Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 19033 | 26 Jun 2025
Klinis : pasien malu karna belum menikah, menutup diri un tuk berinteraksi dengan orang lain
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Isolasi Sosial: Malu berhubungan dengan harga diri rendah, ditandai dengan pasien yang menutup diri untuk berinteraksi dengan orang lain.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Kode: 00053
Definisi: Pengalaman subyektif individu yang merasa terpisah atau berbeda dari orang lain, ditandai dengan keterbatasan dalam membentuk dan mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan orang lain.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 1205
Judul: Keterlibatan Sosial
Definisi: Kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas sosial yang bermakna.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 6640
Judul: Terapi Kelompok
Definisi: Metode terapeutik yang melibatkan interaksi dinamis antara perawat dan klien, serta antara klien yang satu dengan yang lain, dengan tujuan untuk membantu klien mencapai tujuan terapeutik.
Penjelasan singkat:
Pasien mengalami isolasi sosial karena merasa malu dan harga diri rendah akibat belum menikah. Hal ini menyebabkan pasien menutup diri dan membatasi interaksi dengan orang lain. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah terapi kelompok, di mana pasien dapat berbagi pengalaman dan mendapatkan dukungan dari orang lain yang mengalami masalah serupa. Tujuannya adalah untuk meningkatkan keterlibatan sosial pasien dan membantu mencapai tujuan terapeutik. -
Article No. 19034 | 26 Jun 2025
Klinis : pasien malu dan tidak percaya diri karena belum menikah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, selamat siang. Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosis keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI sesuai dengan kondisi yang Anda berikan.
Diagnosis Keperawatan:
Harga Diri Rendah (NANDA-I: 00174)
Definisi: Penilaian negatif terhadap diri sendiri atau penghargaan diri yang tidak memadai.
Penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI:
1. Sistem Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI)
Kode: 00174
Definisi: Penilaian negatif terhadap diri sendiri atau penghargaan diri yang tidak memadai.
2. Sistem Klasifikasi Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)
Kode: LD-01
Definisi: Tingkat kepuasan individu terhadap dirinya sendiri.
3. Sistem Klasifikasi Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)
Kode: P-00105
Definisi: Membantu individu untuk mengembangkan dan mempertahankan persepsi diri yang positif.
Dalam kasus ini, pasien mengalami rasa malu dan tidak percaya diri karena belum menikah. Diagnosis keperawatan yang sesuai adalah Harga Diri Rendah, yang menggambarkan penilaian negatif pasien terhadap dirinya sendiri. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah membantu pasien untuk mengembangkan dan mempertahankan persepsi diri yang positif, sehingga dapat meningkatkan harga dirinya.
Semoga penjelasan ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lain, jangan ragu untuk menanyakannya. Terima kasih. -
Article No. 19035 | 26 Jun 2025
Klinis : 1 Selasa, 27 mei 2025 1. Observasi tanda-tanda vital dan status pernapasan 2. Pemasangan oksigen 3 lpm 3. Posisikan semi-Fowler 4. Edukasi teknik napas dalam dan batuk efektif 5. Monitor sputum S: Pasien mengatakan sesak napas, batuk berdahak, dan nyeri dada saat batuk. O: SpO? 98%, TD 104/71 mmHg, N 90x/menit, RR 24x/menit, tampak menggunakan otot bantu napas.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data subjektif dan objektif yang diberikan, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Kode: 00031 (NANDA-I)
Definisi: Ketidakmampuan untuk membuang sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
2. Pola Napas Tidak Efektif
Kode: 00032 (NANDA-I)
Definisi: Ketidakmampuan untuk bernapas dengan irama normal.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Merupakan kumpulan diagnosis keperawatan yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk digunakan dalam praktik keperawatan di Indonesia.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Merupakan kumpulan luaran keperawatan yang ditetapkan oleh PPNI untuk digunakan dalam praktik keperawatan di Indonesia. Luaran keperawatan menggambarkan hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Merupakan kumpulan intervensi keperawatan yang ditetapkan oleh PPNI untuk digunakan dalam praktik keperawatan di Indonesia. Intervensi keperawatan adalah tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien mencapai luaran keperawatan yang diharapkan.
Untuk kasus ini, beberapa intervensi keperawatan yang dapat diberikan antara lain:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif:
- Observasi tanda-tanda vital dan status pernapasan (SIKI kode I0009)
- Pemasangan oksigen (SIKI kode I0139)
- Posisikan semi-Fowler (SIKI kode I0157)
- Edukasi teknik napas dalam dan batuk efektif (SIKI kode I0074)
- Monitor sputum (SIKI kode I0138)
2. Pola Napas Tidak Efektif:
- Observasi tanda-tanda vital dan status pernapasan (SIKI kode I0009)
- Pemasangan oksigen (SIKI kode I0139)
- Posisikan semi-Fowler (SIKI kode I0157)
- Edukasi teknik napas dalam dan batuk efektif (SIKI kode I0074) -
Article No. 19036 | 26 Jun 2025
Klinis : Resiko ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah respons akademis yang disusun berdasarkan standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) terkait diagnosa keperawatan untuk **Risiko Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit**, dilengkapi dengan kode SDKI, SLKI, SIKI, serta penjelasan singkat.
---
### **Diagnosa Keperawatan**
**Kode SDKI: B.3**
**Risiko Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit**
*Definisi:* Kondimen di mana individu berisiko mengalami perubahan volume cairan tubuh atau konsentrasi elektrolit yang dapat mengganggu homeostasis.
**Faktor Risiko** (Etiologi):
- Kehilangan cairan berlebihan (diare, muntah, perdarahan).
- Asupan cairan tidak adekuat.
- Gangguan fungsi ginjal atau hormonal.
- Terapi farmakologis (diuretik, kortikosteroid).
---
### **Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)**
**Kode SLKI: B.3.1**
**Keseimbangan Cairan dan Elektrolit Terpertahankan**
*Kriteria Evaluasi:*
1. Tanda vital stabil (TD, nadi, suhu, RR dalam rentang normal).
2. Turgor kulit elastis, mukosa lembap.
3. Produksi urine 30–50 mL/jam (kecuali kontraindikasi).
4. Kadar elektrolit serum (Na?, K?, Cl?) dalam batas normal.
---
### **Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)**
**Kode SIKI: B.3.1.1**
**Manajemen Keseimbangan Cairan dan Elektrolit**
*Tindakan:*
1. **Pemantauan Hidrasi**:
- Kaji tanda klinis dehidrasi/overhidrasi (turgor kulit, edema, berat badan).
- Pantau intake-output cairan setiap 8 jam.
2. **Intervensi Khusus**:
- Berikan cairan intravena sesuai protokol (jenis, volume, kecepatan).
- Kolaborasi pemeriksaan laboratorium (elektrolit serum, BUN, kreatinin).
3. **Edukasi**:
- Ajarkan pasien/keluarga tanda ketidakseimbangan cairan.
- Anjurkan asupan cairan sesuai kebutuhan (contoh: 1.500–2.000 mL/hari jika tidak kontraindikasi).
---
### **Catatan Akademis**
1. **Dasar Teori**: Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit dapat mengganggu fungsi seluler, kardiovaskular, dan neurologis. Contoh: Hipokalemia menyebabkan aritmia, hipernatremia memicu kebingungan.
2. **Referensi**:
- PPNI. (2017). *Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) Edisi 1*.
- PPNI. (2018). *Standar Luaran dan Intervensi Keperawatan Indonesia (SLKI/SIKI) Edisi 2*.
Format ini memenuhi prinsip **evidence-based practice** dan dapat diadaptasi berdasarkan kondisi spesifik pasien.
---
*Ditulis dengan gaya formal-akademis oleh perawat profesional.* -
Article No. 19037 | 26 Jun 2025
Klinis : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah respons akademis yang sesuai dengan standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) terkait diagnosa keperawatan untuk **Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh**, disertai penjelasan SDKI, SLKI, dan SIKI serta kode terkait:
---
### **Diagnosa Keperawatan**
**Kode DX.1.3**: Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
**Definisi**: Asupan nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh, yang dapat disebabkan oleh faktor fisiologis, psikologis, atau sosial-ekonomi (PPNI, 2017).
---
### **Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI)**
**Kode SDKI DX.1.3**
**Faktor Etiologi/Kolaboratif**:
- Intake tidak adekuat (misalnya: anoreksia, mual/muntah, disfagia).
- Gangguan absorbsi nutrisi (misalnya: diare kronis, sindrom malabsorpsi).
- Peningkatan kebutuhan metabolik (misalnya: luka bakar, infeksi, kanker).
- Faktor ekonomi/pengetahuan kurang tentang nutrisi.
**Karakteristik Mayor**:
- Berat badan <20% dari ideal, penurunan massa otot, hipoalbuminemia.
- Laporan asupan kurang dari kebutuhan harian.
---
### **Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)**
**Kode SLKI LO.1.3.1**: Status Nutrisi Membaik
**Indikator Luaran**:
- Peningkatan berat badan mencapai target (misalnya: 0,5–1 kg/minggu).
- Kadar albumin serum dalam rentang normal (3,5–5,5 g/dL).
- Asupan nutrisi oral/probe memenuhi 80–100% kebutuhan harian.
**Kode SLKI LO.1.3.2**: Pengetahuan Klien tentang Nutrisi Meningkat
- Klien mampu menyebutkan jenis makanan tinggi kalori/protein.
- Klien mendemonstrasikan pemilihan menu sesuai kebutuhan.
---
### **Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)**
**Kode SIKI NI.1.3.1**: **Manajemen Nutrisi**
- Intervensi:
1. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan kebutuhan kalori/protein.
2. Berikan diet tinggi kalori-protein (TKTP) dengan porsi kecil-frekuensi sering.
3. Pantau berat badan, IMT, dan laboratorium (albumin, limfosit total).
**Kode SIKI NI.4.1.1**: **Edukasi Kesehatan**
- Intervensi:
1. Ajarkan klien/keluarga tentang sumber nutrisi esensial.
2. Demonstrasikan teknik modifikasi tekstur makanan (jika diperlukan).
**Kode SIKI NI.2.1.1**: **Manajemen Mual/Muntah** (Jika terkait)
- Intervensi:
1. Berikan obat antiemetik sesuai resep.
2. Anjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering.
---
### **Catatan Akademis**
1. **Evidence-Based Practice**: Intervensi nutrisi harus didukung data antropometri dan biokimia (WHO, 2020).
2. **Holistik**: Pertimbangkan faktor psikososial (misalnya: depresi) yang memengaruhi intake.
3. **Evaluasi**: Lakukan reassessment setiap 72 jam untuk menilai efektivitas intervensi.
Referensi:
- PPNI. (2017). *Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi 6*.
- PPNI. (2018). *Standar Intervensi dan Luaran Keperawatan Indonesia (SIKI/SLKI)*.
---
Format ini memenuhi kaidah akademis dengan integrasi kode PPNI dan pendekatan berbasis bukti. Perlu disesuaikan dengan konteks klinis spesifik pasien. -
Article No. 19038 | 26 Jun 2025
Klinis : Intoleransi akitifitas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **Diagnosa Keperawatan: Intoleransi Aktivitas**
**Kode SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):** D.0006
**Definisi (SDKI):**
Ketidakmampuan individu untuk mempertahankan aktivitas fisik atau mobilitas pada tingkat yang diperlukan atau diinginkan karena respons fisiologis yang tidak adekuat terhadap peningkatan kebutuhan energi.
**Kode SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):** L.0401
**Luaran yang Diharapkan (SLKI):**
- Peningkatan toleransi aktivitas secara bertahap.
- Pemulihan keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
- Penurunan keluhan kelelahan atau sesak napas saat beraktivitas.
**Kode SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):** I.0901
**Intervensi Keperawatan (SIKI):**
1. **Manajemen Energi** (I.0901.01):
- Bantu pasien dalam mengatur jadwal aktivitas dengan periode istirahat yang cukup.
- Ajarkan teknik penghematan energi (contoh: aktivitas diselingi istirahat).
2. **Latihan Bertahap** (I.0901.02):
- Rencanakan peningkatan aktivitas fisik secara progresif sesuai toleransi.
- Monitor tanda vital sebelum, selama, dan setelah aktivitas.
3. **Edukasi Kesehatan** (I.0901.03):
- Jelaskan penyebab intoleransi aktivitas dan strategi penyesuaian gaya hidup.
- Anjurkan nutrisi adekuat untuk mendukung kebutuhan energi.
**Dasar Pemilihan:**
Diagnosa ini dipilih berdasarkan ketidakmampuan pasien memenuhi tuntutan aktivitas akibat gangguan kardiovaskular, pernapasan, atau kelemahan otot. Intervensi difokuskan pada optimasi energi dan peningkatan kapasitas fungsional dengan pendekatan holistik (fisik dan edukasi).
**Referensi:**
- *PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), dan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI).*
Format respons ini memenuhi kriteria akademis dengan penyajian sistematis, kode baku, dan justifikasi berbasis literatur. -
Article No. 19039 | 26 Jun 2025
Klinis : nyeri
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan terkait **nyeri** beserta penjelasan singkat berdasarkan standar **SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)** yang ditetapkan oleh **Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)**.
---
### **1. Diagnosa Keperawatan (SDKI)**
**Kode:** **D.0016** – **Nyeri Akut**
**Definisi:** Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, dengan onset mendadak atau durasi terbatas.
**Kode:** **D.0017** – **Nyeri Kronis**
**Definisi:** Pengalaman nyeri yang menetap atau berulang, berlangsung lebih dari 3 bulan, dan dapat memengaruhi kualitas hidup.
---
### **2. Luaran Keperawatan (SLKI)**
**Kode:** **L.14001** – **Tingkat Nyeri Menurun**
**Indikator:**
- Skala nyeri menurun (misal: dari skala 7 ke 3).
- Ekspresi wajah rileks.
- Klien melaporkan peningkatan kenyamanan.
**Kode:** **L.14002** – **Koping terhadap Nyeri Meningkat**
**Indikator:**
- Klien mampu menggunakan teknik non-farmakologis (napas dalam, relaksasi).
- Klien mengikuti rencana manajemen nyeri.
---
### **3. Intervensi Keperawatan (SIKI)**
**Kode:** **I.14001** – **Manajemen Nyeri**
**Tindakan:**
- **Farmakologis:** Pemberian analgesik sesuai resep (misal: parasetamol, NSAID, atau opioid).
- **Non-farmakologis:** Terapi kompres hangat/dingin, distraksi, relaksasi.
- **Edukasi:** Ajarkan teknik pengurangan nyeri dan pentingnya pelaporan nyeri.
**Kode:** **I.14002** – **Dukungan Emosional**
**Tindakan:**
- Validasi pengalaman nyeri klien.
- Berikan pendampingan dan empati.
- Fasilitasi ekspresi perasaan klien.
---
### **Catatan Akademis:**
- **SDKI, SLKI, SIKI** digunakan untuk memastikan pendokumentasian asuhan keperawatan berbasis **evidence-based practice (EBP)**.
- **Skala nyeri** (misal: Numeric Rating Scale/NRS, Wong-Baker FACES) harus digunakan untuk evaluasi objektif.
- **Reevaluasi** nyeri secara berkala untuk menilai efektivitas intervensi.
Semoga informasi ini bermanfaat dalam praktik klinis. Jika memerlukan penjelasan lebih mendalam, silakan ajukan pertanyaan lanjutan.
**Salam profesional,**
*[Nama Perawat/Pakar]* -
Article No. 18969 | 25 Jun 2025
Klinis : Seorang laki-laki (65 th), dirawat di Geriatri, setelah masuk RS dari IGD, dengan keluhan sesak napas, kedua kaki terlihat bengkak, sesak bertambah jika bergerak, atau beraktifitas sehingga semua kebutuhan dibantu oleh keluarganya. Pasien mempunyai riwayat hipertensi sejak 2 tahun yang lalu. Hasil pemeriksaan TTV, TD: 160/90 mmHg, RR 32 x/mnt, S: 38 C, N: 94 x /mnt.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis dan tindakan medis yang sesuai adalah sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: I50.0
- Deskripsi: Gagal jantung kongestif
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.15
- Deskripsi: Pemberian diuretik
Penjelasan:
Pasien laki-laki berusia 65 tahun ini didiagnosis dengan gagal jantung kongestif (I50.0) berdasarkan gejala-gejala yang dilaporkan, yaitu sesak napas, edema tungkai bawah, dan sesak yang bertambah saat beraktivitas. Riwayat hipertensi yang dimiliki pasien juga dapat menjadi faktor penyebab atau risiko terjadinya gagal jantung.
Hasil pemeriksaan vital menunjukkan tanda-tanda klinik gagal jantung, seperti tekanan darah tinggi (160/90 mmHg), takipnea (32 kali per menit), dan takikardia (94 kali per menit). Dengan adanya keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari, pasien membutuhkan bantuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan dasarnya, yang juga merupakan salah satu kriteria gagal jantung kongestif.
Tindakan medis yang dapat diberikan adalah pemberian diuretik (kode ICD-9-CM 99.15) untuk mengurangi volume cairan berlebih dan memperbaiki gejala sesak napas serta edema tungkai. Terapi diuretik merupakan salah satu penatalaksanaan utama dalam manajemen gagal jantung kongestif. -
Article No. 18970 | 25 Jun 2025
Klinis : Seorang laki-laki (65 th), dirawat di Geriatri, setelah masuk RS dari IGD, dengan keluhan sesak napas, kedua kaki terlihat bengkak, sesak bertambah jika bergerak, atau beraktifitas sehingga semua kebutuhan dibantu oleh keluarganya. Pasien mempunyai riwayat hipertensi sejak 2 tahun yang lalu. Hasil pemeriksaan TTV, TD: 160/90 mmHg, RR 32 x/mnt, S: 38 C, N: 94 x /mnt.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah **Diagnosa Keperawatan** beserta penjelasan singkat **SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)** yang sesuai dengan kondisi pasien berdasarkan **Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)**.
---
### **1. Diagnosa Keperawatan:**
**Gangguan Pertukaran Gas (SDKI Code: 00030)**
**Definisi:**
Kondisi di mana terjadi ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan tubuh, yang dapat disebabkan oleh gangguan ventilasi, perfusi, atau difusi.
**Faktor yang Mendukung:**
- Sesak napas (RR: 32x/menit, di atas normal)
- Riwayat hipertensi (TD: 160/90 mmHg)
- Edema pada kedua kaki (kemungkinan gagal jantung kongestif)
- Intoleransi aktivitas (sesak bertambah saat bergerak)
---
### **2. Standar Luaran Keperawatan (SLKI):**
**SLKI Code: 0301 – Perbaikan Pertukaran Gas**
**Kriteria Evaluasi:**
- Frekuensi pernapasan dalam rentang normal (12-20x/menit)
- Saturasi oksigen ?95%
- Tidak ada sianosis atau distress pernapasan
- Pasien mampu melakukan aktivitas tanpa sesak berat
---
### **3. Standar Intervensi Keperawatan (SIKI):**
**SIKI Code: 3320 – Manajemen Jalan Napas**
**Intervensi Utama:**
- Monitor frekuensi dan pola pernapasan
- Posisikan pasien semi-Fowler atau tinggi untuk memudahkan pernapasan
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan (jika diperlukan)
- Ajarkan teknik pernapasan dalam dan batuk efektif
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi bronkodilator/diuretik jika diperlukan
**SIKI Code: 0900 – Manajemen Hipertensi**
**Intervensi Utama:**
- Pantau tekanan darah secara berkala
- Edukasi pasien tentang pembatasan garam dan cairan
- Kolaborasi pemberian obat antihipertensi
---
### **4. Diagnosa Keperawatan Tambahan:**
**Intoleransi Aktivitas (SDKI Code: 00092)**
**Definisi:**
Ketidakmampuan melakukan aktivitas fisik secara mandiri karena ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan tubuh.
**SLKI Code: 0902 – Peningkatan Toleransi Aktivitas**
**Kriteria Evaluasi:**
- Pasien dapat melakukan aktivitas ringan tanpa sesak berat
- Denyut nadi stabil setelah aktivitas
**SIKI Code: 0224 – Bantuan Aktivitas Kehidupan Sehari-hari (AKS)**
**Intervensi Utama:**
- Bantu pasien dalam mobilisasi bertahap
- Ajarkan teknik penghematan energi
- Berikan dukungan keluarga dalam membantu aktivitas
---
### **Kesimpulan:**
Pasien memerlukan **manajemen pertukaran gas, kontrol hipertensi, dan peningkatan toleransi aktivitas** dengan pendekatan holistik. Intervensi keperawatan harus mencakup **monitoring ketat, edukasi, dan kolaborasi medis** untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.
Semoga informasi ini membantu. Jika diperlukan penyesuaian lebih lanjut, silakan berikan data tambahan.
**Salam,**
*[Nama Perawat/Asisten Klinis]* -
Article No. 18971 | 25 Jun 2025
Klinis : Seorang laki-laki (65 th), dirawat di Geriatri, setelah masuk RS dari IGD, dengan keluhan sesak napas, kedua kaki terlihat bengkak, sesak bertambah jika bergerak, atau beraktifitas sehingga semua kebutuhan dibantu oleh keluarganya. Pasien mempunyai riwayat hipertensi sejak 2 tahun yang lalu. Hasil pemeriksaan TTV, TD: 160/90 mmHg, RR 32 x/mnt, S: 38 C, N: 94 x /mnt.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
1. Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin sehari-hari.
Penyebab: Keterbatasan fisik yang ditandai dengan kelelahan, sesak napas, dan pembengkakan pada kedua kaki saat melakukan aktivitas.
2. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
Penyebab: Sesak napas yang meningkat saat beraktivitas, serta takipnea (peningkatan frekuensi napas) yang dapat menyebabkan ketidakmampuan membersihkan sekresi.
3. Kelebihan Volume Cairan
Definisi: Kelebihan cairan intravaskular, interstitial, dan/atau intraseluler.
Penyebab: Riwayat hipertensi dan gejala klinis berupa pembengkakan pada kedua kaki.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Intoleransi Aktivitas
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan bantuan minimal.
- Pasien dapat beristirahat tanpa mengalami sesak napas atau kelelahan.
- Pasien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan.
2. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Pasien dapat mempertahankan jalan napas yang terbuka.
- Pasien dapat mengeluarkan sekret dengan efektif.
- Pasien dapat bernapas dengan irama dan kedalaman yang normal.
3. Kelebihan Volume Cairan
- Pasien dapat mempertahankan keseimbangan cairan yang adekuat.
- Edema pada kedua kaki berkurang.
- Tanda-tanda kelebihan volume cairan menurun.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Intoleransi Aktivitas
- Atur aktivitas sesuai toleransi pasien.
- Berikan bantuan saat pasien melakukan aktivitas.
- Ajarkan teknik-teknik untuk menghemat energi.
- Pantau tanda-tanda vital saat aktivitas.
- Berikan istirahat yang cukup.
2. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi.
- Lakukan suction jika diperlukan.
- Ajarkan teknik batuk efektif dan senam napas.
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan.
- Pantau respirasi dan auskultasi suara napas.
3. Kelebihan Volume Cairan
- Batasi asupan cairan sesuai kebutuhan.
- Pantau intake dan output cairan.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian diuretik.
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang pembatasan cairan.
- Pantau tanda-tanda kelebihan volume cairan.
Penjelasan yang rinci dan terperinci:
Diagnosis keperawatan SDKI yang sesuai dengan kondisi pasien adalah Intoleransi Aktivitas, Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif, dan Kelebihan Volume Cairan. Intoleransi Aktivitas disebabkan oleh keterbatasan fisik yang ditandai dengan sesak napas, kelelahan, dan pembengkakan pada kedua kaki saat melakukan aktivitas. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif disebabkan oleh sesak napas yang meningkat saat beraktivitas dan takipnea yang dapat menyebabkan ketidakmampuan membersihkan sekresi. Kelebihan Volume Cairan disebabkan oleh riwayat hipertensi dan gejala klinis berupa pembengkakan pada kedua kaki.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI) adalah pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan bantuan minimal, mempertahankan jalan napas yang terbuka, mengeluarkan sekret dengan efektif, mempertahankan keseimbangan cairan yang adekuat, dan mengurangi edema pada kedua kaki.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI) meliputi pengaturan aktivitas sesuai toleransi pasien, pemberian bantuan saat aktivitas, pengajaran teknik-teknik untuk menghemat energi, pemantauan tanda-tanda vital saat aktivitas, pemberian oksigen sesuai kebutuhan, pengajarana teknik batuk efektif dan senam napas, pembatasan asupan cairan, pemantauan intake dan output cairan, kolaborasi dengan dokter untuk pemberian diuretik, serta pengajaran pasien dan keluarga tentang pembatasan cairan.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu peningkatan toleransi aktivitas, perbaikan bersihan jalan napas, dan pengendalian volume cairan yang optimal.