Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 10960 | 15 Jan 2025
Klinis : Hipertensi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Tentu, saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Hipertensi.
Diagnosa Keperawatan:
Ketidakefektifan Manajemen Tekanan Darah
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Ketidakmampuan individu untuk mempertahankan tekanan darah dalam batas normal yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah sistolik dan/atau diastolik.
- Penyebab: Stres, gaya hidup tidak sehat, riwayat keluarga, faktor genetik, usia, dan obesitas.
- Karakteristik Utama: Peningkatan tekanan darah sistolik dan/atau diastolik.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Tercapainya tekanan darah dalam batas normal.
- Indikator Luaran: Tekanan darah sistolik dan diastolik dalam batas normal, asupan cairan dan natrium sesuai kebutuhan, aktivitas fisik teratur, dan manajemen stres yang efektif.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Manajemen Hipertensi, yang meliputi pemantauan tekanan darah, pemberian edukasi tentang gaya hidup sehat, pengaturan asupan cairan dan natrium, serta manajemen stres.
- Tujuan Intervensi: Membantu individu mencapai dan mempertahankan tekanan darah dalam batas normal.
Sebagai perawat, saya akan bekerja sama dengan pasien untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi tekanan darahnya dan mengembangkan rencana perawatan yang komprehensif untuk mengelola hipertensi secara efektif. Tujuan utama adalah membantu pasien mencapai dan mempertahankan tekanan darah dalam batas normal, sehingga dapat mencegah komplikasi yang dapat timbul akibat hipertensi. -
Article No. 10961 | 15 Jan 2025
Klinis : Pasien dan keluarga mengatakan jika sakit dirumah hanya minum obat warung seperti paracetamol, obat flu, jika tidak ada perubahan baru berobat ke puskesmas atau rumah sakit. Jarak rumah dengan puskesmas cukup dekat. Pasien mengatakan 2 hari sebelum masuk rumah sakit mengeluh BAB cair 8x/hari, disertai muntah lupa berapa kali dan pusing. Pasien mengatakan minum obat diare selama dua hari. Obat diare diminum 2 kali dalam sehari hanya 1 tablet. Dosis tersebut pasien mengira-ngira sendiri. Bukan resep dokter. Diare berkurang 3-4x/hari tetapi masih cair. Hari ke-2 baru ada demam yang naik turun dan BAB cair lagi 6-7x cair. Setelah itu pasien dan keluarga pergi untuk berobat ke RS. Pasien datang ke IGD : Kondisi pasien tampak lemah, akral dingin nadi lemah teratur. Pkl 06.00 TTV: N: 110x/mnt, RR: 23x/m, S: 38,9 C, Pkl 07.00 : TD: 90/70 mmHg. Pasien diberikan cairan infus RL 500cc. Saat diruang rawat inap keluhan mual disertai muntah 3x, BAB cair 6-7x, ada demam naik turun. Saat pengkajian pasien mengatakan masih ada mual, muntah masih ada 1x sejak makan sore, masih demam, dan kepala terasa pusing, badan lemas,dan tidak nafsu makan. Dalam satu hari hanya buang air kecil 2 kali kurang lebih 150 cc warna kuning gelap. Turgor kulit kurang elastis. Pasien mengatakan sebelum sakit sudah mengalami gangguan nafsu makan sekitar 3 hari. Ada mual dan muntah lupa berapa kali. Selama tiga hari makan 3-5 sendok kadang ½ porsi, kalau lihat makanan mual bertambah. Saat pengkajian klien mengatakan pasien tidak nafsu makan karena mual, porsi makan yang dihabiskan ¼, makan diet bubur dan jenis lunak, ada penggunaan obat sebelum makan yang diberikan suster dan tidak menggunakan alat bantu makan. Ada muntah sehari sudah 3x isi makanan kurang lebih 500 cc. Makan hanya dari rumah sakit. Setiap kali makan terasa mual. Ada penurunan BB 1 kg dalam 3 Pasien minum kurang lebih satu hari 1,5 liter jarang menghitung. Pasien BAK 5-7 x/hari, warna urin kuning jernih, tidak ada keluhan saat BAK, dan tidak menggunakan alat bantu BAK. Pasien biasa BAB 1 kali/hari, dengan konsistensi padat, warna kecoklatan, tidak ada keluhan saat BAB, dan tidak menggunakan obat laxatif. Saat pengkajian pasien BAK 4 X/hari ± 500 cc (kira-kira ±150 cc sekali BAK), warna kuning, keluhan tidak ada, tidak menggunakan alat bantu BAK. BB: 60 kg. TB : 167 Cm Pasien mengatakan ada nyeri perut di bagian bawah, seperti mules dan perih, nyeri hilang timbul tidak tentu, muncul terutama saat mau BAB. Nyeri perut sudah 2 hari. Hilang setelah BAB. kala nyeri perut kurang lebih 5 dari 10 durasi tidak dihitung dirumah. Skala 4-5/10 Nyeri perut terkadang disertai dengan mual. Pasien tampak gelisah setiap kali nyeri datang, posisi tubuh meringkuk sambil memegang perut. Pasien mengatakan sulit tidur bila nyeri datang, sehingga mengantuk pada siang hari Keadaan umum pasien tampak sakit sedang, Kesadaran: Compos mentis, GCS 15 (M 6 V 5 E 4). Turgor kulit kurang elastis, mukosa bibir kering. JVP: 5 -2 cmH2O (kemampuan ventrikel memompa memadai). Perpusi pembuluh perifer kuku: kembali dalam waktu < 3 detik Abdomen: nyeri tekan epigastric, Peristaltik 36 x/ mnt. Ascites tidak ada. Ekstremitas: Rentang gerak bebas.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
1. Risiko Ketidakseimbangan Cairan Berhubungan Dengan Diare Dan Muntah.
- Definisi: Keadaan di mana individu berisiko mengalami kehilangan cairan dan elektrolit yang melebihi jumlah yang dapat diganti, yang dapat mengganggu fungsi tubuh.
2. Penurunan Nutrisi Berhubungan Dengan Intake Nutrisi Yang Tidak Adekuat.
- Definisi: Keadaan di mana asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
3. Nyeri Akut Berhubungan Dengan Diare.
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Risiko Ketidakseimbangan Cairan:
- Keseimbangan Cairan
- Perfusi Jaringan
- Tanda-tanda Vital
- Turgor Kulit
2. Penurunan Nutrisi:
- Asupan Nutrisi
- Berat Badan
- Status Nutrisi
3. Nyeri Akut:
- Kontrol Nyeri
- Durasi Nyeri
- Intensitas Nyeri
- Perilaku Nyeri
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Risiko Ketidakseimbangan Cairan:
- Monitor Cairan Masuk dan Keluar
- Berikan Terapi Cairan Intravenosa
- Pantau Tanda-tanda Vital
- Edukasi Pasien dan Keluarga tentang Asupan Cairan
2. Penurunan Nutrisi:
- Monitor Asupan Nutrisi
- Kolaborasi dengan Ahli Gizi untuk Intervensi Nutrisi
- Berikan Makanan Sesuai Toleransi Pasien
- Edukasi Pasien dan Keluarga tentang Nutrisi
3. Nyeri Akut:
- Asesmen Nyeri Komprehensif
- Berikan Analgesik Sesuai Indikasi
- Gunakan Teknik Nonfarmakologis untuk Mengatasi Nyeri
- Ajarkan Pasien Teknik Manajemen Nyeri
Penjelasan rinci:
Pasien mengalami diare dan muntah yang menyebabkan risiko ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Intervensi keperawatan harus berfokus pada monitor cairan masuk dan keluar, pemberian terapi cairan intravenosa, serta edukasi tentang asupan cairan yang adekuat.
Pasien juga mengalami penurunan nafsu makan, mual, dan muntah yang dapat menyebabkan penurunan berat badan dan status nutrisi. Intervensi keperawatan harus melibatkan kolaborasi dengan ahli gizi, pemberian makanan yang sesuai toleransi pasien, serta edukasi tentang pentingnya asupan nutrisi.
Selain itu, pasien juga mengeluhkan nyeri perut yang terkait dengan diare. Intervensi keperawatan harus mencakup asesmen nyeri komprehensif, pemberian analgesik sesuai indikasi, serta penggunaan teknik nonfarmakologis untuk mengatasi nyeri.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus menggunakan pendekatan yang komprehensif dan kolaboratif dengan tim kesehatan lain untuk mencapai luaran yang optimal bagi pasien. -
Article No. 10962 | 15 Jan 2025
Klinis : pasien tidak dapat memberikan asi kepada anaknya karena ada kelaian
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan rinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran/output, dan intervensi keperawatan berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) untuk kondisi pasien yang tidak dapat memberikan ASI kepada anaknya karena ada kelainan:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah: "Ketidakmampuan Menyusui".
Definisi: Ketidakmampuan ibu untuk memberikan ASI secara efektif kepada bayi karena adanya gangguan fisik, psikologis, atau faktor lain.
Karakteristik Definisi:
- Bayi tidak dapat menetek dengan benar
- Ibu tidak dapat mengeluarkan ASI secara efektif
- Ibu mengalami nyeri saat menyusui
- Ibu menolak menyusui karena alasan tertentu
- Ibu tidak memiliki kepercayaan diri untuk menyusui
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Pengetahuan: Ibu mendemonstrasikan teknik menyusui yang benar.
b. Perilaku Kesehatan: Ibu melakukan perawatan payudara secara rutin.
c. Koping: Ibu menunjukkan kepercayaan diri yang meningkat dalam menyusui.
d. Pemeliharaan Kesehatan: Ibu menunjukkan produksi ASI yang adekuat.
e. Pemulihan: Ibu menunjukkan perkembangan bayi yang optimal.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Dukungan Menyusui
- Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin
- Ajarkan ibu teknik menyusui yang benar
- Bantu ibu dalam memposisikan bayi saat menyusui
- Dorong ibu untuk melakukan perawatan payudara secara rutin
b. Manajemen Laktasi
- Evaluasi produksi ASI ibu
- Anjurkan ibu untuk mengonsumsi makanan dan cairan yang memadai
- Ajarkan ibu teknik memompa ASI dan menyimpannya
- Berikan informasi tentang makanan yang dapat meningkatkan produksi ASI
c. Konseling Menyusui
- Berdiskusi dengan ibu tentang manfaat menyusui
- Identifikasi dan atasi hambatan psikologis ibu dalam menyusui
- Dorong ibu untuk mengungkapkan perasaan dan kekhawatirannya
- Berikan dukungan emosional dan motivasi kepada ibu
d. Kolaborasi dengan Tenaga Kesehatan Lain
- Konsultasikan dengan dokter atau ahli laktasi jika diperlukan
- Koordinasikan rencana asuhan keperawatan dengan tim kesehatan lain
Melalui penerapan diagnosa keperawatan, luaran/output, dan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan dapat membantu ibu untuk dapat menyusui bayinya secara efektif, meningkatkan produksi ASI, dan mendukung proses pemulihan serta perkembangan optimal bayi. -
Article No. 10963 | 15 Jan 2025
Klinis : pasien tidak dapat memberikan asi kepada anaknya karena ada kelaian
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai seorang perawat kami akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang tidak dapat memberikan ASI kepada anaknya karena adanya kelainan.
Diagnosa Keperawatan:
Ketidakefektifan Menyusui
Penjelasan:
Ketidakefektifan Menyusui adalah ketidakmampuan ibu untuk menyusui bayi secara adekuat untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan kelekatan bayi. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kelainan anatomi payudara, masalah produksi ASI, atau masalah bayi dalam menyusu.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Definisi: Ketidakmampuan ibu untuk menyusui bayi secara adekuat untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan kelekatan bayi.
Penyebab: Kelainan anatomi payudara, masalah produksi ASI, masalah bayi dalam menyusu.
Gejala dan Tanda: Bayi tidak dapat menempel dengan baik pada payudara, bayi tidak dapat mengisap ASI dengan efektif, produksi ASI tidak adekuat, terjadi kerusakan puting susu, nyeri saat menyusui.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan: Ibu dapat menyusui bayinya secara efektif, produksi ASI adekuat, bayi tumbuh kembang dengan baik.
Indikator:
1. Ibu dapat menempelkan bayi pada payudara dengan benar.
2. Bayi dapat mengisap ASI dengan efektif.
3. Produksi ASI ibu adekuat.
4. Tidak ada keluhan nyeri saat menyusui.
5. Berat badan bayi meningkat sesuai usia.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi Keperawatan:
1. Edukasi ibu tentang teknik menyusui yang benar.
2. Ajarkan ibu melakukan perawatan payudara untuk meningkatkan produksi ASI.
3. Berikan dukungan emosional dan motivasi kepada ibu untuk tetap memberikan ASI.
4. Kolaborasi dengan dokter untuk mengatasi masalah anatomi payudara atau produksi ASI yang tidak adekuat.
5. Pantau tumbuh kembang bayi secara berkala.
Semoga penjelasan ini dapat membantu anda memahami kondisi pasien dan langkah-langkah perawatan yang dapat dilakukan. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, saya akan dengan senang hati membantu. -
Article No. 10964 | 15 Jan 2025
Klinis : Perfusi jaringan tidak efektif
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Saya Perawat Profesional dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Berikut saya paparkan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar untuk kondisi "Perfusi jaringan tidak efektif":
Diagnosa Keperawatan:
Perfusi Jaringan Tidak Efektif
Definisi:
Ketidakcukupan sirkulasi darah dan oksigen ke jaringan perifer.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Gejala dan tanda klinik: Kulit pucat, dingin, kering, dan lembab; Edema; Nyeri; Perubahan sensasi.
- Penyebab: Gangguan kardiovaskular, pernapasan, hematologi, atau metabolik; Cedera trauma; Penggunaan obat-obatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Perfusi jaringan membaik; Tidak ada tanda-tanda gangguan perfusi.
- Indikator: Tanda-tanda vital stabil; Kapiler refill <3 detik; Ekstremitas hangat dan kering.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi utama: Pantau tanda-tanda vital; Atur posisi untuk meningkatkan aliran darah; Berikan oksigen; Kolaborasi pemberian cairan/obat-obatan.
- Intervensi lain: Manajemen nyeri; Edukasi pasien dan keluarga.
Kesimpulannya, Perfusi Jaringan Tidak Efektif merupakan kondisi ketidakcukupan sirkulasi darah dan oksigen ke jaringan perifer yang memerlukan pemantauan ketat, penanganan segera, serta kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengembalikan perfusi jaringan yang optimal.
Semoga penjelasan ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, silakan tanyakan.
Wassalamu'alaikum. -
Article No. 10965 | 15 Jan 2025
Klinis : Rehabilitasi jantung post IMA
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai seorang perawat yang berpengalaman, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi rehabilitasi jantung pasca infark miokard akut (IMA).
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi Aktivitas (SDKI)
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan, yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara pasokan dan kebutuhan oksigen pada tingkat jaringan.
2. Perubahan Sirkulasi (SDKI)
Definisi: Perubahan dalam volume dan/atau distribusi aliran darah yang tidak efektif.
3. Kecemasan (SDKI)
Definisi: Respon emosional dan psikologis individu terhadap sumber ancaman, bahaya, atau perubahan yang dipersepsikan.
Rencana Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Meningkatkan Toleransi Aktivitas
2. Mempertahankan Sirkulasi
3. Menurunkan Kecemasan
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Aktivitas
- Mengidentifikasi tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi
- Menyusun rencana peningkatan aktivitas secara bertahap
- Memantau tanda-tanda vital selama aktivitas
2. Manajemen Perfusi Jaringan
- Memantau tanda-tanda vital
- Mengatur posisi tubuh untuk meningkatkan aliran darah
- Memberikan edukasi tentang manajemen aktivitas
3. Manajemen Kecemasan
- Mengidentifikasi penyebab kecemasan
- Mengajarkan teknik relaksasi
- Memberikan dukungan emosional
Dengan menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandar untuk pasien dengan rehabilitasi jantung pasca IMA. Pendekatan ini membantu memaksimalkan pemulihan pasien dan meningkatkan kualitas hidup. -
Article No. 10966 | 15 Jan 2025
Klinis : Diagnosa keperawatan keluarga berencana
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Ibu/Bapak yang saya hormati. Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan penjelasan mengenai diagnosa keperawatan terkait keluarga berencana berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Diagnosa Keperawatan Keluarga Berencana:
Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), diagnosa keperawatan yang tepat untuk kondisi keluarga berencana adalah "Kesiapan Peningkatan Pengetahuan Keluarga Berencana".
Definisi:
Kesiapan untuk meningkatkan pengetahuan tentang perencanaan keluarga, termasuk penggunaan kontrasepsi yang aman dan efektif.
Karakteristik Definisi:
1. Mengungkapkan keinginan untuk meningkatkan pengetahuan tentang perencanaan keluarga.
2. Mengungkapkan keinginan untuk menggunakan kontrasepsi yang aman dan efektif.
3. Mengidentifikasi sumber informasi yang dapat diakses untuk memperoleh pengetahuan tentang keluarga berencana.
Faktor yang Berhubungan:
1. Kurangnya pemahaman tentang metode kontrasepsi yang tersedia.
2. Kurangnya akses informasi yang memadai tentang keluarga berencana.
3. Persepsi negatif tentang keluarga berencana.
Rencana Asuhan Keperawatan (Standar Luaran Keperawatan Indonesia/SLKI):
1. Peningkatan Pengetahuan Keluarga Berencana
2. Peningkatan Perilaku Kesehatan Reproduksi
Intervensi Keperawatan (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia/SIKI):
1. Edukasi Kesehatan Reproduksi
2. Konseling Keluarga Berencana
3. Fasilitasi Akses Informasi Kesehatan Reproduksi
Demikian penjelasan singkat mengenai diagnosa keperawatan keluarga berencana beserta standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari PPNI. Semoga informasi ini bermanfaat. Apakah ada pertanyaan lain yang dapat saya bantu? -
Article No. 10882 | 14 Jan 2025
Klinis : Bab cair 20 kali mual muntah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda sampaikan, yaitu Bab cair 20 kali, mual muntah, berikut adalah Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Diare akut
Penjelasan singkat:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Diare akut adalah perubahan konsistensi dan peningkatan frekuensi defekasi yang terjadi secara tiba-tiba dan berlangsung kurang dari 14 hari.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Tujuan utama perawatan pada pasien dengan diare akut adalah untuk mengembalikan keseimbangan cairan dan elektrolit, mengurangi frekuensi diare, dan mencegah komplikasi.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen diare, manajemen cairan dan elektrolit, serta edukasi terkait diare.
Dengan tone akademis, persona pakar, dan nurse, penjelasan ini dapat disampaikan dengan gaya yang formal dan informatif, menekankan pada aspek klinis dan keperawatan yang sesuai dengan standar profesi. -
Article No. 10883 | 14 Jan 2025
Klinis : Bab cair 20 kali mual muntah
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI) berdasarkan kondisi yang Anda paparkan, yaitu bab cair 20 kali dan mual muntah.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang paling sesuai untuk kondisi tersebut adalah "Diare" berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia). Diare didefinisikan sebagai pengeluaran feses yang tidak normal, yaitu lebih cair dan/atau lebih sering dari biasanya. Pada kasus ini, pasien mengalami bab cair sebanyak 20 kali, yang menunjukkan adanya diare. Selain itu, pasien juga mengalami mual dan muntah, yang dapat menjadi gejala atau komplikasi dari diare.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat mencapai luaran sebagai berikut:
1. Keseimbangan Cairan: Pasien menunjukkan status cairan yang seimbang, ditandai dengan tanda-tanda vital dalam batas normal, tidak ada tanda dehidrasi, dan intake dan output cairan seimbang.
2. Kontrol Eliminasi: Pasien menunjukkan pola eliminasi yang normal, yaitu frekuensi bab kembali ke normal (< 3 kali per hari) dengan konsistensi feses yang padat.
3. Manajemen Mual dan Muntah: Pasien mampu mengenali dan mengatasi mual dan muntah, serta dapat mempertahankan intake nutrisi yang adekuat.
4. Pengetahuan Perawatan Diri: Pasien dan keluarga memiliki pengetahuan yang baik mengenai perawatan diri dan pencegahan komplikasi terkait diare.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Pemantauan status cairan:
- Pantau tanda-tanda vital (suhu, nadi, pernapasan, tekanan darah) secara rutin.
- Pantau input dan output cairan secara akurat.
- Identifikasi tanda-tanda dehidrasi dan ketidakseimbangan cairan.
- Berikan cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan pasien.
2. Manajemen diare:
- Identifikasi penyebab diare dan faktor yang memperberat.
- Anjurkan pasien untuk mengonsumsi makanan dan cairan yang mudah dicerna.
- Berikan obat antidiare sesuai indikasi.
- Ajarkan pasien dan keluarga mengenai manajemen diare.
3. Manajemen mual dan muntah:
- Identifikasi penyebab mual dan muntah.
- Berikan antiemetik sesuai indikasi.
- Ajarkan teknik manajemen mual dan muntah (seperti relaksasi, distraksi).
- Fasilitasi asupan nutrisi dan cairan yang adekuat.
4. Edukasi dan dukungan:
- Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai diare, pencegahan komplikasi, dan perawatan diri.
- Libatkan keluarga dalam perawatan pasien dan dorong partisipasi aktif.
- Sediakan dukungan emosional dan psikologis bagi pasien dan keluarga.
Penjelasan di atas mencakup diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI) berdasarkan kondisi pasien dengan bab cair 20 kali dan mual muntah. Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memahami pendekatan keperawatan yang komprehensif untuk menangani kondisi tersebut. -
Article No. 10884 | 14 Jan 2025
Klinis : bersihan jalan napas
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis untuk kondisi "bersihan jalan napas" dengan format yang Anda minta.
1. Kode ICD-10:
- Kode: Z99.89
- Deskripsi: Keadaan ketergantungan pada alat bantu pernapasan lainnya
Penjelasan:
Kode ICD-10 Z99.89 digunakan untuk menggambarkan kondisi pasien yang bergantung pada alat bantu pernapasan lainnya, seperti ventilator atau trakeostomi. Dalam kasus "bersihan jalan napas", ini dapat mencakup kondisi di mana pasien membutuhkan bantuan untuk mempertahankan dan membersihkan jalan napas mereka, seperti pada pasien yang mengalami gangguan pernapasan atau penyakit paru-paru.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.94
- Deskripsi: Pembersihan jalan napas
Penjelasan:
Kode ICD-9-CM 93.94 digunakan untuk mengkodekan tindakan pembersihan jalan napas, yang dapat meliputi prosedur seperti suction, pengisapan sekret, bronkoskopi, atau tindakan lain yang dilakukan untuk mempertahankan dan membersihkan jalan napas pasien. Ini merupakan tindakan medis yang sering dilakukan pada pasien dengan kondisi bersihan jalan napas yang terganggu.