Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 9099 | 16 Dec 2024
Klinis : lemah anggota gerak
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot anggota gerak.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gangguan Mobilitas Fisik didefinisikan sebagai keterbatasan dalam pergerakan bebas, terkontrol, dan terkoordinasi dari satu atau lebih ekstremitas.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari Gangguan Mobilitas Fisik adalah peningkatan kemampuan fisik dalam melakukan pergerakan yang efektif dan efisien.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi Gangguan Mobilitas Fisik meliputi: Manajemen Aktivitas, Manajemen Energi, Perawatan Ekstremitas, Terapi Latihan, dan Perawatan Mobilitas.
Persona: Sebagai seorang pakar, saya dapat menjelaskan bahwa lemahnya anggota gerak pasien dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti penurunan kekuatan otot, gangguan neurologis, atau kondisi medis lainnya. Diagnosis keperawatan yang tepat dan intervensi yang sesuai akan sangat membantu dalam pemulihan dan peningkatan mobilitas fisik pasien. -
Article No. 9100 | 16 Dec 2024
Klinis : B. PENGKAJIAN PRIMER 1. Airway Jalan napas paten, tidak ada sumbatan, pasien mampu berbicara. 2. Breathing Pernapasan spontan, RR 22x/ menit, SPO2 94%, pola napas cepat dangkal, tidak ada otot bantu napas, tidak ada sianosis, tidak ada suara napas tambahan. 3. Circulation Tekanan darah 193/152 mmHg, heart rate 100x/menit, CRT < 2 detik, tidak ada perdarahan, tidak ada dehidrasi, turgor kulit kering, nadi teraba kuat, akral teraba hangat. 4. Disability Kesadaran kompos mentis GCS 15 (E4M6V5), pupil isokor, refleks pupil positif, kekuatan otot 5/5/5/5 5. Exposure Suhu 35,6oC, tidak ada jejas, tidak ada edema, tidak ada fraktur, pasien terpasang CAPD di abdomen C. PENGKAJIAN SEKUNDER 1. Sign and symptom Pasien tampak sesak napas dan batuk terus menerus sehingga kesulitan berbicara 2. Allergies Pasien tidak memiliki alergi obat maupun makanan 3. Medication Pasien mengkonsumsi obat-obatan dari poli dalam yaitu Spironolakton 25 mg/24 jam, Uperio 25 mg/24 jam, Kalsium karbonat 500 mg/8 jam, Asam folat 5 mg/24 jam, Klonidin 0,15 mg/8 jam, Diltiazem 200 mg/24 jam, Bisoprolol 5 mg/24 jam, Kodein 10 mg/12 jam, KSR 600 mg/8 jam. 4. Past illness Pasien mengalami CKD sejak awal tahun 2024 dan mulai HD on CAPD sejak bulan juni 2024. Pasien rutin kontrol di poli penyakit dalam RSUP Dr. Kariadi setiap 1 bulan 1x atau setiap obat habis. Pasien memiliki riwayat pungsi pleura 2x. 5. Last meal Pasien terakhir makan nasi, sayur tahu, dan tahu goreng sebelum masuk rumah sakit sekitar pukul 20.00/21.00 WIB 6. Event leading to injury or illness Keluhan sesak nafas dan batuk dirasakan sejak 1 minggu SMRS. Sesak nafas yang dirasakan membuat pasien tidak bisa tidur berbaring. Pasein juga mengalami mual dan muntah setiap makan yang dialami sejak 1 mingg SMRS. Sejak pasien mulai program HD, BAK yang keluar hanya sedikit. Pasien menahan rasa sesak selama 1 minggu dan setelah merasa sesaknya makin parah pasien langsung pergi ke IGD RSUP Dr. Kariadi Semarang. D. PEMERIKSAAN FISIK 1. Kesadaran : Kompos mentis 2. Penampilan umum : Tampak lemah 3. Antropometri BB : 66 kg TB : 174 cm IMT : 21.8 kg/m2 4. Tanda-tanda vital : TD : 193/152 mmHg HR : 100x/menit RR : 22x/menit SPO2 : 94% Suhu : 36,5oC 5. Pemeriksaan Head to toe Kepala Inspeksi: Tidak terdapat luka, benjolan, atau kelainan bentuk. Rambut berwarna hitam, tampak kering dan persebaran merata Palpasi: Tidak teraba benjolan, tidak ada nyeri tekan. Mata Inspeksi: Konjungtiva sedikit pucat; sklera tidak ikterik. Tidak ada benjolan. Palpasi: Tidak ada nyeri tekan di area sekitar mata. Hidung Inspeksi: Tidak ada deviasi septum, sekret (-), epistaksis (-). Palpasi: Tidak ada nyeri tekan Mulut dan Gigi Inspeksi: Mukosa mulut basah, gusi sedikit pucat Palpasi: Tidak ada pembesaran kelenjar saliva atau nyeri tekan. Leher Inspeksi: Tidak ada pembengkakan vena jugularis, simetris. Palpasi: Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid atau kelenjar limfe. Dada Inspeksi: Tidak ada deformitas, pergerakan dada simetris. Palpasi: Fremitus taktil normal. Tidak ada nyeri tekan pada dinding dada. Perkusi: Sonor di seluruh lapang paru. Auskultasi: Suara napas vesikuler normal, tidak ada suara napas tambahan. Jantung Inspeksi: Tidak tampak pulsasi abnormal. Palpasi: Iktus kordis teraba di linea midklavikularis, tidak melebar. Perkusi: Batas jantung dalam rentang normal. Auskultasi: Bunyi jantung normal (S1, S2), tidak ada murmur atau gallop Abdomen Inspeksi: Tampak kateter CAPD pada perut, tanpa tanda infeksi atau kemerahan di sekitar kateter. Tidak ada distensi abdomen. Palpasi: Tidak ada nyeri tekan, hepar dan lien tidak teraba. Perkusi: Timpani di seluruh area abdomen, tidak ada cairan bebas. Auskultasi: Bising usus (+), normal. Ekstremitas Inspeksi: Tidak ada pembengkakan, deformitas, atau luka. Palpasi: Tidak ada edema perifer, capillary refill time < 2 detik Kaki dan Kuku Inspeksi: Kulit kering, tidak ada luka atau tanda gangren. Palpasi: Tidak ada nyeri tekan, tidak ada edema, turgor kulit hangat. Balance cairan 3/12/2024 (Pukul 01.45 WIB - 07.21 WIB) I Infus 500 ml N Syringe pump/injeksi 12 ml P Darah 0 U Sonde/makan 0 T Minum 100 ml (cc) TOTAL 612 ml O Urine 0 U BAB 0 T NGT 0 P Muntah 0 U Drain/Perdarahan 0 T IWL 141.4 (cc) TOTAL 141.4 Balance cairan 470.6 E. PEMERIKSAAN PENUNJANG Echo 10/6/2024 Kesan : Dilatasi semua ruang jantung LVH konsentrik Global hipokinetik Fungsi sistolik LV turun LVEF : 29.3 % Fungsi sistolik X Foto Thorax 13/6/2024 Kesan : Cardiomegaly (LV) Pulmo tak tampak infiltrat Efusi pleura kiri X Foto Polos Abdomen 17/6/2024 Kesan : Tube terpasang dari arah lateral hemiabdomen kiri dengan tip berada pada cavum pelvis Gambaran asites Tak tampak gambaran ileus maupun pneumoperitoneum Ro Thorax 28/11/2024 Kesan : Gambaran bronkopneumonia relatif sama Efusi pleura kanan (relatif berkurang) Fibrosis pada lapang bawah paru kiri Laboratorium 28/11/2024 Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal Keterangan HEMATOLOGI Hemoglobin 10.5 g/dL 13.2 - 17.3 Low Hematokrit 33.5 % 32 - 62 Eritrosit 3.53 10^6/uL 4.4 - 5.9 Low MCH 29.7 pg 27 - 32 MCV 94.9 fL 76 - 96 MCHC 31.3 g/dL 29 - 36 Leukosit 6.6 10^3/uL 3.8 - 10.6 Trombosit 324 10^3/uL 150 - 400 RDW 14.2 % 11.6 - 14.6 MPV 8.8 fL 4.00 - 11.00 KIMIA KLINIK Ureum 153 mg/dL 15 - 39 High Kreatinin 13.2 mg/dL 0.6 - 1.3 High Elektrolit Natrium 139 mmol/L 136 - 145 Kalium 5.2 mmol/L 3.5 - 5.0 High Chlorida 97 mmol/L 95 - 105
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI):
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Bersihan jalan napas tidak efektif ditandai dengan adanya pernapasan cepat dangkal, tidak ada otot bantu napas, dan pasien mengalami sesak napas dan batuk yang terus-menerus sehingga kesulitan berbicara.
2. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh ditandai dengan adanya mual, muntah, dan asupan makanan yang kurang akibat sesak napas yang dialami pasien.
3. Kelebihan Volume Cairan
Kelebihan volume cairan ditandai dengan adanya peningkatan tekanan darah, edema, dan penurunan fungsi ginjal yang menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas Efektif
a. Pasien dapat bernafas dengan irama normal dan tanpa kesulitan.
b. Pasien dapat batuk secara efektif untuk mengeluarkan sekret.
c. Pasien dapat mempertahankan jalan napas yang paten.
2. Keseimbangan Nutrisi
a. Pasien dapat memenuhi kebutuhan nutrisi sesuai dengan kebutuhan tubuh.
b. Pasien tidak lagi mengalami mual dan muntah.
c. Pasien dapat mempertahankan berat badan yang sesuai.
3. Keseimbangan Cairan
a. Pasien dapat mempertahankan volume cairan yang sesuai.
b. Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda kelebihan cairan, seperti edema dan peningkatan tekanan darah.
c. Pasien dapat mempertahankan fungsi ginjal yang optimal.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
a. Monitoring tanda-tanda vital, terutama frekuensi pernapasan dan saturasi oksigen.
b. Memberikan oksigen sesuai kebutuhan pasien.
c. Mengajarkan teknik batuk efektif dan melakukan fisioterapi dada.
d. Mempertahankan posisi semifowler untuk memudahkan pernapasan.
e. Memberikan terapi farmakologis, seperti bronkodilator dan mukolitik, jika diperlukan.
2. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
a. Mengkaji kebutuhan nutrisi pasien dan menyusun rencana pemberian nutrisi yang sesuai.
b. Memantau asupan dan output nutrisi pasien.
c. Memberikan nutrisi enteral melalui sonde atau parenteral jika diperlukan.
d. Mengatur pola makan dan memastikan pasien dapat menghabiskan makanan yang disediakan.
e. Memberikan antiemetik jika pasien mengalami mual dan muntah.
3. Kelebihan Volume Cairan
a. Memantau tanda-tanda vital, terutama tekanan darah, nadi, dan edema.
b. Menghitung keseimbangan cairan secara ketat.
c. Membatasi asupan cairan sesuai kebutuhan pasien.
d. Memberikan terapi diuretik sesuai dengan resep dokter.
e. Mempertahankan fungsi ginjal dengan pemberian cairan dan elektrolit yang sesuai.
Penjelasan rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
a. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif: Pasien mengalami pernapasan cepat dangkal, tidak ada otot bantu napas, dan kesulitan berbicara akibat sesak napas dan batuk yang terus-menerus. Hal ini menunjukkan adanya masalah dalam mempertahankan bersihan jalan napas yang efektif.
b. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh: Pasien mengalami mual, muntah, dan asupan makanan yang kurang akibat sesak napas yang dialami. Hal ini menyebabkan pasien tidak dapat memenuhi kebutuhan nutrisi tubuhnya.
c. Kelebihan Volume Cairan: Pasien mengalami peningkatan tekanan darah, edema, dan penurunan fungsi ginjal yang menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh. Hal ini menunjukkan adanya kelebihan volume cairan dalam tubuh pasien.
2. Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Bersihan Jalan Napas Efektif: Pasien dapat bernafas dengan irama normal, dapat batuk efektif untuk mengeluarkan sekret, dan mempertahankan jalan napas yang paten.
b. Keseimbangan Nutrisi: Pasien dapat memenuhi kebutuhan nutrisi sesuai dengan kebutuhan tubuh, tidak lagi mengalami mual dan muntah, serta dapat mempertahankan berat badan yang sesuai.
c. Keseimbangan Cairan: Pasien dapat mempertahankan volume cairan yang sesuai, tidak menunjukkan tanda-tanda kelebihan cairan, dan dapat mempertahankan fungsi ginjal yang optimal.
3. Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
a. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif:
i. Memantau tanda-tanda vital, terutama frekuensi pernapasan dan saturasi oksigen, untuk mengevaluasi efektivitas pernapasan.
ii. Memberikan oksigen sesuai kebutuhan pasien untuk mempertahankan oksigenasi yang adekuat.
iii. Mengajarkan teknik batuk efektif dan melakukan fisioterapi dada untuk membantu mengeluarkan sekret.
iv. Mempertahankan posisi semifowler untuk memudahkan pernapasan.
v. Memberikan terapi farmakologis, seperti bronkodilator dan mukolitik, jika diperlukan untuk memperbaiki bersihan jalan napas.
b. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh:
i. Mengkaji kebutuhan nutrisi pasien dan menyusun rencana pemberian nutrisi yang sesuai.
ii. Memantau asupan dan output nutrisi pasien untuk memastikan keseimbangan nutrisi.
iii. Memberikan nutrisi enteral melalui sonde atau parenteral jika diperlukan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien.
iv. Mengatur pola makan dan memastikan pasien dapat menghabiskan makanan yang disediakan.
v. Memberikan antiemetik jika pasien mengalami mual dan muntah untuk meningkatkan asupan nutrisi.
c. Kelebihan Volume Cairan:
i. Memantau tanda-tanda vital, terutama tekanan darah, nadi, dan edema, untuk mengevaluasi status cairan.
ii. Menghitung keseimbangan cairan secara ketat untuk memantau intake -
Article No. 9101 | 16 Dec 2024
Klinis : B. PENGKAJIAN PRIMER 1. Airway Jalan napas paten, tidak ada sumbatan, pasien mampu berbicara. 2. Breathing Pernapasan spontan, RR 22x/ menit, SPO2 94%, pola napas cepat dangkal, tidak ada otot bantu napas, tidak ada sianosis, tidak ada suara napas tambahan. 3. Circulation Tekanan darah 193/152 mmHg, heart rate 100x/menit, CRT < 2 detik, tidak ada perdarahan, tidak ada dehidrasi, turgor kulit kering, nadi teraba kuat, akral teraba hangat. 4. Disability Kesadaran kompos mentis GCS 15 (E4M6V5), pupil isokor, refleks pupil positif, kekuatan otot 5/5/5/5 5. Exposure Suhu 35,6oC, tidak ada jejas, tidak ada edema, tidak ada fraktur, pasien terpasang CAPD di abdomen C. PENGKAJIAN SEKUNDER 1. Sign and symptom Pasien tampak sesak napas dan batuk terus menerus sehingga kesulitan berbicara 2. Allergies Pasien tidak memiliki alergi obat maupun makanan 3. Medication Pasien mengkonsumsi obat-obatan dari poli dalam yaitu Spironolakton 25 mg/24 jam, Uperio 25 mg/24 jam, Kalsium karbonat 500 mg/8 jam, Asam folat 5 mg/24 jam, Klonidin 0,15 mg/8 jam, Diltiazem 200 mg/24 jam, Bisoprolol 5 mg/24 jam, Kodein 10 mg/12 jam, KSR 600 mg/8 jam. 4. Past illness Pasien mengalami CKD sejak awal tahun 2024 dan mulai HD on CAPD sejak bulan juni 2024. Pasien rutin kontrol di poli penyakit dalam RSUP Dr. Kariadi setiap 1 bulan 1x atau setiap obat habis. Pasien memiliki riwayat pungsi pleura 2x. 5. Last meal Pasien terakhir makan nasi, sayur tahu, dan tahu goreng sebelum masuk rumah sakit sekitar pukul 20.00/21.00 WIB 6. Event leading to injury or illness Keluhan sesak nafas dan batuk dirasakan sejak 1 minggu SMRS. Sesak nafas yang dirasakan membuat pasien tidak bisa tidur berbaring. Pasein juga mengalami mual dan muntah setiap makan yang dialami sejak 1 mingg SMRS. Sejak pasien mulai program HD, BAK yang keluar hanya sedikit. Pasien menahan rasa sesak selama 1 minggu dan setelah merasa sesaknya makin parah pasien langsung pergi ke IGD RSUP Dr. Kariadi Semarang. D. PEMERIKSAAN FISIK 1. Kesadaran : Kompos mentis 2. Penampilan umum : Tampak lemah 3. Antropometri BB : 66 kg TB : 174 cm IMT : 21.8 kg/m2 4. Tanda-tanda vital : TD : 193/152 mmHg HR : 100x/menit RR : 22x/menit SPO2 : 94% Suhu : 36,5oC 5. Pemeriksaan Head to toe Kepala Inspeksi: Tidak terdapat luka, benjolan, atau kelainan bentuk. Rambut berwarna hitam, tampak kering dan persebaran merata Palpasi: Tidak teraba benjolan, tidak ada nyeri tekan. Mata Inspeksi: Konjungtiva sedikit pucat; sklera tidak ikterik. Tidak ada benjolan. Palpasi: Tidak ada nyeri tekan di area sekitar mata. Hidung Inspeksi: Tidak ada deviasi septum, sekret (-), epistaksis (-). Palpasi: Tidak ada nyeri tekan Mulut dan Gigi Inspeksi: Mukosa mulut basah, gusi sedikit pucat Palpasi: Tidak ada pembesaran kelenjar saliva atau nyeri tekan. Leher Inspeksi: Tidak ada pembengkakan vena jugularis, simetris. Palpasi: Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid atau kelenjar limfe. Dada Inspeksi: Tidak ada deformitas, pergerakan dada simetris. Palpasi: Fremitus taktil normal. Tidak ada nyeri tekan pada dinding dada. Perkusi: Sonor di seluruh lapang paru. Auskultasi: Suara napas vesikuler normal, tidak ada suara napas tambahan. Jantung Inspeksi: Tidak tampak pulsasi abnormal. Palpasi: Iktus kordis teraba di linea midklavikularis, tidak melebar. Perkusi: Batas jantung dalam rentang normal. Auskultasi: Bunyi jantung normal (S1, S2), tidak ada murmur atau gallop Abdomen Inspeksi: Tampak kateter CAPD pada perut, tanpa tanda infeksi atau kemerahan di sekitar kateter. Tidak ada distensi abdomen. Palpasi: Tidak ada nyeri tekan, hepar dan lien tidak teraba. Perkusi: Timpani di seluruh area abdomen, tidak ada cairan bebas. Auskultasi: Bising usus (+), normal. Ekstremitas Inspeksi: Tidak ada pembengkakan, deformitas, atau luka. Palpasi: Tidak ada edema perifer, capillary refill time < 2 detik Kaki dan Kuku Inspeksi: Kulit kering, tidak ada luka atau tanda gangren. Palpasi: Tidak ada nyeri tekan, tidak ada edema, turgor kulit hangat. Balance cairan 3/12/2024 (Pukul 01.45 WIB - 07.21 WIB) I Infus 500 ml N Syringe pump/injeksi 12 ml P Darah 0 U Sonde/makan 0 T Minum 100 ml (cc) TOTAL 612 ml O Urine 0 U BAB 0 T NGT 0 P Muntah 0 U Drain/Perdarahan 0 T IWL 141.4 (cc) TOTAL 141.4 Balance cairan 470.6 E. PEMERIKSAAN PENUNJANG Echo 10/6/2024 Kesan : Dilatasi semua ruang jantung LVH konsentrik Global hipokinetik Fungsi sistolik LV turun LVEF : 29.3 % Fungsi sistolik X Foto Thorax 13/6/2024 Kesan : Cardiomegaly (LV) Pulmo tak tampak infiltrat Efusi pleura kiri X Foto Polos Abdomen 17/6/2024 Kesan : Tube terpasang dari arah lateral hemiabdomen kiri dengan tip berada pada cavum pelvis Gambaran asites Tak tampak gambaran ileus maupun pneumoperitoneum Ro Thorax 28/11/2024 Kesan : Gambaran bronkopneumonia relatif sama Efusi pleura kanan (relatif berkurang) Fibrosis pada lapang bawah paru kiri Laboratorium 28/11/2024 Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal Keterangan HEMATOLOGI Hemoglobin 10.5 g/dL 13.2 - 17.3 Low Hematokrit 33.5 % 32 - 62 Eritrosit 3.53 10^6/uL 4.4 - 5.9 Low MCH 29.7 pg 27 - 32 MCV 94.9 fL 76 - 96 MCHC 31.3 g/dL 29 - 36 Leukosit 6.6 10^3/uL 3.8 - 10.6 Trombosit 324 10^3/uL 150 - 400 RDW 14.2 % 11.6 - 14.6 MPV 8.8 fL 4.00 - 11.00 KIMIA KLINIK Ureum 153 mg/dL 15 - 39 High Kreatinin 13.2 mg/dL 0.6 - 1.3 High Elektrolit Natrium 139 mmol/L 136 - 145 Kalium 5.2 mmol/L 3.5 - 5.0 High Chlorida 97 mmol/L 95 - 105
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data yang diberikan, dapat disusun diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) sebagai berikut:
1. Diagnosa Keperawatan: Gangguan Pola Napas Tidak Efektif
SDKI: Pola napas yang tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan ventilasi.
Penjelasan Singkat:
- Data subyektif: Pasien tampak sesak napas dan batuk terus-menerus sehingga kesulitan berbicara.
- Data objektif: Pasien memiliki pola napas cepat dangkal, RR 22x/menit, SPO2 94%.
- Faktor terkait: Gagal jantung yang ditandai dengan cardiomegali dan penurunan fungsi sistolik ventrikel kiri (LVEF 29,3%).
2. Diagnosa Keperawatan: Kelebihan Volume Cairan
SDKI: Keadaan di mana terdapat akumulasi cairan intravaskular, interstisial, dan/atau terkait rongga tubuh yang melebihi volume normal.
Penjelasan Singkat:
- Data subyektif: Pasien mengalami sesak napas dan edema perifer.
- Data objektif: Pasien memiliki tekanan darah tinggi (193/152 mmHg), CRT < 2 detik, turgor kulit kering, dan terdapat efusi pleura kiri serta asites pada pemeriksaan penunjang.
- Faktor terkait: Gagal ginjal kronik yang membutuhkan dialisis (CAPD).
3. Diagnosa Keperawatan: Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
SDKI: Asupan nutrisi yang tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Penjelasan Singkat:
- Data subyektif: Pasien mengalami mual dan muntah sehingga kesulitan makan.
- Data objektif: Pasien memiliki berat badan 66 kg dengan tinggi 174 cm (IMT 21,8 kg/m2), serta laboratorium menunjukkan anemia (Hb 10,5 g/dL).
- Faktor terkait: Penyakit gagal ginjal kronik yang membutuhkan dialisis (CAPD) serta efek samping obat-obatan.
4. Diagnosa Keperawatan: Resiko Infeksi
SDKI: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat membahayakan kesehatan.
Penjelasan Singkat:
- Data objektif: Pasien terpasang kateter CAPD di abdomen, riwayat pungsi pleura 2x, serta laboratorium menunjukkan leukosit normal.
- Faktor risiko: Terpasang alat medis (kateter CAPD) dan riwayat prosedur invasif (pungsi pleura).
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pola Napas Efektif
2. Keseimbangan Cairan
3. Status Nutrisi Adekuat
4. Bebas Infeksi
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Jalan Napas
2. Manajemen Cairan
3. Manajemen Nutrisi
4. Pencegahan Infeksi -
Article No. 9102 | 16 Dec 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan demam dan batuk
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait kondisi pasien dengan keluhan demam dan batuk, sesuai dengan standar yang digunakan dalam praktik keperawatan.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien dengan keluhan demam dan batuk berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah:
a. Risiko infeksi
Definisi: Rentan terhadap invasi dan perkembangan organisme patogen, yang dapat menimbulkan kerusakan sel dan jaringan.
b. Bersihan jalan napas tidak efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Risiko infeksi:
- Tanda-tanda infeksi tidak muncul
- Tanda-tanda peradangan berkurang
- Suhu tubuh dalam rentang normal
b. Bersihan jalan napas tidak efektif:
- Frekuensi pernapasan dalam rentang normal
- Tidak ada sianosis
- Tidak ada suara napas tambahan
- Pasien dapat mengeluarkan sekret dengan mudah
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Risiko infeksi:
- Kaji tanda dan gejala infeksi (demam, peradangan, dan lain-lain)
- Pantau tanda-tanda vital secara rutin
- Berikan terapi obat sesuai instruksi medis
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pencegahan infeksi
- Implementasikan tindakan pencegahan infeksi (cuci tangan, penggunaan alat pelindung diri, dan lain-lain)
b. Bersihan jalan napas tidak efektif:
- Kaji pola napas, suara napas, dan kemampuan batuk/ekspektorasi
- Berikan posisi semi-fowler untuk memfasilitasi ekspektorasi
- Berikan terapi oksigen sesuai kebutuhan
- Berikan nebulizer atau humidifier untuk melembapkan udara
- Latih teknik batuk efektif dan ekspektorasi
- Lakukan suction jika diperlukan untuk membersihkan jalan napas
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan "Risiko infeksi" dan "Bersihan jalan napas tidak efektif" dipilih karena sesuai dengan kondisi pasien yang mengalami demam dan batuk. Diagnosa tersebut menggambarkan permasalahan kesehatan yang harus ditangani melalui asuhan keperawatan.
Luaran/output yang diharapkan mencakup parameter-parameter klinis yang perlu dipantau dan dicapai untuk mengatasi risiko infeksi dan masalah bersihan jalan napas tidak efektif. Intervensi keperawatan yang direncanakan bertujuan untuk mencapai luaran tersebut melalui tindakan-tindakan spesifik seperti pengkajian, pemantauan, pemberian terapi, edukasi, dan latihan.
Penerapan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstruktur diharapkan dapat membantu pasien pulih dari kondisi demam dan batuk serta mencegah komplikasi lebih lanjut. -
Article No. 9103 | 16 Dec 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan demam dan batuk berdahak
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan penjelasan rinci terkait kondisi pasien yang datang dengan keluhan demam dan batuk berdahak, meliputi:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
a. Pola Napas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk memelihara ventilasi yang memadai dan/atau bertukar gas yang efektif.
- Karakteristik Definisi: Perubahan pola napas, pernapasan dangkal, penggunaan otot bantu pernapasan, batuk tidak efektif.
- Faktor yang Berhubungan: Sekresi jalan napas yang berlebih, infeksi saluran napas.
b. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
- Karakteristik Definisi: Batuk tidak efektif, sianosis, suara napas tambahan, kesulitan bernapas.
- Faktor yang Berhubungan: Sekresi jalan napas yang berlebih, infeksi saluran napas.
2. Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Pola Napas Efektif
- Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan ventilasi dan pertukaran gas yang adekuat.
- Kriteria Hasil:
- Frekuensi napas dalam rentang normal.
- Irama napas teratur.
- Tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan.
- Tidak ada tanda-tanda distres pernapasan.
b. Bersihan Jalan Napas Efektif
- Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka dan bebas dari sekret.
- Kriteria Hasil:
- Tidak ada suara napas tambahan.
- Tidak ada batuk yang tidak efektif.
- Tidak ada sianosis.
- Tidak ada kesulitan bernapas.
3. Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
a. Manajemen Jalan Napas
- Tujuan: Mempertahankan jalan napas yang terbuka dan bebas dari sekret.
- Aktivitas:
- Lakukan suction pada jalan napas jika perlu.
- Berikan humidifikasi oksigen atau terapi nebulizer.
- Ajarkan teknik batuk efektif dan latihan napas dalam.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk pemberian terapi farmakologi, jika diperlukan.
b. Manajemen Infeksi
- Tujuan: Mencegah dan mengelola infeksi saluran napas.
- Aktivitas:
- Lakukan pengkajian tanda-tanda infeksi secara rutin.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk pemeriksaan diagnostik dan pemberian terapi antibiotik, jika diperlukan.
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang pencegahan infeksi, seperti cuci tangan, etika batuk, dan kebersihan lingkungan.
Dengan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output berupa pola napas efektif dan bersihan jalan napas efektif, sehingga dapat memulihkan kondisi kesehatan dan mengurangi risiko komplikasi yang mungkin terjadi. -
Article No. 9104 | 16 Dec 2024
Klinis : Seorang perawat berkunjung pada keluarga laki-laki usia 34 tahun, hasil pengkajian klien mengatakan sering batuk, nafsu makan dan BB menurun, sering merasa lelah, hasil pemeriksaan ke Puskesmas BTA +, riwayat keluarga bapak nya klien menderita TB paru dan klien masih sering merokok. Keluarga klien mengatakan tidak memantau klien dalam minum obat, tidak memiliki penampungan dahak, tidak memisahkan alat makan dan minum, begitupun dengan keadaan ruangan rumah dan kamar tidur klien tampak lembab.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas berhubungan dengan akumulasi sekret di saluran napas, ditandai dengan sering batuk, sesak napas, dan suara napas tambahan.
Penjelasan:
- Klien mengalami gejala-gejala infeksi saluran pernapasan yang ditandai dengan sering batuk, nafsu makan menurun, dan merasa lelah.
- Hasil pemeriksaan menunjukkan klien positif BTA (Basil Tahan Asam), yang mengindikasikan adanya infeksi Tuberkulosis Paru.
- Faktor-faktor yang dapat memengaruhi masalah ini adalah riwayat keluarga yang menderita TB paru dan kebiasaan merokok klien.
- Kebersihan lingkungan rumah yang kurang baik, seperti ruangan yang lembab, dapat menyebabkan penumpukan sekret di saluran napas.
2. Risiko Infeksi berhubungan dengan paparan terhadap agen patogen, ditandai dengan riwayat keluarga dengan TB paru dan tidak adanya upaya pencegahan penularan.
Penjelasan:
- Klien berisiko mengalami infeksi Tuberkulosis Paru karena adanya riwayat keluarga yang menderita TB paru.
- Keluarga tidak melakukan upaya pencegahan penularan, seperti tidak memantau pengobatan klien, tidak memiliki penampungan dahak, dan tidak memisahkan alat makan dan minum.
- Kondisi ini dapat meningkatkan risiko penularan penyakit TB Paru kepada anggota keluarga yang lain.
3. Defisit Pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang manajemen Tuberkulosis Paru, ditandai dengan keluarga yang tidak memantau pengobatan klien dan tidak melakukan upaya pencegahan penularan.
Penjelasan:
- Keluarga klien menunjukkan kurangnya pengetahuan tentang manajemen Tuberkulosis Paru, seperti tidak memantau pengobatan klien, tidak memiliki penampungan dahak, dan tidak memisahkan alat makan dan minum.
- Hal ini dapat menghambat proses pengobatan dan pencegahan penularan penyakit TB Paru dalam keluarga.
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) merupakan standar yang dikembangkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas. -
Article No. 9105 | 16 Dec 2024
Klinis : Seorang perawat berkunjung pada keluarga laki-laki usia 34 tahun, hasil pengkajian klien mengatakan sering batuk, nafsu makan dan BB menurun, sering merasa lelah, hasil pemeriksaan ke Puskesmas BTA +, riwayat keluarga bapak nya klien menderita TB paru dan klien masih sering merokok. Keluarga klien mengatakan tidak memantau klien dalam minum obat, tidak memiliki penampungan dahak, tidak memisahkan alat makan dan minum, begitupun dengan keadaan ruangan rumah dan kamar tidur klien tampak lembab.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan mempertimbangkan kondisi yang dipaparkan, saya sebagai perawat profesional dapat memberikan rekomendasi sebagai berikut:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
Definisi: Ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang bebas.
Tanda dan Gejala: Sering batuk, produksi sekret berlebih, perubahan suara, bunyi napas tidak normal.
2. Risiko Infeksi
Definisi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat membahayakan kesehatan.
Tanda dan Gejala: Riwayat keluarga dengan TB paru, tidak memiliki penampungan dahak, tidak memisahkan alat makan dan minum, kondisi ruangan yang lembab.
3. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan
Definisi: Ketidakmampuan untuk mengidentifikasi, mengelola, dan mematuhi pengobatan yang diperlukan untuk mempertahankan kesehatan.
Tanda dan Gejala: Nafsu makan dan berat badan menurun, sering merasa lelah, tidak memantau minum obat.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas Efektif
- Klien dapat mengeluarkan sekret dengan batuk efektif.
- Klien dapat mempertahankan pola pernapasan yang normal.
- Klien dapat berpartisipasi dalam perawatan diri.
2. Bebas Risiko Infeksi
- Klien dan keluarga dapat mengidentifikasi faktor risiko penularan TB.
- Klien dan keluarga dapat menerapkan tindakan pencegahan penularan TB.
- Lingkungan rumah klien bersih dan terjaga.
3. Manajemen Kesehatan Efektif
- Klien dapat mengenali tanda dan gejala penyakit.
- Klien dan keluarga dapat mematuhi regimen pengobatan.
- Klien dan keluarga dapat menerapkan gaya hidup sehat.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Bersihan Jalan Napas
- Identifikasi pola pernapasan dan produksi sekret.
- Ajarkan teknik batuk efektif dan drainase postural.
- Fasilitasi pembersihan jalan napas melalui fisioterapi dada.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan untuk pemberian obat bronkodilator.
2. Manajemen Risiko Infeksi
- Edukasi klien dan keluarga tentang transmisi dan pencegahan TB.
- Fasilitasi penyediaan penampungan dahak dan pemisahan alat makan/minum.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan untuk pemeriksaan dahak BTA.
- Evaluasi kondisi lingkungan dan upaya perbaikan.
3. Manajemen Kesehatan
- Identifikasi pemahaman dan motivasi klien dalam pengelolaan penyakit.
- Edukasi tentang gejala, tatalaksana, dan pentingnya kepatuhan pengobatan.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan untuk pengawasan minum obat.
- Bantu klien dan keluarga dalam mengembangkan rencana gaya hidup sehat.
Melalui intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif, diharapkan klien dapat mencapai luaran yang optimal, yaitu memiliki jalan napas yang efektif, bebas risiko infeksi, serta mampu mengelola kesehatan secara efektif. Peran perawat sangat penting dalam memfasilitasi klien dan keluarga untuk mencapai kemandirian dalam perawatan diri dan pencegahan komplikasi penyakit. -
Article No. 9106 | 16 Dec 2024
Klinis : Seorang perawat berkunjung pada keluarga laki-laki usia 34 tahun, hasil pengkajian klien mengatakan sering batuk, nafsu makan dan BB menurun, sering merasa lelah, hasil pemeriksaan ke Puskesmas BTA +, riwayat keluarga bapak nya klien menderita TB paru dan klien masih sering merokok. Keluarga klien mengatakan tidak memantau klien dalam minum obat, tidak memiliki penampungan dahak, tidak memisahkan alat makan dan minum, begitupun dengan keadaan ruangan rumah dan kamar tidur klien tampak lembab.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: A15.0
- Deskripsi: Tuberkulosis paru dengan konfirmasi bakteriologis dan histologis
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Tidak ada tindakan medis yang spesifik tercatat pada informasi yang diberikan. Namun, dalam kasus ini, kemungkinan akan dilakukan prosedur-prosedur seperti:
- Kode: 87.44
Deskripsi: Mikroskopik pemeriksaan sputum untuk bakteri tuberkulosis
Penjelasan:
Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien laki-laki usia 34 tahun ini memenuhi kriteria untuk diagnosis tuberkulosis paru dengan konfirmasi bakteriologis. Berikut poin-poin penting:
- Gejala klinis: sering batuk, nafsu makan dan berat badan menurun, sering merasa lelah
- Hasil pemeriksaan Puskesmas: BTA (Basil Tahan Asam) positif, menunjukkan infeksi tuberkulosis
- Riwayat keluarga: ayah pasien menderita tuberkulosis paru
- Faktor risiko: masih sering merokok
- Kondisi lingkungan rumah yang kurang mendukung penanganan TB, seperti tidak ada pemantauan minum obat, tidak ada penampungan dahak, tidak ada pemisahan alat makan/minum, dan kondisi ruangan yang lembab.
Kode ICD-10 A15.0 digunakan untuk tuberkulosis paru dengan konfirmasi bakteriologis dan histologis, sesuai dengan temuan BTA positif pada pemeriksaan. Selain itu, tidak ada tindakan medis spesifik yang tercatat, namun kemungkinan akan dilakukan pemeriksaan mikroskopik sputum (kode ICD-9-CM 87.44) untuk mendeteksi keberadaan bakteri tuberkulosis. -
Article No. 9107 | 16 Dec 2024
Klinis : Seorang perawat berkunjung pada keluarga laki-laki usia 34 tahun, hasil pengkajian klien mengatakan sering batuk, nafsu makan dan BB menurun, sering merasa lelah, hasil pemeriksaan ke Puskesmas BTA +, riwayat keluarga bapak nya klien menderita TB paru dan klien masih sering merokok. Keluarga klien mengatakan tidak memantau klien dalam minum obat, tidak memiliki penampungan dahak, tidak memisahkan alat makan dan minum, begitupun dengan keadaan ruangan rumah dan kamar tidur klien tampak lembab.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI) berdasarkan kondisi yang Anda paparkan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
Penyebab: Peningkatan produksi sekresi pernapasan, penurunan kemampuan batuk/melakukan pembersihan.
2. Risiko Infeksi
Definisi: Rentan terhadap invasi dan proliferasi organisme patogen yang dapat mengganggu kesehatan.
Penyebab: Paparan lingkungan yang terkontaminasi, penurunan daya tahan tubuh.
3. Defisit Perawatan Diri
Definisi: Keterbatasan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri yang mandiri.
Penyebab: Penurunan energi, keterbatasan sumber daya.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas Efektif
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka dan bebas dari sekresi.
Indikator:
- Frekuensi dan kualitas batuk meningkat
- Tidak ada suara napas tambahan
- Warna, konsistensi, dan volume sekresi normal
2. Kontrol Infeksi
Definisi: Kemampuan untuk mencegah atau mengendalikan infeksi.
Indikator:
- Tidak ada tanda-tanda infeksi
- Pemantauan status kesehatan efektif
- Kepatuhan terhadap protokol pencegahan infeksi
3. Perawatan Diri: Makan, Minum, Kebersihan
Definisi: Kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri yang mandiri.
Indikator:
- Klien dapat makan dan minum dengan mandiri
- Klien dapat melakukan kebersihan diri dengan mandiri
- Klien menunjukkan minat dan motivasi untuk merawat diri
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Intervensi untuk Bersihan Jalan Napas Efektif:
- Auskultasi dan monitor bunyi napas
- Anjurkan teknik batuk efektif
- Lakukan suction sekresi pernapasan jika perlu
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
2. Intervensi untuk Kontrol Infeksi:
- Edukasi tentang pencegahan penularan TB
- Anjurkan penggunaan masker saat batuk/bersin
- Dorong keluarga untuk memantau pengobatan klien
- Fasilitasi penyediaan tempat untuk pembuangan dahak
3. Intervensi untuk Perawatan Diri: Makan, Minum, Kebersihan:
- Bantu klien dalam aktivitas makan dan minum
- Ajarkan teknik kebersihan diri yang mandiri
- Dorong keluarga untuk memantau dan membantu klien dalam perawatan diri
- Berikan motivasi dan dukungan untuk meningkatkan kemandirian klien
Penjelasan yang Rinci dan Terperinci:
Berdasarkan kondisi yang Anda paparkan, klien mengalami gejala-gejala yang mengarah pada tuberkulosis paru. Diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas, Risiko Infeksi, dan Defisit Perawatan Diri. Luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah Bersihan Jalan Napas Efektif, Kontrol Infeksi, dan Perawatan Diri: Makan, Minum, Kebersihan. Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi penanganan bersihan jalan napas, pencegahan penularan infeksi TB, serta peningkatan kemandirian klien dalam perawatan diri. Intervensi-intervensi ini dirancang untuk membantu klien mencapai tujuan luaran yang diharapkan dan mengelola kondisinya secara efektif. -
Article No. 9108 | 16 Dec 2024
Klinis : Seorang perawat berkunjung pada keluarga laki-laki usia 34 tahun, hasil pengkajian klien mengatakan sering batuk, nafsu makan dan BB menurun, sering merasa lelah, hasil pemeriksaan ke Puskesmas BTA +, riwayat keluarga bapak nya klien menderita TB paru dan klien masih sering merokok. Keluarga klien mengatakan tidak memantau klien dalam minum obat, tidak memiliki penampungan dahak, tidak memisahkan alat makan dan minum, begitupun dengan keadaan ruangan rumah dan kamar tidur klien tampak lembab.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, izinkan saya memberikan analisis yang rinci terkait kondisi yang Anda deskripsikan:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Bersihan jalan napas tidak efektif ditandai dengan gejala batuk, penurunan berat badan, dan riwayat BTA positif yang mengindikasikan adanya infeksi saluran pernapasan akibat tuberkulosis paru. Faktor yang berkontribusi adalah adanya riwayat keluarga dengan tuberkulosis paru dan kebiasaan merokok yang belum terkontrol.
2. Defisit Perawatan Kesehatan
Defisit perawatan kesehatan terlihat dari ketidakpatuhan klien dalam minum obat, tidak tersedianya penampungan dahak, serta kurangnya upaya keluarga dalam memisahkan peralatan makan dan minum. Hal ini menunjukkan adanya kesenjangan dalam perawatan kesehatan mandiri dan dukungan keluarga yang dibutuhkan.
3. Risiko Infeksi
Risiko infeksi dapat timbul akibat kondisi lingkungan rumah yang lembab, serta kurangnya upaya pemisahan alat makan dan minum. Hal ini meningkatkan risiko penyebaran infeksi, terutama bagi anggota keluarga yang tinggal serumah.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas
- Klien mampu batuk efektif untuk mengeluarkan sekret
- Frekuensi napas dalam batas normal
- Tidak terdapat suara napas tambahan
2. Perawatan Kesehatan Mandiri
- Klien patuh dalam minum obat sesuai resep
- Tersedia penampungan dahak di rumah
- Keluarga mampu memisahkan alat makan dan minum klien
- Lingkungan rumah dan kamar klien bersih dan kering
3. Kontrol Infeksi
- Tidak terjadi penularan infeksi ke anggota keluarga lain
- Tidak terdapat tanda-tanda infeksi pada klien
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif:
- Ajarkan teknik batuk efektif
- Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan terkait pengobatan TB paru
2. Defisit Perawatan Kesehatan:
- Edukasi klien dan keluarga tentang pentingnya kepatuhan minum obat dan perawatan mandiri
- Fasilitasi penyediaan penampungan dahak di rumah
- Ajarkan keluarga memisahkan alat makan dan minum klien
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan terkait pemantauan status kesehatan klien
3. Risiko Infeksi:
- Edukasi keluarga tentang pencegahan penularan infeksi
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan untuk pemeriksaan mikrobiologi lingkungan
- Berikan rekomendasi perbaikan kondisi lingkungan rumah yang lembab
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif mencakup aspek fisik, psikologis, dan lingkungan, diharapkan dapat membantu klien mencapai luaran yang diharapkan dan mencegah komplikasi lebih lanjut.