. Kondisi ini dapat disebabkan oleh peningkatan tekanan intrakranial yang terjadi sebagai komplikasi dari hipertensi yang tidak terkontrol.
3. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan yang mengancam aktivitas sebagai tulang punggung keluarga.
Penjelasan singkat: Tuan A mengungkapkan kecemasan karena kondisinya saat ini menghambat aktivitasnya sebagai tulang punggung keluarga dengan tanggungan dua anak yang masih sekolah.
Dalam standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia, diagnosa keperawatan di atas berkaitan dengan:
1. SDKI: Pola Napas Tidak Efektif, Nyeri Akut, Kecemasan
2. SLKI: Peningkatan Ventilasi, Penatalaksanaan Nyeri, Penurunan Kecemasan
3. SIKI: Perawatan Disfungsi Pernafasan, Manajemen Nyeri, Manajemen Kecemasan -
Article No. 8937 | 14 Dec 2024
Klinis : Tuan A, seorang petani berusia 45 tahun dari Desa X, Kabupaten Y, datang ke Puskesmas dengan keluhan utama nyeri kepala hebat yang dirasakan sejak 2 hari lalu dan semakin berat disertai sesak napas yang memburuk sejak pagi hari. Nyeri kepala tersebut terasa berdenyut, terutama di bagian dahi, dan sesak napas muncul saat melakukan aktivitas ringan seperti berjalan di dalam rumah. Selain itu, Tuan A juga merasa lemas, sering berkeringat dingin, dan sulit tidur karena ketidaknyamanan. Tuan A memiliki riwayat hipertensi selama 5 tahun tetapi tidak rutin mengonsumsi obat antihipertensi. Dua tahun lalu, ia pernah dirawat akibat gejala stroke ringan berupa kelemahan pada satu sisi tubuh yang pulih dalam beberapa minggu. Dalam keluarganya, ayah Tuan A memiliki riwayat hipertensi dan meninggal akibat serangan jantung. Tuan A mengungkapkan kecemasan karena kondisinya saat ini menghambat aktivitasnya sebagai tulang punggung keluarga dengan tanggungan dua anak yang masih sekolah. Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan Tuan A berada dalam keadaan lemah dengan kesadaran compos mentis. Tanda vitalnya adalah tekanan darah 180/110 mmHg, nadi 98 kali per menit, respirasi 26 kali per menit, dan suhu tubuh 36,8°C. Pemeriksaan kardiopulmoner mengungkapkan adanya bunyi ronki basah pada kedua paru, terutama di bagian basal, tanpa edema perifer. Tidak ditemukan defisit motorik atau sensorik baru pada pemeriksaan neurologis. Pemeriksaan penunjang lebih lanjut menunjukkan hasil rontgen thorax yang mengindikasikan edema paru, EKG dengan tanda hipertrofi ventrikel kiri, dan hasil laboratorium yang menunjukkan kadar natrium 140 mmol/L, kalium 4,2 mmol/L, dan kreatinin 1,2 mg/dL.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, dapat disusun diagnosis keperawatan dan penjelasan singkat terkait standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi Tuan A sebagai berikut:
1. Diagnosis Keperawatan:
a. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan peningkatan tekanan dalam rongga toraks dan kelebihan cairan
2. Penjelasan Singkat:
a. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Pola napas yang tidak efektif dalam memenuhi kebutuhan oksigen.
- Karakteristik Utama: Perubahan frekuensi napas, pola napas abnormal, dan penggunaan otot bantu pernapasan.
- Faktor Terkait: Peningkatan tekanan intrathorasik, kelebihan cairan, dan penyakit paru.
b. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang Diharapkan: Pasien menunjukkan pola napas yang efektif dan lancar.
- Kriteria Hasil: Frekuensi napas normal, irama napas teratur, dan tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan yang berlebihan.
c. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Manajemen jalan napas, manajemen ventilasi, dan manajemen cairan.
- Tindakan Keperawatan: Memantau status pernapasan, mengatur posisi pasien, memberikan oksigen, dan memantau intake dan output cairan.
Diagnosis keperawatan ini didasarkan pada gejala sesak napas yang dirasakan oleh Tuan A, yang diduga terkait dengan peningkatan tekanan dalam rongga toraks dan kelebihan cairan (edema paru). Intervensi keperawatan yang diperlukan berfokus pada manajemen jalan napas, ventilasi, dan cairan untuk memastikan pola napas yang efektif. -
Article No. 8938 | 14 Dec 2024
Klinis : Tuan A, seorang petani berusia 45 tahun dari Desa X, Kabupaten Y, datang ke Puskesmas dengan keluhan utama nyeri kepala hebat yang dirasakan sejak 2 hari lalu dan semakin berat disertai sesak napas yang memburuk sejak pagi hari. Nyeri kepala tersebut terasa berdenyut, terutama di bagian dahi, dan sesak napas muncul saat melakukan aktivitas ringan seperti berjalan di dalam rumah. Selain itu, Tuan A juga merasa lemas, sering berkeringat dingin, dan sulit tidur karena ketidaknyamanan. Tuan A memiliki riwayat hipertensi selama 5 tahun tetapi tidak rutin mengonsumsi obat antihipertensi. Dua tahun lalu, ia pernah dirawat akibat gejala stroke ringan berupa kelemahan pada satu sisi tubuh yang pulih dalam beberapa minggu. Dalam keluarganya, ayah Tuan A memiliki riwayat hipertensi dan meninggal akibat serangan jantung. Tuan A mengungkapkan kecemasan karena kondisinya saat ini menghambat aktivitasnya sebagai tulang punggung keluarga dengan tanggungan dua anak yang masih sekolah. Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan Tuan A berada dalam keadaan lemah dengan kesadaran compos mentis. Tanda vitalnya adalah tekanan darah 180/110 mmHg, nadi 98 kali per menit, respirasi 26 kali per menit, dan suhu tubuh 36,8°C. Pemeriksaan kardiopulmoner mengungkapkan adanya bunyi ronki basah pada kedua paru, terutama di bagian basal, tanpa edema perifer. Tidak ditemukan defisit motorik atau sensorik baru pada pemeriksaan neurologis. Pemeriksaan penunjang lebih lanjut menunjukkan hasil rontgen thorax yang mengindikasikan edema paru, EKG dengan tanda hipertrofi ventrikel kiri, dan hasil laboratorium yang menunjukkan kadar natrium 140 mmol/L, kalium 4,2 mmol/L, dan kreatinin 1,2 mg/dL.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi Tuan A yang dideskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Kelebihan Volume Cairan berhubungan dengan peningkatan masukan cairan dan penurunan kapasitas jantung, ditandai dengan sesak napas, edema paru, dan peningkatan tekanan darah.
2. Nyeri Akut berhubungan dengan proses penyakit kardiovaskular, ditandai dengan nyeri kepala berdenyut, ketidaknyamanan, dan gangguan tidur.
3. Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif berhubungan dengan peningkatan tekanan darah dan riwayat stroke.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Kelebihan Volume Cairan: Keadaan di mana individu mengalami kelebihan cairan tubuh yang ditandai dengan edema, dan gangguan pada fungsi organ.
2. Nyeri Akut: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau dijelaskan dalam istilah seperti kerusakan tersebut.
3. Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif: Berisiko mengalami penurunan aliran darah ke otak yang dapat menyebabkan gangguan oksigenasi dan perfusi serebral.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Kelebihan Volume Cairan: Luaran yang diharapkan adalah keseimbangan cairan yang memadai, eliminasi urin yang lancar, dan tidak ada tanda-tanda kelebihan volume cairan.
2. Nyeri Akut: Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat mengontrol nyeri, mempertahankan pola tidur yang adekuat, dan tidak ada komplikasi terkait nyeri.
3. Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif: Luaran yang diharapkan adalah tidak terjadi penurunan perfusi serebral, tidak ada tanda-tanda kerusakan otak, dan fungsi kognitif yang tetap baik.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Kelebihan Volume Cairan: Intervensi yang dapat dilakukan adalah memantau tanda-tanda vital, intake dan output cairan, serta pemberian diuretik dan pembatasan cairan sesuai indikasi.
2. Nyeri Akut: Intervensi yang dapat dilakukan adalah manajemen nyeri, edukasi tentang nyeri, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penatalaksanaan nyeri.
3. Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif: Intervensi yang dapat dilakukan adalah pemantauan tanda-tanda vital, manajemen hipertensi, dan pencegahan komplikasi.